Surat Kabar Media Aesculapius (SKMA) edisi Mei-Juni 2020

Page 2

2

DARI KAMI Penghargaan tertinggi pantas untuk disematkan pada seluruh pihak yang tak kenal lelah berjuang menghadapi pandemi Covid-19. Unsur pemerintah, tenaga kesehatan, relawan, dan masyarakat telah berkolaborasi dalam memutus mata rantai penularan. Meskipun telah menumpahkan segala kemampuan yang dimiliki, sistem penanggulangan wabah nasional masih banyak disoroti. Kritik tersebut mengarah pada respons pemerintah yang terkesan lamban, padahal ini bukanlah kali pertama Indonesia disinggahi wabah. Lantas, bagaimana sebenarnya protokol penanganan wabah nasional? Simak ulasan lengkapnya di rubrik headline! Tak hanya fokus memberantas virus corona, pemerintah juga tengah bertarung dalam menyukseskan program Indonesia bebas kaki gajah 2020. Sebagai salah satu negara endemis kaki gajah, Indonesia telah berhasil menurunkan angka kejadian penyakit akibat gigitan nyamuk ini. Ulasan mendalam terkait program pemberantasan kaki gajah tersaji dalam rubrik ilmiah populer. Jangan lupa pula untuk mengasah kemampuan otak dengan mengisi teka-teki silang tentang ragam penyakit mental di rubrik yang sama. Profesi dokter tak melulu tentang buku dan obat. Rubrik liputan menghadirkan kisah inspiratif seorang dokter yang tetap melakoni hobi fotografinya di tengah kesibukan profesi. Sejumlah prestasi berhasil ditorehkan dengan menjuarai berbagai kompetesi fotografi. Cerita inspiratif lainnya datang dari mahasiswa FKUI yang berhasil menginisiasi program pemenuhan nutrisi bagi tenaga kesehatan sebagai garda terdepan penanganan Covid-19. Selain itu, beberapa mahasiswa UI juga sukses mengembangkan aplikasi khusus yang mampu menilai risiko dan menyebarkan edukasi terkait Covid-19. Akhirnya, selamat menikmati rangkaian informasi yang kami suguhkan dalam SKMA edisi ini. Semoga kita semua selalu dianugerahi kesehatan dalam melalui badai pandemi Covid-19.

Nur Afiahuddin Tumpu Pemimpin Redaksi

MA FOKUS

Efektifkah PSBB Menekan Penyebaran Covid-19?

G

KLINIK

MEI - JUNI 2020

ugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan bahwa hingga 15 Mei 2020 terdapat 27 kabupaten/kota dan 4 provinsi yang telah menerapkan PSBB. Angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah mengingat tren kasus aktif Covid-19 yang tak kunjung melandai. Sejatinya, Indonesia pertama kali menerapkan PSBB di DKI Jakarta pada pertengahan April lalu. Penerapan aturan tersebut diduga menjadi jalan tengah pemerintah dalam menanggapi desakan sejumlah pihak yang menginginkan Indonesia segera “lockdown�. Berbagai pertimbangan kemudian menjadi alasan kuat pemerintah yakin bahwa PSBB lebih tepat untuk diterapkan di Indonesia jika dibandingkan dengan lockdown. Setelah lebih dari sebulan berjalan, Plt. Deputi II BNPB, Dody Ruswandi, melalui CNN Indonesia menyebutkan bahwa penerapan PSBB secara umum sukses menekan penyebaran virus corona. Klaim keberhasilan tersebut didasari atas penurunan persentase pertumbuhan kasus positif dan peningkatan angka pasien sembuh. Namun, pernyataan tersebut tampaknya terkesan kontradiktif jika dibandingkan dengan kurva kasus aktif yang masih terus menanjak. Tak hanya itu, penerapan PSBB di sejumlah daerah masih banyak diwarnai aksi warga yang tak mengindahkan aturan pembatasan fisik. Kurang ketatnya pengawasan aparat dalam penegakan aturan disinyalir menjadi penyebab banyaknya oknum yang membandel. Aspek lain yang tak boleh terlupakan adalah rendahnya cakupan deteksi kasus Covid-19. Meskipun telah menunjukkan tren peningkatan yang cukup signifikan, cakupan pemeriksaan spesimen di Indonesia masih tergolong rendah. Kemampuan deteksi Covid-19 Indonesia memang tidak bisa dibandingkan dengan negara lain mengingat letak geografis dan kekuatan ekonomi tiap negara yang berbeda. Namun, fakta ini seharusnya bisa dijadikan acuan oleh pemerintah untuk tidak terburu-buru mengeluarkan pernyataan bahwa PSBB berhasil menekan pertumbuhan Covid-19. Apalagi jika pernyataan tersebut diikuti dengan pelonggaran aturan PSBB yang tentunya akan berdampak pada semakin sulitnya negara memutus mata rantai penularan. Penentuan tingkat keberhasilan PSBB idealnya tidak hanya bergantung pada penurunan jumlah kasus saja. Aspek lain, seperti kepatuhan masyarakat, kemampuan deteksi kasus, dan tingkat kesejahteraan warga selama PSBB berlangsung harus turut dipertimbangkan. Selanjutnya, pemerintah diharapkan segera menyusun indikator resmi terkait keberhasilan PSBB yang mencakup seluruh aspek tersebut.

MEDIA

AESCULAPIUS

MA INFO

Tak Salah Lagi Membedakan Kasus Covid-19

Pemahaman terkait klasifikasi pasien Covid-19 diperlukan untuk mencegah kekeliruan penanganan

W

orld Health Organization (WHO) tegas menyatakan Covid-19 sebagai sebuah pandemi sejak 11 Maret 2020 lalu. Jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia menyentuh angka 1 juta pada awal April dan terus bertambah hingga lebih dari 3 juta pasien di penghujung April 2020. Penderita Covid-19 dapat menunjukkan gejala klinis yang beragam. Tiga gejala utama yang sering dikeluhkan, meliputi demam, batuk kering, dan sesak napas. Namun, pada kelompok tertentu, seperti pasien geriatri dan orang dengan imunitas rendah, gejala demam bisa saja tidak tampak. Gejala lain yang sering kali menyertai, antara lain nyeri otot, nyeri kepala, gejala saluran cerna, lemas, batuk berdarah, dan gejala ISPA berat. Definisi Operasional Pasien Covid-19 Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 revisi keempat (per 27 Maret 2020) yang disusun oleh Kementerian Kesehatan RI mengategorikan orang-orang yang berisiko terpapar Covid-19 atau sudah mengidap Covid-19 ke dalam empat definisi operasional, yaitu pasien dalam pengawasan (PDP), orang dalam pemantauan (ODP), orang tanpa gejala (OTG), dan kasus konfirmasi. PDP adalah (1) orang dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang tidak disebabkan oleh penyebab lain selain SARS-CoV-2 serta memiliki riwayat berada di wilayah dengan transmisi lokal pada 14 hari sebelum timbul gejala; (2) orang dengan demam atau ISPA dan pernah berkontak dengan kasus terkonfirmasi Covid-19, atau; (3) orang dengan ISPA berat/ pneumonia berat dan tidak ada penyebab lain selain SARSCoV-2. Sementara itu, ODP adalah (1) orang dengan karakteristik sama dengan PDP poin (1), tetapi tanpa ISPA dan hanya disertai demam atau gejala pernapasan dan; (2) orang dengan gejala sistem pernapasan dan berkontak dengan kasus konfirmasi Covid-19 pada 14 hari sebelum timbul gejala. OTG adalah orang yang tidak bergejala dan berisiko untuk tertular karena memiliki kontak erat–orang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam radius 1 meter dengan PDP atau kasus terkonfirmasi–dengan kasus konfirmasi Covid-19. Kasus konfirmasi sendiri adalah pasien Covid-19 dengan hasil pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) positif dalam dua kali pemeriksaan.

MEDIA AESCULAPIUS

Pelindung:

Pemilihan Lokasi Karantina Karantina dapat dilakukan di rumah sebagai bagian dari isolasi mandiri. Namun, karantina juga dapat dilakukan di fasilitas khusus/RS darurat Covid-19 dan RS rujukan. Pasien OTG atau ODP dengan usia <60 tahun tanpa penyakit penyerta dan PDP dengan gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri di rumah. Sementara itu, ODP dengan usia >60 tahun dengan penyakit penyerta yang terkontrol, PDP dengan gejala sedang, dan PDP dengan gejala ringan tanpa fasilitas karantina rumah yang memadai dapat dikarantina di fasilitas khusus/RS darurat Covid-19. RS rujukan secara khusus ditujukan bagi PDP dengan gejala berat. Kriteria karantina ini dapat berubah apabila terjadi pemburukan gejala. Konfirmasi Laboratorium Dokter tidak dapat menyatakan seseorang bebas Covid-19 hanya dengan berbekal hasil negatif pada pemeriksaan spesimen tunggal, terutama spesimen saluran pernapasan atas. Pengulangan pengambilan dan pengujian spesimen harus dilakukan, terutama menggunakan spesimen saluran pernapasan bagian bawah. Selain itu, adanya temuan patogen lain belum tentu meniadakan kemungkinan Covid-19. Pada PDP dan ODP, pengambilan spesimen untuk pemeriksaan PCR dilakukan sebanyak dua kali berturut-turut dan saat terjadi kondisi pemburukan. Sementara itu, pengambilan spesimen pemeriksaan PCR pada OTG dilakukan pada hari ke-1 dan ke-14. Spesimen yang wajib diambil adalah usap nasofaring atau orofaring, sputum, dan serum. Spesimen bronchoalveolar lavage dan salah satu di antara aspirat trakea, nasofaring, atau nasal wash wajib diambil bila memungkinkan. Dalam situasi pandemi seperti saat ini, penting bagi seorang dokter untuk memahami klasifikasi kasus Covid-19. Edukasi masyarakat juga penting agar tidak terjadi kesalahpahaman di tengah masyarakat yang dapat menyebabkan stigmatisasi buruk terkait Covid-19. adit

,

Penasihat: Staf Ahli

Pembantu Khusus

Pemimpin Umum: Gerald Aldian Wijaya. POSDM: Kevin Tjoa. Pemimpin Produksi: Marthin Anggia Sirait. Tata Letak dan Cetak: Gita Fajri Gustya. Sari. Staf Produksi:

Vina Margaretha Miguna.

Sakinah Rahma

Pemimpin Redaksi: Sekretaris Pemimpin Redaksi: Chief Editor Redaktur Desk Headline: Redaktur Desk Klinik: Redaktur Desk Ilmiah Populer: Elvan Wiyarta. Redaktur Desk Opini & Humaniora: Aughi Nurul Aqilla. Redaktur Desk Liputan: Mariska Andrea. Reporter Senior: Reporter Junior: Albertus Raditya, Alexander Pemimpin Direksi: Nur Zakiah Syahsah. Job dan Promosi: Sean Alexander. KSK

SKMA

Alamat:

Staf Direksi: E-mail:

website: Alamat Redaksi/Sirkulasi:

.

MA menerima kiriman naskah dari pembaca untuk rubrik MA Klinik (khusus untuk dokter dan staf pengajar), Asuhan Keperawatan (khusus untuk perawat dan mahasiswa keperawatan) Sepuki, Suma, Suduk, Kolum, Arbeb, Kesmas, Seremonia, dan Konsultasi (berupa pertanyaan). Kirimkan email permohonan

Dapatkan info terbaru kami: www.beranisehat.com Media Aesculapius

@MediaAesculapius @Beranisehatcom

medaesculapius@gmail.com @wxx0340z

@MedAesculapius


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.