4 minute read

Kota Lama: Primadona Semarang Warisan Eropa & Wawancara dengan Chris Dharmawan

Text by Kenia Audita & Bryan Dharmanta Photos by google images, personal archives

Kota Lama merupakan landmark kota Semarang sejak abad 17. Kawasan tersebut dahulu merupakan pusat perdagangan yang ramai oleh pedagang Cina dan Arab.

Advertisement

Masih kental dengan era kolonial, di Kota Lama pengunjung dapat menjumpai bangunan estetik warisan Eropa dan beberapa yang telah dikonservasi. Meskipun beberapa juga telah beralih fungsi, bangunan berusia 200 – 300 tahun ini hingga kini masih berdiri dan menjadi saksi bisu perjalanan kota Semarang.

Berikut beberapa bangunan tua yang dapat kita jumpai di Kota Lama,

1. Gereja Blenduk atau Nederlandsch Indische Kerk.

2. Semarang Contemporary Art Gallery, dahulu kantor asuransi pertama di Indonesia.

3. Spiegel Bar and Bistro, dahulu Toko Pakaian NV Winkel Maatschappij "H Spiegel".

SEMARANG CONTEMPORARY ART GALLERY

Sembari menelusuri jalanan Kota Lama, redaksi Arcaka secara tidak sengaja menemukan sebuah bangunan pameran yang dinamakan Semarang Contemporary Art Gallery dan memutuskan untuk melihat sejenak apa isi dari galeri tersebut.

Semarang Contemporary Art Gallery didirikan pada tahun 2001 dan terletak di pusat kota Semarang. Pembangunan galeri ini didasari oleh komitmen untuk mendedikasikan ruang sebagai media yang dapat digunakan untuk memperkenalkan karya-karya bagi seniman kontemporer Asia, khususnya kesenian rupa Indonesia. Galeri ini memiliki reputasi yang baik dalam hal konsistensi upaya untuk meningkatkan apresiasi terhadap ranah seni rupa sekaligus menjadi alternatif standar perkembangan seni rupa kontemporer di Indonesia.

Galeri ini dimiliki oleh Chris Dharmawan yang merupakan seorang arsitek, kolektor dan filantropi seni. Beliau memiliki filosofi bahwa pertemuan antara manusia, seni, budaya, dan idealisme dalam sebuah ruang akan selalu menghasilkan keindahan bagi kehidupan manusia seutuhnya. Hal ini juga yang mendorong beliau untuk memilih bangunan tua yang sudah tidak terpakaisebagai bangunan untuk galeri ini.

Ketertarikan Chris Dharmawan dengan bangunan bekas kantor asuransi pertama di Indonesia mendorongnya untuk membeli bangunan ini sebagai lokasi baru Semarang Contemporary Art Gallery yang sebelumnya berada di pusat kota Semarang sejak tahun 2001. Pada tahun 2007, bangunan ini dibeli dan dikonservasi sehingga aktif kembali pada tahun 2008 sebagai Semarang Contemporary Art Gallery.

“Kalau bangunan lama itu kayak ada kesan yang berbeda,” tukas Chris Dharmawan saat ditanya alasannya mengapa memilih bangunan lama. Menurutnya, bangunan lama memiliki nilai keindahannya tersendiri sehingga menonjolkan nilai historis yang akan menambah aksen dan nuansa pada sebuah galeri seni. Renovasi dan konservasi pada bangunan lama juga lebih hemat dalam segi pembangunan dan energi yang akan dipakai serta mengurangi sampah konstruksi dalam jumlah yang besar, dan tidak akan ketinggalan zaman. Dengan menggunakan bangunan lama kita secara tidak langsung ikut melestarikan bangunan-bangunan yang ada di Kota Lama.

TIM KONSERVASI KOTA LAMA

Chris Dharmawan yang dikenal sebagai penyuka seni ini juga tergabung dalam tim konservasi Kota Lama. Tugas tim konservasi ini adalah untuk mengawasi Kota Lama dari waktu ke waktu dan mendata bangunan-bangunan yang ada. Setiap bangunan yang ada di Kota Lama dipegang oleh pemilik dan mereka bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian dari bangunan yang ada. Bangunan-bangunan ini bertipologi seperti kantor, restoran, dan penyedia barang atau jasa. Bangunan-bangunan yang sudah tidak terawat atau ditelantarkan akan dihubungi pemiliknya oleh tim konservasi dan diperingatkan untuk dibenahi dan diperbaiki. Apabila pemilik tidak sanggup, kepemilikan akan dicabut dan akan dicari pemilik baru.

PROSPEK

Bangunan lama, khususnya di Kota Lama diyakini oleh Chris Dharmawan tidak akan kehilangan pamornya apalagi kalah saing dengan wisata-wisata baru lainnya. Bangunan lama harus tetap dijaga nilai historisnya karena sejarah merupakan identitas sebuah tempat dan sebagai pengingat perkembangan sebuah tempat itu sendiri. Perubahan yang diterapkan hanya berupa konservasi sederhana dengan mempertahankan fasad luar bangunan dengan mengubah tipologi fungsi bangunan. Konservasi sangat diperlukan dan bangunan yang sudah dikonservasi juga harus tetap aktif digunakan atau hidup agar tetap terjaga fungsional dan nilai jual bangunan ini.

PAMERAN SET & HIS PEOPLE

Pameran tunggal Abdi Setiawan, si Gappetto Indonesia, sedang mengisi Semarang Contemporary Art Gallery saat redaksi Arcaka mengunjungi bangunan tersebut. Pada ruang pameran dua lantai itu, pameran menghimpun sebanyak 30 karya seni rupa (26 patung kayu dan 4 lukisan akrilik). Terdapat void pada tengah ruangan yang bertujuan untuk menciptakan suasana ruang tanpa jarak antara lantai satu dengan lantai dua dan menghubungkan karyakarya yang dipamerkan.

Abdi Setiawan sendiri adalah seorang seniman kontemporer lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Pahatan karya yang ia pamerkan menampilkan beragam ekspresi dari potret manusia dewasa, anak-anak, manusia-hewan, sampai boneka dengan beragam pose, gaya, penampilan, dan busana.

VISI BAGI KOTA LAMA BAPPEDA

Kota Semarang mengungkapkan 6 strategi revitalisasi untuk merealisasikan visi mereka untuk mengangkat Kota Lama menuju kota warisan dunia pada tahun 2020. Strategi-strategi ini digagas dengan harapan dapat menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang ada di Kota Lama seperti kawasan yang rawan banjir, degradasi kualitas lingkungan, banyaknya rumah kumuh yang ditelantarkan.

1.Pengembangan Regulasi Perda No. 8 Th. 2003 tentang RTBL Kota Lama Perda No. 14 Th. 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

2.Pengembangan Institusional Pembentukan Badan Pengelola Kawasan Kota Lama

3.Identifikasi Klasifikasi Bangunan yang layak untuk digolongkan sebagai bangunan heritage Kepemilikan Bangunan

4.Desain Bangunan Mengacu pada grand design Kota Lama yang diterbitkan pada tahun 2011 Desain Rekayasa Rinci Kota Lama yang diterbitkan tahun 2015

5.PajakHari Libur Insentif Pajak Bumi dan Bangunan untuk Bangunan Cagar Budaya yang mendapat kortingan 50% 6.Partisipasi Partisipasi sektor swasta dan masyarakat

MEMULAI STRATEGI

Pelaksanaan strategi ini membagi area Kota Lama menjadi 3 sektor yaitu: Koridor Letjen Suprapto, Kolam Retensi Tawang di Jl. Merak, dan Koridor Mpu Tantular. Dengan adanya strategi ini diharapkan dapat tercapai Kota Lama sebagai tujuan destinasi internasional pada tahun 2020 ini.

This article is from: