4 minute read
• Tanam dan Teliti Manglid di Candiroto KPH Kedu Utara
Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Utara bersama Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Serayu Opak Progo dan Peneliti pada Pusat Riset Konservasi Tumbuhan Kebun Raya dan Kehutanan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penelitian dan pemeliharaan tanaman manglid. Perhutani sangat mendukung kegiatan penelitian tanaman Manglid sehingga memfasilitasi kegiatan Kebun Benih Semai (KBS) jenis Manglid di wilayah BKPH Candiroto. Harapannya tentu agar pengembangan tanaman manglid bisa menguntungkan bagi perusahaan dan lingkungan baik secara ekonomi maupun secara ekologi.
Selama empat hari di awal Oktober 2022, Perhutani KPH Kedu Utara melaksanakan kegiatan penilaian dan pengukuran pohon jenis manglid.
Advertisement
Kegiatan yang dilakukan pada 4 sampai 7 Oktober 2022 tersebut digelar dalam rangka penjarangan genetik dan pemeliharaan Kebun
Benih Semai (KBS) jenis Manglid
Tahun Tanam 2016. Hal itu antara lain terlihat pada Jumat, 7 Oktober 2022, di Petak 23b3 Resort Pemangkuan
Hutan (RPH) Candiroto dan Petak 25e1 RPH Petung, Bagian Kesatuan
Pemangkuan Hutan (BKPH)
Candiroto, KPH Kedu Utara.
Kayu manglid adalah satu di antara banyak jenis kayu yang sering digunakan untuk konstruksi.
Bagi sebagian orang, kayu manglid mungkin memang tak terlalu dikenal.
Popularitas manglid memang kurang begitu terkenal jika dibandingkan dengan jenis kayu lain semisal jati, mahoni, merbau, dan beberapa jenis lainnya.
Padahal faktanya manglid tidak kalah populer untuk berbagai konstruksi semisal kusen pintu dan jendela. Kayu yang di Jawa Barat dikenal dengan nama baros ini rupanya memiliki kualitas cukup mumpuni, bahkan terbilang memuaskan. Sebagai bahan material, manglid sering digunakan dalam pembuatan kusen, baik untuk pintu maupun jendela. Kusen sendiri bisa terbuat dari macam-macam material, salah satunya beraneka macam kayu. Kusen memiliki fungsi yang sangat penting dalam sebuah bangunan. Tetapi selain kusen, manglid juga banyak dipakai untuk berbagai hal lainnya.
Di kesempatan itu, Administratur Perhutani KPH Kedu Utara melalui Kepala BKPH Candiroto, Joko Supriyanto, menjelaskan, Perhutani sangat mendukung kegiatan penelitian tanaman manglid di wilayah Candiroto. Tanaman manglid tersebut merupakan tanaman kerja sama penelitian antara Perum Perhutani, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Serayu Opak Progo, serta Peneliti pada Pusat Riset Konservasi Tumbuhan Kebun Raya dan Kehutanan BRIN.
“Melihat pertumbuhan yang begitu cepat, ke depannya tidak menutup kemungkinan bahwa Perum Perhutani akan mengembangkan Manglid ini apabila secara ekonomi juga secara ekologi menguntungkan bagi perusahaan dan lingkungan,” ungkapnya.
Di sela-sela kegiatan PEH pada Seksi Evaluasi DAS, Ratna Adji H., menyampaikan, kegiatan penjarangan ini didahului dengan pengeklaiman. Pengeklaiman bertujuan untuk mengetahui pohon tinggal yang dipertahankan sebagai KBS. “Dan di Candiroto ini pertumbuhan Manglid sangat bagus,” tuturnya.
Foto: Kompersh KPH Kedu Utara
Foto : Eriek Zaknaha/Kompersh KPH Tuban
Sementara itu, Peneliti pada Pusat Riset Konservasi Tumbuhan Kebun Raya dan Kehutanan BRIN, Sugeng Pujiono, mengatakan, tujuan dari penjarangan yang mereka lakukan itu adalah agar diperoleh bibit yang unggul dari jenis Manglid yang ditanam di lokasi tersebut. Tentang KPH Kedu Utara
Perhutani KPH Kedu Utara adalah salah satu unit manajemen di wilayah Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Luas wilayah kerja Perhutani KPH Kedu Utara adalah 36.343,39 hektare. Wilayah seluas itu meliputi kawasan hutan yang berada di Kabupaten Kendal seluas 5.095,13 hektare, di Kabupaten Magelang seluas 5.276,95 hektare, di Kabupaten Semarang seluas 2.537,92 hektare, di Kabupaten Temanggung seluas 13.504,93 hektare, dan di Kabupaten Wonosobo seluas 9.928,46 hektare.
KPH Kedu Utara terbagi ke dalam dua Kelas Perusahaan (KP). Yaitu KP Pinus seluas 25.069,00 hektare dan KP Mahoni seluas 11.274,39 hektare. Dan berdasarkan fungsinya, wilayah KPH Kedu Utara terbagi untuk Hutan Produksi Terbatas (HPT) > 15% seluas 10.959,22 hektare; Hutan Produksi (HP) seluas 12.781,64 hektare; dan Hutan lindung (HL) seluas 12.602,53 hektare.
Secara geografis, Perhutani KPH Kedu Utara terletak di koordinat 2°55” sampai dengan 3°45” BT dan 7°00” sampai dengan 7°42” LS. Wilayah KPH Kedu Utara di bagian utara berbatasan dengan wilayah kerja KPH Kendal, di bagian timur berbatasan dengan wilayah kerja KPH Kendal dan KPH Surakarta, di bagian selatan berbatasan dengan wilayah kerja KPH Kedu Selatan dan PHW II Yogyakarta, serta di bagian barat berbatasan dengan wilayah kerja KPH Banyumas Timur.
Berdasarkan tata batas, KPH Kedu Utara terbagi menjadi 5 Bagian Hutan (BH). Kelima Bagian Hutan itu yaitu Bagian Hutan Ambarawa seluas 6.004,52 hektare; Bagian Hutan Magelang seluas 3.705,56 hektare; Bagian Hutan Temanggung seluas 5.430,46 hektare; Bagian Hutan Wonosobo seluas 9.928,46 hektare; dan Bagian Hutan Candiroto seluas 11.274,39 hektare.
Topografi dan Iklim
Pengelolaan Kawasan Hutan Perhutani KPH Kedu Utara dibagi ke dalam 5 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH). Kelimanya yaitu BKPH Ambarawa, BKPH Magelang, BKPH Temanggung, BKPH Candiroto, dan BKPH Wonosobo. Dan di bawah koordinasi kelima BKPH tersebut, terdapat 21 Resort Pemangkuan Hutan (RPH).
Topografi kawasan hutan Perhutani KPH Kedu Utara terdiri dari beberapa klasifikasi. Yaitu Datar (kelerengan 0%-8%) = 1,10%; Landai (kelerengan 8%-15%) = 5,25%; Bergelombang (Kelerengan 15%-25%) =12,05%; Agak Curam (Kelerengan 25%-40%) = 35,27%; dan Curam (kelerengan > 40%) = 46,32%.
Tipe iklim di Perhutani KPH Kedu Utara merupakan tipe iklim C menurut Schmidt Ferguson, dengan bulan basah tertinggi di bulan Agustus dan bulan basah terendah di bulan April. Dan itulah informasi tentang KPH Kedu Utara. Cag! • DR/
Kdu/Eko