4 minute read
Ketika Kearifan Lokal Bersekutu dengan Teknologi
Ketika Kearifan Lokal
Bersekutu dengan Teknologi
Advertisement
Modernisasi perkotaan terbukti mendorong urbanisasi yang mengakibatkan populasi penduduk di desa berkurang. Di sisi lain, pembangunan yang tidak merata antara kota dan desa meningkatkan kesenjangan kualitas hidup, sehingga menimbulkan gesekan sosial. Persaingan hidup ketat, pengangguran meningkat, kriminalitas mencuat.
Urbanisasi dapat dicegah dengan pengembangan potensi desa yang mewadahi kepentingan-kepentingan lokal.
Setiap desa memiliki karakteristik yang berbeda, seperti kondisi geografis dan potensi ekonomi, sehingga dalam penanganannya tidak dapat dipukul-rata. Desa di wilayah pegunungan tentu berbeda dengan desa di rawa-rawa, di tepian sungai atau danau, dan di pesisir.
Daya saing dapat ditingkatkan melalui pengembangan potensi berbasis pengetahuan lokal: penciptaan produk baru, penawaran jasa, atau penerapan metode yang lebih efektif dan efisien. Inovasi kebudayaan berarti
pembauran kemajuan sains dan teknologi dengan warisan dan potensi budaya daerah, serta didukung oleh masyarakat desa yang berpartisipasi secara menyeluruh. Melalui inovasi kebudayaan, desa dapat memberdayakan identitas budayanya sebagai sumber kesejahteraan.
Kemah Budaya dan Tantangan Kebudayaan
Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) sebagai program yang dirintis oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 2019 berupaya untuk menjawab tantangan pemajuan kebudayaan di berbagai daerah. KBKM yang pada tahun 2021 mengusung tema “Inovasi Desa untuk Pemajuan Kebudayaan” ingin mendorong generasi muda melahirkan inovasi dengan cara meningkatkan sinergi antara teknologi modern dan tradisional seperti penciptaan kecerdasan baru yang berbasis pada STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics) dielaborasi dengan kearifan lokal (local wisdom) untuk pemajuan kebudayaan.
Sebagai platform kerja budaya, KBKM menjadi ruang bertukar pengalamanpengalaman baik, berkarya bersama, melakukan tindakan nyata yang realistik, dan kemampuan membangun jejaring. Dengan menumbuhkan semangat berkolaborasi, kegiatan ini diarahkan untuk membangun ekosistem, menciptakan interaksi di antara peserta, masyarakat, dan stakeholder yang nantinya diekspektasikan akan memunculkan sebuah kesadaran kolektif. Tindakan yang programatis sangat dibutuhkan agar daerah pedesaan dapat tumbuh secara berkelanjutan. Untuk memecahkan setiap masalah, peserta KBKM didorong agar memberdayakan kekuatan kearifan lokal di suatu daerah yang mampu mengendalikan serta memberi arah pada perkembangan budaya.
Memperbincangkan kebudayaan selalu berkaitan dengan tradisi yang terikat kuat di dalam struktur sosial. Semua penduduk pedesaan di Indonesia secara primordial tentu sudah memiliki loyalitas etnik terhadap suku bangsanya masing-maisng, karena sejak kecil mereka tumbuh dan berkembang dalam kebudayaan suku bangsa itu.
Foto bersama Sesditejnbud dan Direktur PTLK bersama pemenang KBKM 2020 – Dit. PTLK
Dengan hasil berupa inovasi berbasis aplikasi dan inovasi berbasis purwarupa, peserta KBKM akan membangun setiap gagasan dan konsepnya menjadi suatu prototype yang dipertajam selama proses kegiatan. Pengembangan ide KBKM diharapkan melahirkan inovasi yang orisinal. Artinya peserta mampu menjelaskan ide dan konsep yang ada dalam pemikirannya secara jernih dan murni dari pemikiran sendiri atau kelompoknya.
Ide yang dihasilkan tentunya mencerminkan kemampuan menangkap peluang dan lahir dari sikap kritis dan analitis dalam memahami realitas sosial, mencari prioritas solusi terhadap permasalahan melalui inovasi dan tindakan yang tepat. Di samping itu inovasi yang tercipta dari para peserta diharapkan berasal dari kemampuan adaptasi dengan lingkungan untuk memecahkan setiap masalah yang ada di lingkup sosialnya.
Inovasi Berbasis Kenyataan
Dengan pola pembelajaran hybrid yang mengkombinasikan wahana daring dan luring serta dilengkapi dengan live in di desa yang menjadi lokus penelitian kelompok, KBKM mendorong peserta untuk menciptakan inovasi berbasis kenyataan dan permasalahan di lapangan. Dimulai dari memahami latar belakang kehidupan masyarakat, mengenali segala aspek kehidupan, tradisi yang hidup, falsafah hidup, kebiasaan hidup sehari-hari dan lain-lain.
Kemudian peserta melakukan pemetaan masalah dengan analisis tentang kebutuhan masyarakat di desa serta menyelidiki ketidaksesuaian antara kondisi nyata dengan kondisi ideal, baik melalui wawancara maupun dari pengalaman langsung peserta. Setelah itu kelompok peserta akan membuat skala prioritas, mana yang paling penting dan mana yang paling mendukung untuk segera diatasi. Langkah selanjutnya yang paling konkrit adalah menentukan cara-cara yang paling efektif serta efisien untuk dilakukan.
Pandangan terhadap suatu kemajuan berbasis budaya yang berasal dari pengetahuan dan teknologi tradisional sangat dimungkinkan menyasar ke aneka hal, mulai dari ketahanan pangan, suatu penciptaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan, pengembangan teknologi dan manajemen transportasi untuk memecahkan masalah aksesibilitas, pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, sampai pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan.
Meningkatnya kesadaran akan pentingnya peran teknologi dalam pertumbuhan ekonomi juga akan memobilisasi masyarakat untuk memperkuat kemampuan teknologinya. Sebagai contoh, pengembangan produktivitas peternakan dan perikanan dapat diaplikasikan dengan menggali pengetahuan setempat tentang ramuan tradisional dari tanaman obat. Contoh lain adalah pemanfaatan warisan budaya lokal untuk menungkatkan produktivitas tanaman pangan, pengembangan teknologi pasca panen, dan budidaya tanaman perkebunan untuk ketahanan pangan.
Bioteknologi yang didasarkan pada budaya leluhur bisa meningkatkan mutu olahan sumber daya alam di bidang pangan, farmasi, obat-obatan, kosmetika, dan bahan industri. Pengetahuan dan teknologi tradisional di bidang energi bisa menggeser dari penggunaan minyak dan batu bara ke gelombang angin, gas alam, energi solar, energi air waduk, dan biomassa.
Teknologi berbasis aplikasi juga dapat menyasar pengembangan desa siber. Aplikasi untuk pemasaran produk desa dari pasar tradisional berbasis online bisa menjadi salah satu wujud pengembangan industri kecil menengah. Inovasi yang menghidupkan kembali informasi mengenai kuliner tradisional yang saat ini semakin jarang dan langka orang membuatnya, itu mungkin erat dengan identitas lokasi suatu daerah. Begitu juga dengan pengembangan infomasi yang mampu mengangkat pariwisata daerah; aneka ragam bahasa lokal dan kesenian tradisional, upacara adat sampai potensi fisik; taman laut, perkampungan tradisional, keajaiban alam, panorama alam (pengunungan atau pantai), museum daerah, hingga lokus-lokus sejarah.
Pada akhirnya, pengembangan teknologi dapat meluas sampai mengubah keseluruhan lanskap lingkungan. Inovasi budaya berbasis aplikasi yang mampu memantapkan fungsi dan kualitas kawasan lindung dan kelestarian lingkungan mungkin juga bisa menjadi salah satu jawaban bagaimana bersikap secara arif terhadap alam. Kiranya berbagai upaya pengembangan inovasi tersebut akan menjadi sumbangsih yang nyata dari pemuda yang ada di seluruh wilayah Indonesia terhadap upaya pemajuan kebudayaan Indonesia. (Agus Hermanto, Direktorat PPK Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek)
Membangung Mesin Tandur - Syefri Luwis