27
ASANA BINA SENI #1 Ilustrasi logo dibuat oleh: Irindhita 'Ayash' Laras Putri
Belakangan ini kita melihat bagaimana inisiatif-inisiatif sekolah alternatif dan ruang belajar komunal menjadi fenomena yang menyebar secara luas dalam kehidupan masyarakat. Ada kesadaran warga dan kelompok sipil untuk mengambil alih tanggung jawab dalam hal pendidikan, dan membangun visi bersama yang didasarkan pada situasi yang langsung dihadapi. Pendidikan-pendidikan alternatif juga membuka kesempatan yang lebih setara antara pengajar dan peserta belajar, sehingga ada pembiasaan pula atas gagasan relasi sosial yang lebih setara. Dalam dunia kesenian, model-model pembelajaran alternatif juga menjadi bagian dari skena baru yang memberi kontribusi cukup signifikan pada meluasnya wacana tentang seni dan bagaimana ia memberi dampak pada kehidupan sosial. Dalam sejarah pendidikan seni di Indonesia, model pendidikan alternatif ini banyak ditemukan dalam bentuk sanggar-sanggar, di mana seniman senior memberikan bimbingan kepada yang lebih muda, termasuk dalam pembentukan ideologi. Belakangan model mentoring juga menjadi bagian dari penyelenggaraan proses belajar informal bagi para seniman, yang biasanya melekat dengan Program-program residensi. Dengan meluasnya praktik-praktik karya seni dan kecenderungan interdisiplinnya yang semakin kuat, maka ada banyak wacana baru yang menarik untuk dibicarakan. Peristiwa-peristiwa seni yang semakin beragam juga membutuhkan ketrampilan dan kerja keras dari mereka yang bergerak dalam hal manajemen dan produksi, yang menjadi aspek yang tidak dapat diabaikan dalam sebuah skena seni. Peran kurator juga menjadi semakin penting dalam