4 minute read
M Bloc: Zona Mejeng Masa Kini
by ARÇAKA
Text by Rosalin Citra Utami Kapa | Photos by Chandra Aditiya
Seolah tak habis akan inovasi, arsitektur modern kini banyak dihiasi dengan munculnya desain-desain ruang publik terpadu sesuai dengan kebutuhan generasi muda.
Advertisement
Pertumbuhan ruang-ruang publik ini sangat jelas terasa, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Salah satu dari ruang kreatif publik yang cukup diminati beberapa waktu belakangan adalah M Bloc Space.
Menjadi sebuah ruang kreatif publik, M Bloc Space seolah ingin menghadirkan rasa nostalgia kepada generasi-generasi terdahulu, sekaligus memberikan suasana baru bagi para milenial yang haus akan konsep-konsep unik. M Bloc Space muncul dengan mengangkat pola creative hub dimana tempat ini tidak hanya sekedar berfungsi sebagai sebuah public space, tetapi juga bisa sekaligus memberdayakan pengunjungnya, terutama bagi anak muda.
Kawasan Blok M yang pada tahun 1980-an memang sudah terkenal sebagai kawasan populer bagi muda-mudi, kini seolah dihidupkan kembali dengan konsep yang lebih fresh sesuai dengan perkembangan zaman. Menurut Handoko, salah satu inisiator project ini, M Bloc Space merupakan jawaban dari upaya membangun sebuah ruang yang benar-benar bisa bermanfaat bagi lingkungan, terutama karena lokasinya yang strategis. Berangkat dari fakta inillah M Bloc Space kemudian berusaha mengangkat sebuah narasi kreatif bagaimana sebuah ruang publik dari tempat yang terbengkalai dapat berubah menjadi ruang kreatif publik di Jakarta Selatan yang bisa memberdayakan anak muda secara khusus. Ketika pada tahun 1980- an Kawasan Blok M terkenal sebagai tempat anak-anak muda untuk berkumpul dan pamer kekayaan, baik itu berupa pakaian, kendaraan, dan pernak-pernik lain, kini persepsi tersebut diubah sehingga Kawasan Blok M dapat dikenal sebagai tempat anak muda saling unjuk karya.
KONSERVASI BUKAN PRESERVASI
Memilih untuk memanfaatkan aset tidak terpakai milik Perum Peruri, M Bloc Space berusaha melakukan konservasi sebagai upaya pemanfaatan terhadap bangunan-bangunan lama yang tidak terpakai. Hal ini juga diakui oleh Jacob, yang bertindak sebagai arsitek penanggungjawab sekaligus selaku inisiator kelangsungan project ini. Menurutnya konservasi memang merupakan tema besar dari didirikannya M Bloc Space. Ia menyebutkan dengan
melakukan konservasi maka bangunanbangunan yang tidak lagi terpakai ini dapat diubah menjadi lebih fungsional. “Jadi yang kami lakukan bukan preservasi, tapi hanya meng-conserve sehingga bisa menjadi fungsi yang lebih kekinian.” tambah Jacob.
Sebagai implementasi nyata dari tema besar konservasi tersebut, lebih lanjut dijelaskan bahwa fasad-fasad pada bangunan lama yang ada sebisa mungkin tidak diubah. Sebagai contoh, pada Restoran Oeang yang sebelumnya merupakan gudang percetakan peruri dapat ditemui instalasi lampu-lampu daur ulang yang dibuat dari fire alarm yang ada pada bangunan. Beberapa posterposter bertuliskan ajakan keselamatan kerja juga seolah menceritakan gambaran suasana kerja pada masa itu. “Ini bekas gedung percetakan uang, lalu sekarang berubah jadi Restoran Oeang. Banyak bagian yang masih kami pertahankan bentuknya, namun tetap disesuaikan dengan kebutuhan fungsionalnya sebagai restoran.” tambah Jacob.
KULTUR BARU YANG TERCIPTA
Tidak hanya berusaha mempertahankan desain bangunan eksisting, M Bloc Space juga terbilang cukup ketat dalam pemeliharaan desain. Hal ini dapat dilihat pada bagian bangunan yang kini ditempati oleh tenant-tenant lokal. Pada bagian belakang bangunan terdapat halaman belakang yang menghubungkan satu tenant dengan tenant yang lain tanpa adanya pagar pembatas. Desain seperti ini dimaksudkan agar komunikasi antar pemilik tenant tetap terjaga. “Tenanttenant disini tidak saya perbolehkan untuk bikin pagar. Kalaupun memang dibutuhkan, paling hanya menggunakan pagar hidup. Maksudnya supaya komunikasi tetap terjaga. Misal tenant ini kehabisan gula, bisa minta ke tetangga. Jadi mau tidak mau akan saling berinteraksi.” tutur Jacob.
Kepada para pengunjung, M Bloc Space juga berusaha membawa kebiasaan baru. Dengan ukuran yang cukup luas, yaitu sebesar 7.000 m2 , M Bloc Space berusaha menghadirkan kultur jalan kaki. Hal ini juga menjadi salah satu keprihatinan Jacob dan r e k a n - r e k a n y a n g m e l i h a t kebiasaan anak muda sekarang yang menghabiskan banyak waktu di pusat-pusat perbelanjaan dan di depan gadget. Gerakan jalan kaki ini juga didukung dengan letak strategis M Bloc Space yang b e r d e k a t a n d e n g a n s a r a n a transportasi modern. Hanya membutuhkan waktu 3 menit untuk tiba di M Bloc yang letaknya berada di tengah stasiun MRT ASEAN dan Blok M. Sebagai pelengkap, M Bloc Space juga sengaja tidak memberikan fasilitas tempat parkir bagi kendaraan pengunjung yang ada. “Terserah deh mau parkir dimana, tapi dengan tidak memberikan ruang parkir maka kita bisa memaksa pengunjung untuk menggunakan transportasi umum.” ungkap Jacob. Dengan demikian dapat muncul suatu kultur baru yang diangkat, yaitu kultur M Bloc Space sebagai area pejalan kaki, dan kultur M Bloc Space sebagai wadah kreatif Jakarta Selatan.
GENERATOR BAGI KOTA KOTA LAIN
Konsepnya yang unik serta eksekusinya yang ciamik tentu membuat M Bloc Space menarik perhatian banyak orang. "Banyak orang dari kota-kota lain yang datang kesini untuk belajar dan ingin membuat M Bloc-M Bloc lain di tempat mereka." tutur Jacob. Harapannya M Bloc Space bisa menjadi generator bagi kota-kota lain dalam membangun dan mengembangkan potensi seni dan musik di Indonesia, juga sebagai wadah penggerak kreativitas anak muda.