6 minute read

• Berdayakan Mitra Kerja Persemaian, Topang Ekonomi MDH di Indramayu

Bertempat di lokasi Persemaian Kroya yang berada di wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Plosokerep, Perhutani

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Indramayu bersama dengan

Advertisement

Mitra Kerja Persemaian, melakukan pembuatan persemaian kolaboratif.

Kegiatan yang bertujuan untuk mewujudkan pemberdayaan

Masyarakat Desa Hutan (MDH) itu digelar Perhutani KPH Indramayu pada Senin, 15 Agustus 2022.

Persemaian kolaboratif itu dibuat untuk tanaman kayu putih. Asisten Perhutani / Kepala

BKPH Plosokerep, Heri Wahyono, memimpin langsung kegiatan tersebut. Dan seluruh rangkaian kegiatan tersebut diikuti oleh jajaran petugas BKPH Plosokerep dan

Ketua Mitra Kerja Persemaian Kroya,

Mahfudin, beserta anggota. Di dalam kesempatan tersebut, mewakili Administratur Perhutani

KPH Indramayu, Heri Wahyono menyampaikan, kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin yang mereka lakukan setiap tahun.

Kegiatan rutin itu dilakukan dalam membuat persemaian tanaman kayu putih dan setiap melaksanakan kegiatan itu mereka selalu melibatkan mitra kerja persemaian. Hal itu dengan tujuan untuk melakukan pemberdayaan MDH dalam menunjang perekonomiannya. Heri Wahyono menambahkan, kegiatan pembuatan persemaian itu Perum Perhutani selalu melakukan kegiatan pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan (MDH). Hal itu dilakukan di seluruh wilayah kerja Perum Perhutani. Misalnya hal itu terlihat di Indramayu. Di sana, Perhutani KPH Indramayu menggandeng Mitra Kerja Persemaian untuk melakukan pembuatan persemaian kolaboratif. Itu merupakan salah satu kegiatan Perhutani KPH Indramayu yang selalu melibatkan mitra kerja persemaian dengan tujuan untuk melakukan pemberdayaan MDH dalam menunjang perekonomian mereka.

merupakan kegiatan yang penting. Sebab, untuk keberhasilan tanaman, salah satu syaratnya adalah harus ditunjang dengan keberhasilan pembuatan persemaian. Apalagi, pada tahun 2022, BKPH Plosokerep mempunyai target 1.200.000 Plances bibit tanaman kayu putih. ”Saya berharap, dengan adanya pemberdayaan MDH dalam pembuatan persemaian Kayu Putih ini bisa menguntungkan dan bermanfaat bagi kedua belah pihak,” ujarnya.

Sementara itu, di kesempatan yang sama, Mahfudin mengucapkan terima kasih kepada Perhutani KPH Indramayu yang telah melibatkan MDH dalam kegiatan tersebut. Ia pun berharap, Perhutani terus berjaya.

“Sebagai Mitra kerja Perhutani yang baik, tentunya kami akan selalu mendukung semua program yang diberikan. Semoga Perhutani tetap jaya dan selalu hadir di tengah-tengah masyarakat dalam meningkatkan perekonomian,” katanya.

Pembuatan Benih Kayu Putih

Kegiatan pembuatan persemaian Kayu Putih yang melibatkan masyarakat setempat itu tentu menjadi langkah yang baik. Melibatkan masyarakat sekitar hutan dapat meningkatkan rasa peduli masyarakat terhadap hutan, dan selanjutnya mereka akan turut serta menjaga hutan. Apalagi, langkah melibatkan masyarakat setempat itu juga dipandang perlu, karena ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan persemaian benih kayu putih.

Pertama, memersiapkan media tanah subur. Seperti diketahui, media merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan suatu tanaman, karena mengandung unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Pada unit persemaian, digunakan media yang cocok untuk semua jenis tanaman. Media tanam yang dipersiapkan itu terdiri dari tanah, sekam padi, dan pupuk organik, dengan perbandingan 6 : 3 : 1. Kemudian bahan-bahan tersebut dicampur sampai merata.

Kedua, pengisian dan penataan di polybag. Pengisian adalah memasukkan media yang telah tercampur merata itu ke dalam wadah atau polybag. Pengisian media ke dalam wadah tersebut harus penuh, agar pada saat disiram, media tidak terlalu banyak menyusut ke bawah. Media yang dimasukkan ke dalam polybag dengan ukuran polybag yang digunakan tidak perlu terlalu besar, karena batang semai kayu putih ukurannya masih kecil dan ketinggian 5 cm, sehingga cukup menggunakan polybag ukuran 12cm x 12cm. Setelah dilakukan pengisian, kemudian polybag yang telah terisi

Foto: Saeful Hakim Kompersh/KPH Indramayu

media ditata dengan rapih pada bedengan yang telah disiapkan.

Ketiga, penaburan bibit kayu putih. Penyemaian adalah mengecambahkan benih untuk dijadikan bibit. Penyemaian dapat dilakukan dari bedeng tabur, yaitu benih kayu putih disemaikan pada bedeng tabur tidak langsung ke polybag. Media yang digunakan pada penyemaian adalah tanah dan pupuk organik.

Bedeng tabur biasanya berupa bedeng basah. Bedeng basah cara pembuatannya yaitu tanah yang akan digunakan harus direndam air selama 7 hari agar tanah menjadi lunak. Setelah itu tanah diinjak-injak sampai menjadi lumpur, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran yang dikehendaki. Setelah itu, benih kayu putih yang sudah dicampur dengan pasir yang diayak dengan perbandingan 1 : 20 ditaburkan pada bedengan. Setelah ditabur, lalu diberi sungkup plastik.

Sungkup plastik digunakan untuk menjaga kelembaban dan agar biji tidak terkena terpaan air hujan secara langsung dan melindungi bibit dari gangguan hama pengganggu semisal burung, katak, tikus, serangga, dan sebagainya. Setelah 5 hari, pertumbuhan benih akan terlihat.

Keempat, pencabutan dan penyapihan bibit kayu putih di bedeng tabur (overspin). Hal ini juga perlu diperhatikan. Pemindahan/ Penyapihan (Overspin) bibit adalah mencabut bibit dari bedeng tabur kemudian dipindahkan ke dalam polybag. Kegiatan penyapihan lebih baik dilakukan di pagi hari dan dilakukan di bawah naungan agar bibit tidak terkena sinar matahari secara langsung. Kecambah yang ketinggiannya 5 cm dicabut dengan hati-hati dari bedeng tabur dan diletakkan dalam wadah ember yang telah diisi air agar bibit tidak layu terkena sinar matahari secara langsung.

Teknik penyapihan ada beberapa langkah. Satu, Polybag yang sudah diisi media disiram terlebih dahulu. Dua, buat lubang tanam di tengahtengah polybag dengan bantuan penusuk kayu yang tajam. Tiga, kecambah dimasukkan ke dalam lubang dengan hati-hati. Jika akar terlalu panjang (lebih dari 5 cm) maka akar harus dipotong. Hal ini sangat penting diperhatikan karena akar harus tegak lurus. Empat, kedalaman penanaman yang benar adalah leher akar berada di dalam tanah. Lima, media di sekitar lubang dipadatkan dengan jari. Enam, segeralah siram bibit yang telah disapih. Tujuh, setelah beberapa hari kemudian dilakukan pemeriksaan dan dilakukan penyapihan kembali jika ada bibit yang mati.

Masyarakat Desa Hutan

Masyarakat desa hutan merupakan sekumpulan orang yang tinggal di dalam atau sekitar hutan. Kebanyakan dari masyarakat desa hutan menggantungkan kehidupannya pada sumber daya hutan yang ada di sekitar mereka untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka sehari-hari.

Namun, sebagian dari masyarakat desa hutan di Indonesia terlihat masih belum bisa mengelola hutan di sekitar mereka dengan baik. Kondisi hutan di sekitar mereka tinggal kerap kali mengalami kerusakan. Tercatat, kerusakan hutan di Indonesia mencapai 610.375,92 hektare yang

merupakan peringkat ketiga negara dengan kerusakan hutan terparah di dunia. Peringkat tersebut tentu saja bukanlah hal yang bisa dibanggakan.

Selain itu, masyarakat desa hutan juga biasanya memiliki masalah terkait kondisi sosial dan ekonomi, dalam mengelola hutan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya kurangnya wawasan pengetahuan mengenai pengelolaan hutan yang baik, sulitnya akses transportasi yang dilalui, sederhananya peralatan kehutanan yang dimiliki, konflik antar masyarakat, dan masih banyak lagi faktor lain.

Menurut penelitian, 50% dari jumlah penduduk miskin di Indonesia bertempat tinggal di sekitar hutan. Penanganan pemerintah pusat mengenai masalah kemiskinan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan memang kurang baik jika dibandingkan dengan penanganan masyarakat miskin di desa ataupun perkotaan. Pemberdayaaan sumber daya hutan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan juga dirasa belum berjalan secara maksimal.

Beberapa upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa hutan sudah dilakukan oleh pemerintah. Salah satunya adalah yang sudah dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yaitu dengan menjalankan program Perhutanan Sosial.

Perhutanan sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan di dalam kawasan hutan negara atau hutan adat, yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Program ini bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui mekanisme pemberdayaan dan tetap berpedoman pada aspek kelestarian hutan. Program tersebut sangat memberi kesempatan besar bagi masyarakat desa hutan untuk turut mengelola hutan tanpa merusak kelestariannya.

Pelaku Perhutanan Sosial adalah kesatuan masyarakat secara sosial yang terdiri dari warga Negara Indonesia yang tinggal di dalam atau sekitar hutan negara, memiliki komunitas sosial berupa riwayat penggarapan kawasan hutan, dan aktivitasnya dapat berpengaruh terhadap ekosistem hutan.

Presiden Indonesia, Joko Widodo, pernah menjelaskan, sasaran dari program perhutanan sosial adalah untuk masyarakat yang bermukim di sekitar hutan dan tergantung pada pemanfaatan sumber daya hutan dan kelestarian hutan, masyarakat yang berlahan sempit atau tidak memiliki lahan, serta masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Contoh dari pelaku program Perhutanan Sosial itu yaitu Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD)/Lembaga Adat, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), Masyarakat Hukum Adat, Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani, dan lain-lain.

Nah, kegiatan pembuatan persemaian kolaboratif yang bertujuan untuk mewujudkan pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan (MDH) itu merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat desa hutan tersebut. Pemberdayaan masyarakat desa hutan antara lain bertujuan sebagai upaya meningkatkan perekonomian masyarakat. Bravo! • DR/Idr/SH

Foto: Saeful Hakim Kompersh/KPH Indramayu

This article is from: