6 minute read

Jejaring Perdagangan Rempah di Teluk Tomini

Gorontalo, sebelum 1880, Woodbury & Page (Batavia), KITLV 26755

Teluk Tomini tidak begitu populer di telinga kaum milenial, bahkan masyarakat Indonesia pada umumnya. Masyarakat lebih mengenal Manado, Gorontalo, Makassar, Sulawesi, dan wilayah-wilayah yang orientasinya daratan. Tidak terkenalnya Teluk Tomini bukan karena posisinya yang cukup jauh dari pusat, namun karena narasi sejarah Teluk Tomini yang kurang dilirik oleh sejarawan. Padahal, Teluk Tomini merupakan salah satu teluk terbesar di dunia dan tergabung dalam jaringan perdagangan rempah.

Advertisement

Teluk Tomini merupakan kawasan laut yang menghubungkan Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tengah. Kawasan ini berperan sebagai ruang lintasan perdagangan komoditas yang berada di tiga wilayah tersebut. Teluk Tomini memiliki 56 gugusan pulau yang tersebar di kawasan yang luasnya sekitar 59.500 km2, panjang garis pantai sekitar 1.179 km2. Dengan wilayah yang cukup luas, Teluk Tomini menyimpan kompleksitas sejarah yang cukup banyak terutama mengenai pelayaran dan perdagangan.

Pelayaran dan perdagangan di Teluk Tomini memiliki karakter berbeda dengan pelayaran dan perdagangan Nusantara. Perbedaan karakter itu disebabkan oleh faktor geografis dan beragamnya komoditas, di antaranya

tempurung penyu, damar, rotan, garam, emas, dan berbagai hasil darat termasuk rempah. Faktor geografis dan kekayaan komoditas inilah yang mengundang banyak pedagang dari berbagai tempat bahkan pedagang Cina kerap berkunjung ke Teluk Tomini.

Ramainya aktivitas di Teluk Tomini membuat wilayah ini menjadi satu destinasi penting dalam jaringan pelayaran dan perdagangan Nusantara. Jaringan itu dikenal sebagai jaringan perdagangan rempah dan Teluk Tomini berada pada jaringan perdagangan rempah itu sendiri. Teluk ini terikat dalam jaringan yang terangkai dari Malaka ke Maluku.

Keterikatan Teluk Tomini dengan jaringan pelayaran Nusantara menjadi sangat memungkinkan karena kawasan Teluk Tomini tidak hanya menjadi wilayah penghasil komoditi perdagangan tetapi juga penyokong alur komoditas pada jaringan perdagangan rempah. Sokongan yang diberikan oleh Teluk Tomini yakni komoditi tambahan selain rempah, yang juga cukup diminati oleh para pedagang. Misalnya saja emas dan barang tambang berupa logam. Komoditas itu dibawa ke Maluku dan digunakan untuk pembuatan senjata dan alat-alat yang mendukung perdagangan rempah. Tempurung penyu menjadi komoditi langka yang sangat diminati oleh bangsa Cina karena dapat dibuat berbagai macam barang dagangan.

Rempah dan Teluk Tomini

Anthony Reid dalam Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Jaringan Perdagangan Global Asia Tenggara (2011) menyebut, rempah pada dasarnya adalah komoditi yang sangat diminati oleh para pedagang, terutama bangsa Eropa dan Cina. Berdasarkan catatan Ghau Ju-

Engels telegraafkabelschip Faraday in de Golf van Tomini (Kapal Kabel Telegraf Inggris, Faraday, di Teluk Tomini, 1913, Oud albumnr 3/113. Album afkomstig van C.H. de Goeje, destijds inspecteur van scheepvaart te Batavia. KITLV 94557

Nelayan di Pantai Teluk Tomini (Vissers in de Baai van Tomini), Circa 1920, KITLV 34579

Kapal Uap Tomini di Teluk Tomini (Stoomschip Tomini in de bocht van de Golf van Tomini), circa 1900, KITLV 4574

Teluk Gorontalo (Baai van Gorontalo), circa 1927, KITLV 171162

Kua, lada telah menjadi komoditi yang berasal dari Jawa pada abad ke-12. Selain itu, Kerajaan Chola yang melakukan ekspansi perluasan wilayah ke Jawa dan Bali bertujuan untuk menguasai pusat perdagangan rempah pada abad ke-10 dan ke-11, seperti ditulis Djoko Marihandono dan B Kanumoyoso, dalam Rempah, Jalur rempah, dan Dinamika Masyarakat Nusantara (2016). Bangsa Eropa akhirnya tiba di Nusantara pada abad ke-16, lalu Portugis menaklukkan Malaka pada Juli 1511, disusul pada November 1511 Antonio d’Abreau melakukan ekspedisi menuju Maluku (L.Y. Andaya, The World of Maluku : Eastern Indonesia in the Early Modern Period, 1993).

Penaklukkan atas Maluku menjadi sangat penting karena menjadi pusat perdagangan rempah Nusantara saat itu. Terlebih lagi, Portugis juga telah menguasai Malaka. Praktis kondisi itu membuat Portugis menguasai jaringan perdagangan rempah. Akan tetapi, dominasi Portugis mulai menurun ketika Belanda berhasil mencapai Nusantara dan pada 25 Februari 1605, dan Portugis takluk. Jaringan perdagangan rempah akhirnya dikuasai oleh Belanda, dalam hal ini VOC, dan rempah menjadi komoditas yang dimonopoli oleh Belanda berikut jaringan perdagangannya.

Teluk Tomini yang terikat dengan jaringan perdagangan rempah juga memperoleh dampak dari usaha dominasi Belanda, karena Teluk Tomini berpotensi besar menjadi satu kawasan pelayaran dan perdagangan dengan produksi komoditas beragam yang cukup laku di pasar internasional. Itu nilai lebihnya. Satu komoditas yang cukup digemari pada masa abad ke-19 yakni teripang. Teluk Tomini menjadi penyuplai komoditas perdagangan dalam jalur internasional the Sulu Zone, jalur yang dikenal dengan komoditas utama teripang yang sangat digemari oleh orang-orang Cina sejak tahun 1500an karena dapat digunakan juga sebagai bahan obat-obatan. Hal itu dicatat H Sutherland dalam Trepang and Wangkang : the China Trade of EighteenthCentury Makassar c. 1720s-1840s. Authority and Enterprise among the Peoples of South Sulawesi (2000).

Selain itu, pedagang dari Cina juga dapat memperoleh tempurung penyu dari Teluk Tomini. Kondisi ini membuat posisi Gorontalo menjadi penting sebagai pintu masuk perdagangan di Teluk Tomini. Namun rempah masih menjadi primadona utama dalam perdagangan Internasional yang diperoleh dari Maluku.

Jaringan Perdagangan Tertutup

Di Maluku juga diperdagangkan besi dalam jumlah yang besar, yang berasal dari Banggai. Selain besi, ada pula senjata besi seperti parang, pedang, dan pisau. Emas didatangkan dari pulau lain, seperti ditulis Anggita Pramesti, Adrian Perkasa, dan A Cortesao dalam Suma Oriental Karya Tome Pires: Perjalanan dari Laut Merah ke Cina dan Buku Francisco Rodrigues (2005). Tome Pires mengungkap dalam catatan perjalanannya bahwa emas didapat dari pulau-pulau lain. Satu pulau yang ia maksud adalah Teluk Tomini. Karena, di abad ke-8 wilayah

ini telah dikatakan menghasilkan emas yang cukup berkualitas, terutama di Gorontalo dan Moutong, merujuk J.G.F. Riedel dalam De Vestiging Der Mandaren In de Tomini-Landen. In A. B. C. Stuart (Ed.), Tijdschrift Indische Taal, Land- En Volkenkunde. Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Westenschappen (1870). VOC bahkan mendirikan pos militer untuk menjaga wilayah ini dan dilanjutkan oleh pemerintah Hindia Belanda dengan mendirikan beberapa pos pengamanan wilayah.

Setelah Mouton (Moutong) menandatangani kontrak dengan Hindia Belanda pada tanggal 24 Februari 1832, Belanda tidak lagi melakukan kontak dengan wilayah itu, seolah-olah lepas dari wilayah Hindia Belanda (S Kartodirdjo dalam Ikhtisar Keadaan Politik HindiaBelanda Tahun 1839-1848. Arsip Nasional Republik Indonesia, 1973).

Bentangan laut Teluk Tomini merupakan potensi yang sangat besar bagi pemerintah Hindia Belanda. Penguasaan dilakukan sampai ke wilayah leher Teluk Tomini yang terdiri dari wilayah Sigentie, Kasimbar, Toriboelie dan Ampibaboe. Tujuannya adalah untuk menguasai jalurjalur pelayaran dan distribusi komoditas karena wilayah tersebut merupakan penghasil komoditas hutan dan emas, di bawah pemerintahan Moutong (Besluit No 14, Buitenzorg 27 Agustus 1897, ANRI). Empat wilayah tersebut tepat berada di pantai timur Teluk Tomini. Dengan kondisi yang demikian, posisi Pelabuhan Tomini menjadi pelabuhan transit komoditas yang dibawa oleh para pelaut untuk didistribusikan ke Gorontalo. Berikut gambaran posisi empat wilayah yang menyokong Pelabuhan Tomini pada abad ke-19.

Tiga wilayah tersebut akhirnya memiliki peran dan karakter tersendiri untuk mendukung pelayaran dan perdagangan di Teluk Tomini. Gorontalo sebagai entreport, Muotong menjadi pusat pengumpulan, dan Parigi menjadi titik penyangga. Parigi juga bisa menjadi pusat pengumpulan (koleksi) bagi wilayah sekitarnya yang menyuplai hasil hutan dan hasil laut yang kemudian didistribusikan ke pelabuhan pusat. Kondisi itu menjadi poin penting yang mendukung terbentuknya jaringan pelayaran dan perdagangan, bahwa konektivitas yang terjadi antarwilayah didukung oleh komoditas yang didistribusikan dari satu titik ke titik yang lain. Titik yang dimaksud yakni Gorontalo, Moutong, dan Parigi. Terhubungnya kawasan Teluk Tomini sebagai jaringan pelayaran dan perdagangan tertutup membuat alur komoditas terpusat ke Gorontalo.

Ikatan jaringan perdagangan rempah kemudian terhubung melalui Gorontalo dan Manado. Dengan begitu, rangkaian jaringan rempah terhubung dengan Teluk Tomini. Betapa Teluk Tomini berperan penting pada keberlangsungan jaringan perdagangan rempah Nusantara (Abd. Karim, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar)

Parigi, Circa 1937, Reis van A.A. Cense door Midden-Celebes, KITLV 29438

This article is from: