3 minute read
Rest Area KM 260 B - De Tjolomadoe Jilid 2
by ARÇAKA
Contributed by Gabriela Regita | Photos by detiknews.com and google images
Pada awal perencanaan pembangunan rest area Tol Pejagan-Pemalang, Tol Trans- Jawa di daerah Brebes, muncul kontroversi pada publik tentang eksistensi bangunan cagar budaya yang berada di titik ini. Dengan adanya pembanguan, artinya satu bangunan cagar budaya di Brebes juga akan hilang.
Advertisement
Sebut saja bangunan Cagar Budaya bekas Pabrik Gula (PG) Banjaratma di desa kecil Banjaratma di Kota Brebes, Jawa Tengah yang rencananya dijadikan proyek percontohan pengelolaan rest area yang dilakukan BUMN dan merupakan rest area bernuansa heritage pertama dan satu-satunya di Indonesia. Pabrik yang terakhir kali beroperasi pada tahun 1997 ini, kini telah disulap menjadi rest area kilometer 260B Ruas Tol Pejagan- Pemalang, Tol Transjawa. Revitalisasi empat Istirahat dan Pelayanan (TIP) ini akan jadi rest area tipe A. Artinya, nantinya akan memiliki sejumlah fasilitas seperti SPBU, masjid, bengkel, klinik, parkir kendaraan kecil dan berat
Pembangunan rest area ini berada diatas lahan milik perusahaan plat merah PT Perkebunan Nusantara (PTPN ) dan pengelolaannya diserahkan ke PT Pembangunan dan Perumahan (PP) seluas 10,6 hektar. Rencananya, rest area KM 260 B akan memiliki 52 stand usaha kategori besar dan 64 stand UMKM, dan tentunya berbagai jenis oleh-oleh khas Brebes dan Tegal akan tersedia di tempat ini.
Selain minimarket dan stand usaha, dan stand UMKM terdapat resto tepat di ujung bangunan ini, yaitu Banaran 9 Resto Coffee and Tea. Terpajang secuil cerita dari bangunan ini yang terbingkai manis di dinding. Terdapat foto dimana bangunan ini dibangun pada 1908 oleh perusahaan perkebunan yang berpusat di Amsterdam, N.V. Cultuurmaatschappij. Pada peta Dutch Colonial Maps tahun 1918, Pabrik Gula Banjaratma disebut sebagai Station Banjaratma. Proefstations atau Stasiun Pengujian, adalah tempat khusus untuk melakukan penelitian ilmiah budidaya dan proses produksi gula. Dan pada tahun 1997 merupakan masa terakhir bagi Pabrik Gula Banjaratma beroperasi, karena kerugian yang terjadi terus-menerus, membuat biaya operasio nal tidak seband ing dengan keuntungan
Bangunan Utama
Mencerminkan masa lalu industri pabrik gula jaman Belanda, D-Associates, sebagai firma yang menangani proyek ini dan selesai pada Maret 2019, mempertahankan konsep heritage, dimana berapa bagian pada bangunan ini tetap depertahankan. Salah satunya terdapat struktur unik dari batu bata di tengah - tengah bangunan utama. Dua buah mesin penggilingan tebu serta lokomotif bekas penarik bahan baku, yang saat ini ditetapkan sebagai cagar budaya, tetap dipertahankan keasliannya, dari segi bentuk dan materialnya.
Di area seluas 1,4 hektar ini, begitu masuk pengunjung akan disambut oleh taman yang dilingkupi dengan kaca yang rencananya akan dihuni juga oleh kelinci dan burungburung. Karena tanamannya baru mulai di tanam, dan masih dalam proses pembanguan, saat ini kondisinya masih belum sepenuhnya hijau.
Perubahan yang cukup signifikan juga nampak pada atap bangunan dan konstruksi baja setinggi 15 meter untuk memperkuat struktur bangunan dan menambal bata yang sudah keropos dan dianggap tidak layak, sehingga walaupun umur bangunan sudah lebih dari satu abad, keamanan pada bangunan ini tidak perlu diragukan. Selebihnya, pelingkup bangunan masih menggunakan material bata asli dari pabrik lama, hanya saja bentuknya berubah dikarenakan penambahan pintu-pintu yang berukuran besar sebagai akses masuk ke dalam bangunan, yang membuat batas antara ruang dalam dan ruang luar dari bangunan ini lebih menyatu. Penambahan area taman pada beberapa spot yang berada di dalam bangunan juga memberikan atraksi tersendiri bagi pengunjung.
Fasilitas Pendukung Lainnya
Adapun fasilitas lain di rest area yang diberikan antara lain mushola, toilet berjumlah 67 buah, Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) dengan 10 dispenser untuk berbagai jenis Bahan Bakar Minyak (BBM), dan area parkir yang mampu menampung kurang lebih 300 kendaraan kecil serta terdapat 30 lot untuk parkir kendaraan besar Khusus untuk bangunan masjid dirancang oleh D-Associate sebagai bangunan yang hemat energi. Dinding masjid tersusun dari susunan bata merah yang bersilangan, menciptakan rongga yang dapat membuat udara dan cahaya matahari masuk ke dalam ruangan, membuat aliran udara dapat secara lancar mengalir masuk ke dalam bangunan, dan bangunan tidak perlu cahaya matahari pada siang hari.
Destinasi Baru
Sejak Lebaran 2019, rest area ini sudah mulai beroperasi penuh dan dibuka 24 jam. Dengan menunjung konsep heritage yang tidak dimiliki oleh rest area pada umumnya, pengelola berharap dengan revitalisasi yang dilakukan juga dapat menarik perhatian masyarakat, agar tempat ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat peristrahatan namun juga sebagai destinasi heritage baru bagi para wisatawan. Sehingga efeknya dapat meningkatkan perekonomian daerah terutama bagi para pelaku UMKM Brebes dan Tegal yang berjualan di tempat ini.