6 minute read

Tahun Baru, Semangat Baru, Direksi Baru

Foto: Aga Prasetya/Kompersh Kanpus

Perhutani mengawali tahun 2020 dengan penuh semangat. Kick off Meeting yang digelar di Madiun menunjukkan semangat untuk terus berkarya secara profesional. Di bulan kedua tahun 2020 Perhutani pun memulai langkah baru seiring dengan pergantian di jajaran direksi. Kini, Perum Perhutani dipimpin oleh enam orang anggota Dewan Direksi. Seperti apa proses pergantian Direksi Perum Perhutani dan bagaimana insan-insan Perhutani menghadapi tantangan yang ada?

Advertisement

Saat pertama kali bergabung dan memimpin Perum Perhutani pada 2016, Denaldy mendapat tantangan yang luar biasa berat. Maklum, saat itu, rapor keuangan Perhutani sedang merah. Ketika itu, Perhutani sedang dalam kondisi merugi hingga Rp 359 miliar. Dana cash yang dimiliki Perhutani saat itu tidak lebih dari Rp 300 miliar. Padahal, untuk membayar gaji karyawan saja, dibutuhkan dana Rp 100 miliar. Aset Perhutani yang mencapai Rp 4 triliun pun

seperempat di antaranya dalam bentuk inventori yang perputarannya sangat lambat. Jadi, bisa dikatakan, kondisi keuangan Perhutani saat itu benar-benar membahayakan.

Langkah pertama yang dilakukan pria kelahiran Paris, 4 Juli 1971, tersebut dalam memimpin Perhutani adalah membuat program pengurangan biaya (cost reduction programme) atau kebijakan pengetatan ikat pinggang. Tentu saja tidak mudah untuk dapat mengimplementasikannya di lapangan. Tetapi, berbekal pengalamannya sebagai problem solver dari beberapa perusahaan yang nyaris sekarat, Denaldy bisa mengatasi masalah. Kiatnya sederhana. Bagi dirinya, terjun langsung ke lapangan merupakan cara komunikasi paling efektif untuk menjelaskan kondisi perusahaan. Dan yang paling utama adalah memberi teladan. Menurut dia, adalah tugas pemimpin untuk memberi contoh kepada karyawan dengan melakukan apa yang sudah diucapkannya.

“Walk the talk. Ketika saya bilang semua kelas hotel karyawan saya turunkan, maka saya juga menjalankannya. Sharing kamar hotel dengan jajaran direksi lain, itu sudah biasa,” kata Denaldy suatu kali.

Hasilnya cukup luar biasa. Perhutani yang telah berubah menjadi holding BUMN Kehutanan dengan menaungi Inhutani I-IV, tersebut pada 2018 berhasil membukukan laba bersih Rp 600 miliar. Pencapaian yang sangat fantastis.

Tahun 2019, kinerja Perhutani tetap baik. Keuangan Inhutani I-IV tahun 2019 pun semuanya positif. Perhutani juga melakukan ekspansi untuk mendongkrak kinerja keuangan perusahaan, di antaranya dengan masuk ke bisnis bioenergi melalui pengembangan tanaman biomassa. Perhutani dicanangkan akan mengembangkan tanaman biomassa seluas 120.000 hektare pada 2019-2023. "Intinya, kami memperbarui manajemen dengan menyederhanakan organisasi (change management) berdasarkan task oriented, bukan bureaucracy oriented. Kami juga menghapus sistem senior-junior atau berurutan dalam kenaikan jabatan. Kami mengupayakan teman-teman Perhutani yang berprestasi bisa naik

Foto: Tumin/Kompersh KPH Probolinggo

(jabatan). Si junior bisa saja menyalip senior. Siapa pun yang berprestasi baik pasti naik. Mulai tahun 2018, Perhutani juga melakukan lelang jabatan untuk posisi kepala divisi regional," tutur Denaldy pada suatu kesempatan di tahun 2019.

Tantangan Kian Besar

Perjalanan sejarah pun terus berlanjut. Gedung Kementerian BUMN di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, menjadi tempat berlangsungnya pengumuman resmi tentang pergantian personel di jajaran Direksi Perum Perhutani. Di sana, hari Rabu, 26 Februari 2020, Plt. Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN, Imam Paryanto, yang mewakili Menteri BUMN, Erick Thohir, menyerahkan Salinan Keputusan Menteri BUMN Nomor SK-55/MBU/02/2020 tanggal 26 Februari 2020 tentang Pemberhentian, Perubahan Numenklatur Jabatan, Pengalihan Tugas dan Pengangkatan Anggotaanggota Direksi Perum Perhutani. Penyampaian keputusan tersebut menandai proses pergantian

personel di jajaran Direksi Perhutani.

Di dalam Surat Keputusan tersebut, disampaikan sejumlah hal. Pertama, Mengukuhkan pemberhentian dengan hormat Denaldy M Mauna sebagai Direktur Utama Perum Perhutani. Kedua, Memberhentikan dengan hormat Sumardi sebagai Direktur Operasi Perum Perhutani. Ketiga, Menambah numenklatur jabatan Anggota Direksi Perum Perhutani, yaitu Direktur Perhutanan Sosial.

Keempat, Mengalihkan penugasan Bambang Catur Wahyudi yang semula Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran menjadi Direktur Operasi dengan masa jabatan meneruskan sisa masa jabatannya sebagaimana Keputusan Menteri BUMN tersebut. Kelima, Mengangkat Wahyu Kuncoro sebagai Direktur Utama Perum Perhutani, Ahmad Ibrahim sebagai Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran, dan Natalas Anis Harjanto sebagai Direktur Perhutanan Sosial.

Setelah proses penyerahan keputusan tersebut, resmi sudah para Anggota Direksi Perum Perhutani memulai kinerjanya. Saat ini, Direksi Perum Perhutani adalah Wahyu Kuncoro (Direktur Utama), Eko Wahyudi (Direktur Keuangan), Bambang Catur Wahyudi (Direktur Operasi), Kemal Sudiro (Direktur SDM, Umum, dan IT), Ahmad Ibrahim (Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran) dan Natalas Anis Harjanto (Direktur Perhutanan Sosial).

Harapkan Selalu Kompak

Di kesempatan itu, Plt. Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN, Imam Paryanto, menyampaikan selamat bekerja kepada Direktur Utama Perum Perhutani beserta anggota Direksi yang baru. Ia juga berharap, semoga dengan penunjukan tersebut, Perhutani akan semakin maju. Selanjutnya, para Direktur tersebut diharapkan dapat membawa Perhutani semakin baik dan berkembang.

“Kepada direksi baru, agar siap bekerja dengan mengedepankan dedikasi, integritas, dan sepenuh hati,” tambah Imam.

Di tahun 2013, Kementerian Kehutanan memrioritaskan kebijakan pembangunan kehutanan di Pulau Jawa yaitu dengan meningkatkan tutupan hutan di dalam maupun di luar kawasan hutan.

Sementara itu, di dalam kesempatan yang sama, Wahyu Kuncoro menyampaikan terima kasih atas kesempatan dan amanah yang diberikan pemerintah kepadanya. Ia berharap, akan terjalin selalu kekompakan di antara segenap Anggota Direksi dalam menjalankan program-program Perhutani di masa depan.

“Saya berharap anggota Direksi selalu kompak dalam menjalankan tugas. Adanya Direktur baru yang khusus menangani program Perhutanan Sosial, perlu mendapatkan dukungan bersama,” ujarnya. Sebelumnya, Wahyu Kuncoro merupakan mantan salah satu Pejabat Eselon I di Kementerian BUMN ketika jabatan Menteri BUMN masih dijabat oleh Rini Soemarno. Tepatnya, Wahyu Kuncoro saat itu merupakan Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN. Mulai 19 November 2019, Wahyu Kuncoro resmi menjabat Wakil Direktur Utama PT Pegadaian (Persero). Ia ditugaskan untuk mendampingi Direktur Utama PT Pegadaian, Kuswiyoto, berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN dengan nomor SK-273/MBU/11/2019. Tiga bulan menjabat sebagai Wakil Direktur Utama PT Pegadaian, kini Wahyu Kuncoro menjabat sebagai Direktur Utama Perum Perhutani. Wahyu Kuncoro sendiri merupakan lulusan Universitas Gajah Mada jurusan Magister Management. Sebelum menjabat sebagai salah satu Pejabat Eselon I di Kementerian BUMN, pria kelahiran Oktober 1969 ini pernah menjabat sebagai Wakil Komisaris Utama PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk, dari tahun 2017 hingga Mei 2019.

Menjawab Tantangan

Kini, tentu saja tantangan yang harus dihadapi Perhutani akan semakin besar. Terutama dalam sisi bisnis. Sehingga, Perum Perhutani harus bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk menghadapi perkembangan dan menjawab tantangan itu.

Perhutani mengelola hutan produksi dan hutan lindung seluas 2,4 juta hektare di Pulau Jawa dan Madura. Jika lahan tersebut tidak dikelola dengan cara yang inovatif dan menggunakan manajemen yang andal, maka Perhutani akan ketinggalan zaman dan ketinggalan pasar.

Di tahun 2013, Kementerian Kehutanan memrioritaskan kebijakan pembangunan kehutanan di Pulau Jawa yaitu dengan meningkatkan tutupan hutan di dalam maupun di luar kawasan hutan. Salah satunya, dengan meningkatkan efisiensi Perum Perhutani dan melakukan pengembangan industri kehutanan berbasis hutan rakyat dan peningkatan nilai tambah hasil hutan. Hal itu masih berlangsung hingga sekarang.

Untuk memertahankan tutupan hutan, Perhutani telah menanam rata-rata 200 juta pohon per tahun di Pulau Jawa dan Madura. Sebagian menggunakan bibit Jati Plus Perhutani (JPP), yang berdaur

pendek yaitu 20 sampai 30 tahun.

Selain itu, Perhutani juga melakukan revitalisasi industri. Antara lain dengan mengoperasikan pabrik plywood di Kediri, pabrik minyak kayu putih, pabrik porang di Kabupaten Blora, dan pengembangan 122 titik lokasi ekowisata dan wanawisata yang tersebar di seluruh wilayah Perhutani.

Juga mengembangkan Budi daya tanaman porang dengan memanfaatkan lahan di bawah tegakan. Untuk tanaman porang yang akan dijadikan tepung tersebut, Perhutani menyediakan lahan seluas 1.200 hektare. Keberadaan industri tanaman dan tepung porang ini pun diharapkan mampu memberikan dampak signifikan pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Kini, semua itu menjadi poinpoin yang perlu diperhatikan oleh jajaran Direksi Perhutani. Tantangan terbesar adalah bagaimana mengelola sumber daya manusia Perhutani yang besar itu agar dapat dioptimalkan dan dimaksimalkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Namun, tantangantantangan tersebut selayaknya tidak membuat Perhutani menjadi gentar. Sebaliknya, tantangan yang besar yang harus dihadapi itu hendaknya menjadi pelecut semangat untuk terus berkarya terbaik dan meningkatkan kinerja dengan kualitas prima.

Semangat, insan-insan Perhutani! Sekali layar terkembang, surut kita berpantang. Ever onward never retreat. Majulah terus! • Tim

Kompersh Kanpus

This article is from: