4 minute read
• Perhutani KPH Semarang Salurkan Sarana Kewirausahaan Bagi Teman Difabel
Perhutani KPH Semarang
Salurkan Sarana Kewirausahaan Bagi Teman Difabel
Advertisement
Foto: Kompersh KPH Semarang Wujud kepedulian terhadap sesama kembali ditunjukkan oleh insan-insan Perhutani. Pertengahan Agustus 2022, Perhutani KPH Semarang menunjukkan kepedulian itu dengan menyerahkan bantuan berupa sarana kewirausahaan bagi sejumlah penyandang difabel di Semarang, Jawa Tengah. Bantuan sarana kewirausahaan itu diharapkan dapat meningkatkan kemandirian masyarakat penerimanya. Setidaknya, bantuan itu dapat membantu mereka agar bisa beraktivitas lebih baik dan memiliki semangat serta harapan baru untuk kehidupan yang lebih baik.
Penyerahan bantuan tersebut dilakukan pada Kamis, 15 Agustus 2022. Bertempat di Kantor Bagian Kesatuan
Pemangkuan Hutan (BKPH)
Jembolo Utara, Perhutani Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH)
Semarang menyerahkan bantuan berupa sarana kewirausahaan itu kepada sepuluh orang penyandang difabel. Administratur Perhutani
KPH Semarang, Edi Suroso, hadir langsung dalam penyerahan bantuan tersebut. Bantuan sarana kewirausahaan yang disalurkan di hari itu berupa 3 unit mesin jahit, 2 unit mesin kompresor, 2 buah alat pangkas rambut, 1 buah mesin bor listrik, 1 buah mesin bobok kayu, dan 1 unit sepeda listrik. Bantuan sarana kewirausahaan tersebut disalurkan untuk para penyandang tuna rungu, penyandang cacat tangan hilang satu, dan penyandang cacat kaki kecil. Seusai penyerahan bantuan,
Administratur Perhutani KPH
Semarang, Edi Suroso, mengatakan, pihaknya berharap bantuan itu dapat menolong para penerimanya untuk menjalankan usaha.
“Semoga bantuan Perum Perhutani ini dapat menolong saudara kita yang memiliki keterbatasan agar bisa beraktivitas lebih baik dan memiliki semangat serta harapan baru,” ucapnya. Lebih lanjut, Edi Suroso menyampaikan, bantuan serupa akan terus diberikan secara rutin setiap tahun oleh Perusahaan,
secara berkelanjutan dan bergilir. Sebab, kegiatan itu perlu sebagai salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat.
“Perusahaan punya kewajiban untuk ikut menyejahterakan masyarakat dan salah satu wujudnya adalah pemberian bantuan bagi para penyandang difabel,” lanjutnya.
Penyandang difabel penerima bantuan tersebut merupakan warga yang tinggal di sekitar hutan Perhutani KPH Semarang. Yaitu dari Desa Wonoyoso, Desa Borangan Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, Desa Kentengsari, Desa Ngombak, Desa Karanglangu Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan, serta Desa Jragung Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak Jawa Tengah.
Sementara salah seorang penerima bantuan, Binti Rokfatus Sania, mengatakan ia merasa haru menerima bantuan itu. Wanita penerima bantuan berupa mesin jahit itu pun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Perum Perhutani KPH Semarang. Sania yang asal dari Kabupaten Semarang itu juga menyebut, ia dan rekan-rekan penyandang difabel lain merasa sangat tertolong, terbantu, dan merasa bahagia dengan bantuan yang mereka terima.
“Dengan mesin jahit yang saya terima ini, saya bisa berwirausaha untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Dan semoga bapak-bapak yang memberikan bantuan ini diberi kemudahan dan kelancaran usahanya,” katanya.
Definisi Difabel
Difabel adalah sebutan untuk orang yang berkebutuhan khusus. Sebutan difabel dipandang lebih nyaman dan menghargai kalangan difabel itu sendiri. Sebab, di masa lalu sebutan atau panggilan yang diberikan kepada mereka dinilai stigmatif dan tidak menyenangkan. Sebutan tersebut antara lain penyandang cacat, penyandang ketunaan, atau orang berkebutuhan khusus.
Sebutan yang saat ini cukup populer dan kerap digunakan ialah difabel dan penyandang disabilitas. Difabel merupakan singkatan yang berasal dari bahasa Inggris different ability people atau diferently abled people. Artinya yaitu orang-orang yang dikategorikan memiliki kemampuan berbeda dengan manusia pada umumnya. Istilah lainnya ialah differently able, yang secara harfiah berarti sesuatu kemampuan yang berbeda. Sedangkan secara terminologi, difabel adalah setiap orang yang mengalami hambatan dalam aktifitas keseharian maupun partisipasinya dalam masyarakat, karena desain sarana dan prasarana publik yang tidak universal dan lingkungan sosial yang masih hidup dengan ideologi kenormalan.
Secara hukum formal, sebutan untuk orang-orang yang memiliki kemampuan berbeda itu adalah penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas merupakan sebutan yang dikemukakan dalam UndangUndang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Di dalam Undang-undang, penyandang disabilitas yaitu setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
Ada Perbedaan
Jadi, disabilitas dan difabel merupakan istilah yang menggambarkan keterbatasan seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu. Tetapi, sebenarnya ada perbedaan antara disabilitas dengan difabel. Meski pun secara garis besar sama, namun ada sedikit perbedaan di antara keduanya. Terkadang, jika salah dalam menempatkan kata-kata tersebut dapat menimbulkan sentimen yang berbeda.
Secara umum, disabilitas adalah ketidakmampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Masyarakat mengenai ada beberapa jenis disabilitas. Di antaranya adalah disabilitas fisik semisal gangguan gerak yang menyebabkan penderitanya tidak bisa berjalan, disabilitas sensorik semisal gangguan pendengaran atau penglihatan, disabilitas intelektual semisal kehilangan ingatan, dan disabiltas mental semisal fobia, depresi, skizofrenia, atau gangguan kecemasan.
Sementara itu, difabel adalah istilah yang lebih halus untuk menggambarkan kondisi seseorang yang mengalami disabilitas. Difabel mengacu pada keterbatasan peran penyandang disabilitas dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari karena ketidakmampuan tertentu yang mereka miliki.
Dari sekian sebutan tersebut, difabel dianggap sebagai panggilan atau sebutan yang lebih nyaman, sopan, dan umum dalam percakapan komunitas. Sebutan difabel juga dinilai sejalan dengan ideologi yang memanusiakan, yaitu memberlakukan difabel sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia yang notabene merupakan bagian dari keragaman umat manusia. Dan, sekarang sebutan difabel itulah yang disematkan bagi teman-teman yang memiliki kemampuan khusus tersebut. • DR/
Smg/Djo