3 minute read

Alunan Doa Gondang Toba

Gondang Toba Alunan Doa

Sulim - Julius Bramanto - https:// www.shutterstock.com/g/ Julius+Bramanto

Advertisement

Jika kita bicara tentang musik tradisional tentu akan berkaitan erat dengan filosofi dan nilai-nilai spiritual yang kaya yang otentik terdapat pada suatu masyarakat. Musik tidak pernah lepas dari ekspresi kebudayaan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, tidak terkecuali di wilayah kaldera gunung api purba yang kini dikenal dengan Kawasan Danau Toba.

Letusan gunung api purba di Toba yang terjadi sekitar 70.000 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat. Ilmuwan meyakini bahwa letusannya telah menyusutkan populasi manusia secara masif. Tidaklah mengherankan apabila kawasan Danau Toba memiliki sejarah awal mula kehidupan manusia yang khas dan sudah mengakar ke dalam kehidupan masyarakatnya bahkan sebelum datangnya agama-agama Abrahamik di bumi nusantara ini.

Masyarakat adat setempat meyakini bahwa Toba merupakan tempat awal mula peradaban manusia, hal ini diperkuat dengan legenda Debata Mulajadi na Bolon beserta ritual-ritual tradisi yang merupakan ekspresi pemujaan terhadap Sang Maha Kuasa tersebut. Doa-doa yang dipanjatkan dalam ritual-ritual tersebut biasanya diiringi dengan ensambel musik dan menjadi ciri khas masyarakat adat Batak Toba.

Salah satu musik ritual khas Toba adalah Gondang Batak Toba yang telah memiliki sejarah yang panjang. Musik gondang selalu dimainkan terutama oleh komunitas Parmalim yang merupakan penganut kepercayaan lama yang sudah turun temurun. Secara umum, musik Gondang Batak Toba terbagi menjadi dua jenis, yaitu Gondang Sabangunan dan Gondang Hasapi. Gondang Sabangunan terdiri dari instrumen yang bernama ogung (gong), hesek (perkusi) , gordang (kendang penentu ritme), odap (kendang dua sisi), taganing (5 buah kendang melodis), dan sarune bolon (alat musik tiup). Sedangkan Gondang Hasapi terdiri dari instrumen yang bernama garantung (gambang kayu), sarune etek (sejenis klarinet), odap, sulim, dan hesek. Perbedaan utama dua jenis gondang ini selain dapat dilihat dari instrumen yang digunakan, juga dari penggunaannya. Gondang Sabangunan biasanya dimainkan di luar bangunan (rumah), sedangkan Gondang Hasapi biasanya dimainkan di dalam ruangan (rumah). Walaupun antara Gondang Hasapi dan Gondang Sabangunan berbagi reportoir yang sama namun pada praktiknya kedua jenis ensambel musik ini tidak pernah dimainkan dalam upacara ritual yang sama.

Gondang yang Magis Denison

Bagi masyarakat adat Batak Toba, gondang memiliki fungsi yang sakral karena merupakan sarana penyampaian doa dan harapan kepada Sang Khalik. Ritual-ritual yang biasa menggunakan musik gondang itu antara lain adalah upacara kematian, pesta perkawinan bahkan ritual mendoakan orang sakit sampai meminta hujan menggunakan Gondang Toba.

Seorang maestro musik tradisi Batak, Marsius Sitohang, menyatakan bahwa penggunaan musik gondang bahkan harus dipersiapkan secara sangat serius. Jika ada warga yang ingin melakukan ritual dengan gondang, para pemain gondang atau pargonsi harus diberikan makanan-makanan yang terbaik oleh suhut (pemilik hajat) sehari sebelumnya, supaya mereka senang dan dapat memainkan musik gondang dengan khidmat. Tidaklah mengherankan apabila

pargonsi ini memiliki strata sosial yang terhormat di masyarakat Batak Toba karena berperan menjadi perantara penyampai doa melalui musik gondang.

Jika diamati dari sudut pandang kajian musik, komposisi musik gondang tergolong unik. Meski notasi yang digunakan dapat ditulis dengan tangga nada pada umumnya, namun struktur tangga nadanya tidak sama. Apabila dibandingkan dengan tangga nada diatonis pada musik-musik Barat yang memiliki tujuh tingkat, gondang hanya memiliki lima tingkat nada diatonis mayor, yaitu do, re, mi, fa, dan sol. Susunan tangga nada ini dapat ditemukan di alat musik taganing dan garantung. Keunikan nada ini menjadikan gondang memiliki struktur tangga nada pentatonis yang unik, dan bahkan tidak ditemukan persamaannya dengan musikmusik etnik manapun di dunia. Ditinjau dari segi ritmis, ketukan irama dan tempo permainan musik gondang terlihat sangat bervariasi tergantung dari improvisasi dan estetis pemain sarune dan taganing yang seringkali bermain dalam kondisi trance. Hal ini akan sangat berbeda apabila dibandingkan dengan pakem-pakem irama musik etnik lain seperti gamelan yang mempunyai pola ritmis yang sangat ketat.

Regenerasi dalam budaya - Denison

Seiring dengan perkembangan zaman, harus diakui bahwa peran Gondang Toba di masyarakat telah mengalami pergeseran nilai, ketika terkadang dimainkan di luar wilayah adat dan peribadatan. Banyak anak muda Toba yang mencoba mengeluarkan gondang dari beban kulturalnya, mengolaborasikannya dengan alatalat musik lain. Upaya kreatif yang dilakukan oleh musisi-musisi muda itu perlu diapresiasi, misalnya memadukan permainan gondang dengan drum, kibor, dan gitar elektrik.

Namun hal itu sebaiknya tidak dipandang sebagai sesuatu yang mengancam kepunahan esensi dari musik Gondang Toba, yang pada dasarnya merupakan ekspresi ritual. Pandanglah sebagai cara generasi muda untuk melestarikan, menghargai warisan leluhur, dan turut memperkenalkannya ke dunia luar. Dengan cara itu pula generasi muda yang belum mengenal musik Gondang Toba akan mulai mempelajari dan turut melestarikan budaya leluhur. (Denison

Wicaksono: Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru, Ditjen

Kebudayaan, Kemdikbudristek)

This article is from: