7 minute read

Bambang Catur Wahyudi (Dir. Ops. Perum Perhutani

Foto: Nanjar Munandar/Kompersh Kanpus

Bambang Catur Wahyudi Direktur Operasi Perum Perhutani "Setiap Zaman Selalu Berikan Tantangan Baru"

Advertisement

Di mata Direktur Operasi Perum Perhutani, Bambang Catur Wahyudi, lingkungan bisnis senantiasa berubah dan tuntutan akan produk dan jasa berbeda. Semua itu membutuhkan kemampuan SDM yang mumpuni. Sehingga, harus ada peningkatan soft skill SDM perusahaan. Lalu bagaimana tantangan yang dihadapi Perum Perhutani selanjutnya? Apa saja yang harus disiapkan untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut? Dan apa pula pandangan lelaki kelahiran Blora, 20 Maret 1967, ini terhadap perusahaan? Simak penuturan selengkapnya berikut ini.

Sudah 27 tahun Bambang Catur Wahyudi bergabung dengan Perhutani. Ragam bidang tugas telah ia jalani. Tanggal 14 Desember 1993, ia mengawali karir di Perhutani sebagai Staf Pelaksana Produksi pada Seksi Produksi Kayu, Biro Produksi, Divisi Regional Jawa Timur. Pada 3 Mei 1995, ia menjabat Asisten Perhutani/ KBKPH Kraksaan, KPH Probolinggo. Dua tahun kemudian, Bambang pindah tugas menjadi Asisten Perhutani di BKPH Klakah, KPH Probolinggo.

Pada 28 September 1998, ia dipromosikan menjadi Wakil Administratur/KSKPH di KPH Lawu Ds, dan setahun kemudian menjadi Wakil Administratur/KSKPH di KPH Ngawi. Pada 28 April 2003, ia ditarik ke Kantor Pusat untuk menjabat Staf Khusus Bidang Sistem Informasi Manajemen di Direktorat Keuangan. Tugas selanjutnya ia jalani sebagai Kepala Seksi Perencanaan Hutan sejak 17 Desember 2005 di Seksi Perencanaan Hutan IV Cirebon, Biro Perencanaan SDH dan Perusahaan, Divisi Regional Jawa Barat dan Banten. Bambang Catur Wahyudi memiliki tiga anak. Dua putra dan satu putri. Ketiganya adalah Raihan Adhie Satrya (20 tahun), Rezaldi Faisal Mumtaz (19 tahun), dan Farah Zhafira Larasati (14 tahun).

Pada 30 Agustus 2006, suami dari Syarifah ini diangkat sebagai Administratur/KKPH Madura. Sejak 13 April 2009, ia menjadi Administratur/KKPH Sumedang. Dari sana, ia menjadi Administratur/KKPH Sukabumi sejak 24 Juni 2010. Hanya tiga bulan di Sukabumi, pada 30 September 2010, Bambang diangkat menjadi General Manager Komersial Kayu di Divisi Komersial Kayu, KBM Komersial Kayu Jawa Timur, khususnya Wilayah Bojonegoro.

Pada 17 Januari 2012, Bambang kembali ditarik ke Kantor Pusat dan menjabat Kepala Biro Produksi dan Industri Kayu. Tanggal 24 Juli 2012, ia kembali menjalani tour of duty dengan mendapat tugas menjadi

Kepala Biro Sumber Daya Manusia, Umum, dan SARPRA, di Kantor Regional Jawa Barat, Divisi Regional Jawa Barat dan Banten.

Sejak 22 Januari 2014, Bambang menjabat Kepala Biro Pembinaan Sumber Daya Hutan di Kantor Regional Jawa Barat, Divisi Regional Jawa Barat dan Banten. Pada 28 Februari 2017, karir Bambang kian meningkat setelah secara resmi dipromosikan sebagai Wakil Kepala Divisi Regional Jawa Tengah Bidang Sumber Daya Hutan. Selanjutnya, mulai 1 Agustus 2018, alumni Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini dipromosikan menjadi Kepala Divisi Regional Jawa Tengah.

Enam bulan kemudian, 4 Februari 2019, ayah tiga anak ini dipromosikan untuk bergabung dalam jajaran Board of Director Perum Perhutani saat dilantik sebagai Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran. Dan sejak 26 Februari 2020, lulusan S2 dari Magister Manajemen Satyagama Jurusan Manajemen SDM ini dilantik sebagai Direktur Operasi Perum Perhutani.

Nilai Ekonomi dan Sosial

Rentang pengalaman Bambang di Perhutani membuat ia paham seluk beluk pengelolaan hutan. Sekaligus juga mengerti karakteristik Perhutani. Kini, di usia Perhutani yang tahun ini menginjak 59 tahun, Bambang menilai, perusahaan telah mampu untuk beradaptasi, bertahan, dan bahkan terus tumbuh, di tengah-tengah kondisi yang kerap kali menyajikan ketidakpastian. Ketidakpastian itu disebabkan antara lain karena kondisi ekonomi, politik, sosial, dan lingkungan yang berubah dengan demikian cepat. "Di dalam usia Perhutani yang 59 tahun ini, sebagai Badan Usaha Milik Negara, Perhutani selalu melakukan perbaikan kinerja. Perbaikan kinerja organisasi bertumpu pada aspek

Planet / Kelestarian Lingkungan, aspek People / Agent Development / Kesejahteraan Masyarakat dan Karyawan, aspek Profit / Keberlangsungan Usaha dan Bisnis yang menguntungkan," katanya.

Ada banyak hal baik yang telah ditorehkan Perhutani sepanjang perjalanan perusahaan negara di bidang kehutanan ini. Namun, tak lantas membuat Perhutani berhenti. Sebaliknya, Perum Perhutani terus menerapkan strategi untuk memerbaiki semua kekurangan dan meningkatkan semua hal baik yang sudah dicapai. Terutama berkaitan dengan nilai-nilai ekonomi dan sosial. "Perbaikan perusahaan mengacu pada lima prioritas BUMN. Pertama, Nilai Ekonomi dan Sosial untuk Indonesia, yaitu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan dampak sosial jangka panjang, serta memastikan keamanan pangan, energi, kesehatan, dan lingkungan. Kedua, Inovasi Model Bisnis, yaitu Restrukturisasi model bisnis melalui teknologi baru, pertimbangan kebutuhan konsumen, ekosistem, dan kerja sama. Ketiga, Kepemimpinan Teknologi, yaitu menerapkan kepemimpinan teknologi yang strategis untuk Indonesia,

Foto: Nanjar Munandar/Kompersh Kanpus

institusionalisasi kapabilitas digital/ teknologi. Keempat, Peningkatan Investasi, yaitu monetisasi aset yang sudah ada melalui mekanisme pasar dan maksimalisasi investasi. Dan kelima, Pengembangan Bakat, yaitu melatih dan mengedukasi tenaga kerja, mengembangkan SDM berkualitas untuk Indonesia, profesionalisasi tata kelola dan sistem seleksi SDM," urainya.

Pentingnya Kerja Sama

Belakangan ini Perhutani banyak menjalin kerja sama dengan banyak pihak, antara lain dengan BNPB dalam hal penanggulangan bencana dan dengan Jamdatun Kejaksaan Agung dalam hal penanganan masalah hukum bidang perdata dan tata usaha negara di lingkungan hutan. Bambang menegaskan, jalinan kerja sama dengan pihak eksternal itu penting untuk dilakukan. Sebab, dengan jalinan kerja sama dan sinergi dengan pihak eksternal perusahaan itu, target yang telah diamanahkan dalam RKAP akan dapat dicapai. "Kerja sama dengan pihak lain seperti Kejaksaan Agung, PNBP, POLRI, TNI, Pemerintah Daerah, Kementerian Negara, dan Lembaga Negara, bertujuan untuk berbagi

banyak hal. Antara lain berbagi peran, sumber daya institusi, kemampuan SDM, teknologi, dan lain-lain, guna memberikan service kepada masyarakat yang lebih baik, dan mitigasi risiko dari seluruh operasi/kegiatan perusahaan, sehingga tujuan kemanfaatan perusahaan bagi stakeholder perusahaan dapat meningkat dan target yang diamanahkan kepada perusahaan dalam RKAP pun dapat dicapai," katanya.

Salah satu kerja sama yang dijalin Perhutani adalah dengan LMDH (Lbaga Masyarakat Desa Hutan). Bambang menyebut, kerja sama dengan LMDH dimulai dari munculnya kepercayaan masyarakat kepada institusi dengan masingmasing pihak melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kesepakatan-kesepakatan yang ada dalam perjanjian. Di dalam jalinan kerja sama dengan LMDH tersebut, menurut Bambang, pendekatan kesejahteraan masyarakat menjadi penting bagi perusahaan yang diamanatkan sebagai agen pembangunan. "Kerja sama ini hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan, yaitu kesejahteraan masyarakat dan operasional perusahaan bisa terjamin secara berkelanjutan dan saling menguntungkan," ujar Bambang.

Selain pentingnya kerja sama, faktor keamanan hutan juga menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Menurut Bambang, pentingnya faktor keamanan hutan itu bagi perusahaan, karena menyangkut investasi sumber daya hutan yang menjadi tumpuan sumber pendapatan dan pelayanan bagi masyarakat di kemudian hari. Sehingga, ada sejumlah format untuk menjaga keamanan hutan. "Di samping pendekatan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian akses berusaha masyarakat di dalam dan di luar kawasan hutan, juga melalui modifikasi teknik silvikultur, pengembangan Budi daya tanaman agro industri, penciptaan lapangan pekerjaan di bidang persemaian, tanaman, pemeliharaan, produksi, wisata, dan lain-lain. Juga dilakukan kegiatan perlindungan hutan secara preemtif, preventif, dan represive. Pendekatan perlindungan hutan tidak hanya bertumpu pada hard power, tetapi juga pendekatan yang sifatnya soft power, pendekatan pasar dengan tujuan untuk mengedukasi masyarakat agar lebih perhatian dalam penggunaan produk hasil hutan yang sesuai aturan, tercatat, dan legal (regulated, reported, and legal). Pola pendekatan persuasif juga untuk menimbulkan kesadaran hukum akan lingkungan yang lebih baik," paparnya.

Selalu Ada Tantangan

Perhutani, khususnya Puslitbang, selama ini banyak menelurkan hasilhasil riset dan penelitian di bidang kehutanan. Banyak inovasi tercipta dari Puslitbang yang berkantor di Cepu itu. Bambang menyoroti, peran Puslitbang itu dalam perusahaan adalah menyusun justifikasi ilmiah (scientific adjustment) dalam

Bambang mengatakan, di setiap zaman selalu ada tantangan usaha baru. Inovasi perlu diciptakan untuk mewujudkan produk dan pasar baru yang mampu memenangkan persaingan produk global

merumuskan kebijakan perusahaan. "Inovasi yang dihasilkan oleh Puslitbang diharapkan akan mampu mengubah ide, konsep dasar aktivitas menjadi value, sesuatu yang bisa meningkatkan pendapatan, mereduksi biaya atau cost effectiveness, dan aspek prosedur kerja yang lebih aman dan sehat bagi karyawan," ujar Bambang, seraya menambahkan, penelitian dan inovasi yang dihasilkan Puslitbang Perhutani diarahkan pada penciptaan produk baru, pasar baru, dan layanan baru yang dihasilkan dari Operasi perusahaan.

Lalu, apa saja yang perlu diperhatikan Perhutani di masa depan untuk meningkatkan kinerja dan juga menaikkan pendapatan bagi perusahaan? Di dalam rangka menjawab pertanyaan itu, Bambang mengatakan, di setiap zaman selalu ada tantangan usaha baru. Inovasi perlu diciptakan untuk mewujudkan produk dan pasar baru yang mampu memenangkan persaingan produk global. "Setiap zaman selalu memberikan tantangan usaha baru, karena lingkungan bisnis berubah dan tuntutan akan produk dan jasa pun berbeda. Semua itu membutuhkan kemampuan SDM yang harus selalu meningkat dari masa ke masa. Maka, harus ada peningkatan kualitas SDM khususnya soft skill SDM perusahaan," tegasnya.

Sebagai penutup perbincangan, Bambang menyebut, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan. Sertifikasi, sistem manajemen mutu, penerapan standar, diharapkan mampu menjadi alat perusahaan untuk memerbaiki proses kerja agar menjadi lebih efisien dan efektif. Serta dapat meningkatkan mutu produk dan layanan yang dihasilkan, meningkatkan value atau nilai produk, serta mampu memenangkan persaingan di pasar. • Tim Kompersh Kanpus

This article is from: