3 minute read
ASET KOLONIAL WISATA IBUKOTA
by ARÇAKA
Text by Chandra Aditiya Photos by Chandra Aditiya & Petra Gian
LAMPAU
Advertisement
Kawasan Kota Tua Jakarta di kota Jayakarta atau Batavia pada dasarnya merupakan kawasan penting di masa penjajahan Hindia Belanda pada masa dahulu. Kawasan Kota Tua Jakarta ini mencakup sebagian wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara, mulai dari Pelabuhan Sunda Kelapa sebagai Pelabuhan pelabuhan terbesar dan tersibuk yang digunakan untuk kegiatan pusat komersial dan perdagangan internasional pada masa lampau, sampai pada Netherlands Indies Gulden atau De Javasche Bank yang menjadi bank sentral milik Hindia Belanda dan Balai Kota Batavia, kantor dan kediaman Gubernur Jenderal VOC yang berfungsi sebagai salah satu pusat politik dan kekuasaan kolonial.
ANGAN
Terdapatnya bangunan dan karya arsitektur yang dipandang potensial dilihat dari aspek budaya masyarakat dan memiliki nilai sejarah mampu menarik perhatian dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk melestarian cagar budaya tersebut. Oleh sebab sejak tahun 2006 segala upaya pelestarian di Kota Tua Jakarta mulai dilakukan. Bangunan tersebut diantaranya adalah Balai Kota Batavia, kantor dan kediaman Gubernur Jenderal VOC (Kini merupakan museum Sejarah Jakarta/ Museum Fatahillah), Gudang penyimpanan rempah milik Hindia Belanda (Kini dikenal dengan Museum Bahari), Pelabuhan Sunda Kelapa, de Oude Hollandse Kerk yang artinya Gereja Belanda Kuno (kini adalah Museum Wayang), dan Netherlands Indies Gulden atau De Javasche Bank (Yang kini menjadi Museum Bank Indonesia). Selain untuk melestariakan aspek budaya dan nilai sejarah, Kawasan Kota Tua ini juga memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan daerah (devisa). Oleh karena itu, kota tua yang baru ingin menghadirkan keberagaman fasilitas yang baru, mulai dari fasilitas entertainment dan rekreasi hingga skala internasional, pusat kegiatan pemerintah, perkantoran dan komersil.
MASALAH
Situs bersejarah, objek dan manifestasi adalah ekspresi penting bagi kebudayaan masyarakat di sekitarnya. Bangunan, ruang, tempat dan lingkungan sekitarnya merupakan bagian dari ekspresi tersebut, dengan tujuan dapat mempertahankan pemukiman dan bentuk-bentuk sejarah yang diwariskan, serta melindungi mutu sejarah perkotaan yang juga membimbing konstruksi baru pada daerah tersebut. Kawasan Kota Tua Jakarta merupakan kawasan strategis dengan kepentingan sosial budaya, yang memiliki nilai historis tinggi dan menjadi perwujudan nyata dari kisah sejarah, tata cara hidup, budaya dan perkembangan masyarakat Jakarta dari dulu, sehingga keberadaannya perlu untuk dilestarikan. Citra kawasan yang tidak menguntungkan, kondisi infrastruktur yang kurang memadahi, dan kurangnya kepedulian para pihak, terutama pemerintah terhadap kawasan bersejarah tersebut, adalah beberapa masalah utama yang mempengaruhi perkembangan Kawasan Kota Tua Jakarta. Sehingga bangunan-bangunan di Kawasan Kota Tua menjadi tidak berfungsi dan ditinggalkan dengan kondisi bangunan yang semakin tua dan rusak karena dimakan oleh usia. Bahkan gedung-gedung tua yang dimiliki oleh sector swasta di kawasan Kota Tua, sengaja dibiarkan hingga bangunan itu hancur, sehingga dapat dibangun dengan gedung baru.
UPAYA PELESTARIAN
Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan bangunan bersejarah mengacu pada perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial, yang dilengkapi dengan pengenalan budaya yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan jenis kegiatan dan tingkat perubahan yang dilakukan, upaya untuk melestarikan kawasan bersejarah dapat dibagi lagi menjadi pengawetan (preservation), pemugaran (restoration/rehabilitation), pembangunan ulang (reconstruction), perombakan (demolition) dan ada juga pemakaian baru (adaptive reuse/conservation) Penerapan konsep adaptive re-use merupakan alternatif yang tepat karena konsep ini umumnya digambarkan sebagai proses struktural tanpa merusak bangunan tersebut, dengan mengembangkan fungsi lama bangunan menjadi fungsi baru yang dapat mengakomodasi kebutuhan sehingga dapat meningkatkan nilai ekonominya. Konsep ini tidak hanya mengembalikan penampilan fisik saja namun juga berusaha untuk menghormati dan menghargai nilai historis yang ada di dalamnya, gaya arsitekturnya dengan mengalihkan fungsi baru yang lebih tepat dan bermanfaat.
Pemberian fungsi pada bangunan bersejarah yang ada disesuaikan dengan kondisi bangunan, karena usia bangunan yang sudah tua merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Hal ini, memungkinkan bangunan yang tidak kokoh baik secara struktur maupun material elemen pembentuk ruang yang digunakan pada bangunan tersebut. Oleh sebab itu, kerusakan-kerusakan dari bangunan harus diidentifikasi.
DARI BALAI KOTA MENJADI MUSEUM JAKARTA
Sejak dibentuknya Gemeente Batavia oleh VOC dan Hindia Belanda pada tahun 1905, De Oude Stadhuis, atau “Balai Kota Tua” tersebut berfungsi sebagai tempat pemerintahan, pengadilan, pencatatan sipil, dan ibadah pada hari libur. Pada tahun 1970, Gubernur Ali Sadikin menetapkannya sebagai warisan budaya dan menjadi Museum Sejarah Jakarta pada 30 Maret 1974.