March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
Vol.2 No.1 March - May 2021
www.indomarinenews.com Published By : Indonesia
fireworks business information
PERMINTAAN TERHADAP KAPAL TUNDA DAN KAPAL TONGKANG PASCA PANDEMI
REKOR DUNIA BARU UNTUK TARIF PENGIRIMAN USD 350.000 PER HARI NEW WORLD RECORD SET FOR SHIPPING RATES : USD 350.000 PER DAY QUALITY RELIABILITY PERFORMANCES
www.indomarinenews.com
MASSON MARINE PROPULSION PTE LTD
Establishment of the company in Courbevoie (near Paris) 1908
Intergration to Pont-a-Mousson group (PAM) transfer of the company to Saint Denis les Sens. 1970’s
Masson Marine as a leader in Marine Propulsion Technology, designs, manufacturers and commissions a full range of marine gearboxes with hybrid systems, brakes whether integrated or external, shaft lines and controllable or fixed pitched propellers. Based in France, Masson Marine offers a wide range of high quality and high performance products adapted to all propulsion systems (Diesel, Gas, Electric). Our Reduction gearboxes and propellers comply with the quality standarts of all major brand engine manufacturers all over the world. Masson Marine is proud to provide a high-efficient marine propulsion system, helping ship owners and operators to optimize operation costs and reduce time for maintenance operation. A wide range of different ship types are propelled and served by Masson Marine : more than 28.000 Masson Marine gearboxes and 1.000 Controllable Pitch propellers on various ships that are operating around the world.
Intergration to MAN/Renk group, as SEE (Societe Europeenne d’Engrenages) 1980’s
MASSON MARINE PROPULSION PTE LTD Intergration to ZF Marine Group, as ZF Masson Development of the Controllable Pitch Propellers 2000’s
18 BOON LAY WAY #08-114 TRADE HUB 21, 609966 SINGAPORE
s.agaisteen@masson-marine.com
INDONESIA DISTRIBUTOR
PT. MARINA TEHNIK ABADI TENTANG PERUSAHAAN PT. MARINA TEKNIK ABADI (PT MTA) adalah perusahaan yang telah berdiri sejak tahun 2004 dan bergerak dibidang penjualan barang dan jasa yang berhubungan dengan kebutuhan industri perkapalan, seperti penyediaan unit dan suku cadang gearbox mesin kapal (MASSON), Control Head mesin kapal (TELEFLEX), Fire blanket HT 800, dan terutama pembuatan Stern Arrangement untuk kapal (Propeller, Propeller Shaft, Stern Tube dll) serta sudah bersertifikat IACS MEMBER (RINA & BV CLASS). Dalam penyediaan kebutuhan untuk Stern Arrangement kapal, perusahaan kami juga memberikan jasa perhitungan dimensi Propeller dan estimasi kecepatan kapal dengan cuma-cuma untuk customer kami dengan program perhitungan PROPCAD dan NAVCAD yang kami investasikan.
VISI PERUSAHAAN PT. MARINA TEHNIK ABADI (PT.MTA), menjadi yang terdepan dalam usaha penyediaan barang dan jasa untuk kebutuhan perkapalan di Indonesia dengan beroritentasi pada kualitas, ketepatan waktu dan kepuasan konsumen dengan harga yang kompetitif.
MISI PERUSAHAAN PT. MARINA TEHNIK ABADI (PT.MTA), memahami dan mela.yani kebutuhan konsumen dengan meningkatkan kualitas dari waktu ke waktu dengan efisiensi dan effektifitas pada setiap sektor pekerjaan.
PT. MARINA TEHNIK ABADI Jl. Letjend. Suprapto No. 504 E, RT. 01 RT.06 Galur, Johar Baru Jakarta Pusat 10530 Telp. +6221 4288-8880 WA. + 62 813 1234 5080
Workshop : Jl. Raya Bogor KM 51. Cimandala, Kebon Kelapa RT.02 /RW 04 Kecamatan Sukaraja, BOGOR
March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
KRI SEMARANG - 594
NAVAL SHIPBUILDING (LPD) LANDING PLATFORM DOCK “L PD (Landing Platform Dock) is a PT PAL Indonesia (Persero) naval military trademark which rendered to undergo either military or non military operations such as disaster relief and humanitarian assistance”.
KRI SAMPARI - 628
KRI TOMBAK - 629
NAVAL SHIPBUILDING KCR (KAPAL CEPAT RUDAL) 60M GUIDED-MISSILE FAST ATTACK CRAFT
PT PAL Indonesia (Persero) New Shipbuilding Maintenance, Repair & Overhaul General Engineering Submarine Technology & Development
“An agile seakeeping ship to patrol and to move quickly. It is also equipped with defensive capabilities to secure Indonesian maritime territory.”
www.indomarinenews.com
EDITOR’S WORD AHOY READERS !
Published By : Indonesia
fireworks business information
Welcome to the latest edition of Maritime Voice Indonesia! There is a myriad of good news and positivity ending the first quarter of the year. Most countries in the ASEAN region have started their inoculation drive and in the latest study conducted in Israel (which at this time of writing had already vaccinated more than 50% of their population) had shown that the Pfizer Biontech vaccine had prevented 94% of Covid 19 cases with 2 doses. A reality that the pandemic is indeed coming to an end! Despite the proliferation of more virulent strains from UK and South Africa, medical research had clearly showed that getting a shot early even with the current vaccines could prevent new waves. The current vaccine companies have also since started working on modifying the vaccines to target the mutations. Booster shots could be given when the time comes and in a few years down the road we could be looking at Covid 19 as the common flu. It’s business as usual for the bustling maritime industry as many shipbuilders starts working on projects that have been deferred from 2020, we are also seeing a lot of new technology that would help digitalize the maritime industry especially so during the pandemic. The travel restrictions had affected our usual commuting habits for businesses and for work and this resulted in many companies looking to digitalize their operations to minimize disruptions should a next lock down occur. On behalf of my team and I, we would like to urge everyone to still adhere to safety distancing, wear your masks, wash your hands as we look forward to the opening of the world borders and celebrate this victory against the pandemic in unity! Stay safe always! Susan Tricia Managing Editor
Maritime Voice Indonesia Digital Editions Available!
Log on to: www.indomarinenews.com
BEST IN CLASS FUEL CONSUMPTION BEST IN CLASS LOW SPEED TORQUE
ENOUGH SAID. Meet the new M33.2 propulsion engines – mechanical, reliable, and best in class torque at low speeds. These engines are ideal for continuous and heavy duty marine applications, offering 650-1500 HP in 6 and 12 cylinder versions. The engines are available now via Our Network.
Baudouin.com
BERITA REGIONAL / REGIONAL NEWS 6 7 8
(BHS) : Southern Star Dinobatkan Sebagai “Kapal Teraman di Dunia.” (ENG) : Southern Star is Crowned the “Safest Ship in The World.” (BHS) : Indonesia Telah Menyita Kapal Tanker Iran dan Panama (ENG) : Indonesia Seized Iranian and Panamanian Tankers (BHS) : Singapura Memprioritaskan Personel Maritim untuk Vaksinasi (ENG) : Singapore Prioritize Maritime Personnel For Vaccinations
ADVERTORIAL 6
10
(BHS) : Fokus Ke Energi Lebih Bersih, PETRONAS Hadirkan Solusi LNG Terbaru (ENG) : We’re Going Beyond the Seas, to Power The World With Cleaner Energy
BERITA DUNIA / WORLD NEWS 14
7
(BHS) : Rekor Dunia Baru Untuk Tarif Pengiriman: USD350.000 Per Hari (ENG) : New World Record Set For Shipping Rates: USD350.000 Per Day
MENJADI RAMAH LINGKUNGAN / GOING GREEN 17
(BHS) : Apa Yang Bisa Dilakukan Melampaui Perbaikan Kapal & Bahan Bakar Ramah Lingkungan? (ENG) : What Can You Do Beyond Ship Improvements & Green Fuels?
BERITA UTAMA / COVER STORY 20
8
(BHS) : Berita Utama Wawancara Eksklusif: Permintaan Terhadap Kapal Tunda dan Kapal Tongkang Pasca Pandemi. Wawancara dengan Bpk. Lilik Sutanto, Presiden Direktur, PT Patria Maritim Perkasa
WAWASAN / INSIGHTS 22
(BHS) : Wawasan Eksklusif: Apakah produk berkualitas penting dalam Industri Maritim Indonesia? Dengan Bpk. Bambang Prijono, Direktur, PT Wahana Inti Selaras (ENG) : Exclusive Insights: Do quality products matter in Indonesia’s Maritime Industry? With Mr Bambang Prijono, Director, PT Wahana Inti Selaras
PENDAPAT / COMMENTARY 25
10
(BHS) : kapal Tetap Berlayar (ENG) : Ships Keep Moving
BERITA PERIKANAN / FISHERY NEWS 28
(BHS) : Indonesia Ingin Mengembangkan Industri Perikanannya Namun Menghadapi “Hambatan” (ENG) : Indonesia Wants To Grow Its Fishery Industry But Faces “Roadblocks”
PEMBANGUNAN BARU / NEW BUILTS 30
16
(BHS) : FSRU Baru Indonesia Meninggalkan Galangan (ENG) : New Indonesia FSRU Leaves Shipyard
17
20
22
28
29
34
40
LAPORAN INTERNASIONAL / INTERNATIONAL REPORTS 32
26
INOVASI, TEKNOLOGI & TREN / INNOVATION, TECHNOLOGY & TRENDS 34 36 37
29
(BHS) : Pengabaian Kapal Berbencana (ENG) : Catastrophic Vessel Abandonment
(BHS) : Masa Depan Pengapalan Jarak Jauh (BHS) : Apa 4 Tren Pengapalan Yang Mendorong Tahun 2021? (BHS) : ORBCOMM Meluncurkan Solusi Komersial Pertamanya LoRA WAN™ Solusi IOT Di Atas Kapal
PERTAHANAN ANGKATAN & KEAMANAN LAUT / NAVAL DEFENCE & MARITIME SECURITY 38
(BHS) : Angkatan Laut Singapura Meluncurkan Armada Keamanan Maritim Baru, Dengan Kapal-Kapal Bersenjata Yang Dapat Berpergian Bersama Kapal Dengan Cepat (ENG) : Singapore Navy Unveils New Maritime Security Flotilla, With Armed Ships That Can Go Alongside Vessels Quickly
BERITA PELABUHAN / PORT NEWS 30
41 42
(BHS) : Sri Lanka Menghidupkan Kembali Kesepakatan Pelabuhan Dengan India, Jepang (ENG) : Sri Lanka Revives Port Deal With India, Japan (BHS) : Myanmar Membatalkan Investasi Thai Di Pelabuhan Mega Yang Kontroversial (ENG) : Myanmar Cancels Thai Investment In Controversial Mega-Port
6
REGIONAL NEWS
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
SOUTHERN STAR DINOBATKAN SEBAGAI “KAPAL TERAMAN DI DUNIA”
D
P3 DSV Southern Star adalah kapal pertama di dunia, diklasifikasikan oleh ASBS, yang diakui ketahanannya terhadap COVID-19. Menyusul wabah pandemi di seluruh dunia, Biro Pengapalan Amerika (American Bureau of Shipping / ABS) yang berusia 160 tahun telah memperkenalkan Notasi Kelas Pengaturan Mitigasi Penyakit Menyebar (Infectious Disease Mitigation Arrangements / IDM-A) pertamanya dan kapal milik Tasik merupakan yang pertama menerima akreditasi tersebut. Kelas yang baru merupakan standar untuk mencegah wabah baru, dan jika tidak berhasil, cara mengurangi dampak yang diakibatkan oleh penyakit sejeni COVID. Ia memberikan panduan penting tentang persiapan, pencegahan, dan protokol manajemen yang efektif. Southern Star telah membuktikan kepada surveyor ABS bahwa mereka telah mengembangkan prosedur yang terperinci untuk menangani perubahan awak kapal untuk mencegah penyakit menyebar masuk ke dalam kapal menahan penyebaran wabah penyakit dan rencana yang masuk akal untuk mengevakuasi kasus serius untuk perawatan. Ia juga merancang sebuah ‘benteng’ keselamatan di dalam kapal dengan merubah sistem ventilasi dalam kapal, mengganti rute pembuangan udara, mengganti keran menjadi keran tanpa sentuh dan memisahkan benteng dengan pintu. Hal ini memungkinkan mengubah kabin menjadi ruang isolasi dalam waktu singkat. Direktur Utama Tasik John Giddens sangat senang bahwa rencana COVID perusahaan, yang dimulai sejak awal pandemi dan terus disempurnakan, telah diakui oleh ABS. ‘Seperti banyak orang, kami sadar kalau jika terjadi wabah COVID di atas kapal kami akan menjadi bencana perorangan dan bencana komersial bagi awak kapal, pelanggan kami dan juga perusahaan kami. Ia akan menghentikan pekerjaan kapal dan memaksa kapal berlabuh untuk jangka waktu yang terus diperpanjang, dengan tidak adanya pergerakan orang keluar masuk kapal, sementara permasalahan medis awak kapal & proyek kami ditangani.‘ Akibatnya, kami telah mengelola operasional dan mengimplementasikan langkah pencegahan untuk melindungi awak kapal dan kapal kami dari COVID-19 sejak akhir tahun lalu. Kini kami senang karena telah dapat membandingkan langkah pencegahan kami dengan standar Kelas ABS dan bangga menjadi yang pertama di dunia ini mencapai notasi Kelas IDM-A. ‘Kami tidak dapat mencapai ini tanpa bantuan yang giat dari ABS, dukungan pelanggan kami, We could not have achieved this without the diligent assistance of ABS, the support of our client, Shelf Subsea dan Manajer Kapal, Thome Offshore yang telah bekerja dengan rajin pada berbagai masalah.’ ABS prihatin, mengingat kondisi yang unuk di atas kapal, COVID-19 dan penyakit menualar lainnya dapat menyebabkan kekacauan di atas kapal jika dibiarkan begitu saja. Standar IDM-A mereka telah mencatat praktik terbaik, menurut Pier Carazzai, Wakil Presiden Pengembangan Bisnis Global, Wilayah Pasifik Selatan ‘Ia memberikan keyakinan kepada para operator untuk mengelola kegiatan lepas pantai mereka di tengah pandemi. Mengingat lingkungan di laut dan aset lepas pantai terbatas, penyakit menular berpotensi menyebar dengan cepat.’
www.indomarinenews.com
SOUTHERN STAR IS CROWNED THE “SAFEST SHIP IN THE WORLD.” The DP3 DSV Southern Star is the first ship in the world, Classed by ASBS, to be acknowledged for its resilience to COVID-19. Following the outbreak of the worldwide pandemic the 160-yearold American Bureau of Shipping (ABS) has introduced its first IDM-A (Infectious Disease Mitigation Arrangements) Class Notation and the Tasik-owned vessel is the first to be receive the accreditation. The new class is a gold standard of how to first prevent any new outbreak and, if that isn’t successful, how to mitigate any impact caused by COVID-type diseases. It provides critical guidance on effective preparation, prevention, and management protocols. Southern Star has proved to ABS’ surveyors that is has: developed detailed procedures to deal with crew changes to prevent infectious diseases entering the ship contain any disease if there should be an outbreak and sensible plans to evacuate any serious cases for treatment. It’s also designed a safety ‘citadel’ within the ship by modifying AC/ventilation systems, changing exhaust air routes, changing taps to hands free and segregating the citadel by doors. This allows cabins to be rapidly converted to isolation spaces. Tasik CEO John Giddens was delighted that the company’s COVID plans, started at the outset of the pandemic and continually refined, had been acknowledged by ABS. ‘Like many others we realised an outbreak of COVID onboard our vessel would be a personal and commercial disaster for our crew, our clients and for our company. It would result in stopping the vessel’s work and forcing it to a quarantine anchorage for an extended period, with no movement of people on or off the vessel while the medical issues for our marine and project crew were dealt with.‘ As a result, we’ve been carefully managing our operations and implementing measures to protect our crew and vessel from COVID-19 since early last year. We are pleased to now be able to benchmark our measures against an ABS Class standard and are proud to be the first in the world to achieve IDM-A Class notation. ‘We could not have achieved this without the diligent assistance of ABS, the support of our client, Shelf Subsea and the Ship Manager, Thome Offshore who worked diligently on the hard and soft issues.’ ABS is concerned, given the unique conditions aboard ship, that COVID-19 and other similar infectrious diseases could wreak havoc on a vessel if allowed unchecked. Its IDM-A standard has codified best practice, according to Pier Carazzai, its Vice President, South Pacific Region, Global Business Development ‘It provides confidence for operators on managing their offshore operations in a pandemic. Given the environment on marine and offshore assests is restricted, infectious diseases have the potential to spread raidly.’
March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
REGIONAL NEWS
7
INDONESIA MENGATAKAN BAHWA MEREKA TELAH MENYITA KAPAL TANKER IRAN DAN PANAMA
J
AKARTA: Pihak berwenang Indonesia mengatakan bahwa mereka telah menyita kapal tanker Iran dan Panama yang diduga melakukan transfer minyak secara ilegal di perairan negara mereka pada hari Minggu (24 Jan). Kapal tanker yang berbendera Iran – MT Horse dan berbendera Panama – MT Freya, keduanya disita di perairan provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, kata Wisnu Pramadita, seorang juru bicara bagi Badan Keamanan Kelautan Indonesia. Dia mengatakan bahwa kapal tanker dicurigai melakukan berbagai pelanggaran, termasuk tidak mengibarkan bendera kenegaraan, menutup sistem identifikasi mereka, berlabuh secara ilegal serta melakukan transfer minyak ilegal antar kapal dan menumpahkan minyak. Pihak berwenang mengala dua tanker tersebut ke pulau Batam di provinsi Kepulautan Riau untuk investigasi lebih lanjut, katanya. Televisi pemerintah Iran mengakui penyitaan kapal tersebut, mengutip pihak berwenang Indonesia. Laporan tersebut tidak dijelaskan lebih lanjut. Iran, rumah bagi cadangan minyak dan gas alam, telah melihat penjualannya ke luar negeri mengalami dampak oleh sanksi AS setelah mantan Presiden Donald Trump secara sepihak menarik Amerika dari kesepakatan nuklir Tehran dengan kekuatan dunia di tahun 2018. Hal itu memotong sumber pendapatan pemerintah di Iran dalam masa kesusahan yang berjangka panjang. Sejak saat itu, Iran mengandalkan penjualan pasar gelap dan kesepakatan dengan Venezuela untuk memastikan penjualannya terus berlangsung. Armada tanker minyak milik negara Iran secara rutin mematikan pelacak Sistem Identifikasi Otomatis (Automatic Identification System) untuk mencoba menutupi ke mana mereka mengirimkan kargo. Suar AIS tersebut, merupakan sebuah langkah aman agar kapal-kapal lain tahu apa yang ada di sekitar mereka, dan dapat dilacak. Analis mengatakan bahwa kapal-kapal tersebut sering kali mentransfer minyak mereka ke kapal lain, kemudian menjual minyak mentah dengan alasan palsu.
INDONESIA SAYS IT HAS SEIZED IRANIAN AND PANAMANIAN TANKERS JAKARTA: Indonesian authorities said that they seized an Iranian tanker and Panamanian tanker suspected of carrying out the illegal transfer of oil in their country’s waters on Sunday (Jan 24). The tankers - the Iranian-flagged MT Horse and the Panamanian-flagged MT Freya - were seized in waters off Indonesia’s West Kalimantan province, said Wisnu Pramadita, a spokesman for the Indonesian Maritime Security Agency. He said the tankers are suspected of a variety of violations, including not displaying national flags, shutting off their identification systems, anchoring illegally as well as the illegal transfer fuel between ships and spilling oil. Authorities were escorting the two tankers to Batam island in Riau Islands province for further investigation, he said. Iranian state television acknowledged the tanker’s seizure, citing Indonesian authorities. The report did not elaborate. Iran, home to major oil and natural gas reserves, has seen its sales abroad deeply impacted by US sanctions after former President Donald Trump unilaterally withdrew America from Tehran’s nuclear deal with world powers in 2018. That cut a crucial source of government revenue in Iran’s long-anemic economy. In the time since, Iran has relied on black-market sales and deals with Venezuela to keep its sales going. Iran’s state-owned fleet of oil tankers routinely travel turn off their Automatic Identification System trackers to try and mask where they deliver their cargo. Those AIS beacons, a safety measure so other ships know what’s around them, can be tracked. Analysts say those ships often transfer their oil to other ships, that then sell the crude under false pretenses.
www.indomarinenews.com
8
REGIONAL NEWS
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
SINGAPURA MEMPRIORITASKAN PERSONEL KELAUTAN UNTUK VAKSINASI
S
ingapura menjadi negara pertama yang memprioritaskan vaksinasi COVID-19 bagi personel kelautan di garis depan. Para pekerja tersebut menaiki kapal di pelabuhan kami dan berhubungan dengan orang-orang di luar Singapura. Praktik vaksinasi ini merupakan bagian dari strategi vaksinasi COVID-19 nasional untuk melindungi personel garis depan dan keluarga mereka, serta penduduk di Singapura. Di bawah Praktik Vaksinasi di Laut – Udara (Under the Sea – Air Vaccination Exercise / SAVE), lebih dari 10.000 personel kelautan diharapkan dapat menerima vaksin COVID-19 pada akhir bulan Januari. Personel garis depan tersebut meliputi pekerja pelabuhan, pilot pelabuhan, petugas kargo, surveyor kelautan dan pengawas kelautan yang perlu bekerja di atas kapal di pelabuhan kami. Mereka melakukan pekerjaan penting seperti navigasi, pengisian bahan bakar, perbaikan dan perawatan kapal, serta operasional transfer kargo. Awak kapal kapal pelabuhan dan pelaut yang merupakan warga Singapura dan penduduk jangka panjang yang tinggal dalam komunitas diprioritaskan untuk vaksinasi. Bersama-sama, personel ini memainkan peranan penting menjaga Pelabuhan Singapura tetap terbuka dan memastikan arus barang tidak terganggu. Lebih dari 700 personel telah divaksinasi selama beberapa hari terakhir untuk mempersiapkan peluncuran penuh SAVE. Otoritas Kelautan dan Pelabuhan (Maritime and Port Authority / MPA) Singapura telah menerima 6.000 pendaftaran vaksinasi minggu ini. Karena perlindungan yang lebih baik yang ditawarkan oleh vaksinasi, personel kelautan garis depan yang telah menyelesaikan vaksinasi lengkap mereka akan dikenakan persy-
aratan pengujian yang lebih sedikit. Ke depannya, yang kini mengikuti Daftar Tes Rutin (Rostered Routine Testing / RRT) 7 hari akan mengikuti tes setiap 14 hari dan yang kini mengikuti RRT 14 hari akan dites sebulan sekali. Nona Quah Ley Hoon, Kepala Eksekutif MPA, mengatakan, “Kami bergantung pada personel kelautan garis depan untuk kami untuk mengangkut barang keperluan sehari-hari, termasuk makanan, perlengkapan medis, dan barang konsumen. Kami berharap vaksinasi yang dapat memberikan mereka ketenangan pikiran saat mereka melakukan pekerjaan di atas kapal. Hal ini akan memberikan perlindungan tambahan, dan menjaga keamaan keluarga serta komunitas mereka. Kami sangat mendorong mereka untuk melakukan vaksinasi lebih awal.” Pekerja kelautan yang pertama kali menerima vaksin adalah pilot pelabuhan PSA Marine, Tuan Loh Kah Wai, 55. Dia mengatakan, “Vaksinasi menjaga agar saya tetap aman dan memungkinkan saya untuk melakukan pekerjaan saya dengan sedikit kekhawatiran. Ia merupakan perlindungan tambahan, bukan hanya untuk saya tetapi juga untuk rekan kerja dan keluarga saya.” Personel kelautan garis depan dapat menerima vaksinasi COVID-19 mereka pada pusat vaksinasi di Raffles City Convention Centre. Tetapi perlu membuat janji temu terlebih dahulu. MPA, Dewan Pengembangan Perekonomian (Economic Development Board / EDB) Singapura and Perusahaan Singapura (Enterprise Singapore / ESG) telah menghubungi perusahaan yang terlibat untuk menjadwalkan janji temu.
SINGAPORE PRORITIZE MARITIME PERSONNEL FOR VACCINATIONS Singapore became one of the first countries to prioritise COVID-19 vaccinations for frontline maritime personnel. These workers go onboard vessels at our port and come in contact with people from outside of Singapore. This vaccination exercise is part of the national COVID-19 vaccination strategy to protect frontline personnel and their family members, as well as residents living in Singapore. Under the Sea – Air Vaccination Exercise (SAVE), over 10,000 frontline maritime personnel are expected to be vaccinated for COVID-19 by end January. These frontline personnel include port workers, harbour pilots, cargo officers, marine surveyors and marine superintendents who are required to work onboard ships in our port. They carry out essential works including navigation, refuelling, ship repair and maintenance, as well as operations to transfer cargos. Harbourcraft and ocean-going crew who are Singaporeans and long-term residents living in the community are also prioritised for vaccination. Together, these personnel play a major role in keeping the Port of Singapore open and ensuring the undisrupted flow of goods. More than 700 personnel have been vaccinated over the past few days to prepare for the full roll-out of SAVE. The Maritime and Port Authority of Singapore (MPA) has received about 6,000 registrations for vaccination this week. Due to the better protection offered by vaccination, frontline maritime personnel who have
www.indomarinenews.com
completed their full course of vaccination will be subjected to fewer testing requirements. Going forward, those who are currently on the 7-day Rostered Routine Testing (RRT) will be tested every 14 days; those who are currently on the 14-day RRT will be tested once a month. Ms Quah Ley Hoon, Chief Executive, MPA, said, “We rely on our frontline maritime personnel for the transportation of what we need everyday, including food, medical supplies, and consumer goods. We hope that the vaccination can give them peace of mind when they perform their work onboard ships. This will provide an additional layer of protection, and keep their family and the community safe. We strongly encourage them to come forward for early vaccination.” The first maritime worker to be vaccinated was PSA Marine harbour pilot, Mr Loh Kah Wai, 55. He said, “The vaccination keeps me safe and enables me to do my job with less worry. It’s one more layer of protection, not just for me but for my fellow harbour pilots and my family.” Frontline maritime personnel can receive their COVID-19 vaccinations at the vaccination centre at Raffles City Convention Centre. Prior appointments are required. MPA, Singapore Economic Development Board (EDB) and Enterprise Singapore (ESG) are reaching out to the companies involved to schedule appointments.
March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
www.indomarinenews.com
10
ADVERTORIAL
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
FOKUS KE ENERGI LEBIH BERSIH,
PETRONAS HADIRKAN SOLUSI LNG TERBARU
Solusi Bunkering LNG PETRONAS menawarkan solusi efektif dengan megurangi waktu loading, hemat tempat dan juga meningkatkan keselamatan kerja. The LNG Bunkering Vessel (LBV) solution offers significant improvements over conventional port and fluid transfer systems by reduced loading period, requiring less dock space, as well as increased safety and reliability.
D
ikala bahan bakar fosil masih lagi menjadi pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan energi global, PETRONAS terus berinovasi dan mempromosikan gas alam sebagai sumber energi rendah karbon yang lebih bersih. Di bidang gas alam, PETRONAS telah mempertahankan posisinya sebagai salah satu penyedia Gas Alam Cair (Liquefied Natural Gas / LNG) terkemuka di dunia, dengan mengirimkan lebih dari 11.000 kargo sejak pendirian komplek produksi LNG pertamanya di Bintulu, Sarawak, Malaysia pada tahun 1983. Selain itu, pembentukan divisi Gas dan Energi Baru (Gas and New Energy / GNE) membuktikan komitmennya untuk menyediakan solusi energi bersih yang mencakup gas alam, energi terbarukan dan hidrogen. Sebagai mitra energi dan solusi yang progresif, divisi usaha GNE berupaya untuk memastikan penciptaan nilai jangka panjang dan pertumbuhan yang menguntungkan bagi mitranya dengan menyediakan solusi inovatif yang menitikberatkan pada pelanggan serta keseluruhan prosesnya. Saat ini, divisi GNE berfungsi sebagai pusat terpadu PETRONAS untuk solusi energi yang lebih bersih melalui advokasi, pengembangan pasar dan solusi inovatif. Sebagai pelaku usaha LNG global yang terintegrasi dengan pengalaman lebih dari 37 tahun, PETRONAS terus memimpin dalam bidang industri ini melalui fokusnya pada pelanggan dan juga inovasi untuk menyediakan sumber energi bersih yang terpercaya dan berkelanjutan bagi pelanggannya. Selama beberapa tahun terakhir, PETRONAS telah aktif berinvestasi dalam mengembangkan teknologi modern untuk memaksimalkan sumber daya karbon sekaligus mengurangi jejak karbonnya. Memenuhi kebutuhan energi secara bertanggung jawab kini menjadi lebih penting dari sebelumnya. Di sinilah solusi LNG terbaru PETRONAS memainkan peran penting untuk memastikan kebutuhan pelanggan akan energi yang lebih bersih dapat dipenuhi secara berkelanjutan. www.indomarinenews.com
Solusi Bunkering LNG PETRONAS memberikan bahan bakar lebih bersih lebih cepat kepada pelangannya. PETRONAS’ LNG Bunkering Vessel (LBV) solution delivers cleaner fuel direct to off-shore customers.
Komitmen tersebut dibuktikan dengan diluncurkannya Solusi Bunkering LNG PETRONAS sebagai bahan bakar kapal yang lebih bersih dengan menggunakan LNG. Diperkenalkan pada November 2020, permulaan Solusi Bunkering LNG ditandai dengan kedatangan MV Avenir Advantage, Kapal Bunker LNG (LNG Bunkering Vessel / LBV), Kapal Bunker Terdedikasi pertama di Asia Tenggara. Solusi Bunkering LNG ini juga merupakan upaya PETRONAS untuk mendukung implementasi peraturan Organisasi Maritim Internasional (International Maritime Organisation / IMO) pada tahun 2020 bagi membatasi dampak karbon dari industri maritim. Solusi Bunkering LNG ini merupakan bukti keseriusan PETRONAS dalam memprioritaskan kepuasan serta keperluan pelanggan sambil terus berperan dalam menciptakan masa depan yang lebih lestari. PETRONAS tetap gigih untuk memberikan solusi untuk kehidupan yang lebih baik di samping memenuhi. Tantangan untuk menjadi perusahaan dengan bebas emisi gas karbon pada tahun 2050. Meskipun tidak mudah, namun PETRONAS tidak akan berhenti mendorong kemajuan untuk memberikan solusi berkelanjutan bagi pelanggan mereka, karyawan mereka, dan dunia. Kunjungi www.petronas.com/pegt/ untuk mengetahui lebih lanjut tentang Solusi Bunkering LNG Terbaru PETRONAS atau hubungi Mohd Rafe Mohamed Ramli di rafe.ramli@petronas.com
www.petronas.com/pegt/
12
ADVERTORIAL
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
WE’RE GOING BEYOND THE SEAS, TO POWER
THE WORLD WITH CLEANER ENERGY
Solusi Bunkering LNG PETRONAS memberikan bahan bakar lebih bersih lebih cepat kepada pelangannya. PETRONAS’ LNG Bunkering Vessel (LBV) solution delivers cleaner fuel direct to off-shore customers. While fossil fuels will remain core to the global energy mix, PETRONAS has continued to invest and promote the use of cleaner energy from low carbon sources. In the space of natural gas, PETRONAS has sustained its market position as one of the leading Liquefied Natural Gas (LNG) providers globally, having delivered over 11,000 cargoes since the establishment of its first LNG production complex in Bintulu, Sarawak, Malaysia in 1983. PETRONAS’ formation of the Gas and New Energy (GNE) clean energy business testifies to its commitment to provide cleaner energy solutions covering natural gas, renewables and hydrogen. As a progressive energy and solutions partner, the GNE business division strives to ensure long term value creation and profitable growth to its partners by providing innovative and ‘end-to-end’ customer centric solutions. Today, the GNE division functions as PETRONAS’ one-stop centre for cleaner energy solutions through advocacy, market development and innovative solutions. As an integrated global LNG player with over 37 years’ experience, PETRONAS continues to lead the industry through its focus on customer-centricity and innovation, to provide a reliable and sustainable source of cleaner energy for customers. Over the years, PETRONAS has invested heavily in developing modern technologies to maximise hydrocarbon resources while reducing its environmental footprint. Delivering energy needs in a responsible manner is now more important than ever. This is where PETRONAS’ latest LNG solutions play an important role – to ensure its customers’ cleaner energy needs are met in a sustainable manner. Out at sea and to promote the use of LNG as a cleaner marine fuel, the PETRONAS LNG Bunkering solution helps shipowners and vessel operators to power their vessels with LNG. Introduced in November 2020, the LNG Bunkering solution was realised with the arrival of PETRONAS first www.indomarinenews.com
LNG Bunkering Vessel (LBV), the MV Avenir Advantage, which is South East Asia’s first dedicated LBV. More importantly, the LNG Bunkering solution supports the implementation of International Maritime Organisation (IMO) 2020 regulations to limit carbon impact from the marine industry. The LNG Bunkering Vessel solution is a testament of how PETRONAS places customers at the heart of everything they do while continuing to prioritise sustainability as a core area for the organisation to play a role in creating a greener future.
Solusi Bunkering LNG PETRONAS menawarkan solusi efektif dengan megurangi waktu loading, hemat tempat dan juga meningkatkan keselamatan kerja. The LNG Bunkering Vessel (LBV) solution offers significant improvements over conventional port and fluid transfersystems by reduced loading period, requiring less dock space, as well as increased safety and reliability.
As a progressive energy and solutions partner to meet the call for cleaner energy and provide uninterrupted accessibility to its customers, PETRONAS remains committed to provide solutions that enrich lives. Meeting the challenge of becoming a net-zero Company by 2050 will not be easy, but PETRONAS will never stop pushing for progress to provide sustainable solutions for their customers, employees and for the world. Visit www.petronas.com/pegt/ to find out more about PETRONAS’ latest LNG Bunkering solutions or contact Mohd Rafe Mohamed Ramli at rafe.ramli@petronas.com
March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
Shaping Next Generation Mobility Control systems
Thruster systems
Transmissions
Electric drives
PROPULSION
Fixed pitch propellers and shaftline
ZF Marine supplies propulsion systems and components for vessels in a power range from 10 to 14,000 kW to customers including major shipyards and engine manufacturers worldwide. The application range includes motor yachts, defense craft, high-speed ferries, workboats and commercial vessels. ZF is dedicated to providing customers the best possible service, either onsite or at one of many technical service centers located around the world. Factory trained technicians, latest testing technology and the use of genuine spare parts ensure quality service and reliable local support at all times. For more information visit ZF.com/marine
www.indomarinenews.com
14
WORLD NEWS
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
REKOR DUNIA BARU UNTUK TARIF PENGIRIMAN : USD 350.000 PER HARI
T
idak pernah semahal ini untuk mengirimkan satu kontainer barang melintasi lautan. Tetapi itu bukan hanya kontainer. Pengapalan gas alam cair (LNG) juga mencatatkan rekor baru. Argus melaporkan bahwa BP telah mencarter kapal LNG Abalamabie dengan harga setara USD350,000 per hari. Itu menjadikannya salah satu harga sewa kapal kargo termahal dalam sejarah, melampaui USD300,00 per hari yang sebelumnya tercatat di segmen kapal induk berukuran besar (VLCC). Apa perbedaan antara rekor LNG record — dibandingkan dengan kapal kontainer dan pengiriman minyak mentah yaitu kesepakatan LNG tetap sangat menguntungkan bagi pengirim kargo. Harga LNG di Asia kini lebih tinggi daripada harga di AS sehingga pengirim dapat mengantongi keuntungan yang lebih besar bahkan ketika membayar tarif rekor untuk mengangkut dari Atlantik ke Cekungan Pasifik. Ketika sektor VLCC mencapai puncaknya, biaya transportasi minyak mentah mencapai titik di mana mereka menghapus margin penyulingan; penyuling berhenti memesan kargo dan harga turun kembali. Dalam sektor kontainer, tarif tampaknya mendekati titik di mana mereka menghapus margin keuntungan importir. Beberapa importir bahkan mungkin mengangkut barang mereka ketika mereka harus menjual dengan kerugian, karena alternatifnya adalah untuk menghentikan impor dan kehilangan pangsa pasar terhadap pesaing. Dalam pengapalan LNG, ada banya ruang untuk kenaikan tarif serta memberikan keuntungan dari pergerakan barang bagi pengirim dan pedagang. Masalahnya sama dengan yang terjadi di sektor kontainer yaitu tidak cukup kapal LNG untuk menangani permintaan. Mengapa tarif pengapalan LNG begitu tinggi? Clarksons Platou Securities menjelaskan, “Penilaian Platts Far East melampaui USD 21 Dolar Amerika per MMBtu [jutaan unit termal Inggris] pada akhir pekan lalu, dibandingkan dengan harga gas alam di Henry Hub AS, harga gas alam berada di bawah USD 2 Dolar Amerika per MMBtu. “Ini telah memicu permintaan pengapalan LNG, mengakibatkan tarif naik di atas USD 300.000 Dolar Amerika per hari. Sementara tarifnye melonjak, biaya pengiriman berkisar sekitar USD 5,50 Dolar Amerika per MMBtu masih di bawah 18 Dolar Amerika per MMBtu di wilayah tersebut,” kata Clarksons. Clarksons menilai tarif rata-rata untuk pengangkut LNG dua tak modern sebesar USD 215.000 Dolar Amerika per hari. Pada saat ini di tahun lalu, tarif untuk kapal yang sebanding adalah USD 103.000 Dolar Amerika per hari. Tetapi beberapa perusahaan pengiriman tidak dapat menemukan kapal untuk dimuat bahkan ketika menawarkan untuk membayar tarif Buku Rekor Guinness. Menurut Argus, “Sejumlah penanggung jawab AS memilih untuk menurunkan volume bulan Februari di bulan Desember, karena ketidak mampuan untuk menemukan kapal untuk memuat kargo kontraktual mereka. Para penanggung jawab yang memilih untuk menurunkan volume Februari mereka kini menemukan diri mereka dengan kargo namun kekurangan tonase.” Berapa lama kenaikan harga akan bertahan? Dalam kasus pengiriman kontainer, COVID telah menyebabkan kenaikan tarif di mana pelanggan beralih dari membeli layanan menjadi membeli barang. Dalam kasus LNG, tarif pengiriman telah didorong akibat musim dingin yang parah di Asia (LNG digunakan untuk menghasilkan tenaga untuk pemanas), kekurangan produksi LNG di Asia dan kemacetan di Terusan Panama. Menurut analis pengapalan Stifel, Ben Nolam, “Keteganggan …tentunya akan mereda dengan cuaca yang membaik. Namun, kami percaya bahwa harga yang mahal mencerminkan permintaan yang tetap tinggi bahkan setelah pergantian musim.” Menurut analis Jefferies, Randy Giveans, “Kami mengharapkan tarif pengangkut LNG akan tetap kuat selama Kuartal pertama tahun 2021 karena jendela arbitrase tetap terbuka.”
www.indomarinenews.com
Bangunan baru sedang dibangun Toby Dunipace, kepala bagian agensi gas SSY, bersikap lesu terhadap prospek setelah Kuartal 1. Salah satu alasan keprihatinan adalah banyakannya pembangunan baru yang akan segera dibangun. Berbeda dengan industri kontainer, di mana pesanan selalu rendah, pesanan LNG kini sangat luar biasa. Alphaliner memperkirakan pemesanan kapal kontainer hanya mewakili 10,4% dari kapasitas armada. Menurut Clarksons, rasio pemesanan dibanding jumlah kapal seharusnya lebih dari dua kali lipat, yaitu di angka 26,1%. Dalam prospektus tahunan SSY yang dirilis pada hari Senin, Dunipace memperingatkan, “Pasar [LNG] kemungkinan besar akan menurun paling lambat di bulan Maret, ketika jumlah bangunan LNG yang cukup sudah siap. Bangunan baru akan terus selesai pada Kuartal 2 dan Kuartal 3, dan kapal juga tetap akan disewa selama periode ini. Secara keseluruhan, proyeksi market sangat lesuh untuk Kuartal 2 dan Kuartal 3 tahun 2021. Eksposur Spot, tempat yang tepat, waktu yang tepat Dalam waktu dekat, perusahaan LNG yang terdatar dengan kapal di pasar spot atau dengan sewa tarif variabel akan diuntungkan. Pada panggilan konferensi tanggal 17 November, Direktur Utama Flex LNG (NYSE: FLNG) Øystein Kalleklev melaporkan bahwa perusahaannya memiliki tiga kapal dengan masa sewa yang ditetapkan, tiga dengan masa waktu variabel dan empat di pasar spot. Harga saham Flex LNG naik 68% dalam enam bulan terakhir. Golar LNG (NYSE: GLNG) memiliki eksposur non-LNG yang lebih sedikit. has less exposure to current rates, as well as significant non-LNG exposure. Iain Ross, Direktur Utama Golar, mengatakan pada konferensi tanggal 30 November, “Kami memiliki kapal dengan sewa terkait indeks dan beberapa kapal yang berpotensi berada di pasar spot. Namun mayoritas dari armada menggunakan struktur tarif tetap, beberapa bahkan mencapai satu tahun dan lebih lama.” Pada tanggal 10 November, GasLog LNG (NYSE: GLOG) melaporkan setengah dari kapalnya berada di pasar jangka pendek atau pasar spot, atau memiliki sewa variabel. Namun bahkan bagi perusahaan dengan eksposur spot, pada akhirnya tetap bergantung pada waktu. Perjalanan pulang pergi dari AS ke Asia memakan waktu dua hingga tiga bulan. Sangat sedikit pengangkut LNG yang berada di pasar spot, menganggur dan berada di posisi yang tepat untuk mengambil keuntungan dari tarif yang belum pernah ada sebelumnya. Dinamika yang sama juga terjadi di pasar VLCC pada bulan Oktober 2019 dan bulan Maret 2020. Berita utama tentang tairf tertinggi yang pernah dilaporkan. Namun hanya segelintir pemilik kapal yang memiliki kapal tanker untuk benar-benar mengambil keuntungan dari tarif tersebut.
March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
WORLD NEWS
15
www.indomarinenews.com
16
WORLD NEWS
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
NEW WORLD RECORD SET FOR SHIPPING RATES : USD350.000 PER DAY It has never been more expensive to get a container of goods across the ocean. But it’s not just containers. Liquified natural gas (LNG) shipping is also rewriting the record books. Argus reported that BP has just chartered the ship LNG Abalamabie for the equivalent of USD350,000 per day. That makes it the most expensive cargo-ship charter in history, surpassing the USD300,000-per-day peak previously recorded in the very large crude carrier (VLCC) segment. What’s different about the LNG record compared to container and crude shipping highs is that LNG deals remain extremely profitable for cargo shippers. The cost of LNG in Asia is now so much higher than the cost in the U.S. that shippers can pocket massive profits even when paying record rates to transport cargoes from the Atlantic to the Pacific Basin. When the VLCC sector hit its pinnacle, crude transport costs reached the point where they erased refiners’ margins; refiners stopped booking cargoes and rates fell back. In the container sector, rates appear to be near the point where they erase importer profit margins. Some importers may even be transporting goods they will have to sell at a loss, because the alternative is to halt imports and lose market share to competitors. In LNG shipping, there is plenty of room for rates to rise and for shippers and traders to still profit on the cargo move. The problem similar to what is happening in the container sector is that there are not enough LNG ships in existence to handle demand.
Why LNG shipping rates are so high? Clarksons Platou Securities explained, “The Platts Far East assessment surpassed USD21 per MMBtu [million British thermal units] at the end of last week, which compares to U.S. Henry Hub natural gas prices below USD2 per MMBtu. “This has fueled LNG spot vessel demand, leading to rates above USD300,000 per day. While the rate jumps off the page, the freight cost equates to around USD5.50 per MMBtu well within the wide USD18 per MMBtu spread between the regions,” said Clarksons. Clarksons assessed average rates for modern two-stroke LNG carriers at USD215,000 per day. At this time last year, rates for a comparable ship were USD103,000 per day. But some shippers cannot find vessels to load even when offering to pay Guinness Book rates. According to Argus, “A number of U.S. offtakers opted to turn down February volumes in December, because of an inability to find the vessels to load their contractual cargoes. Offtakers that opted not to turn down their February volumes are now finding themselves with cargoes that they cannot find the tonnage [for].”
How long could rate spike last?
In the case of container shipping, COVID has supercharged rates as consumers switch purchasing from services to goods. In the case of LNG, shipping rates have been driven up by extreme winter weather in Asia (LNG is used to generate power for heating), LNG production outages in Asia and Panama Canal congestion. According to Stifel shipping analyst Ben Nolan, “The tightness will doubtless ease with moderating weather. However, we believe the fact that prices are as high as they are is indicative of stronger underlying demand even after seasonal adjustments.” According to Jefferies analyst Randy Giveans, “We expect LNG carrier spot rates will remain robust during Q1 2021 as the arb [arbitrage] window remains open.”
www.indomarinenews.com
Newbuilds in the pipeline
Toby Dunipace, head of gas at brokerage SSY, is bearish on the prospects beyond Q1. One reason for concern is the large wave of newbuildings about to be delivered. Unlike the container industry, where ordering has been low, the LNG orderbook is prodigious. Alphaliner estimated that the container-ship orderbook represents just 10.4% of the capacity of the on-the-water fleet. According to Clarksons, the orderbook-to-fleet ratio in LNG shipping is more than double that, at 26.1%. In SSY’s annual outlook released Monday, Dunipace warned, “The [LNG] market will more than likely slide during March at the latest, when a significant amount of LNG newbuildings are delivered. Newbuildings will continue to deliver through Q2 and Q3 and ships also come off time charter during this period. Overall, the market projections are very bearish for Q2 and Q3 2021.”
Spot exposure, right place, right time
In the near term, listed LNG companies with ships in the spot market or with variable-rate time charters stand to benefit. On the Nov. 17 conference call, Flex LNG (NYSE: FLNG) CEO Øystein Kalleklev reported that his company has three ships on fixed time charters, three on variable hire and four in the spot market. Flex LNG’s share price is up 68% over the past six months. Golar LNG (NYSE: GLNG) has less exposure to current rates, as well as significant non-LNG exposure. Iain Ross, Golar’s CEO, said on the company’s Nov. 30 call, “We do have ships on index-linked charters and a couple of ships that could potentially be in the spot market. But the vast majority of the fleet is on a fixed-rate structure, some of it up to a year and some slightly longer.” On Nov. 10, GasLog LNG (NYSE: GLOG) reported that half of its ships were in the short-term or spot market, or had variable charters. But even for companies with spot exposure, it ultimately comes down to timing. A round-trip voyage from the U.S. to Asia takes two to three months. Very few LNG carriers are on spot, unemployed and in the right position to take advantage of today’s unprecedented rates. The same dynamic held true in the VLCC market in October 2019 and March 2020. Headlines blared about the highest reported rate. Yet only a handful of owners had tankers in position to actually earn the rates in the headlines.
March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
GOING GREEN
17
APA YANG BISA ANDA LAKUKAN MELAMPAUI PERBAIKAN KAPAL DAN BAHAN BAKAR RAMAH LINGKUNGAN?
Roger Hansen terinspirasi untuk menulis mengenai industri pengapalan dan tantangan lingkungannya. Apa yang bisa dilakukan dalam waktu dekat? Sementara rancangan kapal untuk mengurangi konsumsi bahan bakar dan kemajuan teknologi pendukung lainnya ada di meja gambar, sistem pendorong untuk bahan bakar pengganti dikembangkan, bahan bakar ramah lingkungkan dieskplorasi (hidrogen, amonia, hayati), elektrifikasi kapal feri dan kapal pengangkut jarak pendek – apa saja atau apa yang harus diselidiki untuk waktu dekat? Kirsten Å. Øystese dari Norsk Klimastiftelse menulis tentang pasar transisi, sebuah pasar untuk perdagangan finansial bahan bakar ramah lingkungan yang mirip dengan pasar listrik. Di pasar listrik, Jaminan Asal Mula digunakan untuk mendokumentasi penggunaan tenaga terbarukan. Øystese menyadari bahwa dengan memberi insentif untuk membeli bahan bakar ramah lingkungan akan mendorong industri mencapai target yang telah ditetapkan oleh Organisasi Kelautan Internasional (International Maritime Organization / IMO). Yang perlu diperhatikan adalah bahwa dia menemukan sebuah penelitian yang dilaksanakan di Amerika Serikat yang menggambarkan bahwa lebih dari 70 persen warga Amerika lebih memilih untuk memperdagangkan barang yang diangkut dengan kapal yang lebih ramah lingkungan, meskipun itu berarti biaya transportasi yang lebih mahal. Kegiatan dan fasilitas darat dokumen penggunaan listrik terbarukan Sebuah langkah langsung yang bisa diambil adalah dengan mengumpulkan konsumsi listrik tahunan perusahaan anda dari semua fasilitas anda dan memastikan anda memperoleh Sertifikat Atribut Energi (Energy Attribute Cetificates / EACs) untuk mendokumentasi penggunaan energi terbarukan. Auditor anda tidak akan menyetujui klaim untuk listrik terbarukan tanpa tanpa dokumentasi yang sesuai. Pasar dan prosesnya telah dijelaskan pada artikel sebelumnya. Langkah lain adalah dengan berkolaborasi dengan pelabuhan dan pihak terkait untuk memastikan ketersediaan listrik terbarukan di pelabuhan. Aktivitas tersebut akan membuat inisiatif iklim anda terlihat oleh pemangku kepentingan eksternal anda, di mana akan menjadi hal penting dalam menarik investor (yang percaya bahwa ada masa depan untuk perusahaan anda).
Dampak lingkungan di laut kegunaan proyek pengurangan karbon Sifat pelayaran internasional memberikan banyak peluang dalam hal memberi kembali kepada lautan dan komunitas lokal di mana industri tersebut meninggalkan jejak. Perusahaan pelayaran dan perusahaan yang menggunakan jenis transportasi apapun harus memanfaatkan proyek pengurangan karbon sebagai sarana untuk mendukung pengurangan jejak karbon mereka. Ini bukan solusi utama, tetapi dengan kombinasi kemajuan teknologi dan bahan bakar ramah lingkungan, ia akan menjadi langkah yang dibutuhkan untuk menuju nil emisi dan sejalan dengan Perjanjian Paris. Ada proyek pengurangan karbon yang kemungkinan besar mendukung Tujuan Pengembangan Berkelanjutan dari PBB di dekat pelabuhan anda. Selain itu, investasi dalam proyek yang memastikan pertumbuhan bakau dan rumput laut untuk memastikan penyerapan karbon. “Meskipun ada bukti bahwa rumput laut liar telah berkontribusi tehadap penhapusan karbon, masih ada potensi untuk membudidayakan dan memanen rumput laut untuk kegunaannya di berbagai jenis produk, termasuk makanan (manusia dan hewan), bahan bakar dan pupuk.” Ada banyak kisah inspiratif yang bisa diceritakan bagi departemen komunikasi anda ketika anda mengambil langkah untuk berinvestasi dalam rumput laut (terutama di industri perhotelan kapal pesiar). Untuk informasi tambahan terkait proyek pengurangan karbon, silahkan kunjungi kembali artikel saya Mencapai Netralitas Karbon atau Nil Emisi.
www.indomarinenews.com
18
GOING GREEN
Mencari inspirasi Saya sangat yakin bahwa mencari inspirasi dari rekan industri anda adalah hal yang penting. Ini menjadi pendorong utama program aksi iklim. Sebuah contoh dari konsumen terbesar energi terbarukan, Google telah berada di atas takhta, namun baru-baru ini telah disalip oleh Amazon yang kini menjadi konsumen terbesar energi terbarukan di dunia. Ini tentang menjadi yang terbaik di kelasnya dan mengambil aksi atas komitmen anda untuk mengurangi jejak karbon anda. Amazon, Google, Facebook, Microsoft semuanya menunjukkan kepemimpinan berkelanjutan mereka di segmen bisnis mereka melalui program berkelanjutan mereka. Dalam segmen penyiaran, Sky Media dan BBC merupakan pemimpin. BT telah memimpin di sektor telekomunikasi. Telefonica, Vodafone, Verizon dan Telia semuanya telah melakukan upaya yang berarti untuk mengurangi jejak karbon mereka. Perusahan secara terbuka berbagi, tidak hanya karena bangga atas pencapaian mereka, namun juga bagi perusahaan lain baik di dalam maupun di luar segmen bisnis mereka agar terinspirasi untuk bertindak untuk perubahan iklim. Di dalam pengiriman, kita dapat melihat A.P. Møller Maersk sebagai penemu Pusat Maersk-McKinney Moller untuk Pengiriman Nil Karbon sedang mengambil peran pemimpin bagi industrinya. Perusahaan tersebut memandang jauh ke depan melampaui efisiensi bahan bakar, jenis bahan bakar, optimalisasi operasional dan rancangan kapal. Dalam sebuah wawancara, Kepala Bagian Strategi Berkelanjutan Maersk mengatakan: “Membangun sebuah rantai pasokan yang baru dan merubah struktur insentif dalam pasar untuk mendukung solusi-solusi baru tersebut sangat penting, dan oleh karena itu, kami memanggil semua pelaku yang terkait dengan industri pengapalan untuk bergabung dalam perjalanan ini”. Perusahaan tersebut juga merupakan penemu Koalisi Nil Emisi (Getting Zero Coalition), yang merupakan kolaborasi antara Forum Kelautan Global (Global Maritime Forum), aksi Teman Laut (Friends of Ocean action), dan Forum Perekonomian Dunia (World Economic Forum). Wallenius Wilhelmsen juga merupakan bagian dari aliansi yang terdiri lebih dari 120 perusahaan di dalam Koalisi Nil Emisi. Perusahaan tersebut merupakan pelopor di dalam industri dalam hal usaha keberlanjutan global mereka Wallenius jelas memiliki gambaran yang jelas akan dampak mereka dan aksi yang dibutuhkan. Fokus perusahaan pada transparansi patut dipuji. www.indomarinenews.com
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
Pelaporan dan mengungkapkan aktivitas berkelanjutan sangatlah penting dan akan dibahas dalam artikel saya berikutnya. Sebelum menutup, saya ingin memberikan penghargaan kepada MSC atas upaya mereka dalam mendukung Tujuan Pengembangan Berkelanjutan (SDG) dari PBB. Ada semakin banyak perusahaan di industri pengapalan yang berfokus pada dampak mereka di laut dan di darat. Perusahaan energi sangat bergantung terhadap industri kelautan sehingga juga dilibatkan untuk mendukung industri tersebut dan juga upayanya untuk melindungi lingkungan. Saya percaya industri pengapalan telah berkembang pesat dalam hal fokus pada lingkungan, namun, masih banyak yang berpusat sekitar kapal itu sendiri dan bahan bakarnya. Kesimpulan Ketika kapal-kapal berlabuh, banyak dari mereka berusaha untuk menggunakan energi dari daratan, namun sayan tidak melihat ada banyak perusahaan yang melaporkan bahwa mereka telah menggunakan listrik terbarukan. Untuk mengklaim penggunaan listrik terbarukan ketika berada di pelabuhan maupun di fasilitas darat, Serfikat Atribut Energi wajib digunakan untuk melakukan klaim tersebut. Memastikan penggunaan listrik terbarukan merupakan langkah yang mudah untuk mendukung SDG #13 – aksi iklim. Ini mungkin bukan merupakan dampak terbesar ketika anda melihat total jejak karbon perusahaan anda, tetapi mempelajari pasar listrik dan penggunaan sertifikat untuk mencatat asal muasalnya, mungkin akan memulai aksi bagi transisi pasar dan memberikan insentif untuk perdagangan bahan bakar ramah lingkungan. Saya telah membaca tentang perusahaan-perusahaan yang mendukung program komunitas di seluruh dunia (di mana ini ada hal yang baik!), namun tidak banyak yang berinvestasi pada proyek pengurangan karbon yang berdampak pada komunitas dan lingkungan. Investasi dalam proyek seperti ini dapat juga digunakan untuk pelaporan (untuk inisiatif) dan dalam laporan keberlanjutan anda. Efisiensi bahan bakar, solusi pengelolaan limbah, peningkatan fasilitas penerangan, meminimalisir bahan bakar hayati, instalasi sistem pembersih, sistem propulsi yangbaru dan bahan bakar ramah lingkungan kini sedang ditangani. Jangan lupa bahwa solusi yang layak untuk mencapai target nil emisi juga dengan mengamankan penggunaan listrik terbarikan dan berinvestasi pada proyek pengurangan karbon serta proyek sekuestrasi karbon.
PT Patria Maritim Perkasa is a subsidiary of PT United Tractors and Astra ship spare part sales
ship design
International group which is engaged in the maritime sector, especially in the shipyard sector with a main focus including ship design, Ship Building, Ship Repair, Marine Services and Ship Spare Parts Sales. PT Patria Maritim Perkasa was founded in 2005 and located in the sagulung village, Sei Lekop, Batam Island.
marine services
ship building
PT Patria Maritim Perkasa has an area of not less than 14 hectares with a coastline of 200 meters and depth 6 meters with complete facilities such as 7 units crawler cranes with capacity up to 200 tons, 2 workshop with gantry cranes up to 25 tons,
ship repair
3 units CNC machines, 559 units welding machines, 3 units forklift up to 10 tons etc. that are able to build ships up to 18,000 DWT.
Dry Docking Area : 14 Ha Capacity : Up to 18,000 DWT Ship Supplies : Fresh Water, Fuel Oil, Dry Product
Facilities : Docking Winch, Cranes (200T, 150T, 100T, 65T), Electric 1000 kVA, 500 Units Welding Machine (SMAW, FCAW, SAW), Inland 2 Units Air Compreesor 8 Bar, etc
Floating Repair & Berthing Area of Wharf: 120 x 90 m Depth : 6m Capacity : Up to 18,000 DWT
Marine Spare Parts
Facilities : Docking Winch, Cranes (200T, 150T, 100T, 65T), Electric 1000 kVA, 500 Units Welding Machine (SMAW, FCAW, SAW), Inland 2 Units Air Compreesor 8 Bar, etc
Head Office Sagulung, Sei Lekop, Batam Indonesia
Marine Services : Ship Design & Engineering Product Component : Semi-Finish (Cutting & Bending), Bucket, Off-highway Dump Truck Vessel
Rep. Office Jl. Raya Bekasi No.KM.22, Cakung, Jakarta Timur, DKI Jakarta
Marine Product : Machineries, Propulsion, Navcom, Electric Panels, Valves, Pumps, Manhole, Smit Bracket, Hatch, WT Door, Mooring Arrangement, Oil, Paint, Anodes, etc
20
COVER STORY
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
WAWANCARA EKSKLUSIF:
Permintaan Terhadap Kapal Tunda dan Kapal Tongkang Pasca Pandemi
Bapak Lilik Sutanto Presiden Direktur - PT Patria Maritim Perkasa
Susan Tricia, Editor bagi Majalah Maritime Voice Indonesia berhasil menyelipkan sebuah wawancara daring dengan Bapak Lilik Sutanto PT Patria Maritim Perkasa, salah satu pembuat kapal ternama di Indonesia untuk mendapatkan sebuah wawasan eksklusif mengenai permintaan kapal tunda dan kapal tongkang di Indonesia, yang masih belum pulih dari efek pandemi!
Bisakah anda berbagi sedikit dari pengalaman anda dalam industri maritim/kelautan dan latar belakang perusahaan anda secara singkat kepada pembaca kami? PT Patria Maritim Perkasa atau PMP adalah anak perusahaan PT United Tractors Pandu Engineering di bawah United Tractors Grup dan Astra Group, yang mana United Tractors Pandu Engineering sudah banyak memproduksi produk – produk pendukung pertambangan, perkebunan, logistik dan alat-alat industri. PT Patria Maritim Perkasa yang bergerak di bidang engineering dan pembangunan kapal didirikan untuk mengembangkan dan mendukung sektor maritim, menyusul didirikannya perusahaan bidang pengangkutan/shipping yaitu PT Patria Maritime Lines yang melakukan pengangkutan batubara baik dari tambang milik grup maupun dari tambang di luar grup. PT Patria Maritim Perkasa berdiri pada tahun 2012 mengakuisisi PT Perkasa Melati (berdiri tahun 2005), PT Patria Maritim Perkasa memberikan Excellent Service untuk Pembangunan, Reparasi, Penjualan Spare Part dan Engineering Kapal.
Bagaimana perasaan anda akan permintaan kapal tunda dan kapal tongkang saat kita pelan-pelan pulih dari pandemi? Apakah kapal bekas atau yang diperbarui akan lebih tinggi permintaannya di masa-masa yang sulit ini? Terkait permintaan (Order) Tug Boat & Tongkang sebagian besar kami fokus di perusahaan pengangkut batu bara, hal ini dikarenakan kami mempunyai banyak relasi di perusahaan pengangkut batubara, order – order yang masukpun berasal dari perusahaan yang background bisnisnya adalah batubara, di tahun 2018 – 2019 permintaan order cukup banyak di galangan kami, namun di tahun 2020 cukup turun drastis dikarenakan adanya pandemic covid’19 dan turunnya harga batubara, di harapkan tahun 2021 ini dengan semakin stabilnya harga batu bara di level 70 – 80 USD / Ton, maka diharapkan permintaan pembangunan baru Tug Boat dan Tongkang akan membaik. Hal ini diperkuat dengan kondisi ekonomi dunia yang semakin membaik, sehingga permintaan batubara akan mengalami kenaikan baik domestik maupun pasar export. Kapal tunda dan kapal tongkang kini dibuat secara lokal, apakah mereka masih sangat tradisional? Apakah anda mengharapkan perubahan di masa depan dan teknologi apa saja yang dapat kita nantikan? Kami PT Patria Maritim Perkasa selalu berusaha memberikan produk yang terbaik yaitu selalu memberikan Produk dengan QCD (Quality, Cost, Delivery) yang terbaik kepada Customer. Quality yang Excellent, Harga yang Kompetitif dan Delivery yang Ontime, karena kami memahami akan kebutuhan customer akan produk ini agar bisa mendukung bisnis pelanggan dan mitra kerja secara maksimal dan sesuai dengan target dan schedule mereka. Untuk mewujudkan dukungan kami kepada pelanggan diatas, maka kami terus melakukan continues improvent termasuk melakukan upgrade teknologi yang baru dan lebih efisien baik di bidang engineering, metode produksi serta permesinan yang digunakan untuk menghasikan kapal yang produktif.
www.indomarinenews.com
March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
Pembiayaan merupakan perhatian utama selama pandemi, industri yang menuntut kapal tunda dan kapal tongkang, apakah mereka dikenal sebagai “pemangkas biaya”? Apa saja biaya yang mereka pangkas dan biaya apa yang mereka pertahankan serta menjadi prioritas utama mereka saat membuat kapal? Minat pembiayaan Bank dan Leasing Company untuk membiayai Tug Boat dan Tongkang sebenarnya masih rendah. Bank dan Leasing company biasanya membiayai Tug Boat dan Tongkang karena ada investasi lain yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau korporasi. Namun kami terus melakukan campaign baik pada leasing company maupun bank agar ada perhatian pada bisnis maritim ini guna mendukung pelanggan kami. Inilah tantangan bagi bisnis maritim. Untuk Hubungan Pembiayaan dengan pemangkasan biaya kami tidak melihat bahwa pembiayaan bisa dikatakan sebagai pemangkas biaya. Ada banyak pembuat kapal lokal yang mampu membuat kapal tunda dan kapal tongkang, apa elemen unik Patria yang membedakan anda dari pembuat kapal lain? Mengapa industri pengapalan mendatangi anda untuk mencari solusi? Elemen Unik / Keunggulan PT Patria Maritim Perkasa dari galangan lain adalah produk kami harus memberikan produktivitas terbaik kepada pelanggan dengan daya angkut muatan dari produk yang kami buat harus optimal dengan harga yang kompetitif, kualitas yang terbaik serta dengan biaya operasional yang lebih rendah. Ini yang kami tawarkan kepada pelanggan-pelanggan kami.
COVER STORY
21
Tahun 2020 telah menghadirkan banyak tantangan bahkan bagi banyak industri, menurut anda, apa yang anda harapkan dari industri-industri di antara tahun 2021 hingga 2022 dan jenis pertumbuhan apa saja yang menurut anda akan dapat dicapai Patria dalam industri pembuatan kapal? Seperti yang kita ketahui di Indonesia sangatlah banyak galangan Kapal yang bergerak di bidang pembangunan Kapal sedangkan demand pembangunan Kapal saat ini tidak seimbang sehingga terjadi perang harga yang sangat ketat. Tetapi kami yakin dengan semangat kami untuk memberikan solusi produktivitas terbaik, harga yang kompetitif dan kualitas yang terbaik kepada Customer, customer akan mempercayakan pilihan-pilihan itu kepada kami. Kami yakin di tahun 2021 dan 2022 industri Kapal akan lebih baik dan lebih cerah, dengan ditemukannya vaksin covid 19 dan membaiknya indikator ekonomi, maka tahun 2021 dan 2022, akan lebih baik dibanding tahun 2020 lalu yang efek dari pandemic Covid’19 sangat mempengaruhi permintaan pembangunan Kapal, terutama untuk project-project pemerintah yang bergerak lambat karena anggaran pembelian Kapal harus di alihkan pada bantuan sosial dan anggaran dalam mengatasi covid’19. Perlu dicatat bahwa pemerintah terus berupaya untuk menghubungkan daerah-daerah kepulauan di Indonesia dalam rangka meningkatkan arus logistic dan penumpang antar pulau di samping kebutuhan kapal di instansi-instansi pemerindah lainnya. Sedangkan membaiknya harga komoditas akan mendorong permintaan angkutan antar pulau di sektor swasta.
www.indomarinenews.com
22
INSIGHTS
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
Wawasan Eksklusif:
Apakah produk berkualitas penting dalam Industri Kelautan Indonesia?
Bapak Bambang Prijono Direktur - PT Wahana Inti Selaras
Susan Tricia, Editor Majalah Maritime Voice Indonesia berhasil melakukan wawancara singkat dengan Bapak Bambang Prijono, Direktur PT. Wahana Inti Selaras, yang merupakan bagian dari grup indomobil, selaku distributor Mesin Deere Engines di Indonesia. Mendapatkan wawasan yang berharga tentang potensi industri kelautan Indonesia melalui pandangan pemasok. Dan mencari tahu apakah pengguna akhir di Indonesia bersedia membayar lebih untuk merek dengan kualitas yang lebih baik dan reputasi yang lebih baik!
Apakah anda bisa berbagi sedikit mengenai pengalaman anda di industri kelautan dan latar belakang yang singkat mengenai perusahaan anda kepada pembaca kami? Grup Indomobil telah memiliki pengalaman dalam memasarkan Volvo Penta dan mesin Suzuki Marine selama beberapa dekade. Grup Indomobil juga telah menjadi nama yang dikenal luas di industri otomotif dan alat berat di Indonesia dengan lebih dari 35 tahun kehadirannya di pasar. Perusahaan ini memayungi berbagai merek mobil dan alat berat ternama seperti Nissan Suzuki, KIA, Hino, Volkswagen, Audi, Truk Volvo, Bis Volvo, Peralatan Konstruksi Volvo, John Deere, Kalmar, Manitou, dan berbagai produk terkait lainnya. Grup Indomobil juga telah mendiversifikasikan usahanya ke industri keuangan, penyewaan mobil & alat berat, logistic serta distribusi bahan bakar. John Deere sangat mapan dalam industri pertanian dengan sejarah lebih dari 100 tahun; namun, mereka tampak seperti pemain baru dalam industri kelautan, bagaimana anda menilai John Deere dibandingkan dengan pesaing anda? Menurut anda, keunggulan kompetitif apa yang mungkin anda miliki dibandingkan dengan merek lain? John Deere telah memproduksi lebih dari 5 juta mesin dan mesin-mesin tersebut “terbukti langsung” yang membuatnya memiliki reputasi bagus di seluruh dunia untuk kualitas, ketahanan, performa, dan keandalannya yang solid. Pertanian dan Perkebunan merupakan lokasi dengan kondisi kerja yang paling keras bagi mesin, oleh karena itu jika mesin dapat menahan “keausan” pada traktor, maka ia juga akan tahan bahkan pada industri yang paling berat! Mesin Deere juga terkenal sebagai penggerak utama di berbagai merek peralatan, dan ia juga bukanlah pendatang baru di industri kelautan, di mana mereka sudah berada di dalam pasar selama lebih dari 30 tahun! Mesin kelautan sangat mirip dengan mesin pertanian dan oleh karena itu kami yakin dengan keahlian dan jaringan kami, kami dapat memberikan pengalaman pasca penjualan yang terbaik bagi pelanggan kami di Indonesia. Indonesia kini dianggap sebagai salah satu pasar kelautan terbesar di wilayah ASEAN (Asia Tenggara) dengan jumlah kepulauan dan pulau yang sangat banyak. Mesin anda terutama ditargetkan untuk kapal-kapal yang lebih besar, apakah anda juga akan melayani pemilik kapal yang lebih kecil dalam jangka panjang? Dan bagaimana anda menjangkau kelompok ini? Jangkauan mesin propulsi kelautan John Deere berkisar dari 60 hinggaa 559 kW (80 hingga 750 tenaga kuda). Jika dilihat dari kisaran tenaganya, memang benar focus kami adalah pada kapal-kapal kecil dan medium seperti kapal pesiar untuk industri pariwisata, kapal rekreasi, kapal nelayan modern, kapal phinisi tradisional, kapal tunda kelas kecil dan banyak lagi. Pasa ini unik, dan jaringan kami yang luas akan menjadi faktor penting dalam membentuk pendekatan kami terhadap sector ini.
www.indomarinenews.com
Pembiayaan merupakan perhatian utama selama pandemic, dengan mewakili merek ternama seperti John Deere, apakah industri akan tertahan oleh biaya yang dibutuhkan untuk berinvestasi di merek yang dianggap “mewah” tersebut? Seberapa efektifkah mesin John Deere? Mesin John Deere dirancang untuk memberikan tenaga, ketahanan, dan efisiensi bahan bakar yang sangat baik. Selain biaya investasi (harga mesin), ada juga banyak faktor yang memainkan peranan penting yang akan mempengaruhi biaya seperti kebutuhan bahan bakar, konsumsi cairan, dan masa di antara perawatan. Karena efisiensi dan tingkat kerja mesin John Deere, pelanggan kini menikmati jangka waktu antara perawatan yang lebih lama, sehingga lebih sedikit gangguan pada usaha mereka dan menjadi lebih hemat biaya. Mesin John Deere terkenal dengan rancangannya yang kompak, keandalannya, dan tingkat kebisingannya yang rendah yang merupakan faktor-faktor utama yang dipertimbangkan bagi perancang kapal serta membantu memberikan profitabilitas secara keseluruhan bagi pemilik kapal melalui Total Biaya Kepemilikan (Total Cost of Ownership / TCO) yang lebih efisien. Dengan masuknya produk buatan Tiongkok yang lebih hemat biaya dalam jumlah besar, apakah menurut anda industri kelautan Indonesia bersedia membayar untuk produk yang berkualitas lebih baik dengan merek berputasi? Dan mengapa? Pertanyaan serupa juga sering ditanyakan kepada industri lain seperti pertambangan, kehutanan, ataupun pertanian. Mengapa pelanggan mau membayar lebih untuk merek yang lebih ternama ketika mereka bias lebih hemat dengan mengandalkan produk buatan Tiongkok? Jawabannya adalah produktivitas, keandalan dan dukungan pasca penjualan. Merek ternama hadir dengan layanan pasca penjualan yang komprehensif serta pasokan suku cadang yang cukup untuk memastikan gangguan yang minimal jika suatu saat produk mengalami kerusakan. Tahun 2020 telah memaparkan banyak tantangan dalam industri Kelautan internasional, menurut anda, apa yang anda harapkan di industri di antara tahun 2021 hingga 2022 dan jenis pertumbuhan apa saja yang anda lihat dicapai oleh John Deere di Indonesia dalam kerjasamanya dengan Indomobil? Upaya pemerintah untuk mempromosikan logistic dan akses memerlukan dukungan yang kuat dari industri kelautan. Sektor pariwisata akan memainkan peranan yang penting dalam berkontribusi terhadap pemulihan. Karena “pariwisata antar pulau” yang dikembangkan oleh sektor swasta akan menciptakan permintaan yang lebih banyak dalam industri pengapalan. Industri perikanan juga memiliki potensi yang kuat untuk meningkatkan minat akan mesin kelautan! Kami sangat yakin bahwa Indonesia sebagai Negara kepulauan dan dengan lebih dari 17.000 pulau akan selalu memiliki permintaan yang tinggi akan mesin berkualitas tinggi! Oleh karena itu kami ada di sini hari ini untuk menghadirkan keahlian internasional dari mesin John Dees Marine ke pasar Indonesia!
24
INSIGHTS
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
Exclusive Insights: Do quality products matter in Indonesia’s Maritime Industry?
Mr. Bambang Prijono Director - PT Wahana Inti Selaras
Susan Tricia, our Editor for The Maritime Voice Indonesia Magazine manage to have a quick interview with Mr Bambang Prijono, Director of PT Wahana Inti Selaras, part of the massive Indomobil group, and the distributor of John Deere Marine Engines in Indonesia. Gain valuable insights into the potential of Indonesia’s maritime industry from a supplier’s view. And explore if Indonesian end-users are willing to pay more for better quality and reputable brands!
Could you share with us abit about your experience in the maritime industry and a simple background of your company to our readers? Indomobil Group has amassed experience in marketing Volvo Penta and Suzuki Marine engines for decades. Indomobil Group has already been a prominent name in the Indonesian automotive and heavy equipment industry for more than 35 years with a strong presence in the market. The company comprises of an umbrella of reputable car & heavy equipment brands such as Nissan, Suzuki, KIA, Hino, Volkswagen, Audi, Volvo Truck, Volvo Bus, Volvo Construction Equipment, John Deere, Kalmar, Manitou, and many other related products. Indomobil Group have also since diversified its business to the financial industry, car & HE rental, logistics and fuel distribution. John Deere is very established in the agriculture industry with more than a 100-year history; however, they seem like a new player in the marine industry, how would you see John Deere measuring up against your competitors? What is the competitive edge you think you may have over other brands? John Deere has produced more than 5 million engines and those engines are “battle –proven” which makes them reputable around the world for its solid quality, durability, performance, and reliability. Farms and plantations are among the harshest working conditions for engines, therefore if an engine can withstand the “wear and tear” in a tractor, it would be resilient to even the toughest industries! Deere’s engines are also famed as a prime mover in many equipment brands, and it is not a newcomer in the marine industry being in the market for more than 30 years! Marine engines are quite similar with agriculture engines and therefore we are confident with our expertise and network, we could provide the best after sales experience for customers in Indonesia. Indonesia is currently considered one of the largest maritime market in the ASEAN (South East Asia) region with the massive number of islands and islets. Your engines are targeted mostly for the larger ships, would you be catering also to the smaller vessel owners in the long term? And how would you reach out to this group? John Deere propulsion marine engine range spans from 60 to 559 kW (80 to 750 hp). Looking at the power range, indeed our focus would be mainly small to medium size vessels such as yachts for the tourism industry, recreational boats, modern fishing boats, traditional “phinisi” boats, small class tugboats and more. These markets are unique, and our extensive network will be the key factor that would form our approach towards this sector.
www.indomarinenews.com
Costings are a key concern during the pandemic, representing a reputable brand like John Deere, would the industry be held back by the cost of wanting to invest in such a brand deemed as “luxury”? How cost effective is a John Deere engine? John Deere engine was designed to provide excellent power, durability, and fuel efficiency. Beyond the investment cost (engine price), there are other factors playing more integral roles that would impact costs such as fuel requirements, fluid consumption, and maintenance intervals. Due to the efficiency and work rate of a John Deere engine the customer today would enjoy longer maintenance intervals, resulting in less disruptions to their business and eventually more cost effective. John Deere engine renowned for its compact design, predicted reliability, and low noise level which are important factors to consider for ship designers and also to aid to deliver overall profitability for ship owners through efficient TCO (Total Cost of Ownership).
With a huge influx of cost-effective China made products, do you think the Indonesian maritime industry are willing to pay for better quality products with a more reputable brand? And why? A similar question frequently posed to other industries such as mining, forestry, or agriculture. Why would customer pay more for a reputable brand when they could save more by relying on China made products? The answer is productivity, reliability and after sales support. Reputable brands come with comprehensive aftersales service and an ample supply of reliable spare parts to ensure minimal disruption should the product be malfunctioning. 2020 had posed many challenges in the international Maritime industry, in your opinion, what do you expect to see in the industry between 2021 to 2022 and what type of growth would you see John Deere be achieving in Indonesia in partnership with Indomobil? The Indonesian government’s efforts to promote logistics and access requires a strong back up from the maritime industry. The tourism sector would play a vital role in contributing to the recovery. As “island tourism” developed by private sectors would create a bigger demand in the boating industry. The Fishing industry also has a strong potential increasing the appetite for marine engines! We fervently believe that Indonesia as an archipelago and sprawling with more than 17,000 islands would always command a strong demand for high quality engines! That’s why we are here today to bring the international expertise of John Deere Marine engines to the Indonesian market!
March - May 2021
COMMENTARY
Maritime Voice Indonesia
25
KAPAL TETAP BERLAYAR
I
ndustri pengapalan adalah industri utama di dunia dan juga merupakan industri yang terabaikan. Banyak konsumen tidak dapat membayangkan apa yang kehidupan sehari-hari kita perlukan dari industri pengapalan dan tenaga kerjanya, dengan memastikan semua hal yang kita anggap remeh berjalan dengan lancar. Untuk memastikan kelancaran perdagangan dunia, industri pengapalan mengangkut sekitar 90% dari kebutuhan sehari-hari kita dan komoditas. Kita bisa dengan mudah membeli biji kopi di toko, mengisi bensin di pom bensin dan kita bahkan bisa memesan sepatu, dan tidak lama kemudian, secara ajaib pembelian kita muncul di depan pintu kita. Kita mungkin tidak dapat membayangkannya, namun pembelian kita mungkin telah berlayar separuh dunia. Kita hanya mengandalkan gagasan bahwa yang kita butuhkan diproduksi dan dikirimkan kepada kita saat kita memerlukannya. Karena pentingnya industri pengapalan bagi kelancaran perekonomian dunia, yang lebih penting adalah tenaga kerja yang seringkali tidak kelihatan di dalam industri tersebut; dengan 1,7 juta pelaut. Mereka bertanggung jawab untuk berbagai macam kargo dan operasional, mengarungi tujuh samudera dengan menavigasi kapal pengangkut kargo yang besar dan menghadapi badai, gelombang yang dashyat dan area yang rawan dengan perompak. Jauh dari rumah dan orang-orang yang mereka cintai, mereka mendedikasikan kehidupan mereka pada tantangan, kesepian, dan bahay di laut, seringkali berpergian sembilan hingga dua belas bulan. Tanpa layanan mereka, perekonomian dunia akan sangat terpengaruhi dan kita akan kekurangan kebutuhan pokok. Hampir semua yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari kita, secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh industri pengapalan. Bahkan selama pandemi COVID-19, industri pengapalan dan para pelaut tetap memastikan kebutuhan dunia terpenuhi, mengisi rak supermarket kita, persediaan medis di rumah sakit dan kini mereka bertanggung jawab untuk mengirimkan vaksin ke seluruh negara di dunia. Namun tahun 2020 sangatlah sulit. Terjebak di laut, para pelaut ini menghadapi krisis kemanusiaan. Cuti sangatlah jarang
karena larangan di negara-negara untuk menahan pandemi, sehingga mereka merasakan kelelahan fisik dan mental, kecemasan dan sakit penyakit di mana mereka terus berada di atas kapal dan tidak bisa melakukan penggantian awak di pelabuhan. Dalam beberapa insiden terbaru, pelaut tidak diberikan perawatan medis pada saat berlabuh dikarenakan larangan, tidak diperbolehkan meninggalkan kapal dan tidak dapat kembali ke keluarga mereka.
“Pekerjaan pelaut itu unik dan penting. Sama seperti pekerja kunci lainnya, pelaut berada di garis depan dalam pertarungan global ini. Mereka layak menerima ucapan terima kasih kita. Namun mereka juga mebutuhkan dan layak menerima aksi kemanusiaan yang cepat dan tegas dari pemerintah di mana pun, bukan hanya selama pandemi, tetapi setiap waktu”. Sekretaris Jenderal IMO, Kitack Lim. Kita perlu secara bersama-sama memastikan praktik yang terbaik terhadap mereka dan mengenali kalau pelaut merupakan pekerja kunci. Sama seperti pekerja kunci lainnya, pelaut juga berada di garis depan dalam pertarungan global ini. Mereka layak menerima ucapan terima kasih kita. Namun mereka juga membutuhkan – dan layak menerima – aksi kemanusiaan yang cepat dan tegas dari pemerintah di mana pun, bukan hanya selama pandemi, tetapi setiap waktu”. Ungkap Sekretaris Jenderal IMO Kitack Lim. Oleh karena itu, kita meningkatkan kesadaran tentang kehidupan pelaut, dan menyuarakan keselamatan dan kesejahteraan mereka. Lihatlah sekeliling, sekitar 90% dari apa yang anda miliki televisi, komputer, pakaian, mobil – kemungkinan besar dikirimkan melalui laut. Saat selesai membaca artikel ini, bayangkan bagaimana kehidupan anda tanpa kontribusi para pelaut.
www.indomarinenews.com
26
COMMENTARY
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
SHIPS KEEP MOVING The shipping industry is as much the world’s key industry as it is an invisible industry. Most consumers cannot envision what the shipping industry and its workforce entails for our daily lives, guaranteeing that all the things we take for granted work. Ensuring a crucial task for the world’s trade, the shipping industry transports about 90% of our daily necessities and commodities. We can easily go to the store to buy coffee beans, we can simply stop at a gas station for fuel and we can even order a new pair of boots, wait a while, and the purchase magically appears on our doorstep. We can’t even imagine it, but our purchase may have sailed half the world. We just rely on the idea that what we need is produced when we need it and transported to us when we must use it. As important the shipping industry is to the well-functioning economy of the world, more important is the often-invisible workforce behind the industry; the 1.7 million seafarers. They are responsible for a great variety of cargo and operations, they sail in the seven seas navigating massive containerships while facing rough storms, monstrous waves and piracy affected areas. Away from their homes and loved ones, they dedicate their lives to the challenges, loneliness, and dangerousness at sea, often away for nine to twelve months at a time. Without their service, the world economy would be severely affected while we would lack basic necessities. Almost everything we use in our day-today lives, has been directly or indirectly affected by the shipping industry. Even during the COVID-19 pandemic, the shipping industry and its seafarers kept the world supplied, filling our supermarkets shelves, our hospitals for medical supplies and now they will be responsible for distributing vaccines to countries across the world. But 2020 was especially hard. www.indomarinenews.com
Stuck at sea, these vital workers are facing a humanitarian crisis. Shore leave is a rarity due to countries’ restrictions to try and contain the pandemic, experiencing physical and mental exhaustion, anxiety, and illness after spending months on board and unable to perform crew change at ports. In some recent incidents, seafarers were denied medical care ashore during restrictions, denied moving out the ship at all and returning home to their families.
“Seafarers’ work is unique and essential. Just like other key workers, seafarers are on the front line in this global fight. They deserve our thanks. But they also need and deserve quick and decisive humanitarian action from governments everywhere, not just during the pandemic, but at all times”.IMO Secretary-General Kitack Lim. We need to collectively ensure best practice towards them and recognize seafarers as the key workers they are. “Seafarers’ work is unique and essential. Just like other key workers, seafarers are on the front line in this global fight. They deserve our thanks. But they also need – and deserve quick and decisive humanitarian action from governments everywhere, not just during the pandemic, but at all times”. expressed IMO Secretary-General Kitack Lim. Therefore, we raise awareness about the lives of the seafarers, and add a voice to their safety and welfare. Look around again, around 90% of what you have television, computer, clothing, car were likely brought to you by sea. When finishing this article, imagine how your life would be without the contribution of the seafarers.
March - May 2021
SHIPYARD & MARINE CABLES
Maritime Voice Indonesia
VOKSE L
KABEL
POWER AND CONTROL CABLES We provide any kind of cables that is designed for use in ships or vessels. This can include submarines, cruise ships, and naval vessels, as well as offshore platforms for electrical power distributions in a wide range of elements, including control circuits for lights, telephone, panels, and critical instrumentation signal.
INSTRUMENATION
MARINE
CABLES
Executive Office
Menara Karya 3rd Floor, Suite D, Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 1-2, Jakarta 2950 - Indonesia Phone : (+62 21) 5794 4622
Factory & Operational Office
Jl. Raya Narogoong Km. 16, Cileungsi, Bogor 6820 - Indonesia Phone : (+62 21) 8230 525, 8249 1720
Sales Service
Phone : (+62 21) 8249 3329 Mobile : (+62)81316700732 / Sanny Email : sales@voksel.co.id
Website www.voksel.co.id
vokselkabel_official Voksel Kabel ID
Scan Me
www.indomarinenews.com
28
J
FISHERY NEWS
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
INDONESIA INGIN MENGEMBANGKAN INDUSTRI PERIKANANNYA NAMUN MENGHADAPI “HAMBATAN
AKARTA: Iwan, seorang nelayan, yang sama seperti orang Indonesia lainnya, hanya memiliki nama dengan satu kata, telah berkecimpung di industri selama 10 tahun terakhir. Tuan Iwan dilahirkan dan dibesarkan di kepulauan Natuna di wilayah terluar Indonesia di dekat Laut Tiongkok Selatan, yang kaya akan kekayaan laut. Meskipun ikan melimpah di laut, pria berusia 44 tahun tersebut mengatakan kalau dia tidak pernah mendapatkan keuntungan yang besar. Ada kalanya Tuan Iwan, yang bekerja dengan dua nelayan lainnya di atas kapal penangkap ikan yang terbuat dari kayu dengan berat 6GT (Gross Tonnage / Tonase Bruto), bisa mendapatkan sekitar 5 juta rupiah (355 Dolar Amerika) per bulan. Tetapi sekarang ia hanya berpenghasilan 1 juta rupiah. “Kini lebih sulit untuk mendapatkan ikan, dan harganya juga semakin murah,” kata Tuan Iwan. Dia mengklaim bahwa aktivitas penangkapan ikan ilegal oleh kapal asing memainkan peranan dalam menipisnya ketersediaan ikan-ikan di laut, sementara COVID-19 menyebabkan harga turun. Sementara pemerintah ingin mengembangkan sektor perikanan di tengah perlambatan ekonomi akibat pandemi, mereka harus mengatasi berbagai tantangan antara lain infrastruktur, pendanaan dan kekurangan sumber daya manusia. Pada awal bulan Mei 2020, badan statistik nasional melaporkan Pendapatan Domestik Bruto Indonesia pada kuartal pertama tahun 2020 mencapai 2,97 persen, tingkat terendah sejak tahun 2001. Meskipun ada hambatan, industri perikanan tetap bertumbuh 3,52 persen pada kuartal pertama tahun ini. Kementerian Kelautan dan Perikanan memperkirakan industri perikanan Indonesia bernilai sekitar 1,34 miliar Dolar Amerika per tahun.
ANALIS: KURANGNYA DATA TERPERCAYA & INFRASTRUKTUR MENGGUNCANG UPAYA
Langkah pemerintah untuk mengembangkan industri perikanan dinilai positif oleh analis, namun mereka juga mencatat bahwa ini sebenarnya merupakan upaya yang berkelanjutan. “Saya pikir ini merupakan ide yang bagus mengingat sumber daya dan potensi yang kita miliki sebagai negara dengan wilayah perairan yang luas dan lokasi di daerah tropis dengan keanekaragaman hayati dan pasokan yang kaya,” Kata konsultan kelautan dan perikanan independen di Jakarta, Ahmad Baihaki. Dia menambahkan: “Pada saat ini, ini juga merupakan salah satu sektor dan komoditas yang bisa kita pertahankan sendiri dan tidak berganting kepada impor, malah kita yang mengekspor ke luar negeri.” “Tapi narasi ini telah menjadi topik untuk beberapa waktu di beberapa pemerintahan. Jadi saya benar-benar berharap kali ini, ada keseriusan untuk mewujudkan ambisi ini.” Tuan Abdul Halim, direktur ekskutif Pusat Studi Kelautan bagi Kemanusiaan di Jakarta, mengatakan bahwa visi tersebut sudah ada sejak hampir dua dekade yang lalu. Tetapi niat pemerintah untuk berbuat lebih mulai terlihat akhir-akhir ini. Meskipun begitu, namun kedua analis mengatakan kalau kurangnya data yang terpercaya dan tepat mengenai ketersediaan ikan di laut, serta data penangkapan yang mempengaruhi pengelolaan perikanan, dan strategi panen, telah menghambat upaya tersebut. Masalah lainnya adalah kendala infrastruktur, kata mereka. www.indomarinenews.com
Kurangnya infrastruktur di pelabuhan, jalan, akses laut dan pendingin menyebabkan beberapa masalah, termasuk tingginya biaya operasional bagi bisnis, kata Tuan Baihaki. Pasokan listrik ke pelabuhan merupakan masalah yang selalu ada, kata Tuan Halim. Akibatnya, sistem logistik nasional tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya karena penyimpanan berpendingin tidak dapat berfungsi optimal, jelasnya. Eksportir ikan yang berbasis di Natuna, Al Izhar mengatakan bahwa ia dapat diuntungkan dengan infrastruktur yang lebih baik di kampung halamannya, teutama dalam hal mengatasi masalah konektivitas. “Pada saat ini, transportasi udara sangat merepotkan dan mahal di Natuna,” kata Tuan Izhar, menambahkan bahwa jaringan penerbangan sangat dibutuhkan untuk mengekspor produk perikanan. Kurangnya akses pasar dan pendanaan juga telah mempengaruhi pengembangan sektor perikanan, kata Tuan Baihaki yang juga mengatakan banyaknya peluang investasi yang belum dimanfaatkan. Sekitar 90 persen operator perikanan merupakan usaha skala kecil, yang memerlukan bantuan pendanaan dan pengelolaan.
JAWA SEBAGAI PUSAT PERINDUSTRIAN PERIKANAN
Tuan Baihaki juga menyoroti bahwa industri ini sangat terfokus di pulau Jawa, di mana ibutkota Jakarta berada dan merupakan pusat perekonomian Indonesia. Ikan yang tertangkap di bagian Timur Indonesia biasanya diproses di Jawa, jelas Tuan Baihaiki. “Ekspor komoditas juga biasanya harus melalui pelabuhan utama di Jawa. Bayangkan berapa biaya yang bisa perusahaan hemat jika ikan-ikan tersebut ditangkap, diolah, dan dikirim ke luar negeri melalui pelabuhan yang ada di wilayah timur Indonesia. “Sebagian besar destinasi ekspor utama Indonesia dekat dengan wilayah di mana ikan-ikan ditangkap,” kata para ahli. Para kuartal pertama tahun 2020, Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat destinasi utama eskpor Indonesia adalah Amerika Serikat, Tiongkok, ASEAN, Jepang dan UE.
KENDALA SUMBER DAYA MANUSIA, KONDISI KERJA
Tuan Moh Abdi Suhufan, koordinator organisasi non-pemerintah Pengawas Perikanan Merusak (Destructive Fishing Watch / DFW) Indonesia setuju dengan menciptakan lapangan kerja secara lokal dapat menghindari pelecahan nelayan Indonesia di luar negeri. “Selama pemerintah dapat mengelola dan menetapkan standar gaji awak kapal penangkap ikan,” kata Tuna Suhufan. Aktivis yang berada di Jakarta juga mengatakan bahwa pada saat ini ada sekitar 6.000 kapal nelayan dengan berat di atas 30GT. Ini dapat ditingkatkan menjadi 10.000 kapal sehingga lebih banyak lapangan kerja dapat diciptakan. Untuk saat ini, Tuan Iwan, nelayan di Natuan memiliki dua keinginan. “Jika pemerintah mau memberikan bantuan, mereka harus sejalan dengan kebutuhan kami. Dan tolong tingkatkan nilai produk kami sehingga mata pencaharian nelayan dapat meningkat.”
March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
FISHERY NEWS
29
INDONESIA WANTS TO GROW ITS FISHERY INDUSTRY BUT FACES “ROADBLOCKS” JAKARTA: Fisherman Iwan, who like many Indonesians goes by one name, has been in the industry for the last 10 years. Mr Iwan was born and raised in Natuna islands at Indonesia’s outermost area near the South China Sea, which is rich in fishery resources. Despite an abundance of fishes in the sea, the 44-year-old said he has never benefitted economically in a big way. There were times when Mr Iwan, who works together with two other fishermen on a 6GT (Gross Tonnage) wooden fishing boat, could earn about 5 million rupiah (US$355) per month. But nowadays he usually only earns about 1 million rupiah. “It is now harder to find fish, and the prices are getting cheaper,” Mr Iwan said. He claimed that illegal fishing activities by foreign vessels has played role in depleting the availability of fishes in the sea, while COVID-19 is causing prices to dip. While the government wants to grow the fishery sector amid an economic slowdown brought about by the pandemic, it has to overcome various challenges including infrastructure, financing and lack of human of resources, among other things. In early May 2020, the national statistics agency reported Indonesia’s first quarter Gross Domestic Product for 2020 at 2.97 per cent, the lowest level since 2001. Despite the headwinds, the fishery industry grew 3.52 per cent in the first quarter of this year. The ministry of marine affairs and fisheries estimates that Indonesia’s fishery industry is worth around US$1.34 billion annually.
vision has existed for almost two decades. However, the government’s intention to do more has been signalled more clearly lately. This being said, both analysts stated that a lack of reliable, accurate data regarding the availability of fish stocks in the ocean, as well as catch and landing data that affect fishery management and harvest strategy, have hindered the attempt. Another issue is infrastructural constraints, they said. The lack of reliable infrastructure in ports, roads, sea access and refrigeration have caused several problems, including higher operational costs for businesses, said Mr Baihaki. Electricity supply to the ports is a particularly acute problem, Mr Halim said. As a result, the national logistics system cannot function as it should because its cold storage is not functioning optimally, he explained. Natuna-based fish exporter Al Izhar said that he would benefit from better infrastructure in his hometown, especially in terms of tackling connectivity issues. “At the moment, air transport is very troublesome and expensive in Natuna,” Mr Izhar said, adding that aviation links are very much needed to export fishery products. The lack of access to markets and financing have also affected the development of the fishery sector, said Mr Baihaki who also said that there are many untapped investment opportunities. Around 90 per cent of fishery operators are small-scale enterprises, who require help with financing and management.
JAVA AS HUB OF FISHERY INDUSTRY
LACK OF RELIABLE DATA, INFRASTRUCTURE HAVE HURT EFFORTS: ANALYSTS
Mr Baihaki also highlighted that the industry is heavily focused on Java island, where capital Jakarta is situated and the centre of Indonesia’s economy. Fishes caught in the eastern part of Indonesia are usually processed in Java, Mr Baihaiki explained. “Exports of the commodities also typically have to go through main ports in Java. Imagine how much costs the businesses can save if those fishes are caught, processed, and sent abroad from ports in the eastern parts of Indonesia. “Most of Indonesia’s main export destinations are closer to the areas where the fishes were caught,” the expert said. In the first quarter of 2020, the ministry of marine affairs and fisheries recorded that Indonesia’s main export destinations are the United States, China, ASEAN, Japan and the EU.
HUMAN RESOURCE CONSTRAINTS, WORKING The government’s move to further develop the fishing CONDITIONS
industry is viewed positively by analysts, but they also noted this has actually been an ongoing effort. “I think this is a great idea considering the resources and the potential that we have as a country with vast water areas and the location in the tropics with rich biodiversity and supply,” Jakarta based independent marine and fisheries consultant Ahmad Baihaki said. He added: “At the moment, this is also one of the sectors and commodities that we can self-sustain and do not need to import, instead, we export abroad.” “But this narrative has been the topic for quite some time over several administrations. So I really hope this time, there is an actual seriousness for a breakthrough to realise this ambition.” Mr Abdul Halim, executive director of Jakarta based NGO Center of Maritime Studies for Humanity, said that the
Mr Moh Abdi Suhufan, the national coordinator for non-governmental organisationDestructive Fishing Watch (DFW) Indonesia agreed that creating jobs locally could prevent Indonesian fishermen from being abused abroad. “As long as the government can manage and set a standard payroll for crew members of fishing vessels,” Mr Suhufan said. The Jakarta based activist also said that at the moment there are about 6,000 fishing vessels which are over 30GT. This could be increased to 10,000 ships so that more jobs can be created. For now, Mr Iwan, the fisherman in Natuna has two wishes. “If the government wants to give aid, it has to be in line with our needs. And please increase the value of our products so the livelihoods of all fishermen will improve.” www.indomarinenews.com
30
NEW BUILTS
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
FSRU BARU INDONESIA MENINGGALKAN GALANGAN
U
nit penyimpanan dan regasifikasi terapung (floating storage and regasification unit / FSRU) berukuran The 170.000m³ Jawa Satu meninggalkan galangan kapal pembuat kapal Korea Selatan,Samsung Heavy Industries di Geoje kemarin. Keberangkatan tersebut menunjukkan bahwa pemilik Jawa Satu Regas sebuah perusahanan kerja sama antara BUMN Pertamina, Marubeni dan Mitsui OSK Lines asal Jepang, dan sebuah perusahaan dagan berbasis Tokyo, Sojitz telah menerima pengiriman tersebut. Kapal tersebut hari ini mengumumkan kedatangannya di fasilitas pencairan Bontang di Indonesia pada tanggal 15 Januari, menunjukkan bahwa ia mungkin akan menerima kargon pendingin sebelum diinstalasi di pantai utara Jawa Barat. Namun Jawa Satu mungkin akan beroperasi sebagai pengangkut LNG untuk beberapa waktu, mencerminkan FSRU baru lainnya yang dikirim pada tahun 2020. Perusahaan kerja sama tersebut bermaksud menggunakan FSRU untuk memasok ke pembangkit listrik bertenaga gas sebesar 1,76GW di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Perusahaan listrik milik negara PLN telah menandatangani kesepakatan pembelian berjangka waktu 25 tahun untuk hasil dari pabrik tersebut, dengan rencana dimulai dari tahun ini. Dan LNG diharapkan dapat dipasok dari fasilitas likuidasi Tangguh dengan hasil 7,6 juta ton per tahun, di mana PLN menandatangani kesepakatan pembelian sebesar 1,5 juta ton per tahun. Pengangkutan FSRU Jawa Satu Regas mengikuti sejumlah pengangkut LNG lainnya yang dimulai pada tahun ini, di mana pembuat kapal asal Korea Selatan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering mengirimkan empat kapal induk. Pembuat kapal Korea Selatan Hyundai Heavy Industries juga mengirimkan Aristidis I dengan kapasitas 174,000m³ kemarin kepada pemilik asal Yunani, Capital Gas. Kapal induk tersebut terikat dengan perjanjian berjangka waktu 12 tahun dengan BP, merupakan yang kedua dari tujuh yang sebelumnya sudah dipesan. Arisitidis I diharapkan dapat dikirmkan pada bulan November tahun lalu, tetapi tampaknya telah tertunda beberapa bulan, bersamaan dengan Aristarchos dan Attalos yang berukuran sama kini masing-masing dijadwalkan untuk bulan Juni dan Agustus tahun ini. www.indomarinenews.com
NEW INDONESIA FSRU LEAVES SHIPYARD The 170,000m³ Jawa Satu floating storage and regasification unit (FSRU) left South Korean shipbuilder Samsung Heavy Industries’ Geoje shipyard yesterday. The departure suggests that owner Jawa Satu Regas a joint venture between Indonesian state-owned Pertamina, Japan’s Marubeni and Mitsui OSK Lines, and Tokyo-based trading firm Sojitz has taken delivery of the unit. The vessel was today declaring for arrival at Indonesia’s Bontang liquefaction facility on 15 January, suggesting that it may be receiving a cool-down cargo ahead of installation on West Java’s northern coast. But the Jawa Satu may operate as a LNG carrier for a period instead, mirroring other newbuild FSRUs that were delivered in 2020. The joint venture intends to use the FSRU to supply a 1.76GW gas-fired power plant in Karawang Regency in West Java. Indonesian state-owned utility PLN has signed a 25-year power purchase agreement for generation from the plant, with start-up planned for this year. And LNG had been expected to be supplied from the country’s 7.6mn t/yr Tangguh liquefaction facility, with which PLN has a 1.5mn t/yr purchase agreement. Jawa Satu Regas’ new FSRU follows a number of LNG carrier deliveries at the start of this year, with South Korea’s Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering delivering four carriers. South Korean shipbuilder Hyundai Heavy Industries also delivered the 174,000m³ Aristidis I yesterday to Greek owner Capital Gas. The carrier, which is tied to a 12-year term charter with BP, is the second delivered to the owner, from seven originally ordered. The Arisitidis I had been expected for delivery in November last year, but appears to have been delayed by a few months, along with the same-sized Aristarchos and Attalos now scheduled for June and August this year, respectively.
March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
BT Marine are specialist in design and manufacture of propulsion system for commercial and military vessel. We can design bespoke system to include highly efficient propellers, shaft line,
sterntube, nozzles and high lift rudder system. We can make propellers up to 4m diameter and
long single piece shafts to 14 meters for specialist application. Manufacturing, Engineering and technical support from UK, Batam, and Netherlands.
www.btmarinepropellers.co.id
Open Blade
Nozzle Blade BT Marine Propellers Ltd.
Propulsion Technology Centre, Black Swan Road, Dawlish, United Kingdom, EX7 0GF Tel: +44 (0) 1626 864378 Email: info@btmarinepropellers.co.uk
PT. Marine Propulsion Indonesia
Kawasan Industri Tunas 2-Type 11B Orchard Boulevard, Batam Centre, Batam - Indonesia Tel: +62 778 7711980 Email: office@btmarinepropellers.co.id www.indomarinenews.com
32
INTERNATIONAL REPORTS
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
PENGABAIAN KAPAL BERENCANA
D
engan semakin banyaknya informasi yang muncul, kelihatannya sumber ledakan yang baru-baru ini terjadi di Beirut, Lebanon merupakan pengiriman amonium nitrat yang yang ditinggalkan di pelabuhan 6 tahun yang lalu. Bencana ini membawakan kemalangan yang lebih lanjut lagi terhadap negara tersebut di mana mereka berjuang dari krisis finansial akibat pandemi COVID-19, sementara itu mereka juga berhadapan dengan potensi bahaya karena pengabaian kapal, sebuah masalah yang besar dan kurang dipublikasi dalam industri transportasi kelautan. Laporan berita setelah ledakan, yang terjadi pada tanggal 4 Agustus, telah memastikan bahwa ledakan tersebut merenggut nyawa 220 orang, diakibatkan oleh ledakan 2.750 MT Amonium Nitrat, bahan umum dalam pembuatan pupuk. Meskipun awalnya tidak jelas, namun laporan selanjutnya mengkonfirmasi bahwa sumber amonium nitrat tersebut adalah dari MV Rhosus, sebuah kapal kargo umum berukuran kecil yang dikonstruksi pada tahun 2986, kemudian diabaikan oleh pemilik kapal Igor Grechuskin pada akhir tahun 2013. Setelah kapal tersebut diabaikan, kemudian kargo-kargo tersebut dipindahkan ke fasilitas darat di mana ia mendekam selama 6 tahun hingga tanggal 4 Agustus 2020, ketika sumber yang tidak diketahui menyebabkan ledakan. Sejak ledakan tersebut, pemerintah Lebanon telah dijatuhkan di tengah protes yang meluas ketika warga Beirut heboh mencari tahu siapa yang harus disalahkan atas kondisi penyimpanan yang tidak aman untuk kargo yang berbahaya tersebut. Amonium Nitrat memiliki sejarah panjang dalam menyebabkan bencana, di laut maupun di darat, termasuk beberapa bencana dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2015 sebuah toko yang menjual amonium nitrat menyebabkan ledakan di pelabuhan Tianjin, Tiongkok yang merenggut nyawa 173 orang. Pemandangan dari bencana di Tianjin tersebut sangat mirip dengan bencana di Beirut dan menurut penyelidikan resmi pemerintah Tiongkok, ledakan tersebut terjadi karena penyimpanan AN yang ilegal. MV Chesire memberikan contoh yang lebih lanjut tentang potensi bahaya kargo sejenis. Pada tahun 2014 kapal tersebut mengangkut 50.000 MT pupuk berbasis AN ke Thailand, ketika pada tanggal 14 Agustus, barang-barang tersebut mengalami dekomposisi, kenaikan suhu dan mengeluarkan awan gas beracun. Akhirnya, awak kapal dievakuasi dan pupuk tersebut terbakar selama 2 minggu di atas kapal hingga semua bahan bakar habis. Contoh-contoh di atas hanyalah dua dari sekian banyak contoh yang menegaskan pentingnya menjaga prosedur keselamatan untuk jenis kargo seperti ini. Meskipun kemungkinan akan memakan waktu lama untuk memastikan siapa yang bertanggung jawab atas kondisi penyimpanan yang tidak aman di gudang Beirut, tapi kenyataan bahwa kargo tersebut berada di Beirut pada saat ini dikarenakan pemilik kapal yang tidak bertanggung jawab yang meninggalkannya. Pada akhirnya, kasus MV Rhosus merupakan representasi masalah yang menimpa banyak awak kapal setiap tahun. Menurut data dari Organisasi Ketenagakerjaan Internasional (International Labour Organization / ILO), kapal / awak kapal yang diabaikan oleh pemiliknya di tahun 2018 mencapai 366 kasus, meninggalkan awal kapal pada situasi yang berbahaya. Biasanya korban yang diabaikan ini merupakan awak kapal kemungkinan besar gaji mereka ditahan oleh pemilik kapal www.indomarinenews.com
dan menghadapi kesulitan besar untuk dipulangkan. Dalam kasus yang lebih parah, awak kapal yang diabaikan harus bergantung kepada badan amal atau layanan sosial lokal untuk memberikan mereka makanan dan air bersih hingga situasi mereka dibereskan oleh pemerintah setempat. Menurut mantan kapten kapal, Boris Prokoshev, MV Rhosus pada awalnya dimaksudkan untuk melepaskan muatannya di Mozambik namun pemilik kapal tidak memiliki dana untuk transit di terusan Suez sehingga berusaha untuk memuat kargo tambahan di Beirut. Karena usia dan kondisi yang buruk, kapal tersebut tidak dapat memuat kargo dan kehabisan dana, pemilik kapal mengabaikan kargo dan awak kapal di pelabuhan. Kapten dan 3 awak kapal lainnya dipaksa oleh pihak berwenang Beirut untuk tetap berada di atas kapal hingga iuran pelabuhan yang terhutang oleh pemilik kapal dilunasi (Bagian ini harus diperiksa, karena ada beberapa laporan yang bertentangan). Tanpa sumber keuangan ataupun dukungan dari pemilik kapal, awak kapal dipaksa untuk terus memelihara kapal tanpa ada bayaran, karena menyadari bahwa kapal tersebut memuat kargo yang mudah meledak. Pada akhirnya, kapten menjual sisa bahan bakar yang ada di dalam kapal dan menyewa pengacara untuk membantu mendapatkan izin untuk dipulangkan atas dasar belas kasih. Sementara di sinilah banyak cerita tentang penelantaran kapal berakhir, namun dalam kasus MV Rhosus dikarenakan pemerintah setempat dan alasan yang belum diketahui, pengabaian ini berakibat jauh lebih tragis. IMO dan ILO memiliki pedoman terkait klaim yang melibatkan pelaut, namun situasi seperti ini sering sekali menimbulkan pertanyaan peraturan dan yuridikasi bagi otoritas setempat. Kekurangan sumber finansial, mengakibatkan pelaut sering gagal mendapatkan perwakilan hukum dan karena itu berada di bawah kekuasaan birokrasi lokal yang berpotensi lambat dan tidak efisien. Mengingat kemarahan global akibat ledakan Beirut, cara penanganan pengabaian kapal mungkin akan berubah karena bencana ini telah mengungkapkan konsekuensi yang berpotensi bencana dari memercayakan kargo kepada pihak berwenang setempat. Di daerah di mana mungkin ada korupsi yang meluas atau kerangka peraturan yang lemah, bahaya yang ditimbulkan dari pengabaian kapal meningkat seperti apa yang kita saksikan di Beirut. Sementara perubahan yang akan ditimbulkan akibat bencana ini masih ditentukan, harapannya adalah setidaknya di Lebanon hal itu akan membawa hasil yang lebih aman bagi warganya.
March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
CATASTROPHIC VESSEL ABANDONMENT
As more information has emerged it appears that the source of the recent explosions in Beirut, Lebanon was a shipment of ammonium nitrate which was abandoned at the port 6 years ago. This disaster brings even more misfortune to a country struggling under a severe financial crisis as well as the COVID – 19 pandemic while it also underscores the potential dangers posed by vessel abandonment, a major and under-publicized issue in the marine transport industry. News reports following the explosion, which occurred on August 04th, have confirmed that the blast, which left at least 220 dead, was caused by the detonation of 2750mt of Ammonium Nitrate, a common ingredient in fertilizer. While initially unclear, subsequent reporting has seemed to confirm that the source of the ammonium nitrate was the MV Rhosus, a handysize general cargo ship constructed in 1986, which was abandoned by the vessel owner Igor Grechuskin in late 2013. Following the vessel’s abandonment, it appears that the cargo was transferred to onshore facilities where it languished for 6 years until August 04th 2020, when an unknown source caused it to detonate. Since the explosion Lebanon’s government has fallen amid widespread protests as Beirut residents have raised a furor over who is to blame for the unsafe storage conditions of such a dangerous cargo. Ammonium nitrate has a long history of causing disasters, both on land and at sea, including several disasters within the last several years. In 2015 a store of ammonium nitrate was responsible for an explosion at the port of Tianjin, China claiming the lives of 173 people. The scenes from the disaster in Tianjin are eerily similar to those in Beirut and according to the Chinese Government’s official inquiry was caused by AN being stored illegally. The MV Chesire provides a further example of the potential dangers of this type of cargo. In 2014 the vessel was carrying a shipment of 50 000mts of AN-based fertilizer on a run to Thailand when, on August 14th, the shipment underwent
INTERNATIONAL REPORTS
29
decomposition, rising in temperature and emitting billowing clouds of toxic gas. Ultimately, the vessel’s crew evacuated and the fertilizer onboard burned for 2 weeks until all of the potential fuel had been exhausted. The aforementioned examples are just two of many which reinforce the importance of maintaining proper safety procedures around this type of cargo. While it will likely take a long time to ascertain who is to blame for the unsafe storage conditions at the Beirut warehouse, the fact that the cargo was present in Beirut at all can be attributed to the irresponsible shipowner who abandoned it. Ultimately, the case of the MV Rhosus is representative of a problem which afflicts many crews each year. According to the ILO (International Labour Organization) database on abandoned vessels / crew, in 2018 there were 366 cases of vessels abandoned by the owners, leaving their crew in a precarious situation. Typically the victims of these abandonments are the seafarers aboard the vessel who may be owed wages by the owner and may also face great difficulty repatriating. In severe cases once the ship’s stores are exhausted, abandoned crew members must rely on charity or local social services to provide food and fresh water until their situation is sorted out by the local authorities. According to the vessel’s former master, Boris Prokoshev, the MV Rhosus was originally intended to discharge her cargo in Mozambique however the vessel’s owner did not have the funds to transit the Suez canal and so attempted to load additional cargo in Beirut. Due to it’s age and poor condition the vessel was unable to load this cargo and, out of funds, the owner abandoned both cargo and crew at the port. The master and 3 other crew members were compelled by the Lebanese authorities to remain onboard the vessel until the port dues owed by the shipowner had been payed (Must check this there is some conflicting reports). Without financial resources or any support from the owner, the crew were forced to continue maintaining the vessel unpaid, aware that it was carrying potentially explosive cargo. Eventually, the master sold some of the fuel remaining onboard and hired lawyers who managed to obtain permission for the crews to repatriate on compassionate grounds. While this is where many stories of vessel abandonment end, in the case of the MV Rhosus because of the local government and for reasons which have yet to be fully understood, this abandonment resulted in a much more tragic outcome. The IMO and ILO have guidelines related to claims involving seafarer abandonment, however these types of situations often raise regulatory and jurisdictional questions for the local authorities. Lacking financial resources, affected seafarers are often unable to obtain legal representation and so are at the mercy of potentially slow and inefficient local bureaucracies. Given the global outrage over the Beirut explosion, the way vessel abandonment is handled may change as this disaster has revealed the potentially disastrous consequences of entrusting dangerous cargo to local authorities. In areas where there may be widespread corruption or a weak regulatory framework the dangers posed by vessel abandonment increase as we’ve seen demonstrated by the disaster in Beirut. While the changes which will be brought about by this catastrophe are still being determined, the hope is that at least in Lebanon it will lead to an outcome which is safer for everyday people. www.indomarinenews.com
34
INNOVATIONS, TECHNOLOGY & TRENDS
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
MASA DEPAN PENGAPALAN JARAK JAUH
G
rup teknologi Wärtsilä, sebagai bagian dari konsorsium yang dipimpin oleh Universitas Vaasa di Finland, akan memainkan peran utama dalam proyek penting yang ditujukan untuk mengurangi dampak lingkungan dari pengapalan. Proyek CHEK – dekarbonisasi pengapalan dengan memungkinkan teknologi kunci bersimbiosis dengan rancangan kapal nyata (deCarbonising sHipping by Enabling Key technology symbiosis on real vessel concept designs), telah diberikan dana senilai 10 juta EURO dari UE sebagai bagian dari program penelitian dan inovasi Horizon 2020 Selain Universitas Vaasa dan Wärtsilä, rekan proyek lainnya adalah BAR Technologies, Cargill Ocean Transportation, Climeon, Deltamarin, Hasytec Electronics, Lloyds Register, MSC Cruises, Silverstream Technologies dan Universitas World Maritime. Tujuan dari proyek CHEK adalah untuk mengurangi emisi dari pengapalan melalui integrasi dengan penggunaan bentuk dan teknologi energi berkarbon rendah. Ini termasuk penggunaan bahan bakar hidrogen, tenaga angin, baterai listrik, pemulihan panas, pelumas udara, dan teknologi anti-fouling yang baru. Pengembangan bagaimana kapal dirancang dan dioperasikan juga termasuk di dalam. Proyek tersebut akan merancang dua konsep kapal; kapal curah, yang berlayar menggunakan kekuatan angin, dan sebuah kapal pesiar yang beroperasional menggunakan mesin rancangan Wärtsilä yang menggunakan bahan bakar hidrogen. Diestimasikan dengan menggabungkan teknologi yang baru dan inovatif, emisi gas rumah kaca dapat dikurangi hingga 99 persen, penghematan energi mencapai 50 persen, sementara emisi karbon hitam dapat dikurangi sebanyak 95 persen. Beberapa teknologi utama akan didemonstrasikan pada operasional kapal yang sebenarnya. “CHEK merupakan langkah signifikan dari komitmen dan upaya Wärtsilä untuk dekarbonisasi operasional kelautan. Tidak ada solusi yang tepat untuk menghadapi perubahan iklim, anda perlu memanfaatkan sejumlah jalur paralel, dan itulah yang kami kerjakan bersama rekan kami disini. Apa yang membuat proyek ini begitu menarik adalah kami mengembangkan apa yang bisa dilakukan,” kata Jonas Åkerman, Direktur Penelitian dan Pengembangan Teknologi Wärtsilä. www.indomarinenews.com
Proyek ini sejalan dengan investasi ekstensif Wärtsilä dalam mengembangkan ekosistem kreasi bersama. Hub Teknologi Pintar perusahaan yang berada di Vaasa merupakan pusat inovasi mutakhir yang mendorong penelitian, pengembangan, dan produksi bertujuan untuk menciptakan solusi bagia dunia yang lebih berkelanjutan. Inisiatif tersebut dilengkapi dengan platform Kampus Rekan Pintar (Smart Partner Campus) Wärtsilä, di mana pemangku kepentingan diundang untuk berpartisipasi dalam kreasi bersama solusi yang saling menguntungkan. Selain mengembangkan dan menguji mesin hidrogen, kontribusi Wärtsilä terhadpa proyek mencakup hal-hal berikut; Integrasi sistem bagi kapal, termasuk hibridisasi, penyimpanan energi dan koneksi energi; Mengembangkan model powertrain bahan bakar fleksibel untuk mengurangi konsumsi bahan bakar dan mengoptimalkan efisiensi; Menerapkan sistem kemudi gerbang yang baru untuk meningkatkan manuver dan efisiensi yang lebih baik; dan Optimalisasi rute kapal curah bertenaga angin untuk memanfaatkan kondisi angin & prakiraan cuaca. Wärtsilä sudah sangat maju dalam meneliti bahan bakar ‘ramah lingkungan’ masa depan yang mampu memberikan kontribusi nyata dalam dekarbonisasi operasional pengapalan. Berdasarkan pengalamannya yang tak tertandingi dalam mengembangkan teknologi mesin kelautan dan sistem pasokan bagi berbagai jenis bahan bakar, termasuk LNG, LPG dan senyawa organik yang mudah menguap, Wärtsilä terus berinvestasi dalam penelitian bahan bakar nabati dan LNG sintetik, amonia, metanol, bahan bakar nabati, serta hidrogen. Proyek CHEK dijadwalkan akan mulai pada musim semi tahun 2021. Dengan metode rancangan kapal yang baru, hasil dari kedua dapat juga diterapkan pada jenis kapal lain, seperti kapal tanker, kapal kontainer, kapal kargo umum, dan kapal feri. Proyek tersebut juga akan melakukan persiapan untuk skenario masa depan, serta analisis faktor-faktor yang mempengaruhi potensi pengembangan pengapalan rendah karbon, seperti infrastruktur masa kini.
5
March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
Incorporating With :
Co-Located With :
C IM IGEX Indonesia Oil & Gas EXPO 2021
Indonesia Marine & Offshore Conference 2021
03 - 05 AUGUST 2021
Radisson Golf & Convention Center
Batam, Indonesia www.batam-marine.com
Indonesia Marine Expo (IMOX) @Batam 2021 is ON! With Safety Measures in Place!
LEADING BRANDS WHO HAVE ALREADY JOINED US :
and many more..
HIGHLIGHTS OF THE EVENT
1. INDONESIAN SHIPBUILDERS PAVILION 2. SHIPBUILDERS & SHIPOWNERS NETWORKING LUNCH 3. MARITIME SEMINARS 4. MARINE INTERNATIONAL CONFERENCE
Organized by :
For more information, please contact us at : +62 778 488 3726
batam@asiafireworks.com
www.asiafireworks.com www.indomarinenews.com
36
INNOVATIONS, TECHNOLOGY & TRENDS
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
APA 4 TREN PENGAPALAN YANG MENDORONG TAHUN 2021?
D
engan tahun 2020 sudah berada di belakang kita, profesional pengapalan di mana-mana mengalihkan perhatian mereka ke tahun baru. Di TNM kami melakukan hal yang sama dan telah menyusun daftar tren yang akan mendorong pengapalan di tahun 2021.
1) Prakiraan Cuaca Tahun 2020 memecahkan rekor badai Atlantik, dengan 30 badai yang dinamai, 13 badai kecil dan 6 badai raksasa. Sementara ini, masih terlalu awal untuk memastikan seberapa parah tahun 2021 nanti, fenomena El Nina yang muncul pada tahun lalu, diperkirakan akan bertahan hingga pergantian tahun, berpotensi meningkatkan aktivitas badai. Menurut prakiraan (sangat) awal dari Risiko Badai Tropis (Tropical Storm Risk), mereka memperkirakan aktivitas tahun 2021 akan mirip dengan musim badai lainnya, dengan aktivitas kira-kira 20% di atas rata-rata 71 tahun. Hal ini sejalan dengan tren umum musim badai aktif yang telah muncul dalam dekade terakhir. Berdasarkan laporan yang sama dari TSR, norma 71 tahun terakhir adalah sekitar 12 badai tropis setiap tahun, namun sejak tahun 2011, angka rata-ratanya meningkat menjadi sekitar 17. Prediksi awal ini harus diterima dengan skeptis, namun para pelaut mungkin harus terbiasa dengan aktivitas badai yang lebih parah. Perkiraan awal tahun 2021 sesuai dengan tren yang lebih besar menuju peristiwa cuaca yang lebih parah dan lebih sering akibat efek berbahaya dari pemanasan global. Meskipun masih belum jelas bagaimana cuaca tahun 2021 akan berubah, TNM masih mengharapkan yang terbaik tetapi bersiap untuk yang terburuk.
2) Regulasi dan Kebelanjutan Kelautan Tahun 2021 tentunya akan menjadi tahun yang besar bagi para pembuat peraturan. Pada musim gugur ini, Komite Perlindungan Lingkungan menyetujui perubahan pada peraturan IMO yang menyebabkan perubahan yang besar jika diadopsi. Khususnya, perubahan juga mencakup sistem penilaian publik untuk efisiensi kapal dan juga memerlukan pemilik kapal untuk mengurani emisi kapal hingga 40% (dari tingkat tahun 2008) pada tahun 2030. Meskipun perubahan telah disepakati, keputusan apakah mereka akan diadopsi akan dipastikan pada MEPC 76 di tahun 2021. Sebuah perubahan besar yang akan datang pada tahun 2021 ialah masuknya pemilik kapal dalam skema emisi perdagangan UE. Untuk mencapai tujuan emisi mereka, UE telah mempertimbangkan implementasi pasar perdagangan karbon bagi perusahaan pengiriman yang beroperasional di UE. Perubahan besar ini dapat segera berlaku pada tanggal 1 Januari 2022, dan sementara rincian perundangannya masih belum jelas, ini adalah salah satu tren yang haris diperhatikan karena lebih banyak informasi yang akan dirilis selama tahun mendatang.
www.indomarinenews.com
3) Keamanan Pelaut Salah satu hasil paling tragis dari pandemi coronavirus tahun 2020 adalah efeknya terhadap kehidupan dan kesejahteraan pelaut. Bagi banyak orang, pandemi berarti mereka tidak bisa pulang kepada keluarga mereka sejak diberlakukannya larangan perjalanan pada bulan Februari dan Maret. Konvensi Buruh Kelautan menetapkan bahwa tidak ada pelaut yang diperbolehkan untuk bekerja di atas kapal selama lebih dari 11 bulan, tetapi ratusan bahkan ribuan pelaut di seluruh dunia telah lama melewati batas itu. Ada banyak alasan mengapa krisis ini berkembang kelelaian birkorasi dalam melabel pelaut sebagai pekerja esensial tantangan perusahaan internasional dan tekanan perekonomian bagi perusahaan pengiriman. Apa pun penyebab krisis repatriasi, satu yang jelas: ini harus diselesaikan di tahun 2021. Sementara vaksin menawarkan beberapa harapan untuk kembali normal bagi banyak orang, pelaut beresiko tertinggal dalam rencana tersebut. Organisasi Ketenagakerjaan Internasional terus menyerukan kepada pemerintah dan perusahaan pengiriman di seluruh dunia untuk mengambil aksi memperbaiki situasi ini. Menanggapi seruan tersebut, Australia telah mengumumkan batas waktu tanggal 28 Februari 2021, di mana setelah itu otoritas pelabuhan akan sekali lagi memberlakukan batas waktu layanan 11 bulan. Pemerintah lain dan perusahaan swasta perlu segera mengikuti jika krisis ini ingin diselesaikan. “Salah satu hal positif yang bisa diambil dari tahun 2020 dan pandemi COVID adalah hal itu telah memaksa banyak perusahaan, termasuk kami sendiri untuk memeriksa ulang model bisnisnya. Saya rasa tahun 2021 anda akan melihat inovasi teknologi yang lebih berarti di industri kelautan yang akan membawa pengambil keputusan yang didukung data ke garis depan” — Brian Hatter, Presiden, True North Marine
4) Inovasi Teknologi: Jika tahun 2020 memiliki dampak besar pada industri pengapalan, maka hal itu pasti mempercepat laju inovasi dan adopsi teknologi. Tantangan rantai pasok yang ditimbulkan oleh pandemi menekankan perlunya sistem pengumpulan data yang lebih baik untuk meningkatkan koordinasi antara kapal dan pelabuhan. Langkah-langkah jarak sosial dan kesehatan masyarakat juga membutuhkan adopsi dokumentasi digital dibandingkan dengan dokumentasi fisik. Ancaman serangan siber muncul ketika CMA CGM dan MSC diserang dengan serangan malware, menggarisbawahi perlunya keamanan siber yang lebih baik di seluruh industri. Sementara tantangan khusu tahun 2020 mendoring adopsi lebih banyak teknologi dalam industri, kami memperkirakan hal ini akan berlanjut hingga ke tahun 2021 dan seterusnya.
March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
INNOVATIONS, TECHNOLOGY & TRENDS
37
ORBCOMM MELUNCURKAN SOLUSI KOMERSIAL PERTAMANYA LORA WAN™ SOLUSI IOT DI ATAS KAPAL ORBCOMM Inc., penyedia global solusi Internet of Things (IoT), telah mengumumkan bahwa mereka telah memperluas portofolio sistem IoT di atas kapal yang terkemuka di industri untuk menyertakan teknologi LoRa WAN™ (LoRa). Melalui kerja sama dengan Net Feasa, penyedia layanan IoT global di Dingle, Irlandia dan Sunnyvale, CA, ORBCOMM telah menerapkan solusi komersial pertama yang tersedia menggunakan teknologi LoRa untuk memantau kontainer di atas kapal untuk jalur pelayaran global yang besar. Solusinya menggabungkan VesselConnect, aplikasi manajemen kontainer berpendingin terkemuka di industri dari ORBCOMM dengan konektivitas perangkat, manajemen dan layanan IoT EvenKeelTM dari Net Feasa. Kontainer berpendingin berkomunikasi secara waktu nyata melalui gerbang LoRa yang terpasang pada lokasi strategis di kapal. Data kontainer utama, termasuk suhu, kelembaban dan alarm, dikumpulkan di EvenKeel dan diperbarui di VesselConnect dari ORBCOMM. Aplikasi VesselConnect berkomunikasi melalui satelit dan mengirimkan data kembali ke platform darat ORBCOMM, memungkinkan pelanggan melihat lokasi kapal serta status masing-masing kontainer di kapal dari satu pusat komando dan kendali yang komprehensif. Sistem terintegrasi penuh ORBCOMM mendukung perintah dua arah, memungkinkan pengguna di kapal maupun di daratan untuk dapat mengubah suhu kontainer dan parameter lainnya. Solusi IoT di atas kapal ORBCOMM dirancang terutama untuk menghapus “lubang hitam” pada visibilitas kontainer berpendingin di atas laut. Selain itu, solusi ORBCOMM juga membantu pelanggan meningkatkan efisiensi dan keselamatan awak kapal dengan meniadakan perlunya inspeksi manual pada kontainer dan meningkatakan efisiensi operasional melalui inspeksi pra-perjalanan secara jarak jauh bersama dengan data yang dapat ditindaklanjuti tentang status pemeliharaan dan perbaikan. Sistem berbasis LoRa dari ORBCOMM yang baru sesuai dengan standar konektivitas IoT yan baru dari Asosiasi Pengapalan Kontainer Digital (Digital Container Shipping Association / DCSA) yang dibuat untuk membuar rantai pasokan kontainer pengiriman lebih transparan, terpercaya dan aman. Sebagai salah satu teknologi yang dietujui oleh DCSA untuk operasional di atas kapal, LoRa menawarkan alternatif untuk menggunakan telepon genggam dan teknologi komunikasi lainnya yang digunakan di saat ini. VesselConnect dari ORBCOMM unik dalam menawarkan berbagai pilihan bagi konektivitas di atas kapal sehingga pelanggan dapat memanfaatkan teknologi yang sesuai dengan penggunaan mereka. “Solusi IoT di atas kapal dari ORBCOMM melengkapi portofolio solusi menajemen kontainer berpendingin terbaik di kelasnya dan lebih lanjut menunjukkan komitmen kami untuk berinovasi mendukung rantai pasokan global,” kata Christian Allred, Senior Wakil Presiden dan Manajer Penjualan Global ORBCOMM. “Bersamaan dengan Net Feasa, kami membantu
perusahaan pengiriman mendorong transformasi digital, sekaligus mencapai penghematan yang terukur.” “Karena keprihatinan global untuk kualitas kargo dan keamanan serta keterlacakan meningkat, pelacakan waktu nyata dan pemantauan kontainer berpendingin kini menjadi norma industri,” kata Mike Fitzgerald, Ketua Net Feasa. “Kami sangat senang bekerja sama dengan ORBCOMM untuk membawa keahlian kami di bidang jaringan IoT global bersama dengan kepemimpinan mereka dalam inovasi dan kepatuhan terhadap standar industri IoT ke pasar kontainer global.” Untuk informasi lebih lanjut mengenai bagaimana solusi pemantauan kontainer berpendingin ORBCOMM memberikan visibilitas rantai pasokan global, silahkan kunjungi https://www.orbcomm.com/en/solutions/. Tentang ORBCOMM Inc. ORBCOMM (Nasdaq: ORBC) merupakan pemimpin global dan inovator dalam industri Internet of Things, memberikan solusi yang menghubungkan bisnis dengan aset mereka untuk meningkatkan visibilitas dan efisiensi operasional. Perusahaan tersebut menawarkan solusi pemantauan aset dan kontrol yang beragam, termasuk satelit tanpa batas dan konektivitas seluler, perangkat keras yang unik dan aplikasi yang serba guna, semuanya didukung dengan dukungan pelanggan, dari instalasi hingga penerapan dan layanan pelanggan. ORBCOMM memiliki basis pelanggan yang beragam termasuk OEM terkemuka, solusi pelanggan dan mitra saluran yang mencakup transportasi, rantai pasokan, pergudangan dan inventaris, alat berat, kelautan, sumber daya alam, dan pemerintah. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.orbcomm.com.
www.indomarinenews.com
38
NAVAL DEFENCE & MARITIME SECURITY
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
ANGKATAN LAUT SINGAPURA MELUNCURKAN ARMADA KEAMANAN KELAUTAN BARU, DENGAN KAPAL - KAPAL BERSENJATA YANG DAPAT BERPERGIAN BERSAMA KAPAL DENGAN CEPAT
S
INGAPURA: Angkatan Laut Republik Singapura (The Republic of Singapore Navy / RSN) meresmikan Armada Kelautan dan Respon Keamanan (Maritime and Security Response Flotilla / MSRF) terbarunya, ditujukan untuk meningkatkan kemampuan keamanan kelautan Singapura. Armada baru akan mulai beroperasi dengan empat kapal keemanan laut dan respon keamaan (maritime security and response vessels / MSRV) berkelas Sentinel dan dua kapan tunda responsif (response tugboats / MSRT). MSRV dilengkapi dengan berbagai kemampuan untuk opsi yang lebih terkalibrasi terhadap berbagai ancaman keamanan kelautan. Misalnya, mereka hadir dengan senjata di depan dan belakang serta senapan mesin yang lebih kecil, dan spakbor samping agar dapat berlayar di samping kapal dengan cepat. MSRT akan membantu RSN menanggapi dan membantu insiden di laut dengan lebih baik, serta untuk mendukung operasional di markas. Keempat MSRV merupakan kapal yang diperbarui , tetapi pada tahun 2026, armada akan beroperasional dengan kapal baru yang dibuat khusus, kata Kementerian Pertahanan (Ministry of Defence / MINDEF) dalam sebuah konferensi pers. Kapal-kapal tersebut diharapkan lebih besar dan dapat beroperasional di lautan untuk jangka waktu yang lebih panjang dibanding MSRV kelas Sentinel. Panglima Angkatan Laut Laksamana Muda Aaron Beng memimpin upacara peresmian MRSF yang diadakan di RSS Singapura – Markas Angkatan Laut Changi. Menteri Pertahanan Ng Eng Hen telah mengumumkan bahwa RSN sedang melakukan restrukturisasi unit keamanan kelautannya dan memebeli kapal baru pada bulan Maret tahun lalu, sebagai tanggapan atas meningkatnya insiden perompakan dan spektrum ancaman yang lebih besar. “Dalam beberapa tahun terakhir, ancaman keamanan kelautan telah bertumbuh dalam skala dan komplesitasnya,” kata MINDEF pada hari Selasa. “Contohnya termasuk perompakan di wilayah ini, dan intrusi ke perairan teritorial Singapura.” Ada 34 insiden perompakan di Selat Singapura pada tahun lalu, ditunjukkan oleh data dari pusat pembagian informasi kelautan wilayah. Angka tersebut terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. “Kemampuan yang ditingkatkan dengan MSRF akan memberikan fleksibilitas untuk memenuhi permintaan dan cakupan operasional keamanan kelautan yang lebih luas, serta menawarkan ketahanan yang lebih besar untuk melindungi perairan teritorial Singapura,” kata MINDEF. Sejalan dengan agensi keamanan kelautan internasional lainnya, kapal MSRF akan memiliki garis merah motif “balap” di haluan mereka, tambah MINDEF.
KAPAL KEAMANAN KELAUTAN DAN RESPON
MSRV adalah kapal patroli RSN yang telah dinonaktifkan dan diperbarui menjadi kapal misi pesiar yang lebih baru. Mereka telah dipasang kembali untuk memperpanjang masa hidup operasional mereka, dan dipasang dengan kemampuan untuk merespon terhadap insiden dengan tingkat keparahan yang berbeda.
www.indomarinenews.com
Fitur-fitur baru ini termasuk peralatan komunikasi yang ditingkatkan, sistem peringatan visual dan audio yang ditingkatkan, sistem spakbor, dan perlindungan balistik modular. Keempat MSRV dinamai Sentinel, Guardian, Protector and Bastion. Dua dari empat kapal tersebut akan mulai beroperasional pada hari Selasa, dan sisanya akan diperbarui dan mulai beroperasional di bulan-bulan mendatang, kata MINDEF.
KAPAL TUNDA KEAMANAN KELAUTAN DAN RESPON
MSRT telah diperoleh dengan pernjanjian penyewaan jangka panjang dan akan berfungsi sebagai “kapal tunda terdedikasi”, kata MINDEF. Kapal tunda di militer lainnya biasanya digunakan untuk membantu, mengawal dan menarik kapal lain. Beberapa kapal tunda dapat menarik kapal penjelajah rudal besar atau kapal induk.
KAPAL MULTI GUNA MASA DEPAN
Kapal multi guna masa depan akan bekerja sama dengan kapal misi pesiar RSN dan kapal tak berawak untuk menanggapi insiden kelautan dan melindungi perairan teritorial Singapura, kata MINDEF. Kapal-kapal tersebut akan mampu beroperasional di laut untuk beberapa minggu dan dirancang untuk pengawakan berjumlah kecil dengan kemampuan modular, tambah MINDEF. Dr Ng mengatakan pada bulan Juni bahwa kapal-kapal ini bahkan bisa memiliki sistem tanpa awak. Kapal-kapal tersebut masih dalam tahap awal perancangan konsep. MINDEF mengatakan bahwa MSRF akan membentuk sebuah “bagian penting” dari Komando Keamanan Kelautan yang direstrukturisasi, yang membangun, melatih dan memelihara kemampuan platform RSN yang digunakan terutama untuk operasi keamanan kelautan. “MSRF akan memperkuat kemampuan Singapura untuk menghadapi ancaman keamanan kelautan yang telah bertumbuh dalam skala dan kompleksitas dalam beberapa tahun terakhir,” kata komandan MSRF Letnan Kolonel Lee Jun Meng. “Kemampuan tambahan akan memberi kami lebih banyak fleksibilitas dan tanggapan yang lebih luas, serta memungkinkan kami untuk ditempatkan dengan ketahanan yang lebih besar untuk menjaga dan melindungi perairan teritorial Singapura.”
March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
Power Ray Red Star Design Award 2018
Red Dot Design Award 2018
IF Design Award 2019
YOU CAN INSPECT
HULLS 30M Deep
Minimum training required !!! Proven and Cost Effective Underwater Inspection Solution used by Marine Police,Search & Rescue crews around the world Power Dolphin - First of it’s kind in the world!
Power Dolphin
4K Underwater landscape mapping
wowbionix
Contact PT. WOW BIONIX GLOBAL for more! www.wowbionix.com
www.indomarinenews.com
40
NAVAL DEFENCE & MARITIME SECURITY
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
SINGAPORE NAVY UNVEILS NEW MARITIME SECURITY FLOTILLA, WITH ARMED SHIPS THAT CAN GO ALONGSIDE VESSELS QUICKLY SINGAPORE: The Republic of Singapore Navy (RSN) inaugurated its new Maritime and Security Response Flotilla (MSRF), aimed at boosting Singapore’s maritime security capabilities. The new flotilla will initially operate four Sentinel-class maritime security and response vessels (MSRV) and two maritime security and response tugboats (MSRT). The MSRVs are equipped with a range of capabilities for more calibrated options against a range of maritime security threats. For instance, they come with front and rear guns and a smaller machine gun, as well as side fenders to go alongside vessels of interest quickly. The MSRTs will help the RSN better respond to and assist with incidents at sea, as well as support operations at base. The four MSRVs are refurbished vessels, but from 2026, the flotilla will operate new purpose-built vessels, the Ministry of Defence (MINDEF) said in a release. These vessels are expected to be larger and can operate at sea for longer periods than the Sentinel-class MSRVs. Chief of Navy Rear-Admiral Aaron Beng officiated at the MSRF’s inauguration ceremony held at RSS Singapura – Changi Naval Base. Defence Minister Ng Eng Hen had first announced that the RSN was restructuring its maritime security units and getting new ships in March last year, in response to rising sea robbery incidents and a greater spectrum of threats. “In recent years, maritime security threats have grown in scale and complexity,” MINDEF said on Tuesday. “Examples include sea robbery threats in the region, and intrusions into Singapore territorial waters.” There were 34 sea robbery incidents in the Singapore Strait last year, data from a regional maritime information sharing centre showed. This figure has been rising over the past few years. “The capabilities raised by the MSRF will provide flexibility to meet the increased demands and a wider scope of maritime security operations, and offer greater persistence to protect Singapore’s territorial waters,” MINDEF said. In line with other international maritime security agencies, the MSRF’s vessels will bear red “racing” stripes on their bow, MINDEF added.
MARITIME SECURITY AND RESPONSE VESSEL The MSRVs are refurbished RSN patrol vessels that have been decommissioned and replaced by the newer littoral www.indomarinenews.com
mission vessels. They have been refitted to extend their operational lifespan, and installed with capabilities that can respond to incidents of differing severity. These new features include enhanced communications equipment, improved visual and audio warning systems, a fender system and modular ballistics protection. The four MSRVs are named Sentinel, Guardian, Protector and Bastion. The first two will enter operational service on Tuesday, while the rest will be refurbished and operationalised in the coming months, MINDEF said.
MARITIME SECURITY AND RESPONSE TUGBOAT
The MSRTs have been acquired under a long-lease arrangement and will serve as “dedicated tugboats”, MINDEF said. Tugboats in other militaries have typically been used to assist, escort or tow other vessels. Some tugboats can pull large missile cruisers or aircraft carriers.
FUTURE PURPOSE-BUILT VESSEL
The future purpose-built vessels will work with RSN’s littoral mission vessels and unmanned surface vessels to respond to maritime incidents and protect Singapore’s territorial waters, MINDEF said. These vessels will be able to operate at sea for up to a few weeks and be designed for lean manning with modular capabilities, MINDEF added. Dr Ng had said in June that these ships could even have unmanned systems. The ships are still in the early stages of concept design. MINDEF said the MSRF will form an “important part” of the restructured Maritime Security Command, which builds up, trains and maintains the capabilities of RSN platforms deployed primarily for maritime security operations. “The MSRF will strengthen Singapore’s ability to deal with maritime security threats that have grown in scale and complexity through the years,” MSRF commander Lieutenant Colonel Lee Jun Meng said. “The additional capabilities will provide us with more flexibility and a wider range of responses, and allow us to be deployed for greater persistence to safeguard and protect Singapore’s territorial waters.”
March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
PORT NEWS
41
SRI LANKA MENGHIDUPKAN KEMBALI KESEPAKATAN PELABUHAN DENGAN INDIA, JEPANG
K
OLOMBO: Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa mengumumkan kebangkitan proyek investasi India dan Jepang untuk mengembangkan terminal bawah laut di pelabuhan Kolombo, di samping dermaga kontainer kontroversial milik Tiongkok yang bernilai 500 juta Dolar Amerika. Sebuah perjanjian tiga pihak ditandatangani oleh pemerintah Sri Lanka sebelumnya telah ditunda di tengah perlawanan serikat buruh, namun Rajapaksa mengatakan bahwa Terimnal Kontainer Timur (East Container Terminal / ECT) akan dilanjutkan. Persetujuan data setelah meninjau “keprihatinan geo-politik di wilayah tersebut,” kata kantor kepresidenan, merujuk pada kecurigaan India atas peran Tiongkok di pelabuhan yang sama. Terminal tersebut akan dikembangkan dengan 51 persen kepemilikan oleh pemerintah Sri Lanka dan sisanya 49 persen merupakan investasi oleh Grup Adani dari India serta beberapa pemangku kepentingan asal Jepang, kata para pejabat. Otoritas Pelabuhan Sri Lanka (Sri Lanka Ports Authority / SLPA) milik negara menandatangani nota kerja sama pada bulan Mei 2019 dengan Sri Lanka, India dan Jepang untuk mengembangkan ECT sebelum Rajapaksa menjabat pada bulan November 2019. Pelabuhan dalam laut yang terletak di sebelah Terminal Kontainer Internasional Kolombo yang 85 persen dimiliki Tiongkok dan mulai beroperasi pada tahun 2013. SLPA memiliki sisa 15 persen. India mengajukan protes ketika kapal selam milik Tiongkok melakukan kunjungan mendadak ke terminal yang dikelola Tiongkok pada tahun 2014. Sejak saat itu, Sri Lanka menolak izin untuk pemanggilan kapal selam. Hampir 70 persen pengiriman kontainer yang ditangani oleh Kolombo merupakan kargo ekspor-impor India. Pada bulan Desember 2017, Sri Lanka tidak dapaat membayar hutang yang besar kepada Tiongkok, dan menyerahkan pelabuhan dalam laut yang satunya lagi di sebelah selatan pulau tersebut kepada sebuah perusahaan Beijing dalam sebuah kesepakatan yang menimbulkan kekhawatiran di dalam dan luar negeri. Kesepakatan senilai 1,12 miliar Dolar Amerika tersebut, pertama kali diumumkan pada bulan Juli 2016, memungkinkan perusahaan Tiongkok mengambil alih pelabuhan Hambantota, yang melintasi rute pengiriman timur-barat tersibuk di dunia dengan masa sewa 99 tahun. India dan Amerika Serikat sama-sama khawatir dengan kehadiran Tiongkok di Hambantota, yang berjarak 240 kilometer dari selatan Kolombo, akan memberikan keuntungan angkatan laut di Samudra Hindia. Sri Lanka menegaskan pelabuhannya tidak akan digunakan untuk kepentingan militer.
SRI LANKA REVIVES PORT DEAL WITH INDIA, JAPAN COLOMBO: Sri Lanka’s President Gotabaya Rajapaksa announced the revival of an Indian and Japanese investment project to develop a deep-sea terminal in Colombo harbour, next to a controversial US$500-million Chinese-run container jetty. A tripartite deal by Sri Lanka’s previous government had been on hold amid trade union resistance, but Rajapaksa said the East Container Terminal (ECT) would proceed. Approval came after reviewing “regional geo-political concerns,” Rajapaksa’s office said, a reference to India’s suspicion of China’s role at the same port. The terminal will be developed with 51 per cent ownership by Sri Lanka’s government and the remaining 49 per cent as an investment by India’s Adani Group and other stakeholders including Japan, officials said. The state-run Sri Lanka Ports Authority (SLPA) entered into a memorandum of cooperation in May 2019 with Sri Lanka, India and Japan to develop the ECT before Rajapaksa came to power in November 2019. The deep-sea jetty is located next to the Colombo International Container Terminal which is 85 per cent owned by China and was commissioned in 2013. The SLPA owns the remaining 15 per cent. India lodged protests when Chinese submarines made unannounced visits to the Chinese-managed terminal in 2014. Since then, Sri Lanka has refused permission for further submarine calls. Nearly 70 per cent of transhipment containers handled by Colombo was Indian export-import cargo. In December 2017, Sri Lanka, unable to repay a huge Chinese loan, handed over another deep sea port in the south of the island to a Beijing company in a deal that raised concerns at home and abroad. The US$1.12 billion deal, first announced in July 2016, allowed a Chinese state company to take over the Hambantota port, which straddles the world’s busiest east-west shipping route, on a 99year lease. India and the United States are both concerned a Chinese foothold at Hambantota, 240 kilometres south of Colombo, could give it a military naval advantage in the Indian Ocean. Sri Lanka has insisted its ports will not be used for any military purposes.
www.indomarinenews.com
42
PORT NEWS
Maritime Voice Indonesia
March - May 2021
MYANMAR MEMBATALKAN INVESTASI THAI DI PELABUHAN MEGA YANG KONTROVERSIAL
Y
ANGON: Myanmar mengumumkan ia akan membatalkan kontrak dengan raksasa industri Thai untuk bekerja sama membangun proyek pelabuhan dalam laut yang kontroversial. Mega-proyek Dawei disebut sebagai cara untuk mendorong investasi asing di Myanmar karena Myanmar baru saja terlepas dari kekuasan militer selama puluhan tahun, namun ia telah dilanda banyak masalah, termasuk kesulitan dana dan oposisi lokal. Selain pelabuhan, ada juga proyek yang lama tertunda di arah selatan kota Dawei yang bertujuan untuk membangun area industri seluas 200 kilometer persegi. Komite yang bertanggung jawab atas Kawasan Ekonomi Khusus Dawei mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah “kehilangan kepercayan diri” di Pembangunan Italia-Thai (Italian-Thai Development / ITD) setelah masalah yang berulang-ulang. Mengumumkan pembatalan tersebut, Komite Manajemen Khawasan Ekonomi Khusus Dawei mengeluhkan “pengunduran yang berulang-ulang, terus melanggar kewajiban keuangan di dalam kontrak dan kegagalan pemegang konsensi untuk mengkonfirmasi kemampuan keuangan mereka untuk melanjutkan pembangunan.” Ketua komite manajemen Dawei, Tun Naing mengatakan bahwa Myanmar kini mencari pengembang baru untuk berivestasi di proyek tersebut. ITD tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar langsung. Perusahaan yang berbasis di Bangkok tersebut telah mengurangi keterlibatannya dalam proyek tersebut sejak tahun 2013, sementara Jepang menunjukkan minat untuk terlibat.
www.indomarinenews.com
MYANMAR CANCELS THAI INVESTMENT IN CONTROVERSIAL MEGA-PORT YANGON: Myanmar announced it was cancelling contracts with a Thai industrial giant to work on a controversial deep sea port project. The Dawei mega-project was touted as a way to encourage foreign investment in Myanmar as it emerged from decades of military rule, but it has been hit by numerous setbacks, including funding struggles and local opposition. As well as a port, the long-delayed project around the southern town of Dawei aims to develop an industrial area of around 200 square kilometres. The committee in charge of the Dawei Special Economic Zone said Monday it had “lost confidence” in Italian-Thai Development (ITD) after repeated issues. Announcing the cancellation, the Dawei Special Economic Zone Management Committee complained of “repeated delays, continuing breaches of financial obligations under the contracts and the concessionaires’ failure to confirm their financial capacity to proceed with development”. The chair of the Dawei management committee Tun Naing said Myanmar would now look for new developers to invest in the projects. ITD could not be reached for immediate comment. The Bangkok-based firm had already scaled back its involvement in the project in 2013, while Japan has shown some interest in getting involved.
https://www.pertamina.com/industrialfuel
ASIA MARITIME EVENTS CALENDAR 2021 / 2022
23-25 JUNE 2021
03-05 AUGUST 2021
28-30 october 2021
20-22 october 2021
PHILIPPINES MARINE (PHILMARINE) 2021
The 7th
2021
24-26
Venue: SMX Convention Center, Manila, Philippines www.philmarine.com
INDONESIA MARINE & OFFSHORE EXPO (IMOX) 2021
5
Venue: Radisson Golf & Convention Center www.batam-marine.com
BANGLADESH INTERNATIONAL MARINE & OFFSHORE EXPO (BIMOX) 2021 Venue: International Convention City Bashundhara (ICCB), Dhaka www.marine-bangladesh.com
november 2021
Venue: Bangkok International Trade & Exhibition Center (BITEC), Bangkok www.thai-marine.com
18-19
MYANMAR MARINE & OFFSHORE EXPO (MYANMEX) 2022
21-22
CAMBODIA MARINE EXPO (CAMMEX) 2022
march 2022
1
VIETNAM MARINE & OFFSHORE EXPO (VMOX) 2021
THAILAND MARINE & OFFSHORE EXPO (TMOX) 2021
APRIL 2022
5th
Venue: Myanmar Expo Hall @ Fortune Plaza, Yangon www.marine-myanmar.com
Venue: Diamond Island Convention and Exhibition Center, Phnom Penh www.cambodia-marine.com
Venue: National Exhibition Construction Center (NECC) www.marine-vietnam.com
INSIDE FRONT COVER Masson Marine Propulsion Pte Ltd www.masson-marine.com
PAGE 1 PT. PAL Indonesia www.pal.co.id
PAGE 9 Palmarine Overseas Services Pte Ltd www.palmarine.com PAGE 15 Aerodynamic Metals Pte Ltd www.aerodynamicmetals.com PAGE 27 PT. Voksel Electric Tbk www.voksel.co.id
PAGE 11 PETRONAS www.petronas.com/pegt/ PAGE 19 PT. Patria Maritim Perkasa www.patriashipyard.com
PAGE 3 Moteurs Baudouin www.baudouin.com PAGE 13 ZF Asia Pacific Pte Ltd www.zf.com/marine PAGE 23 PT. Citra Shipyard www.citrashipyard.com
PAGE 31 BT Marine Propellers Ltd / PT. Marine Propulsion Indonesia www.btmarinepropellers.co.id
PAGE 39 PT. Wow Bionix Global www.wowbionix.com INSIDE BACK COVER PT. Furuno Electric Indonesia www.furuno.id
Indonesia
fireworks business information
PAGE 43 PT. Pertamina www.pertamina.com/industrialfuel BACK COVER PT. Pioneer www.yanmar.com
MYANMAR MARINE EXPO
2022
March - May 2021
Maritime Voice Indonesia
www.indomarinenews.com
SALES
SPARE PARTS
SERVICE
SOLE DISTRIBUTOR OF
Jl. IR. H. Juanda No.40-42, Jakarta Pusat Tel. +62 (21) 344 8486, 231 2312, Fax. +62 (21) 384 8995 support@pioneer-trading.com PT Pioneer