Better Food Packaging
Publikasi tahun 2016 yang berjudul Fixing Food: Towards a More Sustainable Food System (https://bit. ly/sustainablefoodsystem) sungguh menyentak, karena melaporkan bahwa Indonesia menempati urutan kedua sebagai “food waster”. Laporan tersebut menyatakan bahwa jumlah pangan hilang dan terbuang (food loss and waste, FLW) di Indonesia mencapai angka 300 kg per kapita per setiap tahunnya. Selanjutnya, pada tahun 2021, kajian Bappenas (https://bit.ly/Bappenas-FLW) melaporkan bahwa jumlah pangan hilang dan terbuang (FLW) di Indonesia pada tahun 2000-2019 mencapai sekitar 115-184 kg per kapita per tahun. Pada tahun yang sama (2021), laporan dari United Nations Environment Programme (https://bit.ly/unepfoodwasteindex) juga menyimpulkan kondisi yang tidak menggembirakan, menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah pangan hilang dan terbuang terbesar di ASEAN, dengan angka sekitar 77 kg per kapita per tahun.
Angka FLW yang dilaporkan ini berbeda-beda (karena perbedaan metodologi) namun kesemuanya melaporkan angka yang besar. Hal ini tentu mencengangkan dan sekaligus memprihatinkan, bahkan merupakan ironi, karena pada saat yang sama masih banyak orang dalam kondisi kekurangan pangan. Karena alasan tersebut, angka ini perlu menggugah kesadaran kita semua, untuk bersama-sama berusaha mengurangi jumlah pangan hilang dan terbuang sia-sia ini.
Laporan-laporan tersebut di atas juga harus menjadi peringatan serius, karena dapat menjadi ancaman bagi ketahanan pangan dan gizi Indonesia. Untuk itu, pada Sidang Umum ke-74 (2019) Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 29 September sebagai Hari Kesadaran Internasional tentang Pangan Hilang dan Terbuang (The International Day of Awareness of Food Loss and Waste , IDAFLW). IDAFLW ditetapkan dengan tujuan untuk membangun kesadaran dan memicu berbagai sektor publik dan swasta untuk bertindak dan berinovasi mengurangi pangan hilang dan terbuang di dunia.
Industri pangan, insan pangan di sepanjang rantai pangan perlu secara sadar berpartisipasi aktif, berinovasi, memastikan segala upaya untuk mengurangi jumlah pangan hilang dan terbuang. Salah satu upaya mendasar yang perlu dilakukan adalah
mengubah gaya hidup lebih menghargai pangan, menghargai petani, peternak, nelayan, pekebun dan semua orang yang memproduksi pangan, dengan melakukan penanganan pangan secara baik, dan tidak mudah membuang pangan.
Khususnya untuk industri pangan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memilih dan merancang kemasan pangan secara lebih baik, better food packaging .
Lebih baik? Untuk kemasan pangan, pengertian “lebih baik” ini mempunyai arti yang sangat luas, menjawab beragam tantangan masyarakat yang selalu berkembang. Untuk pangan, tantangan pertama dan utama adalah bagaimana kemasan pangan dapat menjamin keamanan pangan. Selanjutnya, kemasan pangan juga perlu menjawab tantangan penting untuk memberikan perlindungan kepada produk pangan terkemas sehingga menjadi tidak mudah rusak atau busuk, sehingga dapat mengurangi pangan hilang dan terbuang. Pada saat yang sama, perancangan kemasan pangan juga ditantang untuk menghindari penggunaan kemasan berlebihan dan mengurangi penumpukan sampah kemasan (khususnya plastik) yang berpotensi mencemari lingkungan. Industri perlu menjawab tantangan tersebut dengan terus berinovasi secara berkelanjutan (baca Pengemasan untuk Mengurangi Pangan Hilang & Terbuang, halaman 4249 ).
FoodReview Indonesia kali ini, edisi terakhir 2022, mengulas berbagai tantangan yang harus atasi oleh kemasan pangan ini. Setiap insan pangan, termasuk konsumen, mempunyai peluang berkontribusi, menjadikan sistem pangan yang lebih berkelanjutan, menuju 2023 dan tahun-tahun mendatang yang lebih baik. Selamat tahun Baru 2023. Semoga industri pangan Indonesia terus berkembang, lebih berkelanjutan dan berdaya saing. Semoga. Purwiyatno Hariyadi phariyadi.staff.ipb.ac.id
Clean label adalah konsep yang mempersyaratkan suatu produk untuk terbuat dari bahan-bahan tanpa ingridien artifisial, minim proses, serta proses pengolahannya diinformasikan secara transparan atau dapat diakses dengan mudah oleh konsumen.
Penerbit: PT Media Pangan Indonesia Alamat PT Media Pangan Indonesia: Jl Binamarga II No. 23, Baranangsiang, Bogor Timur 16143 Telepon: (0251) 8372333, (0251) 8322732 | +62 811 1190 039 | Fax: (0251) 8375754 Website: www.foodreview.co.id | E-mail: redaksi@foodreview.co.id, marketing@foodreview.co.id
KEAMANAN DAN MUTU
52 Mitigasi Risiko Senyawa Etilen Oksida, 2,6-Diisopropilnaftalena dan 9,10-Antrakinon
Keamanan pangan merupakan prasyarat utama yang perlu dipenuhi pada setiap produk pangan yang beredar. Tidak hanya itu, keamanan pangan juga menjadi salah satu upaya perlindungan hak masyarakat sebagai konsumen.
REGULASI
60 Pembaruan Regulasi Keamanan dan Mutu Pangan Olahan
Permintaan konsumen akan produk pangan olahan yang aman, inovatif, sesuai tren yang berkembang, serta diterima di masyarakat semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Agenda Kegiatan FoodReview Indonesia
Kepada FoodReview Indonesia, Saya beberapa kali telah mengikuti acara webinar yang diselenggarakan oleh FoodReview Indonesia. Sangat menarik dan memberi wawasan yang bermanfaat. Untuk tahun 2023 ini, di mana saya dapat mengakses agenda webinar yang akan dilaksanakan? Terima kasih.
Dany Lesmana Jakarta
Jawab: kami ucapkan terima kasih atas partisipasinya dalam mengikuti kegiatan kami. Untuk agenda kegiatan, akan selalu diperbarui di website kami di www.foodreview.co.id atau Anda juga dapat mengirim alamat surel untuk kami masukkan dalam milis kami. Surel yang terdaftar akan selalu kami info terkait kegiatan yang kami selenggarakan.
Q&A
Koleksi Buku FoodReview Indonesia
Kepada FoodReview Indonesia, Saya memerlukan beberapa referensi buku terkait ilmu dan teknologi pangan. Apakah saya bisa mendapatkan info mengenai koleksi buku FoodReview Indonesia. Terima kasih.
Dian Heriyani Bogor
Jawab: FoodReview Indonesia memiliki beberapa koleksi buku seputar pangan seperti Teknologi Proses Termal untuk Industri Pangan, Database Kandungan Flavonoid, Karotenoid, dan Plant Sterol pada Makanan Indonesia, Database Kadar Garam, Gula Lemak, dan Kolesterol pada Makanan Indonesia, Desain Saniter untuk Industri Pangan, dan buku Kakao dan Teknologi Produksi Cokelat. Untuk pemesanan dan lainnya silakan kontak melalui nomor WA kami di +62 811-1190039. Terima kasih.
Topik untuk Penulisan Artikel
Dear FoodReview Indonesia, Mohon info untuk tema majalah FoodReview Indonesia bulan depan, saya berencana untuk mengirim tulisan agar dapat sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Terima kasih.
Nur Rizky Surakarta
KIRIMKAN KOMENTAR
atau
Jawab: Pada dasarnya redaksi FoodReview Indonesia menerima artikel tentang ilmu dan teknologi pangan, serta aplikasinya dalam industri. Artikel yang masuk akan kami ulas isi dan format sesuai standar pemuatan kami. FoodReview Indonesia edisi Januari-Maret akan membahas tentang Plant-based Trends & Innovations, Beverages, dan Update on Functional Food & Nutraceutical.
pertanyaan Anda ke Forum FOODREVIEW INDONESIA
Jl Binamarga II No. 23, Baranangsiang, Bogor Timur 16143 atau melalui whatsapp: +62 811-1190-039, email redaksi@foodreview.co.id Cantumkan nama lengkap, alamat dan nomor telepon Anda. Semua surat yang masuk akan diedit terlebih dulu dengan tanpa mengubah maknanya.
0811 1190 039.
Enzyme-Modified Cheese untuk Produk Pangan
Siap Saji
Gaya hidup yang dinamis seperti saat ini membutuhkan kecepatan hampir di setiap bidang, terutama pada pemenuhan konsumsi masyarakat. Permintaan konsumen terhadap eksplorasi rasa juga semakin meningkat terutama karena paparan informasi yang begitu mudah. Keju menjadi salah satu cita rasa yang diinginkan konsumen hampir di segala jenis produk pangan terutama pangan siap saji. “Semua hidangan dipasangkan dengan keju untuk kesan mewah, mahal, dan lezat. Untuk memenuhi hal tersebut, sejak dua tahun lalu kami memproduksi enzyme-modified cheese (EMC) bernama Chezmo,” kata Indri Cantika W, Sales & Marketing PT Gala Natura Kreasi.
Keju ini dapat digunakan untuk berbagai produk pangan, seperti untuk pembuatan saus keju, keju olahan, seasoning, dan lainnya. Aroma dan rasa keju dari EMC banyak digunakan sebagai ingridien untuk pangan olahan untuk menggantikan peran keju natural. Produksi EMC adalah metode konsisten untuk meningkatkan rasa keju dalam produk yang membutuhkan sumber keju seperti parmesan, cheddar, swiss dan lainnya. Penggunaan EMC pada produk dinilai lebih ekonomis. Hanya diperlukan 1%-5% EMC digunakan dari total adonan bahan pangan untuk bisa mendapatkan flavor keju yang kuat, karena aroma dan rasa EMC bisa sampai 30 kali keju alami. Fri-12
Indonesia Halal Industry Awards 2022 Dibuka Kembali
Salah satu bagian penting dari ekosistem ekonomi syariah adalah industri halal, dan hal inilah yang sedang diperkuat oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (Kemenperin RI). Salah satu bentuk kegiatan untuk menguatkan industri halal Indonesia adalah dengan memberikan apresiasi kepada individu maupun pelaku industri nasional yang berperan aktif terhadap pengembangan industri halal Indonesia. Apresiasi ini berupa penghargaan yakni Indonesia Halal Industry Awards (IHYA) yang mulai diberikan sejak tahun lalu.
Pada tahun ini, Kemenperin kembali melaksanakan IHYA untuk mendukung kemajuan dan penguatan industri halal
Indonesia, sekaligus dapat menjadi representasi visi Indonesia sebagai pusat industri halal dunia. Pada IHYA ini (https://ihya.kemenperin. go.id/), terdapat 8 kategori awards yang akan diberikan, yakni (1) Inovasi Halal Terbaik, (2) Program Sosial Kemasyaratakan Terbaik, (3) Rantai Pasok Halal Terbaik, (4) Industri Kecil Terbaik, (5) Kawasan Industri Halal Terbaik, (6) Ekspansi Ekspor Terbaik, (7) Dukungan Program Halal Terbaik, (8) Dukungan Finansial Terbaik. Semua rangkaian kegiatan IHYA 2022 mulai dari pendaftaran hingga penialaian dilakukan secara daring melalui portal resmi IHYA. Penganugerahan IHYA akan dilaksanakan pada Desember 2022. Fri-12
Pangan Fungsional:
Tema Kolaborasi Tiga Universitas Memeringati Hari Pangan Sedunia
Memperingati Hari Pangan Sedunia (World Food Day/ WFD, 16 Oktober), Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Universitas Ahmad Dahlan (UAD), dan Universitas Muhammadiyah Bandung (UMB) berkolaborasi mengadakan kegiatan web-seminar pada 5 November 2022 lalu. Ketua Panitia Pelaksana, Lukman Azis, S.TP., M.Sc menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak hanya melibatkan dosen, tetapi juga mahasiswa dari masing-masing program studi. Webseminar WFD 2022 ini mengusung tema “Functional Foods: Trends and Challenges”. Tema tersebut dilatarbelakangi dari kondisi dunia saat ini yang sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja, khususnya terkait dengan kondisi kesehatan global.
Kondisi demikian mengakibatkan penggiat pangan fungsional perlu menjawab tantangan baik dalam proses pengembangan produk maupun pengenalannya di masyarakat yang perlu untuk diketahui lebih luas.
WFD kali ini juga dihadiri oleh pimpinan kampus yang terlibat yaitu UAD, UAI, dan UMB. Masingmasing memberikan sambutan yang menyoroti soal pangan fungsional. Rektor UAI, Prof. Dr. Ir. Asep Saefuddin, M.Sc. menyampaikan bahwa pangan memang menjadi hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, pangan menjadi salah satu kebutuhan pokok umat manusia terlebih lagi jika dikaitkan dengan pangan yang menyehatkan, halal dan pangan dengan fungsi khusus. Kemudian Rektor UMB Prof. Dr. Ir. Herry
Suhardiyanto, M.Sc., IPU. menyampaikan bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi dengan sebaik-baiknya sesuai dengan jenis dan kuantitas yang dibutuhkan setiap individu. Oleh sebab itu, sangat penting menggali informasi yang cukup agar pemenuhan kebutuhan pangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Terakhir, dari UAD yang diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Rusydi Umar S.T., M.T., Ph.D, yang menyampaikan bahwa salah satu poin dalam Sustainable Development Goals (SDGs) adalah Zero Hunger yakni pemenuhan pangan dapat sampai pada seluruh lapisan masyarakat sehingga tidak ada lagi kasus kekurangan pangan. Seminar ini dimoderatori oleh Fahmi Ilman Fahrudi, S.TP., MOFT. yang menyampaikan bahwa perayaan WFD merupakan peringatan bagi seluruh lapisan masyarakat agar terus berkontribusi dalam memberikan ide dan gagasan untuk memecahkan masalah pangan baik di sekitar kita maupun di dunia. Pada kesempatan kali ini, Ketua Perhimpunan Penggiat Pangan dan Nutrasetikal Indonesia (P3FNI), Prof. Dr. C. Hanny Wijaya menjadi keynote speaker sekaligus menyampaikan materi dengan judul ‘Potensi dan Peran Pangan Fungsional Menghadapi Krisis Pangan’. “Memberikan alternatif guna menghadapi era krisis pascapandemi, dengan menciptakan inovasi pangan yang bersifat berkelanjutan dan memiliki manfaat fungsional. Salah satunya yaitu dengan memanfaatkan
pangan berbasis tumbuhan, penggunaan pangan secara efisien, no waste policy dan pangan yang ramah lingkungan,” ujar Hanny.
Tantangan industri pangan
Perubahan gaya hidup, perkembangan IPTEK, kesadaran tentang hubungan antara pangan dan kemungkinan timbulnya penyakit, serta peningkatan kesejahteraan, membuat konsumen lebih selektif dalam memilih produk pangan. Hal tersebut menjadi tantangan bagi industri pangan untuk terus melakukan inovasi. Dalam proses penyediaan pangan, terdapat dua peran pemerintah yaitu melindungi konsumen dari pangan tidak aman serta mewujudkan perdagangan yang adil dan bertanggung jawab. Koordinator Kelompok Substansi Standardisasi Pangan Olahan Keperluan Gizi Khusus, Klaim, dan Informasi Nilai Gizi, serta Pangan dengan Proses Tertentu dan Cara Produksi Pangan Tertentu, Direktorat Standarisasi Pangan Olahan BPOM RI, Sofhiana Dewi, S.TP., .M.Si, menyampaikan bahwa secara regulasi, tidak ada regulasi yang
mengatur peredaran produk-produk pangan fungsional. Namun, BPOM mengatur regulasi pangan dengan fungsi khusus sebagai pangan berklaim. Dalam kesempatan yang sama, Product Development and Packaging Manager of RnD, PT Lautan Natural Krimerindo, Alvin Yonathan Budiman, S.TP., menyampaikan bahwa pangan fungsional adalah pangan olahan maupun segar yang mengandung komponen bermanfaat untuk meningkatkan fungsi fisiologis tertentu atau mengurangi risiko sakit yang dibuktikan berdasarkan kajian ilmiah harus menunjukkan manfaat dengan jumlah yang bisa dikonsumsi dengan jumlah yang biasa sebagai bagian dari pola makan sehari-hari. “Pertumbuhan functional food semakin lama semakin meningkat disebabkan oleh populasi yang meningkat. Tantangan bagi industri pangan dalam memproduksi pangan fungsional yaitu menyediakan pangan sehat yang juga enak,” kata Alvin. Pembicara terakhir yaitu Assoc. Prof. Yaya Rukayadi menyampaikan bahwa pada tahun 2050 mendatang, dunia akan menghadapi berbagai macam tantangan, seperti perubahan iklim dan pertambahan penduduk. Oleh sebab itu, inovasi akan pangan baru yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat harus selalu ditingkatkan. Pangan yang berfungsi khusus tidak serta merta merupakan pangan yang merupakan tradisi daerah lain. “Indonesia dengan jenis bahan pangan dan pangan olahan yang sangat melimpah justru menyediakan banyak macam pilihan.
Keberadaan pangan olahan tersebut perlu ditingkatkan lagi eksistensinya agar pemenuhan pangan fungsional dari pangan lokal dapat terpenuhi,” tuturnya. Pangan fungsional sendiri memiliki banyak fungsi melalui kandungan senyawa bioaktif dalam bahan pangan. Fungsi tersebut seperti antimikrobial, antioksidan, antidiabetic, antikanker, dan antiinflamasi. Beberapa senyawa yang dikategorikan sebagai senyawa fungsional seperti lycopene, inulin, flavanol, sulforaphane, dan lainnya. “Beberapa contoh pangan di sekitar kita yang terlupakan padahal memiliki banyak manfaat seperti kinoa, buni, kenikir dan lain-lain,” pungkasnya.
Peran UMKM dalam Peningkatan Ekonomi Indonesia
Semenjak pandemi COVID-19 hingga saat ini, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terus bertahan dan berkontribusi dalam peningkatan ekonomi Indonesia. Data dari Kementerian Perindustrian per 2021 menunjukkan bahwa sebesar 61,07% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berasal dari sektor UMKM. Data lain menampilkan bahwa sebanyak 117 juta pekerja atau 97% dari total tenaga kerja yang ada. Dengan rincian, usaha mikro sebanyak 107,4 juta, usaha kecil, 5,8 juta, dan usaha menengah 3,7 juta. Hal ini berarti mendukung usaha UMKM berarti memiliki banyak makna seperti menyelamatkan pendapatan, tingkat daya beli, dan konsumsi mesyarakat yang sangat memengaruhi
ketahanan ekonomi Indonesia. “Indikator perdagangan kita saat ini menunjukkan angkat catatan yang baik. Ekonomi Indonesia juga diproyeksikan masih tumbuh 5-5,1% pada tahun 2023. Namun demikian, kita tetap harus mewaspadai kondisi global saat ini,” kata Wakil Menteri Perdagangan RI, Jerry Sambuaga dalam Siaran Pers Kementerian Perdagangan pada perayaan ulang tahun ke-65 Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong (Kosgoro) 1957 di Bandung 26 November 2022 lalu. Selain peran UMKM, budaya digital juga berkontribusi dalam peningkatan ekonomi Indonesia. Saat ini, niagael merupakan penyumbang terbesar dalam ekonomi digital Indonesia. Hal ini didukung dengan potensi pengguna digital di Indonesia sebesar 212,35 juta pengguna internet dan 170 juta merupakan penggunaan media sosial dan pengguna layanan niagael yang sudah mencapai 88,1% dari total pengguna internet di Indonesia. Kementerian Perdagangan juga mencatat 54% dari total kunjungan niaga-el berasal dari platform milik Indonesia. Bahkan nilai transaksi e-commerce pada 2021 lalu mencapai Rp401 triliun. Wamendag Jerry mengutarakan, penerapan niaga-el membutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha untuk memfasilitasi pelaku UMKM untuk dapat bersaing dalam niaga-el. Fri-35
Kembangkan Kapasitas Melalui Startup Festival Collaboration
LKST IPB
Bisnis rintisan (startup) diketahui semakin berkembang di Indonesia. Data yang dirilis oleh startupranking.com pada awal November tahun ini, Indonesia menduduki posisi ke-6 sebagai negara dengan jumlah startup paling banyak di dunia. Hal tersebut disampaikan oleh Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM, Ir. Siti Azizah, MBA. Dalam sambutan dan pembukaan secara daring pada Demo Day/Business Matching & Expo Startup Festival Collaboration yang disenggarakan luring pada Selasa, 22 November 2022 di Bogor, Siti Azizah menyampaikan bahwa tak mudah membangun startup berkualitas. “Ada banyak masalah yang kerap dialami para startup, yakni permodalan yang merupakan masalah utama selain regulasi dan pasar, strategi, SDM serta fasilitas juga menjadi kendala yang dihadapi oleh startup,” tuturnya.
Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Koperasi meluncurkan program peningkatkan kapasitas startup untuk membantu pembinaan dan pengembangan startup di Indonesia. Salah satu mitra lembaga inkubator adalah Science Techno Park/STP Institut Pertanian Bogor (IPB) atau Lembaga Kawasan Sains dan Teknologi (LKST) IPB. Ada berbagai kategori bidang usaha startup yang ikut serta dalam business matching kali ini di antaranya yakni bidang usaha pangan, industri kreatif, teknologi informasi dan komunikasi, serta bidang usaha kesehatan dan obat.
Dalam acara yang sama, Wakil Kepala LKST IPB bidang Inkubator Bisnis dan Kemitraan Industri, Dr. Rokhani Hasbullah dalam sambutannya mengungkapkan bahwa telah diselenggarakan program penguatan kapasitas startup anggaran tahun 2022 dengan berbagai kegiatan. “Demo day
atau business matching ini merupakan proses peminangan antara 2 pihak yang saling membutuhkan untuk menjadi mitra bisnis dalam rangka untuk memperlancar pemasaran dan permodalan,” ungkap Rokhani. Business matching yang diselenggarakan LKST IPB bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM ini menghasikan lebih dari 20 pernyataan minat untuk melakukan pertemuan lanjutan antara mitra dan startup dan penerbitan 2 surat pernyataan minat kerjasama. Selain itu pada acara ini juga dilakukan penandatanganan MoU Kerjasama antara startup/tenant dengan mitra. MoU tersebut terjalin antara (1) Nectars dengan PT Surveyor Indonesia terkait pendanaan, pendampingan dan pemasaran produk; (2) Si Cemplon dengan Dit. Bisnis IPB terkait pemasaran produk; (3) Springfood dengan Serambi Botani terkait pemasaran produk; (4) Rumah Pangan
Nusantara dengan Serambi Botani terkait pemasaran produk; (5) Infiniti dengan PT Media Pangan Indonesia terkait promosi dan pemasaran produk. Fb.yunita
Kinerja Industri Pangan dalam Indeks Kepercayaan Industri (IKI)
Indeks Kepercayaan Industri (IKI) merupakan indikator derajat keyakinan atau tingkat optimisme industri manufaktur terhadap kondisi perekonomian dan juga merupakan gambaran kondisi industri pengolahan serta prospek kondisi bisnis di Indonesia. IKI diluncurkan oleh Kementerian Perindustrian dengan tujuan untuk diagnosa permasalahan sektor industri serta penyelesaiannya secara cepat dan tepat. “IKI bisa menjadi instrumen kami untuk merumuskan kebijakan yang tepat karena sangat penting, kami memohon kerja sama dari para pelaku industri untuk mengisi kuisioner IKI secara jujur dan faktual yang pengisiannya dilakukan melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas). IKI merupakan suara industri, jadi harus dilihat sebagai instrumen untuk menyuarakan keinginan dari para pelaku industri,” ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam siaran
pers Kementerian Perindustrian 5 Desember 2022 lalu. Dalam upaya untuk terus mendorong daya saing industri pangan, Kemenperin juga terus memastikan ketersediaan bahan baku industri untuk mendukung roda produksi. Terkait dengan jaminan ketersediaan bahan baku ini, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Perindustrian yang memastikan industri bisa memperoleh bahan baku melalui neraca komoditas. “Tentu kami di Kemenperin akan terus berusaha menjamin bahwa rekan-rekan industri memiliki kecukupan bahan baku, dan komitmen dari Kemenperin, kami ingin terus memfasilitasi sehingga tidak ada subsektor manufaktur yang left behind,” tegas Menperin. Lebih lanjut, Menperin juga memberikan apresiasi pada GAPMMI karena pencapaian dan usaha yang dilakukan oleh pelaku industri pangan. Disebutkan
bahwa GAPMMI merupakan wadah pengusaha di bidang industri pangan mempunyai peran yang sangat strategis sebagai mitra pemerintah untuk menumbuhkembangkan industri pangan di tanah air.
“Partisipasi aktif dari asosiasi dan para pelaku industri dalam memberikan masukan kepada pemerintah sangat diperlukan agar kebijakan pengembangan industri tepat sasaran. Tidak hanya pada industri pangan saja, tetapi pada industri secara keseluruhan,” tuturnya. Ketua Umum GAPMMI Adhi S. Lukman mengapresiasi upaya yang telah dilakukan Kemenperin untuk terus mendorong industri nasional agar terus
tumbuh di tengah ketidakpastian global, mulai dari dukungan implementasi industri 4.0, membuat instrumen untuk mengetahui kondisi riil industri dalam negeri, hingga dukungan ketersediaan bahan baku. “Kami sangat berharap dukungan pemerintah untuk bisa mendorong industri makanan terus tumbuh, kami perlu dukungan ketersediaan bahan baku sehingga bisa menjadi pendorong kepastian berusaha di Indonesia, kami yakin Kemenperin adalah stakeholder kami yang selalu mendukung industri makanan dan minuman untuk terus tumbuh dan berkembang,” tuturnya. Fri-35
• PT Schneider Electric Indonesia menggandeng GAPMMI sebagai salah satu rekanan dalam mengadakan acara Innovation Summit Schneider 2022 di Jakarta pada 2-3 November 2022. Pada acara ini, terdapat beberapa talkshow serta expo produk kelistrikan dan IoT. Ketua Umum GAPMMI, Adhi S. Lukman, menjadi salah satu panelis dalam talkshow sesi panel: Industries of the Future “Make it for Life”. Di akhir sesi diadakan Sustainability Award Schneider-GAPMMI yang merupakan bentuk apresiasi bagi perusahaan anggota GAPMMI yang telah melaksanakan program keberlanjutan di perusahaannya. Adapun fokus kriterianya diambil dari empat poin Sustainable Development Goals (SDGs), sebagai berikut: 7-Energi Bersih dan Terbarukan; 9-Infrastruktur, Industri dan Inovasi; 12-Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; dan 13-Penanganan Perubahan Iklim. Dari beberapa perusahaan anggota GAPMMI yang telah
mendaftar dipilih tiga pemenang, yaitu: PT Kalbe Morinaga, PT Indofood Sukses Makmur, Tbk., dan PT Tirta Investama (Danone Aqua). GAPMMI juga melakukan seremonial penandatangan nota kesepahaman dengan PT Schneider Indonesia di bidang akselerasi industri 4.0 yang berkelanjutan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan sumber daya manusia industri pangan dalam rangka mewujudkan inisiatif pemerintah terkait Making Indonesia 4.0 dengan didasari atas prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan bagi para pihak.
• SIAL InterFOOD 2022 kembali diselenggarakan secara luring di JIExpo Kemayoran oleh Kristamedia pada 9-12 November 2022. Dirjen Industri Agro, Putu Juli Ardika, diundang untuk melakukan peresmian bersama dengan beberapa asosiasi terkait (GAPMMI, AP5I, ASENSI, APRINDO, ACP, ICA, PPJI, ATI, Dekaindo, SCAI, AEKI, ASKI, Asperapi, IPF, dan lain-lain). Pameran
makanan dan minuman internasional ini dilaksanakan bersamaan dengan pameran F&B License Franchise, SeaFood Show of Asia, INAShop Dalam kesempatan tersebut, GAPMMI mengadakan acara Member Gathering secara luring pada 9 November 2022, dengan tema “Diseminasi Pedoman Mitigasi Risiko Kesehatan Senyawa EtO, 2,6-DIPN, dan 9,10AQ dan Peraturan dan Kebijakan BPJPH terbaru”, dengan mengundang narasumber dari Direktur Badan POM serta Kepala BPJPH,
• Betsy Monoarfa, Ketua GAPMMI Bidang Pembinaan dan Pengembangan UMKM, didampingi oleh Andrew F. Saputro, Ketua GAPMMI Bidang Kerja Sama dan Promosi, menerima kunjungan kerja dari Komisi II Bidang Perekonomian DPRD Prov. Banten di kantor GAPMMI, Jakarta, pada 9 November 2022, kunker dilaksanakan dalam rangka koordinasi mengenai penyediaan produk pangan yang sehat sebagai program dari industri mamin.
• Indonesia Halal Training & Education Center (IHATEC) menggelar acara
penganugerahan yang bernama TOP HALAL AWARD 2022 di Jakarta pada 9 November 2022. Penghargaan ini diberikan kepada merek-merek yang berhasil meraih posisi teratas sebagai merek halal yang top menurut milenial. Merekmerek yang dipersepsi oleh milenial Indonesia sebagai merek yang paling diyakini kehalalannya dan didasarkan hasil survei Top Halal Index yang dilakukan oleh IHATEC Marketing Research di lima kota besar, yaitu Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar. Beberapa merek mamin anggota GAPMMI meraih penghargaan ini (Kacang Garuda, Cookies Gery, Inaco Jelly, Kecap ABC, Bumbu Masako, Es Krim Wall’s, McD)
• Irwan S. Widjaja, Komite Pembinaan dan Pengembangan UMKM GAPMMI hadir memberikan sambutan dalam acara Aktivasi Indonesia Spice Up The World (ISUTW) di Festival Kuliner Serpong (FKS) pada 20 November 2022. Acara ini merupakan bentuk peringatan 1 (satu) tahun sejak dicanangkan program ISUTW oleh Presiden RI Joko Widodo. Fri-27
Inspiring Food, Nourishing Life with Kerry’s ProActive Health Solutions
Consumers today are more proactive about their wellbeing, and the desire for better health and wellness influences their buying decisions. Value-conscious, consumers want food and beverages that not only fit their busy lifestyles but also provide the nutrition they need to stay in good health.
Whether it’s tea with immune benefits, a breakfast bar with probiotics or milk with Omega-3, we help solve our customers’ innovation challenges with differentiated taste and nutrition solutions to create healthier, more nutritious and sustainably produced food and beverage products that their consumers want. At Kerry, our vision is to be our customers’ most valued partner, creating a world of sustainable nutrition – which is the ability to provide positive and balanced nutrition solutions to help maintain good health while protecting people and the planet.
Kerry’s ProActive Health portfolio is an extensive range of ingredient brands that can help manufacturers meet the needs of consumers. It is the result of our belief in formulation and nourishment through wellness, and a commitment to credible science and strong clinical data. This is essential in today’s wellness market, where transparency is vital.
Building brand trust through credible science
Through Kerry’s ProActive Health portfolio, we’re helping create a world of sustainable nutrition, working with our customers to improve the quality of life for people everywhere through our clinically-validated, branded ingredients. Since 2017, we have grown from only two ingredients – Wellmune & BC30 – to a wide collection of ingredients to cater to the consumer’s core need states: immunity, digestive, cognitive,
heart, joint, women’s & infant health. Our recently acquired brands from Biosearch Life and Natreon offer science-backed ingredients that can be formulated in food, beverages and supplements.
Kerry’s ProActive Health portfolio delivers clinically-supported benefits, inspiring lasting health to make a lasting difference.
“When our customers choose a Kerry ProActive Health brand, they choose going to market with conviction in the product’s success. We can collaborate with our customers and provide them with tools they can replicate to create winning products for their market,” says Jackie Ng, Strategic Marketing Director, Kerry Applied Health & Nutrition in Asia Pacific, Middle East & Africa.
Case Studies: Product innovations that demonstrate trust in our clinically-proven brands
• An Australia-based pharmaceutical company was looking to incorporate a branded, science-backed immune ingredient in its popular range of lozenges.
Wellmune was the right fit to introduce innovation in the category, complementing other ingredients used for sore throat and URTI, and backed by studies for immune benefits.
• A healthcare company based in Israel sought to improve its range of gummies with trusted ingredients that support sleep quality.
Sensoril® ashwagandha was the first choice due to ease of application and being a Kerry branded ingredient with clinically-proven benefits for cognition and stress management.
• A leading dairy producer in Vietnam wanted to reformulate its infant formula to align closely with the World Health Organisation’s recommendation that breastmilk is the ideal food for infants.
Following reformulation, the new infant formula now carries the statement “Contains Prebiotics (HMO) and Probiotics from Human milk which is Hereditum LC40®”, building trust among Vietnamese parents seeking to strengthen their children’s immunity.
To learn how Kerry’s ProActive Health ingredients can help in your next innovation, go to https://www.kerry.com
Clean label adalah konsep yang mempersyaratkan suatu produk untuk terbuat dari bahan-bahan tanpa ingridien artifisial, minim proses, serta proses pengolahannya diinformasikan secara transparan atau dapat diakses dengan mudah oleh konsumen. Sederhananya, ingridien atau bahan dalam produk tersebut alami, aman, serta harus dapat dikenali dan diterima (paling penting) oleh konsumen. Tren ini dimulai sebagai
respon industri terhadap kekhawatiran konsumen tentang bahan-bahan yang tidak otentik, hasil rekayasa genetika, maupun penggunaan ingridien buatan. Tren ini semakin berkembang karena maraknya pemalsuan pangan atau food fraud.
Konsep clean label tidak hanya terbatas pada label tapi juga berlaku untuk pengemasan secara keseluruhan. Kemasan untuk clean label adalah kemasan yang tidak terlihat boros atau
merusak lingkungan. Pengemasan diharapkan tidak hanya melakukan fungsinya dalam melindungi suatu produk dan memasarkan apa yang ada di dalamnya, tetapi juga harus mudah didaur ulang. Hal ini tentu saja berdampak besar pada pengembangan produk baru dan periset pasar memperkirakan nilai clean label global akan mencapai angka 43-547 miliar dolar pada tahun 2030 (Market Research Future/MRFR, 2021).
Berbagai merek mulai menanggapi keinginan konsumen akan produk clean label dengan meluncurkan produk pangan yang memiliki klaim ‘bebasdari, ramah lingkungan, serta alami’. Yakni dengan menerapkan langkahlangkah seperti pengujian bahan, sistem pengelolaan keamanan pangan yang lebih ketat, hingga rantai pasokan pangan yang dapat dilacak untuk lebih meyakinkan konsumen.
“Peluncuran produk pangan clean label relatif stabil selama tiga tahun terakhir. Menurut Basis Data Produk Terbaru Mintel Global (Mintel GNPD), peluncuran produk pangan dengan klaim ‘alami atau natural’ menyumbang sekitar 30% dari total produk baru yang diluncurkan secara global pada periode September 2019 hingga Agustus 2022,” tutur Director of Insight Mintel Food & Drink, Marcia Mogelonsky, Ph.D. dalam The Clean Label Webinar yang diselenggarakan oleh BeverageDaily pada September 2022 lalu.
Dalam upaya mendorong kebiasaan makan dan gaya hidup yang lebih sehat, lanjut Marcia, pada akhirnya konsumen menginginkan lebih banyak produk pangan yang dapat menunjang kesehatan mereka, salah satunya adalah produk clean label. Produsen harus menaklukkan tantangan ini agar mampu berkembang menuju skema dan
peraturan pelabelan baru, yang akan memberikan keseluruhan kualitas dan
tetapi, rasa tetap menjadi prioritas bagi mereka. Selain enak, produk ini juga harus mudah dijangkau oleh semua kalangan. “Produsen harus mampu mendesain produk yang menyehatkan namun tetap enak dan harganya murah,” kata Marcia.
Reformulasi dalam produk clean label
Bicara tentang reformulasi, tidak akan jauh-jauh dari ingridien. Saat produsen ingin beralih ke bahan yang lebih ramah label, tentu akan memengaruhi umur simpan, biaya, maupun atribut sensori produk. Atributatribut ini nantinya akan berpengaruh pada keputusan konsumen untuk
Marcia Mogelonsky, Ph.D. Director of Insight Mintel Food & Drink Peluncuran produk alami (dalam %) dari total peluncuran produk pangan, berdasarkan wilayah Sumber: Mintel GNPD (2022) *Alami/Natural: termasuk organik, non-GMO, bebas pewarna artifisial, bebas flavor artifisial, tanpa bahan tambahan dan pengawetExecutive Food and Drink Federation
Scotland, Harriet Heath, MSc., setidaknya terdapat delapan lanskap yang diperhatikan dalam mereformulasi produk clean label, yakni mengurangi lemak, mengurangi kalori atau porsi, mengurangi garam, mengurangi gula, menambahkan serat, menambahkan sayur dan buah, mengganti bahanbahan dengan alternatif yang lebih menyehatkan, serta meningkatkan informasi untuk konsumen.
Dalam perjalanannya, lanjut Harriet, reformulasi umumnya akan menemui beberapa tantangan seperti
akses ke bahan-bahan inovatif, waktu dan sumber daya, pengetahuan dan keterampilan, pemahaman terhadap target yang relevan, biaya, serta analisis sensori. “Aspek-aspek inilah yang harus diperhatikan formulator, yakni produsen, agar produk dengan nilai yang diinginkan dapat tercapai,” ungkapnya.
Flavor alami adalah segmen pasar bahan clean label yang tumbuh paling cepat, serta menurut Innova Flavour Survey 2021 dari Innova Market Insights, 39% konsumen AS mengatakan keberlanjutan bahan flavor sangat penting. Meskipun begitu, kata Harriet,
prioritas utama bagi konsumen tetaplah kesegaran atau freshness. Ketergantungan yang berkelanjutan pada pangan olahan semakin mendorong permintaan akan pilihan better-for-you dengan clean label. Berdasarkan laporan Firma Strategi Global L.E.K. Consulting tahun 2019 dengan tajuk How the Clean-Label MegaTrend Is Changing the Food Ingredients Landscape, ingridien utama yang mendominasi pasar produk clean label diantaranya hidrokoloid seperti gellan, akasia, dan guar gums; penghambat jamur alami seperti asam sorbat; stevia;
enzim makanan; serta potongan maupun bubuk buah dan sayuran. Konsep bahan nabati adalah tren lain yang berkembang untuk produk clean label, dengan segala sesuatu yang berbahan dasar tumbuhan turut serta mengalami peningkatan momentum di kalangan konsumen.
Pada akhirnya, konsumen menginginkan ‘all-in-package’ pada produk pangan yang mereka beli – mulai dari bahan yang menyehatkan dan mudah dikenali, rasa yang enak, aman, hingga produksi yang berkelanjutan dan transparan. Diversifikasi bahan dalam rangka inovasi untuk produk clean label ke depan perlu banyak dilakukan. Tentunya, penting bagi produsen untuk bersikap transparan tentang informasi bahan-bahan yang kurang dikenal, misalnya, mengapa dianggap alami, bagaimana sumbernya, apa saja keunggulannya, dan alasan penggunaannya. Fri-37
How can you achieve recyclable packaging and long food shelf life?
Ultra high barrier packaging with EVALTM EVOH can do the job!
Sustainability dan circularity adalah masalah global yang mendesak dan harus dikelola bersama baik pemerintah, konsumen dan juga produsen, sehingga kita mampu menemukan solusi kemasan sirkular. Saat ini, penggunaan aluminium foil dan metalized PET banyak digunakan sebagai material yang berfungsi sebagai penghalang terhadap gas, uap air, dan cahaya. Namun, merespon mengenai isu kemampuan daur-ulang, kemudian berbagai materi alternatif dipelajari dengan tujuan untuk menemukan komposisi monomaterial yang dapat didaur-ulang. EVOH adalah kopolimer ethylene dan vinyl alcohol yang sudah dikenal sebagai material dengan kemampuan penghalang yang sangat baik dan dapat didaur-ulang dalam siklus daur-ulang polyolefin, yang sesuai dengan beberapa pedoman seperti CEFLEX dan RecyClass. Informasi mengenai "Recyclable Barrier Packaging" dapat pula dibaca pada link berikut
Sebuah film laminasi yang tersusun dari EVAL™ EVOH serta polypropylene dan kemudian dimetalized di bawah kondisi vakum dengan lapisan tipis aluminium, akan sanggup menciptakan kemampuan penghalang yang tinggi terhadap oksigen, cahaya dan kelembapan. Struktur tersebut dapat dianggap sebagai mono-PP yang dapat didaur-ulang. Kemasan dibuktikan memiliki tingkat kemampuan penyimpanan bahan pangan yang menyerupai aluminium foil melalui uji penyimpanan bahan pangan untuk beberapa produk seperti susu bubuk, kopi bubuk, snack dan confectionery Struktur ini mampu berkontribusi pada ekonomi sirkular. Kami Kuraray, sebagai pemimpin pasar dalam industri EVOH, akan mendukung kebutuhan dan komitmen seluruh rantai nilai dan pemangku kepentingan.
Sustainable innovation
Kuraray has a clear mission when it comes to sustainability: we are committed to developing new fields of business, using pioneering technology to contribute to an improved natural environment and enhanced quality of life. This mission is embraced by all companies in the Kuraray Group worldwide. Sustainability has become an important factor in decision making processes. By choosing a sustainable solution, you will not only make a positive impact on the environment,
but it also helps you, our customers and business partners, to stay ahead of your competitors. What sets us apart is our focus on pioneering and often unique technologies, resulting in innovations that are both highly functional and sustainable. EVAL™ EVOH copolymers are not just superior highbarrier copolymer resins, as a product it also helps to reduce impact on the environment in several ways. Find out more about sustainability innovation from Kuraray at this video below.
Migrasi komponen kemasan ke bahan pangan
Kemasan pangan memainkan peran penting dalam suatu produk olahan pangan. Tidak hanya melindungi dari potensi kontaminan, kemasan juga memiliki fungsi strategis lain yang tidak kalah krusialnya seperti sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen.
Kendati demikian, dalam pemilihan kemasan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti bahan yang digunakan, desain yang dipilih, hingga potensi migrasi senyawa berbahaya yang mungkin terjadi. Migrasi adalah proses terjadinya perpindahan suatu zat dari kemasan pangan ke dalam pangan. Beberapa cemaran dapat berakibat buruk bagi kesehatan. Dalam praktiknya, ada beberapa pengujian yang dilakukan seperti
migrasi total dan migrasi spesifik. Migrasi total adalah suatu parameter yang digunakan untuk mengetahui adanya perpindahan zat dari suatu kemasan ke dalam bahan pangan. Pada tahap ini, belum diketahui dengan pasti jenis zat yang berpindah. Sedangkan pengujian migrasi spesifik adalah suatu parameter uji yang digunakan untuk melihat jenis zat berbahaya yang berpotensi berpindah dari kemasan ke dalam pangan.
“Persyaratan umum proses pengujian migrasi total menggunakan prinsip simulasi pengujian dengan menggunakan pangan pengganti ‘stimulan pangan’ pada kondisi waktu dan suhu yang disesuaikan dengan ketentuan pengujian,” ujar Laboratory Operations Manager, Intertek Indonesia, Ajeng Indriani dalam Food & Packaging Safety Webinar yang diselenggarakan dalam rangkaian pameran AllPacK beberapa waktu lalu. Beberapa jenis
stimulan pangan terbagi menjadi beberapa jenis yakni: stimulan A – etanol 10%, stimulan B – asetat 3%, stimulan C – etanol 20%, stimulan D1 – etanol 50%, stimulan D2 – minyak nabati, dan stimulan E – Tenax film.
“Pemilihan stimulan pangan tentu akan disesuaikan dengan bahan yang paling mendekati produk yang akan diujikan, sebagai contoh, bahan pangan dan pangan olahan mengandung garam, termasuk emulsi air dalam minyak
dengan kandungan lemak rendah atau tinggi seperti jenis kacang-kacangan maka dapat digunakan stimulan pangan jenis A dan D2,” imbuh Ajeng. Ada beberapa faktor yang memengaruhi hasil pengujian seperti kondisi sample, waktu penggunaan, suhu penggunaan, dan pemilihan regulasi yang tepat. Ajeng melanjutkan bahwa regulasi juga menjadi fokus yang penting. “Regulasi yang tepat ini menjadi penting karena keseluruhan proses pengujian akan disesuaikan pula dengan ke mana produk tersebut akan disinkronkan,” ungkapnya.
Terakhir, Ajeng juga memberikan saran mengenai kunci keamanan kemasan pangan di antaranya seperti (1) pilih material yang aman dengan mengacu pada annex I EU 20/2011 atau BPOM, (2) gunakan teknologi terbaik, dan (3) gunakan sesuai peruntukannya.
Regulasi cemaran pangan dan BTP
Regulasi mengenai keamanan pangan telah diatur di dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Dalam UU tersebut, disebutkan bahwa keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran bilogis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi. Terkait dengan ketentuan penyelenggaraan keamanan pangan, ada
beberapa poin yang diperhatikan seperti sanitasi pangan, termasuk cemaran, bahan tambahan pangan, produk pangan rekayasa genetik, iradiasi pangan, kemasan pangan, jaminan keamanan dan mutu pangan, serta jaminan produk halal bagi yang dipersyaratkan.
“Hal-hal tersebut diatur lebih lanjut pada Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan,” ujar Koordinator Kelompok Substansi Standardisasi Bahan Tambahan Pangan, Bahan Penolong, Kemasan, Cemaran, dan Cara Ritel Pangan yang Baik, Direktorat Standardisasi Pangan Olahan BPOM, Dra. Deksa Presiana, Apt., M.Kes. Terkait dengan cemaran pangan, ada beberapa regulasi yang mengatur seperti Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun 2012 tentang Batas Maksimum Melamin dalam Pangan, Peraturan Menteri Kesehatan No. 1031 Tahun 2011 tentang Batas Maksimum Cemaran Radioaktif dalam Pangan, Peraturan Badan POM No. 8 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Kimia dalam Pangan Olahan. Beberapa cemaran yang diatur antara lain: cemaran mikotoksin, cemaran dioksin, cemaran 3-monokloropropan1,2-diol (3-MCPD), dan cemaran polisiklik aromatik hidrokarbon (polycycliaromatic hydrocarbon/PAH). Selanjutnya, terdapat Peraturan Badan POM No. 13 Tahun 2019 tentang Batas Maksimal Cemaran Mikroba dalam Pangan Olahan Mengatur Kriteria
Mikrobiologi dalam Pangan Olahan yang meliputi jenis pangan olahan, jenis mikroba/parameter uji mikroba, batas mikroba, rencana sampling, dan metode analisis. Terakhir, ada pula Peraturan Badan POM No. 9 Tahun 2022 tentang Persyaratan Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan yang di dalamnya mengatur jenis cemaran logam berat seperti Arsen (As), Timbal (Pb), Kadmium (Cd), Merkuri (Hg), dan Timah (Sn). Mengenai Bahan Tambahan Pangan
(BTP) disebutkan bahwa BTP adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk memengaruhi sifat atau bentuk pangan. Ada beberapa tujuan penggunaan BTP diantaranya adalah untuk membentuk pangan, memberikan warna, meningkatkan kualitas pangan, memperbaiki tekstur, meningkatkan cita rasa, meningkatkan stabilitas, serta mengawetkan pangan. “Pada prinsipnya, BTP hanya digunakan pada produk pangan jika benar-benar diperlukan
secara teknologi,” imbuh Deksa. Penggunaan BTP juga harus yang memiliki izin edar (MD/ML) dan tidak melebihi batas maksimal. Selanjutnya, BTP juga tidak digunakan untuk menyembunyikan: penggunaan bahan yang tidak memenuhi syarat, cara kerja yang bertentangan dengan CPPB dan kerusakan pangan serta selalu baca takaran penggunaan dan gunakan sesuai petunjuk label sediaan BTP. Beberapa regulasi yang mengatur BTP seperti UU
No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, PP No. 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan, PP No. 69 Tahun 1999 tentang Label & Iklan Pangan, kemudian yang diturunkan menjadi PerBPOM No. 11 Tahun 2019 tentang Bahan Tambahan Pangan, PerBPOM No. 13 Tahun 2020 tentang Bahan Tambahan Pangan Perisa, PerBPOM No. 11 Tahun 2021 tentang Perubahan atas PerBPOM No. 13 Tahun 2020 tentang Bahan Tambahan Pangan Perisa. “Kesemua peraturan tersebut
dapat diakses dan diunduh melalui http://jdih.pom.go.id,” ujar Deksa.
Ketentuan pengaturan kemasan pangan
Kemasan pangan berfungsi untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan, melindungi produk dari kotoran, dan membebaskan pangan dari jasad renik patogen. Setiap orang yang melakukan pengemasan produk pangan dalam kemasan perlu memerhatikan
beberapa hal berikut seperti: wajib menggunakan bahan kemasan yang tidak membahayakan kesehatan manusia seperti amanat dalam UU Pangan Pasal 82 ayat 2. Disebutkan pula dalam PP No. 86 Tahun 2019 Pasal 24 yakni bahan kemasan pangan bersentuhan langsung dengan pangan wajib mengggunakan zat kontak pangan yang aman dan memenuhi persyaratan batas migrasi. Selanjutnya, dalam UU Pangan, Pasal 83 juga melarang
menggunakan bahan apapun sebagai kemasan pangan yang dapat melepaskan cemaran yang membahayakan manusia.
“Persyaratan kemasan ditetapkan oleh Kepada Badan POM yaitu zat kontak pangan dan jenis zat kontak pangan yang dilarang,” tambah Deksa. Merujuk pada UU Pangan Pasal 84, setiap orang dilarang membuka kemasan akhir pangan untuk dikemas kembali dan diperdagangkan, ketentuan larangan ini tidak berlaku terhadap pangan yang pengadaannya dalam jumlah besar dan lazim dikemas kembali dalam jumlah kecil untuk diperdagangkan lebih lanjut. Ada beberapa bahan kontak pangan seperti plastik lapis tunggal dan multilapis, karet/elastomer, kertas & karton, penutup/gasket/segel, pelapis dari resin atau polimer, keramik, gelas, dan logam. Fri-35
Masa Depan Kemasan Berkelanjutan
Saat ini, sudah saatnya untuk memetakan kembali konsumen seperti apa yang akan mendorong tren kemasan. Jika melihat kondisi terkini, konsumen saat ini didominasi oleh generasi milenial dan kelas menengah yang memiliki karakter sangat menghargai kualitas sebuah kemasan serta memiliki kecondongan pada produk-produk yang dikemas.
Kemasan terus mengalami evolusi dari waktu ke waktu. Salah satu yang melatarbelakangi evolusi dari sebuah kemasan adalah konsumen. “Faktor kedua yang membuat industri kemasan terus berkembang adalah teknologi,” ujar Product and Business Development PT FUJIFILM Indonesia, Haryanto Wijaya. Dimulai pada industri 1.0 hingga sekarang, kemasan terus berevolusi secara kontinu.
Tidak hanya itu, tujuan dari kemasan juga mengalami perkembangan. Tidak hanya untuk melindungi produk yang
dikemas, tetapi juga memiliki fungsi lain. Hal ini juga semakin meningkat terutama pada teknologi pencetakan kemasan. Selanjutnya, faktor internet adalah titik balik yang menngubah budaya secara global. Dari internet pula, masyarakat saling terhubung satu sama lain. Di faktor ini pula, generasi milenial mengembangkan kehidupan dan sosialnya. “Tidak seperti percetakan komersial, pencetakan kemasan terlihat
semakin meningkat dengan adanya internet,” imbuh Haryanto. Internet memungkinkan suatu merek untuk mengembangkan sistem manajemen, kemasan cerdas, pembuatan versi yang beragam, regulasi, hingga pemenuhan berbagai permintaan yang mungkin diwujudkan. Selama pandemi COVID-19, loka pasar (e-commerce) juga mengalami peningkatkan dibandingkan sebelumnya. Hal ini juga membuat
permintaan akan pencetakan digital naik karena beberapa masyarakat secara impulsive mencoba menjadi seorang yang menjalankan sebuah bisnis baru. Faktor lain selanjutnya adalah lingkungan. Diinisiasi oleh generasi yang lebih muda dan kesadaran akan perubahan lingkungan, penggunaan kemasan yang berkelanjutan semakin meningkat. Bahkan, di saat pandemi COVID-19, semakin meneguhkan posisi kemasan berkelanjutan karena kesadaran akan dunia yang lebih baik.
Inovasi pada teknologi juga mendukung keberlanjutan terutama pada sektor digital. Beberapa keuntungan utama dalam teknologi digital diantaranya adalah tidak membutuhkan penyimpanan yang besar dari jumlah yang diinginkan untuk mendapatkan biaya cetak yang lebih rendah. Selain itu, kecepatan waktu juga menjadi poin penting yang perlu dipertimbangkan. “Beberapa industri memiliki produk seasonal yang membutuhkan kecepatan dalam proses pencetakan, dengan pencetakan digital hal ini dapat dipenuhi sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan,” ujar Haryanto. Kelebihan
lain dengan pencetakan digital adalah tidak diperlukan media yang spesifik. Dengan demikian, tidak memerlukan biaya yang lebih untuk media, penyimpanan yang lebih, serta dapat mengurangi limbah dari media yang digunakan. Fri-35
Masalah pangan hilang dan terbuang ini telah menjadi perhatian global. Untuk itu, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) berkomitmen untuk mengurangi jumlah pangan hilang dan terbuang ini sebagai bagian dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Komitmen itu, tertuang pada SDG No. 12, yaitu tujuan mencapai “konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab”, di mana ditargetkan bahwa secara global pada tahun 2030 akan mampu mengurangi separuh jumlah pangan terbuang per kapita serta mengurangi jumlah pangan hilang yang terjadi di sepanjang rantai produksi dan pasokan, termasuk kehilangan pascapanen.
Pangan hilang dan terbuang dapat terjadi di sepanjang rantai pasok pangan. Saat ini, terdapat beberapa definisi yang berbeda untuk istilah pangan hilang dan terbuang. Pada tulisan ini, pengertian pangan hilang dan
terbuang akan merujuk pada definisi dari Food and Agriculture Organization (FAO), yang menyatakan bahwa pangan hilang (food loss) adalah kehilangan jumlah atau mutu pangan yang terjadi di bagian produksi sampai distribusi pada rantai pasok pada pangan, sedangkan pangan terbuang (food waste) kehilangan pangan layak konsumsi (baik pangan mentah, setengah jadi ataupun olahan) yang terjadi di tingkat pengecer dan rumah tangga. Perbedaan antara pangan hilang dan pangan terbuang ini dapat dilihat secara lebih detail pada Gambar 1 dan Tabel 1.
FAO (2019) memperkirakan bahwa sekitar 14% produk pangan yang berhasil diproduksi hilang atau tercecer di antara panen dan ritel (https://bit.ly/ foodlosswaste-harvestretail) dan sekitar 17% pangan tersebut terbuang sia-sia di tingkat ritel dan konsumen (https:// bit.ly/foodavailabletoconsumers).
Tabel 1. Perbedaan antara pangan hilang (food loss) dan pangan terbuang (food waste).
Pengertian umum
Pangan yang secara tidak sengaja tumpah, tercecer, rusak, mengalami penurunan mutu (memar, layu, dan lain-lain) hingga (tetapi tidak termasuk) tingkat ritel (pengecer) dan konsumen.
Lokasi kejadian Dari produksi, penyimpanan, penanganan/pengolahan, dan distribusi.
• Tumpah atau tercecer selama panen atau pananganan pascapanen
• Penyimpanan, transportasi/distribusi yang kurang tepat, sehingga produk menjadi busuk atau rusak
Penyebab
• Infrastruktur kurang memadai (ketiadaan fasilitas penyimpanan suhu rendah, ruang dengan atmosfir termodifikasi, dan lain-lain).
• Pengemasan yang tidak tepat.
Pangan yang aman, bermutu baik dan layak dikonsumsi, tetapi akibat kesalahan atau kelalaian di tingkat ritel dan konsumen, maka dengan sengaja diputuskan untuk dibuang.
Ritel (tingkat pengecer), hotel, restoran, kafé, dan rumah tangga (konsumsi).
• Tidak sesuai standar mutu atau estetika (warna, bentuk dan lainnya)
• Tidak sesuai selera
• Tidak habis (karena sudah kenyang, dan lain-lain).
• Berlebih (pembelian berlebihan) dan rusak, atau
• Lalai sehingga lewat tanda (tanggal) kedaluwarsanya.
Terlihat bahwa jumlah pangan tercecer dan pangan terbuang ini sangat besar, dan untuk menguranginya memerlukan kolaborasi dari berbagai pelaku usaha pangan, dari hulu (produsen primer, petani, petambak, nelayan, pekebun, peternak, dan lain-lain) sampai ke hilir (yaitu konsumen).
Fungsi pengemasan
Hariyadi (2008) menyatakan bahwa pengemasan mempunyai multi fungsi, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 2. Fungsi-fungsi pengemasan pangan perlu dioptimasi sehingga mampu berperan penting dalam mengurangi jumlah pangan hilang dan pangan terbuang.
Kemasan berfungsi menjamin keamanan pangan, memberikan perlindungan terhadap produk yang dikemas, baik terhadap kerusakan fisik (benturan, gesekan, goresan, dan lain-lain) maupun kerusakan kimia (karena bereaksi dengan oksigen dan air), mencegah kontaminasi; baik kontaminasi karena mikroorganisme, serangga, binatang pengerat; ataupun bahan-bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Pada dasarnya, kemasan adalah wadah, yang diperlukan untuk mencegah produk tercecer dan hilang, mengatur produk pangan dalam satuan-satuan atau kelompok-kelompok tertentu
sehingga memudahkan pembelian secara eceran dan tidak berlebihan. Selain itu, kemasan berfungsi memfasilitasi penanganan produk; transportasi, penyimpanan, dan bahkan penggunaannya di tingkat konsumen. Jadi, jika dirancang dengan baik, proses pengemasan, pangan dapat mengurangi jumlah pangan hilang dan terbuang.
Dengan pelabelan yang baik, kemasan juga berfungsi sebagai media komunikasi kepada konsumen, khususnya memberikan informasi tentang identitas produk (ingridien yang digunakan, informasi gizi dan keterangan lain yang perlu/harus
diketahui konsumen) termasuk instruksi penyimpanan dan penyiapan yang baik, dan keterangan kedaluwarsa. Informasi ini dapat dimanfaatkan oleh konsumen untuk merancang pembelian dan pemanfaatan pangan dengan baik, sehingga menekan jumlah pangan terbuang.
Tantangan keberlanjutan kemasan pangan
Fungsi kemasan juga berkembang sesuai dengan perkembangan harapan sosial ekonomi budaya masyarakat. Secara umum (Hariyadi, 2014) menyatakan bahwa untuk mengurangi jumlah pangan hilang dan terbuang, perancang kemasan harus memastikan bahwa pengemasan pangan dapat
memberikan fungsi optimumnya dalam mewadahi, melindungi, dan memperpanjang masa simpan produk pangan yang dikemas. Untuk itu, perlu dirancang kemasan pangan yang menghasilkan “just-right”packaging (Gambar 3), tepat memberikan perlindungan sesuai dengan yang dinginkan. Perancang kemasan pangan harus memastikan kemasan yang diberikan tidak memberikan kondisi under-packaging, tidak mampu memberikan perlindungan yang diperlukan oleh produk pangan yang dikemas, sehingga produk pangan akan mengalami kerusakan secara dini dan menyebabkan pangan terbuang. Sebaliknya, pengemasanan pangan juga tidak didesain secara berlebihan,
memberikan perlindungan terhadap produk pangan secara tidak perlu, sehingga justru akan menghamburhamburkan sumber daya pengemas (yang justru berpotensi menjadi sampah kemasan) dan biaya-biaya lain secara mubazir.
Maka dari itu industri pangan, untuk berkontribusi mengurangi jumlah pangan terbuang di sepanjang rantai pasok pangan, perlu merancang kemasan pangan dengan baik. Dalam praktik industri, kebanyakan bahan pangan akan mengalami transportasi dari tempat produksi sampai ke pasar,
dengan jarak yang berbeda-beda. Selama transportasi, sesuai dengan jenis produk, jarak tempuh, kondisi jalan dan alat transportasinya, produk pangan mempunyai risiko rusak yang berbedabeda pula. Selain berfungsi dengan baik sebagai wadah (meminimalkan produk tumpah, tercecer, bocor, dan lain-lain) kemasan yang baik juga harus mampu melindungi produk dari kerusakan fisik, (karena terbentur, tergencet, tertindih, tergesek, dan lainnya). Karena itu, meminimalkan jumlah pangan hilang dan terbuang perlu menjadi tujuan dalam perancangan kemasan pangan.
Jumlah pangan hilang dan terbuang juga dapat dikurangi dengan aplikasi teknologi pengemasan yang tepat, seperti active packaging dan smart/ intelegent packaging. Contoh-contoh active pakaging adalah pengemas pangan yang mampu secara aktif memodifikasi kondisi atmosfir (modified atmosphere packaging), atau mengendalikan kondisi lingkungan dengan pemakaian ”oxygen scavenger”, ”moisture absorber”, atau mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme pada makanan yang dikemas karena menginkorporasikan sistem
antimikroba, sedemikian rupa sehingga produk yang dikemas mempunyai masa kesegaran atau masa simpan yang lebih panjang. Sedangkan intelligent packaging atau pengemas pintar adalah suatu sistem pengemas yang mampu memanfaatkan dan mengolah informasi yang ada untuk memberikan status tentang keamanan atau mutu produk pangan yang dikemas kepada konsumen. Contohnya adalah sistem pengemasan yang dilengkapi dengan “timetemperature indicator (TTI)”. Informasi demikian diperlukan oleh konsumen untuk memperoleh keyakinan bahwa
Gambar 4. Pengemas ideal adalah sistem pengemasan yang dirancang memenuhi persyaratan tentang 3 aspek sekaligus; yaitu aspek (i) ekonomi/industri, (ii) ekologi/lingkungan dan (iii) sosial (Modifikasi dari Hariyadi, 2011)
produk pangan tersebut masih aman dikonsumsi, sehingga pangan tersebut tidak akan dengan mudah dibuang siasia.
Pada akhirnya, pengemas pangan ideal adalah pengemas yang mampu memberikan fungsi-fungsi perlindungan, wadah (containment), fasilitasi penanganan, dan fungsi komunikasi (Gambar 2) secara optimal (Gambar 3), yang dirancang dengan mempertimbangkan 3 aspek sekaligus yaitu aspek (i) ekonomi/industri, (ii) ekologi/lingkungan dan (iii) sosial (Gambar 4). Dalam konteks sekarang,
aspek ekologi yang sangat kritikal adalah bagaimana pengemas pangan mampu mengurangi jumlah pangan hilang dan terbuang (Gambar 4).
Referensi:
Hariyadi, P. 2008. Pengemasan Pangan: “You don’t get second chance to make a first impression”. Direktori 2008 – Industri Kemasan Indonesia. Tersedia di https://bit.ly/PH-PengemasanPangan Hariyadi, P. 2011. Pengemas dan Pengemasan Pangan: Convenience Vs. Conscience. FoodReview Indonesia, Vol VI (No 8) Agustus 2011, Halaman 20-23) Hariyadi, P. 2014. Sustainable Food Packaging: Arah Pengembangan Pengemas Pangan Masa Depan. FoodReview Indonesia Vol IX (10), 2014. Halaman 18-25. Tersedia di https://bit.ly/PHSustainableFoodPackaging
Kilas Balik Kesuksesan Pelaksanaan G20 Indonesia 2022
Kesuksesan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
G20 pada 15-16 November 2022 lalu membawa manfaat terhadap negara anggota G20 dan juga untuk dunia, terutama bagi negara berkembang, sesuai dengan tema “Recover Together, Recover Stronger”. KTT yang dihadiri oleh para pemimpin negara-negara anggota forum kerja sama multilateral ini menghasilkan Deklarasi Para Pemimpin G20 Bali (G20 Bali Leaders Declaration) serta concrete deliverables yang berisi daftar proyek kerja sama negara anggota G20 dan undangan. Salah satu isi deklarasi menyebutkan adanya komitmen yang terkait dengan perdagangan, investasi dan industri, yaitu untuk memperkuat perdagangan internasional dan kerja sama investasi untuk menyelesaikan isu rantai pasok,
termasuk juga mencegah hambatan perdagangan.
G20 memahami pentingnya kerja sama internasional yang inklusif dalam perdagangan digital, serta perlunya dukungan peningkatan nilai tambah melalui investasi yang inklusif dan berkelanjutan di sektor produktif, seperti sektor manufaktur hilir, perdagangan digital, serta jasa.
Selain KTT G20, kita juga mengetahui adanya penyelenggaraan puncak B20, yaitu adalah forum dialog resmi G20 dengan komunitas bisnis global. B20 merupakan salah satu kelompok keterlibatan yang paling menonjol di G20, dan bertugas merumuskan rekomendasi kebijakan tentang isu-isu yang telah ditentukan. Rekomendasi tersebut kemudian disampaikan pada KTT Presidensi G20. Penyelenggaraan puncak
B20 berlangsung pada 13-14 November 2022 di Bali. KADIN Indonesia ditunjuk menjadi penyelenggara yang mewakili Pemerintah Indonesia pada B20 2022 di Bali. Dengan kata lain B20 merupakan bagian rangkaian kegiatan KTT G20 di Bali. B20 menghasilkan 25 rekomendasi kebijakan, 65 rekomendasi aksi dan empat program warisan. Empat program warisan adalah program-program yang ditujukan untuk menyelesaikan tiga agenda prioritas global antara lain:
1. Carbon Center of Excellence: Ruang berbagi pengetahuan dan praktik terbaik perdagangan karbon.
2. Wiki-enterpreneurship: Sistem pendukung bagi UMKM melalui digitalisasi dan perluasan akses pasar.
3. One Global Women Empowerment (OGWE): Mendorong pertumbuhan kewirausahaan perempuan dan kesetaran gender.
4. Global “One Shot” Campaign: Infrastruktur relevan untuk mitigasi krisis kesehatan masa depan. Empat program warisan ini diharapkan dapat memberikan efek yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi global ke depannya. Dokumen hasil forum B20 selengkapnya dapat diakses pada: https://b20indonesia2022.org/ document
GAPMMI sebagai salah satu pemangku kepentingan dari sektor industri pangan
turut hadir dalam penyelenggaraan forum B20 dan turut berpartisipasi dalam acara side event G20 yaitu showcasing produk UMKM dengan tema “Future SMEs Village: Local Wisdom for Global Sustainability” yang diikuti lebih dari 20 peserta dari kementerian/ lembaga, asosiasi, dan sektor swasta, di Bali Collection, Kawasan Pariwisata Nusa Dua, Bali, yang diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan produk lokal nusantara ke mata dunia, khususnya para delegasi negara anggota G20. Booth GAPMMI mengusung tema “Indonesia Spice Up The World” karena masih dalam rangka mempromosikan kekayaan rempah Indonesia melalui produk rempah olahan maupun aneka panganan produk UMKM binaan GAPMMI. Menteri Koperasi dan UKM, Drs. Teten Masduki, hadir meresmikan. Fri-27
Sekretariat GAPMMI
ITS Office Tower Lt. 8 Unit 16, Nifarro Park Jl. Raya Pasar Minggu KM. 18, Jakarta Selatan 12510 Telp/Fax. (021) 29517511; Mobile. 08119322626/27 Hp. 08156720614 Email: gapmmi@cbn.net.id Website: www.gapmmi.id
MITIGASI RISIKO Senyawa Etilen Oksida, 2,6-Diisopropilnaftalena dan 9,10-Antrakinon
Keamanan pangan merupakan prasyarat utama yang perlu dipenuhi pada setiap produk pangan yang beredar. Tidak hanya itu, keamanan pangan juga menjadi salah satu upaya perlindungan hak masyarakat sebagai konsumen. Oleh karenanya, saat ini, potensi akan beberapa senyawa yang berbahaya juga penting untuk diketahui guna memastikan kesehatan masyarakat terutama konsumen produk pangan.
Beberapa senyawa yang memiliki potensi tersebut di antaranya adalah etilen oksida (EtO), diisopropilnaftalena, dan antrakinon.
“Guna menjamin kesehatan masyarakat dan keamanan produk pangan yang beredar, Pedoman Mitigasi Risiko Kesehatan Senyawa Etilen Oksida 2,6-diisopropilnaftalena dan 9,10-Antrakinon ditetapkan melalui Keputusan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Nomor 229 Tahun 2022 tentang Pedoman Mitigasi Risiko Kesehatan Senyawa Etilen Oksida (Ethylene Oxide), 2,6-diisopropilnaftalena (2,6-diisipropylnaphthalene), dan 9,10-Antrakinon (9,10-anthraquinone),” ujar Direktur Standardisasi Pangan Olahan, Anisyah, S.Si., Apt., MP dalam Member Gathering GAPMMI, beberapa waktu lalu di Jakarta. Pedoman ini (https://jdih.pom.go.id/ download/product/1427/229/2022) dilatarbelakangi oleh beberapa insiden penolakan pada produk pangan olahan ekspor Indonesia karena adanya temuan residu pestisida Etilen oksida (EtO), 2,6-diisopropilnaftalena (2,6-DIPN), dan 9,10-antrakuinon (AQ). Untuk itu, BPOM mengambil langkah dengan menyusun panduan untuk mencegah dan meminimalkan keberadaan EtO, 2,6-DIPN, dan 9-10-AQ pada pangan olahan. “Beberapa temuan terkait dengan senyawa ini sebenarnya sudah ada di beberapa tahun belakangan seperti pada tahun 2020, terdapat senyawa EtO pada biji wijen India, lalu pada 2021 terdapat EtO pada gom kacang lokus, dan pada 2022, ditemukan EtO pada mi instan dan es krim serta 2,6-DIPN dan antrakuinon pada teh. Sehingga, ini bukanlah hal baru tetapi tetap harus diwaspadai,” imbuh Anisyah.
Karakterisasi senyawa
EtO dikenal sebagai bahan baku yang umum digunakan pada industri
seperti untuk sintesis etilen glikol, agen sterilisasi untuk alat medis dan pada beberapa negara digunakan sebagai pestisida. EtO diklasifikasikan sebagai senyawa karsinogenik genotoksis sehingga tidak memiliki nilai Acute Reference Dose (ARfD) atau Acceptable Daily Intake (ADI). Selanjutnya adalah 2-kloroetanol (2-CE) merupakan produk hasil reaksi dari EtO yang digunakan pada proses fumigasi dengan ion klorida yang terkandung dalam pangan. senyawa 2-CE digunakan sebagai pelarut untuk
eter selulosa, pembersih mesin, dan penghilang noda intermediet pada sintesis EtO dan etilen glikol, serta produksi pewarna indigo, dikloroetil formal dan tiodietilen gliko (percetakan tekstil).
Senyawa ini tidak mutagen dan tidak karsinogenik. Untuk 2,6-diisopropilnaftalena, merupakan senyawa yang bukan termasuk biopestisida regulator pertumbuhan tanaman yang menghambat perkecembahan kentang selama penyimpanan. 2,6-DIPN banyak ditemukan pada keamsan
yang diproduksi dari kertas daur ulang. Terkait dampaknya pada kesehatan manusia, 2,6-DIPN tidak berpotensi menyebabkan kanker. Menggunakan dosis terukur secara eksperimen yang tidak menghasilkan efek merugikan (No Observed Adverse Effect Level/NOAEL) pada tikus dewasa yaitu 50 mg/kg/hari berdasarkan penurunan berat badan dan konsumsi pakan; serta NOAEL untuk toksisitas perkembangan prenatal yaitu 150 mg/kg/hari berdasarkan penurunan berat badan janin dan kemungkinan pengobatan anomali tulang rawan terkait (US EPA Office of Pesticide Programs, 2003).
Senyawa 9-10-AQ merupakan senyawa polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) yang digunakan
*Juga tersedia buku-buku terbitan
Media Pangan Indonesia
oleh industri kertas (pulp) sebagai pemlastis, sebagaimana diatur juga dalam Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan. Senyawa ini juga digunakan sebagai pestisida dan dapat berada di lingkungan akibat dari proses pembakaran. 9,10-AQ
adalah bahan baku penting dan banyak digunakan pada pembuatan pewarna, selain itu juga banyak digunakan sebagai seed dressing (jenis pestisida untuk coating seed sebelum ditanam). “Setelah penyerapan, antrakinon didistribusikan ke berbagai jaringan, dengan konsentrasi tertinggi di jaringan adiposa. Dalam 96 jam setelah pemberian, lebih dari 95% dari dosis yang diberikan
telah dimetabolisme dan dieliminasi dalam empedu, feses dan urin. Metabolit utama yang terdeteksi dalam urin tikus yang terpapar antrakinon secara intravena atau oral adalah senyawa hidroksiantrakinon (NTP, 2005),” tutur Anisyah.
Pengkajian paparan dan potensi sumber residu
Salah satu potensi terpaparnya senyawa EtO pada produk pangan adalah melalui Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang terbawa (carryover). Di Eropa, persyaratan residu EtO pada BTP tertuang dalam Regulation (EU)
2022/1396 dengan batas maksimal 0,01 sebagai total dari EtO dan 2-CE. Residu EtO yang terbawa dari BTP ke dalam pangan dapat dihitung secara teoritis dengan mengkalikan kadar residu EtO dalam BTP dan komposisinya dalam pangan. Sedangkan di Indonesia, spesifikasi BTP dapat dilihat dalam Kodeks Makanan Indonesia (KMI). Beberapa sumber EtO diduga berasal dari residu pestisida, penggunaan BTP, sterilisasi alat medis dan kandungan alami. EtO memiliki titik didih yang rendah sehingga mudah menguap (volatile). Jika terdapat pada bahan pangan, maka akan sulit ditemukan pada produk. Namun, EtO merupakan
senyawa yang reaktif dan dapat bereaksi dengan ion klorida dalam matriks pangan membentuk 2-kloroetanol (2CE) yang digunakan sebagai marker residu EtO. “BTP yang berisiko adalah bahan yang pernah mengalami kasus/ notifikasi RASFF atau BTP yang menggunakan EtO dalam proses pembuatannya di antaranya adalah gom xanthan, gom guar, gom kacang lokus, kalsium karbonat, polietilen glikol, dan kelompok polisorbat,” ungkap Anisyah. Kodeks Makanan Indonesia (2018) telah menetapkan batas maksimal impurities EtO pada polietilen glikol sebesar 0,02%. Untuk sumber residu 2,6-DIPN jika dilihat dari produk
pangan asal Indonesia yang ditolak Taiwan seperti teh diduga berasal dari perkebunan teh yang berdekatan dengan kentang yang menggunakan pestisida 2,6-DIPN. Selain itu, bisa juga berasal dari kemasan kertas yang membungkus produk teh tersebut. Untuk potensi sumber residu 9,10-AQ terutama yang terdapat pada teh diduga berasal dari residu pestisida, kontaminasi lingkungan, kontaminasi selama proses dan migrasi kemasan pangan.
Upaya mitigasi
Terkait dengan mitigasi risiko yang dilakukan, Anisyah menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang perlu dilaksanakan pada setiap tahapan. “Mitigasi risiko EtO, 2-CE, 2,6-DIPN, dan 9,10-AQ dapat dilakukan tahap Good Agricultural Practice (GAP), Good Manufacturing Practice (GMP), dan mitigasi pada impor serta ekspor,” ujarnya. Pada tahap Good Agricultural Practice (GAP), mitigasi yang bisa
dilakukan pada EtO dan 2-CE adalah dengan menggunakan pestisida alternatif selain EtO seperti metil bromide dan fosfin. Kedua, melakukan sterilisasi dengan cara lain seperti iradiasi dan perlakuan uap. Untuk 2,6DIPN maka perlu dipastikan bahwa perkebunan teh tidak terkontaminasi penggunaan senyawa tersebut sebagai pestisida. Pelaku usaha juga perlu memastikan bahwa perkebunan teh tidak berdekatan dengan perkebunan kentang yang biasanya menggunakan fumigasi 2,6-DIPN. Terakhir, untuk
9,10-AQ pada tahap GAP mitigasi risiko dapat dilakukan dengan memilih proses pelayuan teh selain metode kayu bakat atau batu bara.
“Di tahap GMP, mitigasi yang bisa dilakukan untuk EtO dan 2-CE adalah meminimalkan penggunaan BTP yang mengandung residu EtO,” kata Anisyah. Pada tahapan ekspor dan impor, otoritas pengawas pangan segar dan pangan olahan dapat melakukan pengecekan terhadap bahan baku melalui certificate of analysis (CoA). Di bagian penerimaan bahan, perlu juga dilakukan konfirmasi
dengan penyuplai terkait dengan fumigasi EtO. Lalu selanjutnya perlu juga dilakukan spesifikasi dan dokumen terkait saat penerimaan serta melakukan pengujian pada bahan yang memiliki potensi residu ETO dan 2-CE. Di tingkat eksportasi produk, industri memastikan bahwa produk yang diekspor memenuhi ketentuan negara tujuan. Tidak hanya itu, industri juga perlu melakukan mock recall setiap satu tahun sekali dan memiliki prosedur ketertelusuran dan penarikan produk. Fri-35
Permintaan konsumen akan produk pangan olahan yang aman, inovatif, sesuai tren yang berkembang, serta diterima di masyarakat semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Hal ini kian mendorong industri pangan untuk lebih kreatif dalam memproduksi pangan sesuai kebutuhan dan keinginan pasar. Oleh karenanya, diperlukan regulasi yang berfungsi dalam mengawasi perkembangan produk pangan melalui sistem pengawasan pre-maket dan postmarket.
“Untuk menjamin keamanan pangan, diperlukan pemahaman semua pihak terkait, terhadap regulasi keamanan dan mutu pangan olahan, baik di Unit Pelaksana Teknis Badan POM sebagai pengawas; pelaku usaha pangan; maupun pihak lainnya terhadap regulasi keamanan dan mutu pangan olahan,” kata Direktur Standardisasi Pangan Olahan Badan POM, Anisyah, S.Si., Apt., MP. K dalam Sosialisasi Regulasi Keamanan dan Mutu Pangan Olahan dalam Rangka Implementasi UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
yang diselenggarakan oleh Direktorat Standardisasi Pangan Olahan Badan POM pada 25 Oktober 2022 lalu. Beberapa regulasi tentang pangan di Indonesia diantaranya UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, PP Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan, dan lainlain. Salah satu regulasi terbaru yang mengatur tentang pangan yakni terbitnya UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang mengubah beberapa pasal di UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Beberapa perubahannya antara lain mengenai penahapan penerapan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) berdasarkan jenis pangan dan skala usaha pangan serta perizinan berusaha berbasis risiko. Perizinan berusaha berbasis risiko lebih lanjut diatur dalam PP No. 5 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko yang di dalamnya memuat perizinan sektor pangan olahan. “Ketentuan peraturan perundangundangan tersebut telah mengatur secara lengkap dan komprehensif from-farm-to-table dengan melibatkan kementerian/lembaga sesuai kewenangannya,” imbuh Anisyah.
Regulasi label pangan olahan
Dasar hukum yang mengatur tentang label pangan olahan antara lain UU No.18/2012 tentang Pangan,
PP No.69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan, PerBPOM No.31/2013 tentang Label Pangan Olahan, dan PerBPOM No.20 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas PerBPOM No.31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan. “Pengaturan label dan iklan pangan sangat penting karena tujuannya adalah
untuk memberikan informasi yang jelas dan benar kepada masyarakat,” tutur Koordinator Kelompok Substansi Standardisasi Bahan Baku, Kategori Informasi Produk dan Harmonisasi Standar Pangan Olahan Badan POM, Yeni Restiani, S. Si., Apt., M.P. Selain karena masyarakat perlu dilindungi dari informasi yang tidak benar, tidak jelas, dan menyesatkan terkait pangan olahan, penerbitan peraturan tentang label juga dibutuhkan oleh pelaku usaha agar menjadi acuan pencantuman label pada produknya. “Dan tentunya, pemerintah juga perlu tools pengawasan untuk pangan olahan,” tambah Yeni. Label pangan didefinisikan sebagai setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, ditempelkan pada/merupakan bagian kemasan pangan. Label pangan olahan yang beredar paling sedikit memuat keterangan mengenai nama produk, daftar bahan, berat/isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi/mengimpor, halal bagi yang dipersyaratkan, tanggal dan kode produksi, keterangan kedaluwarsa, nomor izin edar, serta asal usul bahan pangan tertentu.
Sedangkan pangan olahan yang dijual kepada pelaku usaha (B-to-B) untuk diolah kembali menjadi pangan olahan lainnya, label wajib memuat keterangan paling sedikit mengenai nama produk, berat/isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi/mengimpor, tanggal dan kode produksi, serta keterangan kedaluwarsa. Dalam hal distribusi pangan olahan secara B-to-B, pelaku usaha harus mencantumkan keterangan seperti “tidak diperdagangkan secara eceran”, “tidak untuk dikemas ulang”,
“hanya untuk kebutuhan hotel, restoran, dan katering”, atau dengan kalimat lain yang semakna.
Yeni juga menjelaskan bahwa buku pedoman terkait implementasi PerBPOM No.31/2018 tentang Label Pangan Olahan dapat diunduh di subsite standarpangan.pom.go.id.
Regulasi informasi nilai gizi
Informasi nilai gizi (ING) didefinisikan sebagai daftar Kandungan Zat Gizi dan Non Gizi Pangan Olahan sebagaimana produk pangan olahan dijual (as sold) sesuai dengan format yang dibakukan. Kewajiban pencantuman informasi nilai gizi tertuang dalam PerBPOM No.31/2018 tentang Label Pangan
Olahan, PerBPOM No.26/2021 tentang Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan Olahan, dan PerBPOM No.16/2020 tentang Pencantuman Informasi Nilai Gizi untuk Pangan Olahan yang Diproduksi oleh UMK.
Dalam kesempatan yang sama, Sub Koordinator sub Kelompok Substansi Standardisasi Klaim dan Informasi Nilai Gizi Badan POM, Ati Widya Perana, SP, MP menjelaskan tentang pengecualian pencantuman ING untuk: i) kopi bubuk, kopi instan, kopi dekafein, biji kopi, teh bubuk/serbuk/celup termasuk seduhan herbal; ii) AMDK dan air soda; iii) herba, rempah-rempah, bumbu, kondimen, cuka makan, ragi; serta iv) bahan tambahan pangan. “ING juga dilarang
Gambar 1. Komponen tabel informasi nilai gizi Sumber: Ati, Badan POM (2022)
dicantumkan pada label minuman beralkohol,” kata Ati. Komponen tabel informasi nilai gizi dapat dilihat pada Gambar 1. Terdapat istilah Informasi Nilai Gizi pada bagian label yang mudah dilihat dan dibaca atau front-of-package nutrition labelling (FOPNL). Cara pelabelan gizi pada bagian FOPNL harus dengan bentuk yang lebih sederhana, simbol/grafik, teks atau kombinasinya, dibandingkan tabel ING agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat. “Terdapat dua desain yang dicantumkan pada FOPNL yakni panduan asupan gizi harian warna monokrom dan logo ‘Pilihan Lebih Sehat’. FOPNL ini bersifat sukarela, kecuali pada produk formula bayi, formula lanjutan, MP-ASI, dan Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK),” tambah Ati.
Pencantuman ING atau logo ‘Pilihan Lebih Sehat’ yang belum diatur dalam peraturan hanya dapat dicantumkan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari kepala Badan POM.
Sedangkan untuk UMK yang seringkali memiliki keterbatasan dalam hal analisis laboratorium, untuk tabel ING, UMK tidak harus melakukan analisis laboratorium. Badan POM memfasilitasi UMK dengan menerbitkan PerBPOM No.16 Tahun 2020 dan Keputusan Kepala BPOM No. HK.02.02.1.12.21.494 Tahun 2021, yang mengatur tentang deskripsi, nilai kandungan gizi per 100 gram, dan takaran saji pangan olahan pada 163 jenis pangan yang diproduksi oleh UMK yang wajib mencantumkan ING. Fri-37
MINI DIREKTORI
PT REL-ION STERILIZATION SERVICES
Eliminasi Bakteri Patogen, Sterilisasi, Polimerisasi 021-88363728, 021-8836 3729 021-88321246 yayuk@rel-ion.co.id www.rel-ion.com
PT. Mitra Kualitas Abadi (Catalyst Consulting) Training, Consulting, Assesment/audit, Mystery Shopping Provider 089-9999-7867 info@catalystconsulting.id www.catalystconsulting.id Catalyst Consulting consulting.catalyst
PT. ESCO CHEMICALS MITRAUTAMA Food Ingredients and Additives Company
(021) 22223455, (021) 29670163 0817-844438 info@escochemicals.co.id www.escochemicals.co.id
Kuraray eval.jp@kuraray.com https://eval.kuraray.com
Kerry Taste & Nutrition, Foodservice & Convenience, Food & Beverage, and Pharma +62 21 2966 7860 +62 21 2966 7860 rizki.adriyan@kerry.com https://www.kerry.com/
PT. Sarana Karya Utama Toll Manufacturing (Beverages) 031-3981571 sku@sakatama.com www.sakatama.com
PT Ajinomoto Indonesia Ajinomoto Visitor Center dan Pabrik Ajinomoto 0822 8600 5070 visitor_center@ajinomoto.co.id http://www.ajinomoto.co.id/
Solvay
Ingredients / Aromas / Packaging / Leavening Agents +62 21 29527211 +62 21 29527212 https://www.solvay.com/en/contact-us https://www.solvay.com/en/indonesia
PT.
PT INDESSO NIAGATAMA & PT INDESSO CULINAROMA INTERNASIONAL
Snack Seasonings, Savory Ingredients, Aroma Chemicals, Essential Oils & Food Ingredients 021 386 3974 021 385 0538 contact@indesso.com www.indesso.com
Plant-based Trends & Innovations
Masyarakat saat ini semakin menaruh perhatian yang besar pada aspek kesehatan dan lingkungan. Untuk mendukung hal tersebut, ada beberapa perilaku yang juga bergeser. Salah satunya adalah pola konsumsi berbasis nabati yang diterapkan. Saat ini, pasar daging alternatif dunia diperkirakan mencapai US$9,5 miliar pada tahun 2023 dengan Asia yang menjadi daerah terbesar kedua di dunia untuk alternatif daging berbasis nabati (Riset Kerry, 2022). Namun demikian, hal ini tidak dibarengi dengan kepuasan rasa pada produk berbasis nabati. Tidak hanya itu, dalam segi pemenuhan gizi, protein hewani juga masih dianggap lebih superior dibandingkan dengan alternatif nabati yang ada. Banyak dari konsumen Indonesia menyatakan terbuka untuk mencoba pangan berbasis nabati karena faktor penasaran dan masih menganggap sebagai makanan pendamping/dikonsumsi hanya sesekali saja, atau dimakan sebagai bagian dari diet yang dijalani. Untuk itu, peluang mengembangkan produk pangan berbasis nabati masih terbuka lebar. Diperlukan terobosan-terobosan yang bisa meningkatkan baik mutu dan kualitas dari produk pangan berbasis nabati sehingga dapat diterima oleh konsumen Indonesia pada khususnya.
Pemasangan iklan, pengiriman tulisan atau berita seputar teknologi dan industri pangan, silakan hubungi:
FOODREVIEW INDONESIA
telepon (0251) 8372333 | +62 811 1190 039 email: redaksi@foodreview.co.id & marketing@foodreview.co.id Cantumkan nama lengkap, alamat, email dan nomor telepon Anda.
We hope you enjoyed the issue!
If you have a friend or colleague who would be interested in receiving FoodReview Indonesia, please feel free to share the latest issue, and our special digital subscription offer with them today.