6 minute read

• Di Tanjung Papuma Ribuan Orang Ikuti Petik Laut Pertama Warga Lojejer

Di Tanjung Papuma

Ribuan Orang Ikuti Petik Laut Pertama Warga Lojejer

Advertisement

Ada momen menarik dari salah satu wujud kearifan lokal yang ada di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Tahun ini, aktivitas kearifan lokal itu menjadi kian menarik karena diadakan di Pantai Tanjung Papuma. Tanjung Papuma sendiri sudah dikenal sebagai lokasi wisata unggulan di kawasan Perhutani yang dikelola oleh Perhutani KBM Ekowisata Jatim. Dan momen menarik di Tanjung Papuma itu adalah gelaran ritual larung sesaji yang merupakan bagian dari tradisi Petik Laut. Tradisi Petik Laut sendiri digelar secara rutin oleh warga daerah pesisir, khususnya Desa Lojejer, Jember. Seperti apa gelarannya tahun ini?

Sebuah wujud kearifan lokal terlihat di Pantai Tanjung Papuma, Jember, Jawa Timur. Tahun ini, Tanjung Papuma menjadi tempat penyelenggaraan tradisi yang digelar setiap terjadi momen sambut tahun baru Islam (tahun baru Hijriyah). Masyarakat biasa menjalankan tradisi Petik Laut tepat saat menyambut tahun baru Hijriyah. Tahun ini pun, tanggal 1 Muharram 1444 Hijriyah diperingati oleh warga Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember, Jawa Timur, dengan menggelar ritual larung sesaji sebagai tradisi Petik Laut, di pantai Tanjung Papuma Jember.

Ritual larung sesaji itu dilaksanakan selama dua hari, 30-31 Juli 2022. Ribuan orang hadir sejak Sabtu hingga Minggu, 30 dan 31 Juli 2022 itu. Mereka ramai menyaksikan ritual yang juga menjadi daya tarik wisata tersendiri, karena acaranya dikemas dengan kemeriahan pagelaran seni selama dua hari.

Kepala Desa Lojejer, Muhammad Sholeh, mengatakan, petik laut dilaksanakan setiap tahun. Biasanya pelaksanaannya pada momen menyambut tahun baru Islam. Hal itu sebagai bentuk ungkapan rasa syukur masyarakat pesisir atas hasil yang telah mereka peroleh dari aktivitas melaut.

Tetapi ada yang membuat berbeda dalam penyelenggaraan tahun ini. Tahun ini, acara tersebut digelar di Pantai Tanjung Papuma, dengan harapan akan menjadi momen yang baik untuk masyarakatnya, dalam membangun sinergi yang lebih luas dengan Perum Perhutani KBM Ekowisata Jatim selaku pengelola wisata di Tanjung Papuma.

‘’Masyarakat kami di Tanjung Papuma ini beragam. Mulai dari nelayan, pengelola UMKM, dan juga pekerja lainnya di Papuma yang merupakan lokasi wisata. Besar harapan kami, ke depan dapat membangun tradisi petik laut di Tanjung Papuma yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Lojejer. Sebab, ada potensi wisata yang besar dari penyelenggaraan tradisi yang menarik ini. Ke depan, kami harapkan agar Pemerintah Desa Lojejer melaksanakan petik laut ini sebagai event tahunan di Tanjung Papuma, selain sinergi yang lebih luas lagi dalam pengelolaan wisata di Tanjung Papuma,’’ ucap Sholeh.

Ucap Syukur di Papuma

Sementara itu, General Manager KBM Ekowisata Jatim, Berthus Sudarmeini, menyambut baik dilaksanakannya tradisi tersebut di Tanjung Papuma. Menurut dia, acara larung sesaji yang diadakan di Pantai Tanjung Papuma itu sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan kearifan lokal warga pesisir

Foto: Djel Mohamad/Kompersh Divre Jatim

selatan Jember. Ia melanjutkan, tradisi itu sebagai bentuk ungkapan syukur kepada Yang Maha Kuasa.

“Sebagai bentuk ungkapan syukur kepada Yang Maha Kuasa, tradisi yang merupakan warisan dari leluhur ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Tanjung Papuma,’’ ungkapnya.

Menurut Sudarmeidi, kolaborasi untuk membangun Tanjung Papuma sebagai kawasan wisata dengan melibatkan banyak unsur dan juga mitra, termasuk dari badan usaha milik masyarakat dan pemerintah Desa Lojejer. Sehingga, diharapkan pembangunan kawasan wisata tersebut akan menjadikan Tanjung Papuma lebih maju dan berkembang.

Nama Pantai Tanjung Papuma sendiri merupakan singkatan dari Pasir Putih Malikan (Papuma). Sedangkan petik laut merupakan ritual rutin yang digelar setiap tahun hampir di pesisir selatan Pulau Jawa. Tahun ini, warga dan pengelola wisata Pantai Tanjung Papuma Jember yang dikelola Perhutani sengaja menggelar tradisi larung sesaji atau petik laut itu di Tanjung Papuma. Acaranya dilakukan bertepatan dengan awal tahun baru Islam, 1 Muharam 1444 Hijriyah.

Kegiatan petik laut itu bertujuan untuk melestarikan budaya masyarakat Jawa yang tinggal di pesisir pantai selatan. Sebelum acara larung sesaji digelar, malam harinya diadakan semaan Al Qur’an dan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Acara larung sesaji itu diikuti ribuan orang yang kebanyakan berprofesi sebagai nelayan dari Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Acara tersebut juga dihadiri oleh pimpinan muspika setempat.

Larung Sesaji

Larung Sesaji merupakan tradisi yang diselenggarakan sebagai wujud syukur atas nikmat Tuhan berupa rezeki, keselamatan, serta hasil alam yang melimpah, baik hasil bumi maupun hasil laut. Larung sesaji dimaknai pula sebagai sebuah tindakan yang bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai luhur budaya bangsa, yaitu kekhasan yang merupakan ciri suatu daerah dan warisan leluhur. Larung sesaji adalah tradisi turun temurun dari warga di beberapa daerah, semisal Blitar, Magetan, maupun Probolinggo.

Di Blitar, Larung Sesaji dilakukan setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro dalam kalender Jawa). Di Kelurahan Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Larung Sesaji diadakan setiap Ruwah (salah satu bulan dalam sistem penanggalan Jawa) atau menjelang datangnya bulan suci Ramadhan. Di Puger Kulon, Kabupaten Jember, Larung Sesaji diadakan pada bulan Suro atau Muharram, yaitu tanggal 15 Suro.

Nah, larung sesaji yang tanggal 1 Muharram 1444 Hijriyah siang itu digelar di Pantai Pasir Putih Malikan (Papuma), adalah ritual tahunan. Ada keriuhan yang ditingkahi wangi kemenyan dan

asap dupa. Sepotong kepala kambing diletakkan di atas miniatur kapal dan diarak bersamasama menuju samudera. Para pengaraknya memakai pakaian adat Jawa, dengan iringan reog Singo Budoyo. Sebelum di larung ke laut, perahu yang sudah dihias dengan gunungan nasi kuning dengan sayur mayur dan hasil laut itu dibawa ke Vihara Dewi Sri Wulan yang diiringi reog singo budoyo dan kemudian perahu miniatur itu diarak ke laut untuk dilepas. Di tengah pantai Papuma, sejumlah sesepuh mendorong ‘kapal’ sesaji itu ke tengah laut.

Larung Sesaji itu adalah perwujudan rasa syukur masyarakat nelayan di selatan Jember, atas melimpahnya panen ikan tahun ini. Mereka berharap, panen ikan terjadi sepanjang tahun. Selamanya. Larung sesaji itu merupakan perwujudan rasa syukur masyarakat sekitar Pantai Papuma yang sebagian besar adalah nelayan, sehingga mereka meyakini ke depan akan mendapat berkah alam berupa hasil tangkapan ikan yang melimpah.

Larung sesaji juga merupakan lukisan harmoni masyarakat Jember selatan. Seniman, jagawana, polisi, tokoh adat, tokoh agama, dan penjaga vihara, berkumpul. Malam sebelumnya, wayang kulit sudah digelar, mendahului acara larung di siang itu. Bagi sebagian kalangan, larung sesaji adalah perpaduan atau sinkretisme sejumlah elemen agama, yaitu Islam, kejawen, Konghucu. Di Tanjung Papuma, acara ini sudah lima kali digelar selama lima tahun terakhir.

Di dalam perkembangannya semakin banyak masyarakat dan wisatawan yang tertarik menyaksikan upacara ini. Tentu saja, ini merupakan aset wisata budaya yang unik dan menarik. Tak hanya mempromosikan keindahan, tetapi juga makna kedamaian dari sebuah perbedaan yang hidup di dalam masyarakat yang beragam.

Kegiatan yang sudah menjadi agenda tahunan itu merupakan budaya dan kearifan lokal yang harus terus dilestarikan. Selain sebagai ajang silaturahmi masyarakat, petik laut di Tanjung Papuma juga dapat menambah daya tarik wisata tersendiri. Di sisi lain, petik laut bisa diagendakan sebagai kalender kegiatan Provinsi Jawa Timur, karena dapat meningkatkan pendapatan baik dari sektor pajak ke pemerintah maupun ke Perhutani, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi warga sekitar.

Foto: Djel Mohamad/Kompersh Divre Jatim

Tanjung Papuma

Pantai Papuma sendiri adalah sebuah pantai yang kini menjadi tempat wisata unggulan di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Tepatnya, Pantai Papuma berada di Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Nama Papuma sebenarnya adalah sebuah singkatan dari “Pasir Putih Malikan”.

Pantai papuma adalah salah satu pantai yang cukup populer dan terkenal di Jember. Walaupun jaraknya cukup jauh dari pusat kota Jember, sekitar 40 kilometer. Namun, keindahan Pasir Putih Malikan ini cukup eksotis dan mampu menarik perhatian wisatawan untuk datang ke sana. Baik lokal maupun mancanegara.

Pantai Papuma mulai dibuka secara resmi sejak tahun 1994. Namun, baru tahun 1998 wisata pantai di Jember ini mulai ramai dikunjungi oleh wisatawan. Menurut sejarah, dulu pada zaman penjajahan Jepang, hutan yang ada di sekitar Pantai Papuma ini dijadikan sebagai markas dan benteng Jepang ketika perang berlangsung. Kini, wisata Pantai Papuma menjadi salah satu lokasi wisata unggulan di Jember. • DR/

DivreJatim/Dje

This article is from: