5 minute read

Potensi Seni Songah Desa Citengah

Songah dari Citengah - Alip Purnomo

Seni Songah di Desa Citengah

Advertisement

Pandemi Covid-19 yang menjangkiti dunia, termasuk Indonesia, telah memengaruhi sendi-sendi kehidupan dan berdampak terhadap kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Satu sektor yang sangat terdampak adalah pariwisata, khususnya desadesa wisata. Survei yang dilakukan oleh Desa Wisata Institute pada April 2020 menunjukan bahwa desa-desa wisata yang menjadi responden telah menutup kegiatan wisatanya. Pada Maret 2020, 49% desa wisata hilang potensi pendapatan sekitar 25 juta rupiah; 35,1% berpotensi hilang pendapatan antara 25 juta rupiah hingga 100 juta rupiah; dan 15,5% berpotensi hilang pendapatan lebih dari 100 juta rupiah.

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) bertujuan untuk menstabilkan sistem keuangan dan memberikan instrumen baru untuk meminimalisir dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian desa. Pada 2021, dana desa dimanfaatkan terutama untuk pemulihan ekonomi di masa pandemi dengan menyasar tiga aspek, satu di antaranya pengembangan desa wisata. Berdasarkan data Asosiasi Desa Wisata Indonesia, saat ini terdapat 1.302 desa wisata di Indonesia. Enam peringkat teratas: 138 desa wisata di Jawa Barat, 132 desa di Jawa Tengah, 114 desa di Jawa Timur, 92 desa di Nusa Tenggara Timur, 87 desa di Sumatera Utara, dan 57 desa di DI Yogyakarta. Kemenparekraf menargetkan 244 desa wisata tersertifikasi menjadi desa wisata mandiri hingga 2024.

Desa wisata juga memayungi usaha mikro dan kecil. Kemampuan desa wisata dalam menyerap tenaga kerja tidak bisa dipandang sebelah mata. Secara nasional, 63.350.222 unit usaha mikro mampu menyerap 107.376.540 tenaga kerja. Adapun 783.132 unit usaha skala kecil mampu menyerap sekitar 5.831.256 tenaga kerja. Potensi ini diharapkan mampu mestimulasi bangkitnya ekonomi masyarakat yang berbasis pedesaan. Bupati Sumedang dalam pertemuan dengan 11 kepala daerah dan Menteri Parekraf pada Maret 2021 menyampaikan, saat ini sedang dikembangkan tur virtual 360 derajat. Tur virtual itu diharapkan mampu memudahkan wisatawan untuk mengakses informasi tujuan wisata, satu di antaranya di Desa Citengah,

Songah membawa bungah - Alip Purnomo

Dari Hutan Pinus hingga Curug

Desa Citengah berada di Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Secara topografis, Desa Citengah berada di lereng gunung

Tarawangsaxsongah- Direktorat Jenderal Kebudayaan

dengan ketinggian kurang lebih 501-1000 mdpl. Desa ini memiliki luas wilayah 3.406 hektare atau 30,61% dari total luas Kecamatan Sumedang Selatan. Desa Citengah merupakan desa yang subur, memiliki banyak sumber mata air, dan

dan dikelilingi oleh beberapa sungai, seperti Sungai Cihonje, Sungai Citengah, dan Sungai Citundun.

Desa Citengah memiliki pemandangan alam yang memesona. Hutan pinus, air terjun, perkebunan teh Margawindu, situs sejarah, dan pemandangan sungai, merupakan objek pariwisata andalan Kabupaten Sumedang. Akses menuju ke Desa Citengah relatif mudah dijangkau. Terdapat pula 23 curug yang belum ditata dan dikelola dengan baik.

Selain oleh sektor swasta, pariwisata di Desa Citengah juga dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), yang kini tengah mengembangkan pengelolaan jasa parkir wisata serta pengamanan kebun teh dan getah pinus. Hingga kini, BUMDes Karya Mukti sudah mampu menghasilkan hingga 30 juta rupiah. Walaupun bukan angka yang fantastis, tetapi ini merupakan modal dan sekaligus optimisme, bahwa pengelolaan pariwisata desa bisa terus berkembang serta dijadikan fokus usaha. Saat ini, pemerintah desa berupaya untuk membangun terminal yang juga akan dikembangkan untuk wisata air, karena posisinya berdekatan dengan Sungai Cihonje.

Sektor pariwisata di Desa Citengah berkontribusi pada Pendapatan Asli Desa (PAD). Di 2021, PAD Desa Citengah menyumbang 7,3 persen terhadap APBDes yang berjumlah kurang lebih 1,5 milyar rupiah. Di tengah pandemi dan lesunya sektor pariwisata, angka ini tentunya dapat meningkatkan optimisme terhadap pengembangan pariwisata desa di masa yang akan datang.

Kesenian Songah

Kesenian tradisonal merupakan satu potensi yang bisa dikembangkan sebagai daya tarik pariwisata. Seni tradisional memiliki kekuatan yang disyaratkan dalam produk pariwisata, yaitu keunikan, otentisitas, originalitas dan diversitas. Desa Citengah memiliki seni khas itu, songah atau songsong Citengah.

Songah merupakan alat musik yang terbuat dari bambu tamiang. Songah mampu mengeluarkan suara dengan frekuensi rendah, mirip dengan gong bas. Keberadaan songah juga menunjukan bagaimana masyarakat sekitar berinteraksi dengan alam mereka dan secara kreatif menggunakan sumber daya yang ada di sekitar mereka untuk digunakan sebagai alat berkesenian. Keberadaan bambu di Desa Citengah cukup melimpah. Selain untuk berkesenian, bambu juga digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti membangun rumah, alat masak dan sebagainya.

Songah berasal dari kata songsong yang merupakan alat yang digunakan untuk meniup hawu (tungku untuk memasak) dan ngah yang menunjukan identitas wilayah, yaitu Desa Citengah. Songsong biasanya dimainkan bersama alat musik tradisional lainnya seperti suling dan kecapi. Perpaduan antara songah dan alat musik tradisional lainnya membawa pendengar masuk dalam pengalaman spiritual yang unik.

Songsong Kendang - Direktorat Jenderal Kebudayaan

Songah seringkali dimainkan pada saat kegiatan hajat lembur, tradisi syukur dengan cara merawat alam yang di dalamnya terdiri dari berbagai kegiatan lain yakni ruwat jagat, pentas seni, dan ziarah karuhun. Songah bahkan ditampilkan dalam acara pembukaan Paragliding World Championship di Kabupaten Sumedang tahun 2019. Songsong juga pernah berpartisipasi dalam kegiatan Pesta Rakyat tahun 2014.

Perlahan, songah tidak hanya bisa dinikmati oleh warga Desa Citengah, tetapi juga dinikmati secara nasional bahkan internasional. Acara songah bisa dilengkapi dengan permainan anak tradisional egrang dan gatrik yang sampai saat ini masih dimainkan oleh anak-anak Citengah.

Potensi wisata sejarah juga dieksplorasi, misalnya peninggalan kolonial Belanda (rel lori untuk mengangkut komoditas teh) dan makam sejumlah ulama, pendiri Desa Citengah, serta tokoh-tokoh penting kerajaan Sumedang.

Peluang Pascapandemi

Sejumlah ahli memprediksi adanya perubahan tren berwisata pasca pandemi. Masyarakat akan lebih memilih tujuan wisata yang berbasis alam, pedesaan dan memiliki ciri khas, baik dari segi adat istiadat maupun kesenian khas yang dimiliki. Sungguh kabar baik bagi Desa Citengah. Maka itu, desa harus berbenah diri, juga beradaptasi dengan kebiasaan baru.

Tentu saja desa tidak cukup bekerja sendiri. Harus ada upaya dan dukungan dari berbagai pihak. Desa Citengah sejauh ini sudah memiliki modal kondisi alam yang mendukung, SDM yang kreatif, kesenian tradisi yang unik, dan BUMDes yang berpengalaman dalam mengelola pariwisata desa. Dukungan pemdes melalui dana desa dalam membangun infrastruktur juga sudah tampak. Begitu juga dukungan pemerintah kabupaten yang sudah mulai mempromosikan tujuan wisata mereka melalui program tur virtual.

Peran pemerintah pusat diharapkan mampu mendorong wisata desa dengan berbagai program, misalnya upaya meningkatkan standar kebersihan, kesehatan, dan keselamatan melalui program Clean, Health, Safety & Environmental Sustainability (CHSE). Peran swasta dan perbankan juga diharapkan dalam membangun infrastruktur pariwisata di desa, termasuk menyediakan akses permodalan bagi masyarakat melalui UMKM yang bergerak di sektor pariwisata. Sinergitas ini diharapkan mampu membangkitkan sektor pariwista desa yang porak poranda akibat pandemik. Harapannya, perekonomian masyarakat desa yang berbasis lingkungan dan kesehatan bergairah lagi. Mari mulai dari desa.

(belum ada nama penulis)

Tarawangsaxsongah - Direktorat Jenderal Kebudayaan

This article is from: