5 minute read

• Wana Wisata di Tengah Wabah Pandemi Covid-19

Wana Wisata

di Tengah Wabah Pandemi Covid-19

Advertisement

Sudah lebih dari satu tahun wabah pandemi Covid-19 berjangkit di Indonesia. Upaya pencegahan terus dilakukan. Salah satunya dengan terus mendengungkan penerapan prosedur kesehatan dalam aktivitas sehari-hari. Pemerintah pun terus melakukan upaya-upaya untuk memutus mata rantai penularan Covid-19. Selama berjangkitnya pandemi Covid-19, banyak sektor industri pun terkena dampak. Sektor wisata adalah salah satu yang paling terkena dampak itu. Dan pengelolaan wana wisata pun termasuk yang terkena imbas tersebut.

Hari demi hari, angka penularan virus corona penyebab Covid-19 masih tetap tinggi. Upaya memutus rantai penularan Covid-19 pun dilakukan.

Langkah-langkah sebagai upaya memutus mata rantai penularan

Covid-19 diambil. Termasuk di level perusahaan. Hal itu terlihat dari kegiatan

Perhutani Kesatuan Pemangkuan

Hutan (KPH) Bandung Utara yang bersama Kepolisian Sektor (Polsek) Cileunyi, Selasa, 22 Juni 2021, menutup sementara Obyek

Wisata Alam Batu Kuda. Kegiatan penutupan sementara obyek wisata tersebut dihadiri oleh Wakil Administratur Perhutani KPH Bandung Utara, Diki HM; Pengelola Wisata Alam Batu Kuda; Kapolsek Cileunyi, Komisaris Polisi Wahyo, beserta anggota; Bintara Pembina Desa (Babinsa) Cileunyi Kulon, Sapaat; Babinsa Cibiru Hilir, Deden; Babinsa Cinunuk, Akili; Babinsa Cibiru, Wetan Edi; Perwakilan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kecamatan Cileunyi; Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), Yusuf Supriatna; dan Ketua Rukun Warga (RW) 01 Desa Cikoneng I, Heri.

Kegiatan penutupan sementara obyek wisata tersebut dilakukan sesuai Surat Administratur KPH Bandung Utara Nomor 0366/043.7/ BDU/2021 perihal perpanjangan penutupan Wisata Bandung Utara terkait Covid-19. Langkah penutupan sementara ini diambil sebagai upaya memutus mata rantai penularan Covid-19 yang melonjak, khususnya di wilayah Kabupaten Bandung. Langkah tersebut juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah Daerah.

Menanggapi kegiatan tersebut, Kapolsek Cileunyi, Kompol Wahyo, mengatakan, penutupan obyek wisata itu merupakan upaya mereka mencegah terjadinya penularan Covid-19 di lokasi wisata. “Kita berupaya mencegah terjadinya klaster Covid-19 di kawasan wisata alam. Kebetulan obyek wisata ini

berada di wilayah hukum Polsek Cileunyi. Tidak hanya Wisata Alam Batu Kuda, namun terhadap Wisata Cantigi Camp dan Wisata Tangga Seribu juga dilakukan penutupan sementara,” katanya.

Sementara itu di tempat terpisah, Administratur Perhutani KPH Bandung Utara, Usep Rustandi, mengatakan, Perhutani akan terus bersinergi dengan Pemerintah Daerah dalam berbagai kegiatan demi keamanan dan kemaslahatan umum. Terutama dalam menghadapi merebaknya Pandemi Covid-19 yang jumlahnya saat ini masih terus meningkat. Sinergi yang mereka jalin dengan para pemangku kepentingan itu antara lain dengan ikut meminimalkan kemungkinan terjadinya kerumunan orang.

“Upaya penutupan obyek wisata ini bertujuan untuk menghindari kerumunan yang sering terjadi pada obyek wisata. Diharapkan, mata rantai penyebaran Covid-19 bisa terputus dan keadaannya dapat berangsur normal,” katanya.

Wana Wisata di Mantingan

Dampak lonjakan kasus Covid-19 terhadap pengelolaan wisata juga terjadi di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Perhutani KPH Mantingan mengambil langkah antisipatif dengan memberlakukan kebijakan penutupan kembali Wana Wisata di Mantingan, Rabu, 16 Juni 2021. Penutupan sementara itu diberlakukan sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Wakil Administratur Perhutani KPH Mantingan, Dwi Anggoro Kasih, mewakili Administratur, menyampaikan, kebijakan tersebut diberlakukan usai menerima surat edaran Bupati Rembang Nomor 440/1247/2021 perihal Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) per tanggal 7 Juni 2021. Perhutani mendukung kebijakan pemerintah untuk meminimalkan kegiatan-kegiatan yang menimbulkan keramaian.

“Munculnya klaster baru tentunya sangat disayangkan, mengingat Rembang di bulan April

Foto: Aep Saefudin Kompersh KPH Bandung

kemarin masih aman. Namun, usai liburan Idul Fitri, perkembangan dan penularan Covid-19 di Rembang menjadi sangat cepat. Selain penutupan obyek wisata, Pemkab Rembang juga melakukan penutupan pasar setiap hari Jumat, melarang perayaan atau pesta pernikahan dan khitanan yang menimbulkan keramaian, bahkan kegiatan di alun-alun Kota Rembang setiap akhir pekan Sabtu dan Minggu juga ditiadakan,” jelasnya.

Sementara itu, di tempat terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Rembang, melalui Kabid Destinasi Pariwisata, Purwono, mengimbau masyarakat agar tetap mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan. Caranya dengan selalu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas, serta membatasi pergerakan penduduk. Harapannya, langkahlangkah itu akan dapat mengurangi penularan Covid-19. Ia pun berharap bahwa ke depannya kasus Covid-19 dapat mereda dan lokasi-lokasi wisata bisa berkembang kembali.

Wana Wisata di Kuningan

Di Kuningan, hal tersebut juga terjadi. Destinasi wisata yang berada di dalam kawasan hutan Perhutani KPH Kuningan ditutup sementara waktu untuk umum. Hal tersebut disampaikan Administratur Perhutani KPH Kuningan, pada Senin, 21 Juni 2021.

Menurut Administratur Perhutani KPH Kuningan, Mamun Mulyadi, terdapat lima destinasi wisata yang ditutup untuk sementara waktu. Kelima destinasi wisata tersebut adalah Situ Wulukut, Bukit

Foto: Kompersh KPH Mantingan

Panembongan, Bumi Perkemahan (Buper) Pakembangan, Paralayang Warujimun, dan Bukit Bintang Capar. Penutupan destinasi wisata itu sesuai dengan Instruksi Pemerintah Daerah dikarenakan adanya lonjakan Covid-19, khususnya di Kabupaten Kuningan.

“Ini sesuai dengan Instruksi Bupati Kabupaten Kuningan Nomor 2 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akibat adanya lonjakan kasus positif Covid-19 di sejumlah daerah di Kabupaten Kuningan yang sudah termasuk kategori zona merah,” katanya.

Lanjut Mamun, Perhutani KPH Kuningan juga telah membentuk tim pencegah dan penanggulangan Covid-19. Tugas tim itu adalah untuk menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat, sehingga dapat memberikan rasa aman, baik untuk karyawan, pengelola wisata, maupun para pengunjung.

“Semoga wabah ini cepat berakhir, sehingga para pengunjung dari berbagai pelosok dapat kembali menikmati keindahan pesona alam yang ada di kawasan hutan,” tutupnya.

Sementara itu, Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Manunggal Rasa yang juga sebagai pengelola obyek wisata Situ Wulukut, Sarman, menuturkan bahwa adanya penutupan tersebut merupakan langkah preventif untuk berjaga-jaga dan berhati-hati di masa pandemi Covid-19. Maka, pihaknya mendukung kebijakan tersebut.

“Guna menghindari risiko penyebaran Covid-19, kami sangat setuju dengan adanya penutupan sementara wisata-wisata yang ada di kawasan hutan milik Perhutani, karena kami dan para pengunjung juga ingin selamat dari virus yang mematikan itu,” katanya.

Dukungan atas langkah yang diambil para pemangku kepentingan itu menunjukkan bahwa kita semua, termasuk masyarakat banyak, sangat berkeinginan agar wabah pandemi Covid-19 segera berakhir. Semoga saja, langkah-langkah antisipasi dan pencegahan yang dilakukan, termasuk menutup sementara obyek wisata, akan menjadi salah satu upaya efektif untuk mencegah penularan Covid-19. Semoga pula wabah pandemi ini segera berlalu, dan kita kembali ke kehidupan normal seperti sebelum Covid-19 berjangkit. • DR/Bdu/Hem/

Foto: Kompersh KPH Kuningan

Mnt/Sgt/Kng/Ddi

This article is from: