6 minute read
Eloknya Seni Cadas Prasejarah di Misool
Eloknya Seni Cadas PrasejarahMisooldi
Seni cadas prasejarah adalah satu peninggalan seni rupa awal umat manusia yang ditemukan di seluruh dunia. Istilah seni cadas digunakan untuk menyebutkan karya seni berupa lukisan, pahatan, atau goresan yang ditorehkan di tempat yang tidak bisa dipindahkan, seperti di dinding-dinding gua, tebing, atau batu besar. Pada umumnya seni cadas dibuat oleh masyarakat tradisional pemburupengumpul makanan meskipun terdapat beberapa seni cadas yang berasal dari masyarakat peternak atau peladang. Analisis laboratorium terhadap material lukisan seni cadas menunjukkan bahwa lukisan-lukisan tersebut berumur ribuan bahkan puluhan ribu tahun. Namun, sebagian besar seni cadas di dunia tidak dikenali sebagai peninggalan murni masa prasejarah oleh masyarakat sekitar. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh ilmu pengetahuan modern pada abad 19-20 M, penduduk asli Australia dan Amerika merupakan masyarakat yang masih menghidupkan tradisi seni cadas. Baru beberapa tahun belakangan ini seni cadas prasejarah Indonesia mulai menarik perhatian dunia internasional melalui studi pertanggalan. Satu di antaranya adalah lukisan babi di Leang Timpuseng, Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan tersebut diperkirakan berumurs sekitar 35.400 tahun. Kemudian, lukisan binatang menyerupai banteng di Lubang Jeriji Saleh (Kutai Timur, Kalimantan Timur), yang diketahui berumur sekitar 40.000 tahun. Selanjutnya, lukisan adegan menyerupai perburuan di
Advertisement
Situs Gua Yucapan
Leang Bulu Sipong 4, Kawasan MarosPangkep, Sulawesi Selatan juga diketahui berumur sekitar 43.900 tahun. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa pada zaman es sekitar 50.000—11.000 tahun lalu, manusia di Perancis dan Spanyol serta di Kalimantan dan Sulawesi hidup dalam tradisi seni cadas yang sama, yaitu dengan menggunakan pewarna merah serta menggambar cap tangan dan binatang-binatang besar.
Para ahli melihat bahwa seni cadas yang ditemukan di seluruh dunia merupakan peninggalan prasejarah sebagai penanda munculnya masa fajar kemanusiaan. Sebagian ahli berteori bahwa pada sekitar 40.000 tahun lalu dalam diri manusia mendadak muncul ledakan daya kreasi, yang menyebabkan munculnya seni cadas secara bersamaan di seluruh dunia. Sebagian ahli yang lain berteori bahwa daya kreasi manusia muncul secara berangsur mulai sekitar 200.000 tahun lalu. Satu hal yang pasti adalah seni cadas merupakan sebuah hasil kreativitas manusia yang hidup ribuan tahun ke belakang.
Kawasan Seni Cadas Misool
Ketika kita berdiri menatap lukisan merah pada dinding tebing karst yang menjulang di atas laut tenang Misool, sulit pikiran
Kerangka di Penguburan Terbuka Daerah Keramat di Misool Dit . PCBM (Direktorat Pelindungan Ca gar B ud a ya d an P e r m u s e u m a n )
kita untuk tidak melayang berimajinasi yang mungkin dirasakan oleh pelukisnya, ribuan tahun silam. Kawasan Seni Cadas Misool terletak di gugusan karst di Misool Timur dan Selatan, Raja Ampat, Papua Barat dapat dikunjungi dengan menyewa jasa pemandu dan perahu dari Desa Yelu. Desa tersebut terhubung dengan kota Sorong dengan ferry yang berlayar dua kali seminggu. Lukisan-lukisan seni cadas di Misool pertama kali dilaporkan oleh para penyelam yang sering beraktivitas di kawasan tersebut.
Studi arkeologi terhadap seni cadas di Misool pertama kali dilakukan pada tahun 2011 untuk menginterpretasikan lukisan-lukisan tersebut. Studi makna itu menyimpulkan bahwa lukisan tersebut merupakan simbol roh-roh yang berhubungan dengan gua, dewi ibu, dan kesuburan. Pendataan yang dilakukan pemerintah sampai tahun 2019 setidaknya telah mendokumentasikan 40 situs seni cadas prasejarah di kawasan tersebut.
Seni cadas di Misool sangat unik karena terletak di gugusan pulau karst yang membentuk labirin di laut. Penelitian menunjukkan bahwa kawasan gugusan karst ini tidak memiliki sumber air tawar, sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat pendukungnya tidak bermukim di sana. Hal itu berbeda dengan gua-gua di Eropa dan Sulawesi serta Kalimantan yang merupakan hunian masyarakat prasejarah.
Selain seni cadas, ceruk-ceruk di gugusan karst juga menyimpan makam terbuka tempat masyarakat meletakkan jenazah kerabat mereka hingga awal abad ke-20. Hingga kini, tengkorak-tengkorak dan kerangka manusia, serta temuan arca kayu, gerabah, keramik, dan lain-lain masih dapat dijumpai di sana. Gugusan karst itu rupanya memiliki peran sosial yang khusus bagi masyarakat selama ribuan tahun. Selain sangat indah, karena lokasinya yang terpencil, kawasan itu memberikan pengalaman mendalam bahkan “spiritual” bagi pengunjungnya.
Pengamat seni cadas menunjukkan bahwa terdapat 434 gambar lukisan dan gambar yang dilukiskan pada tebing-
Ceruk di Daerah Keramat yang digunakan sebagai pen gub u r a n t e r bu ka - Dit. PCBM (Direktorat Pelindungan Cagar Budaya dan Permuseuman )
tebing karst di Misool. Lukisan dan gambar di tebing-tebing tersebut antara lain adalah motif non figuratif (39%), cap tangan (25%), binatang (20%), bulat (10%), dan antropomorfis, beliung, stensil tidak teridentifikasi, dan stensil boomerang yang masing-masing hanya 1-2%. Lukisan yang menggambarkan binatang terdapat 87 gambar, terdiri dari ikan tuna (40%), lumba-lumba (28%), surgeonfish (16%), ikan paus, ikan imajinatif, ular, hiu, burung, dan kadal yang jumlahnya di bawah lima gambar.
Arti Seni Cadas
Para peneliti belum dapat secara pasti mengetahui apa arti seni cadas tersebut bagi masyarakat pembuatnya. Seperti lukisan zaman sekarang yang dapat
Seni Cadas di Tebing Se gaf
dimaknai secara beragam, lukisan dari ribuan tahun lalu pun semustinya sama. Analogi yang dapat dilakukan untuk memberi makna pada kawasan seni cadas adalah dengan penerapan metode statistik terhadap data arkeologinya, yakni pada data lukisannya sendiri.
Data frekuensi dan persebaran motif lukisan dapat disusun menjadi suatu pola. Kemudian, pola tersebut dibandingkan dengan data etnografi kemasyarakatan yang dihubungkan dengan pemaknaan dalam seni cadas di seluruh dunia. Metode tersebut sudah dilakukan di Misool dan mucul penafsiran bahwa gambar-gambar binatang pada seni cadas di Misool dibuat sebagai ekspresi sekuler kehidupan sehari-hari masyarakat. Terdapat beberapa kasus etnografi terkait penggambaran binatang dalam konteks sekuler pada seni cadas Australia, yaitu bahwa melukis dimaknai sebagai aktivitas mengisi waktu luang, perayaan perburuan yang berhasil, dan penunjukan lokasi tempat terdapat banyak binatang buruan.
Rata-rata motif binatang digambarkan pada bagian bawah tebing karst, yaitu sekitar 1-2 meter di atas permukaan laut. Sedangkan motif geometris dan cap tangan terletak pada bagian atas tebing, yaitu pada ketinggian yang bahkan mencapai sekitar 10 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan data tersebut, diduga kuat bahwa motif geometris dan cap tangan bernilai simbolis dan lebih sakral dibandingkan motif binatang.
Tafsir itu pun masih jauh dari kesimpulan yang menyeluruh, mengingat sangat mungkin lukisan-lukisan tersebut berasal dari tradisi yang sangat panjang, yaitu selama puluhan ribu tahun. Berdasarkan analogi motif lukisan, dapat diduga bahwa motif cap tangan dan ikan tuna atau lumba-lumba berasal dari masa yang tua, mungkin sekitar 40.000 tahun lalu seiring migrasi awal manusia ke Benua Australia. Adapun motif beliung menunjukkan masa bercocok tanam sekitar 5.000 tahun yang lalu.
Lukisan-lukisan purba di dinding bukitbukit karst di laut teduh Misool yang lestari itu niscaya sangat memantik imajinasi akan misteri keberadaan manusia di dunia. Di bukit karst ini orang dari masa lalu telah menuangkan daya kreasinya yang mungkin terinspirasi oleh keindahan alam Misool sejak ribuan tahun yang lalu! (Yosua Adrian Pasaribu
dan Feri Latief)
Ceruk di Daerah Keramat yan g d i gunak a n s e b a g a i p eng u buran ter buka
Foto : Seni Cadas di Dinding Gua Yucapan