3 minute read

Jalang Berkubang Menuju Cifor Yang Rindang

Sambungan dari Hal 12

Sama Seperti Kebun Raya. Namun, infrastruktur di sekelilingnya, buruk. Ini yang berbeda. Akses jalan dari dan menuju

Cifor, penuh kubangan. Ruas jalan rusak dan berlumpur. “Padahal jalan ini enak sekali untuk wisata alam, bawa anak dan keluarga. Tapi sayang sekali, jalannya seperti tidak diurus oleh Cifor,” tutur warga Bogor, Andi Ahmadi. Sekira lima tahun sudah kondisi akses ke Hutan Cifor, seperti itu. Seperti tak ada perawatan. Andi berharap Gubernur Jawa Barat

Ridwan Kamil sudi melirik dan membenahi infrastuktur Cifor. Terlebih, baru-baru ini Ridwan Kamil meresmikan kawasan wisata di dekat Hutan Cifor, danau Situ Gede.(ded/c)

Gurihnya Canai, Bawa Nur Sarjanakan Enam Anaknya

Sambungan dari Hal 12

ROTI canai, atau roti konde, jadi primadona warga Bogor di bulan Ramadan. Salah satu yang paling ternama, ialah roti canai Kanung Bogor, yang dijajakan oleh Cholid Askar di Kelurahan Empang. Askar bercerita, usaha itu sudah digelutinya sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Saat itu, ia membantu ibunya, Nur Ahmad Sungkar, berjualan roti canai ke sekolah.

“Ibu saya mulai berjualan tahun 1974. Saat itu, kami sekeluarga ditinggalkan ayah yang meninggal dunia. Ibu akhirnya mulai memutar otak, mencari penghasilan untuk membiayai kami, enam anaknya yang masih kecil-kecil.

Bahkan paling besar baru kelas

6 SD,” tutur Askar. Berbekal pengalamannya pernah belajar membuat roti canai di Solo, Nur akhirnya mulai berjualan memproduksi roti canai, dan menjualnya ke rekan-rekan terdekat, sembari dibantu oleh anaknya men- jajakan di sekolah. Setiap hari, Askar membawa 20 roti canai untuk dijual pada teman-temannya. Tak ada rasa malu dalam dirinya. Selain karena ingin membantu sang ibu, ia pun semangat berjualan karena ingin membeli sepeda. Lezatnya roti canai buatan Nur, membuat produknya itu semakin dikenal dan banyak diminati orang. Dengan kerja keras dan konsistensi, usahanya pun terus berkembang. Sehingga Nur bisa terus menyekolahkan anaknya hingga lulus sarjana.

Askar jadi salah satunya. Ia lulus dari Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, menyandang gelar Insinyur. Dirinya kemudian melanjutkan karirnya dengan bekerja di sejumlah perusahaan ISO, dan tekstil di wilayah Banjaran, Bandung, dan Kabupaten Bogor. Sembari bekerja, ia berjualan roti canai. Namun ternyata lama kelamaan, penghasilan sampingannya hampir setara dengan gaji utama. Ia pun berpikir ulang bersama sang istri untuk berhenti bekerja dan fokus berbisnis. “Saya tidak langsung berhenti, melainkan cuti selama 3 bulan. Di waktu itu saya mulai serius menjalankan usaha roti canai. Ternyata hasilnya sangat menjanjikan. Akhirnya saya berhenti bekerja dan menyuruh ibu saya beristirahat agar anak-anaknya saja yang melanjutkan,” tuturnya. Askar kemudian melabeli usahanya dengan nama Kanung, yang diambil dari panggilan akrab ibunya “Kak Nung” Bisnisnya pun terus merangkak naik dan semakin dikenal banyak orang. Produksinya bahkan mencapai 700 roti dalam sehari.

Ia mengungkapkan rahasia suksesnya, ialah terus konsisten menjaga kualitas produk. Selain itu, Askar juga senantiasa mempertahankan originalitas roti canai buatannya.

Kini, Kanung Bogor telah melebarkan sayapnya di 31 Kota dan Kabupaten yang ada di Indonesia.

Mulai dari Jakarta, Bandung, Cilacap, Purwokerto, Surabaya, Medan, Riau, dan Balikpapan.

Ke depan beberapa cabang lain akan menyusul di Bali dan Lombok. Bahkan sekarang, produk yang dihasilkan bukan hanya roti canai saja. Melainkan penganan lain yang berbau timur tengah, seperti kebab, sambosa, martabak mesir, asyid dan masih banyak produk lainnya.

“Di Bulan Ramadan saya mendapat pesanan 400-500 picis roti canai dan 100 picis kulit sambosa dalam sehari. Itu produk yang paling diminati saat ini,” tutup Askar. (fat/c)

Tak Ada Mediasi dengan Prima

JAKARTA–Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI membantah pernyataan dalam putusan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat mengenai adanya mediasi dengan Partai Prima sebelum persidangan digelar dalam memori banding tambahan yang disampaikan kepada PN Jakpus, Selasa (21/3).

“Dalam pertimbangan hukum Putusan PN Jakpus Nomor 757/Pdt.G/2022/PN Jkt.Pst halaman 42 disebutkan pengadilan telah mengupayakan perdamaian melalui mediasi dengan menunjuk hakim pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai mediator. Berdasarkan laporan mediator tanggal 26 Oktober 2022, upaya perdamaian tidak berhasil, padahal tidak pernah ada mediasi,” ujar anggota KPU RI Mochammad Afifuddin dalam konferensi pers di Media Center KPU RI, Jakarta. Menurut KPU, lanjut Afif, sapaan Mochammad Afifuddin, pemeriksaan perkara perdata tanpa didahului mediasi itu melanggar Pasal 3 ayat (3) Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

“Akibat dari terjadinya pelanggaran tanpa mediasi, pemeriksaan perkara cacat yuridis serta harus ditetapkan putusan sela untuk dilakukan mediasi sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (4) Perma 1/2016,” ucap dia. Pasal tersebut menyebutkan dalam hal terjadi pelanggaran terhadap ketentuan, yakni pemeriksaan perkara perdata tanpa didahului mediasi, apabila diajukan upaya hukum, pengadilan tingkat banding atau Mahkamah Agung dengan putusan sela memerintahkan pengadilan tingkat pertama untuk melakukan mediasi.(jpc)

This article is from: