6 minute read
EKSISTENSI EKSISTENSI SONOBUDOYO SONOBUDOYO DI TENGAH DI TENGAH MODERNISASI MODERNISASI
by ARÇAKA
Text by Patricia Karenina | Photos by Petra Gian
Museum adalah suatu bangunan atau tempat yang berfungsi untuk memelihara, melindungi, menelaah, dan memamerkan koleksi berupa objek-objek bernilai tinggi secara kultural, historis, estetis, dan ilmiah dalam peradaban manusia. Keberadaan museum sangat penting bagi masyarakat masa kini untuk memahami masa lalu, sekaligus sebagai landasan untuk masa depan. Objek-objek yang berada di museum bisa saja menjadi saksi bisu peristiwa sejarah yang pernah terjadi di masa lampau, sehingga keberadaannya harus dilestarikan dan dirawat dengan baik. Hanya saja, dewasa ini minat masyarakat untuk mengunjungi museum semakin menurun. Hal ini mungkin disebabkan oleh stereotype dari masyarakat yang menganggap bahwa museum adalah tempat yang kuno. Berdasarkan hal ini, upaya apa saja yang perlu dilakukan untuk meningkatkan minat pengunjung ke museum?
Advertisement
DARI MULAI BERDIRI, HINGGA MERESPON MODERNISASI
Museum Sonobudoyo adalah museum yang menyimpan koleksi sejarah dan kebudayaan Jawa dan sekitarnya. Terletak di Jalan Trikora No. 6 Yogyakarta, Museum ini menyimpan berbagai macam koleksi keramik, patung, wayang kulit, keris, batik, dan berbagai macam koleksi lainnya. Menurut narasumber yang kami temui, koleksi yang ditampilkan di Museum ini tidak lebih dari 10% dari keseluruhan koleksi milik Museum Sonobudoyo. Koleksi lainnya disimpan di Unit II yang terletak di Jalan Wijilan No. 27D Yogyakarta.
SEJARAH BERDIRINYA MUSEUM SONOBUDOYO
Pembangunan Museum ini didasarkan pada hasil kongres Java Instituut yang ingin menciptakan museum dengan fokus mengumpulkan data-data kebudayaan dari kawasan Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Sebagai realisasi dari keputusan kongres maka dibentuklah panitia pembentukan museum yang terdiri dari sejumlah arsitek yaitu Ir. Th. Karsten P. H. W, Sitsen, dan Koeperberg.
Bangunan mus eum yang sekarang terbangun adalah bekas kantor “Schauten”, yaitu kantor polisi Belanda. Adapun tambahan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengubah bangunan kantor polisi ini menjadi museum adalah bangunan pendopo yang sekarang digunakan sebagai meja ticketing dan stand pameran. Tanah bangunan ini merupakan hadiah dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan pembangunannya ditandai dengan candrasengkala memet “Buta Ngrasa Esthining Lata” yang bermakna tahun 1865 Jawa (tahun 1934 Masehi). Peresmian museum ini sendiri dilakukan pada 6 November 1935.
Bangunan museum ini diadaptasi dari arsitektur Jawa yaitu rumah joglo Saat masuk ke kompleks museum, pengunjung akan disambut oleh sebuah bangunan pendopo yang berfungsi untuk menyambut tamu. Awalnya, pendopo ini memiliki desain yang terbuka. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan, pendopo ini tidak lagi terbuka. Kini pendopo tersebut berdinding kaca dan dilengkapi dengan air conditioner. Di dalam pendopo tersebut dipamerkan satu set gamelan pemberian Sri Sultan Hamengkubuwono VI.
MENJELAJAHI MUSEUM SONOBUDOYO
Setelah dari pendopo, kami berpindah
ke ruang pengenalan. Di sinilah diletakkanrelief “Buta Ngrasa Esthining Lata”. Ruangpengenalan ini juga memiliki koleksikrobongan yang terdiri dari tempat tidur,bantal, guling, kasur, kelambu, dan jugasepasang patung loro blonyo. Menurutnarasumber dari Museum Sonobudoyo, tidakbanyak perubahan yang dialami ruangpengenalan ini dari zaman dulu sampaisekarang.Ruangan selanjutnya adalah ruang
prasejarah yang menggambarkan cara hidupmanusia zaman prasejarah meliputi berburu,meramu, dan bercocok tanam, serta upacaraadat zaman dahulu yang meliputi kepercayaanterhadap nenek moyang. Koleksi di ruanganini merupakan replika yang dibuat semiripmungkin dengan aslinya.Setelah ruang prasejarah, pengunjung
akan diajak mengunjungi ruang Hindu,Buddha, dan Islam. Ruangan ini berisi koleksimengenai sistem kemasyarakatan, Bahasa,religi, kesenian, ilmu-ilmu, peralatan hidup,dan mata pencaharian hidup manusia padamasa-masa tersebut. Ada sesuatu yangmenarik di ruangan ini.Di ujung ruangan ini terdapat sebuah interactive showcase yang memamerkan beberapa koleksi keris. Showcase ini dapat disentuh dan mengeluarkan informasi terkait keris yang kita sentuh tersebut. Pemberian interactive showcase ini merupakan upaya dari pengelola Museum Sonobudoyo untuk menyesuaikan museum dengan perkembangan zaman yang semakin modern. interactive showcase ini merupakan upaya dari pengelola Museum Sonobudoyo untuk menyesuaikan museum dengan perkembangan zaman yang semakin modern.
Sayangnya, waktu berpindah dari ruangan Hindu-Buddha-Islam, ruang Batik sedang direnovasi sehingga tidak dapat dikunjungi sehingga pengunjung langsung diajak berpindah ke ruang Wayang. Ruang wayang ini memiliki koleksi wayang kulit klasik dan wayang kulit modern, serta wayang golek, wayang klitik, dan wayang dupara.
Ruang wayang di Museum Sonobudoyo ini juga mengalami modernisasi. Di ruangan ini ditampilkan pertarungan Hanoman yang disajikan melalui video mapping. Selain berupa koleksi, Museum Sonobudoyo juga memiliki pertunjukan wayang setiap malam mulai pukul 8 sampai pukul 10.
Berpindah dari ruangan wayang, kami memasuki ruangan topeng yang berisi koleksi topeng Bali, topeng Yogyakarta, topeng Cirebon, Barong-barongan, dan topeng Sabrangan. Setelah ruangan topeng, kami pun berpindah ke ruangan Jawa Tengah. Ruangan ini berisi kerajinan ukiran Jawa Tengah yang berasal dari Jepara dan Kudus. Di ruangan ini juga terdapat miniature rumahrumah tradisional serta senjata tradisional seperti keris dan tombak.
Ruangan selanjutnya yang kami kunjungi adalah Ruangan Bali dan Lombok. Seperti yang kita ketahui, Pulau Bali dan Lombok merupakan pulau yang terpisah dari pulau Jawa. Namun, peninggalan sejarah Pulau Bali dan Lombok ditampilkan di Museum Sonobudoyo ini mengingat letaknya yang masih berdekatan dengan Pulau Jawa. Di ruangan ini terdapat koleksi berupa kreasi pahatan, ukiran, lukisan, serta koleksi yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat. serta koleksi pintu Gebyok.
Selain berupa ruangan, terdapat koleksi berupa replika gapura Candi Bentar yang terdapat di luar ruangan. Melewati gapura ini, kami disambut dengan keberadaan replika Bale Gede. Di Bali, Bale Gede ini digunakan sebagai tempat
upacara daur hidup berupa kelahiran dan kematian Upacara kelahiran biasanya dilakukan di Upacara kelahiran
biasanya dilakukan di sebelah kanan yang disimbolkan dengan patung bahagia, sedangkan upacara kematian dilakukan di sebelah kiri yang disimbolkan dengan patung menangis.
Setelah berjalan-jalan di Museum Sonobudoyo, kami dapat mengetahui bahwa ada cukup banyak perubahan yang terjadi di museum ini dari awal berdirinya sampai sekarang. Perubahan ini dilakukan karena adanya penambahan fungsi ruang serta pergantian fungsi ruang pamer.
Menurut narasumber yang kami hubungi, dulu museum Sonobudoyo memiliki ruang emas dan logam. Namun, terjadi kasus pencurian emas pada tahun 2010 yang mengakibatkan penutupan ruang emas. Perubahan ini pun membuat museum menarik gambar denah museum yang terletak di depan karena penataan ruangan yang sudah jauh berbeda dari awal dibangunnya museum.
Selain ruang pamer yang
menyimpan koleksi-koleksi bersejarah,Museum Sonobudoyo juga membukabioskop. Bioskop ini bernama BioskopSonobudoyo yang mulai beroperasipada pertengahan 2019 yang lalu.Bioskop ini buka setiap hari dari jam 4sore hingga 9 malam. Film yangditampilkan merupakan koleksi dariDinas Kebudayaan Daerah IstimewaYogyakarta yang beragam, mulai darifilm pendek karya lokal, sejarahYogyakarta, serta beberapa saat laluditampilkan film Gundala Putra Petir.Untuk menonton film di bioskop inimasyarakat tidak perlu mengeluarkanbiaya sepeserpun alias gratis.
UPAYA DALAM MENJAGA EKSISTENSI
Pembukaan bioskop ini sendiri dilakukan untuk menarik antusiasme masyarakat untuk mengunjungi museum Sonobudoyo. Ruangan yang digunakan untuk bioskop ini pun merupakan bekas ruang audiovisual Museum Sonobudoyo, sehingga tidak banyak perubahan yang harus dilakukan oleh pihak pengelola mengingat fungsinya yang memang dari awal untuk memutar film. Pembukaan bioskop ini juga diakui pengelola sebagai upaya memperkenalkan museum ke ranah yang lebih modern.
Langkah yang dilakukan Museum Sonobudoyo ini dapat dibilang cerdik. Alih-alih membuat bangunan baru untuk fungsi yang baru, bagian bangunan yang ada dialihfungsikan dan dipoles lagi hingga siap untuk dioperasikan dengan fungsi yang baru.
Upaya modernisasi terus dilakukan oleh pihak Museum Sonobudoyo agar kebudayaan tradisional dapat terus dilestarikan dan tidak dilupakan oleh masyarakat. Ketika ditanya apakah Museum Sonobudoyo memiliki rencana kedepan untuk memodernisasi, pihak pengelola pun mengatakan bahwa rencana tersebut masih rahasia dan masyarakat dapat menantikan sesuatu yang luar biasa dari Museum Sonobudoyo yang mana ini merupakan hal positif bagi museum Sonobudoyo sendiri sebagai museum yang menyimpan identitas Yogyakarta.