5 minute read
Pacu Terbang Itik Kearifan dari Pematang Sawah
Terbang - KiwiGraphy Studio - https://www. shutterstock.com/g/ rkiwisudarso
Tak seperti tahun-tahun yang lalu, sebelum pandemi, hari ini, Rahmad Hidayat (37) yang biasa dipanggil Dayat tampak tidak bersemangat berbicara soal itik. Padahal, biasanya, jika dipancing sedikit saja membicarakan itik, ia akan langsung memperbaiki duduknya. Serupa dikipas sayap itik, perubahan rona yang cerah langsung terasa di wajahnya. Satu kali kita bicara, maka sepuluh bahkan lebih balasnya. Membahas itik, bisa-bisa ia lupa begitu saja kalau Abaknya tadi menitip tembakau. Ia juga tidak akan peduli omelan istrinya yang sedari tadi sudah menunggu telur yang dibelinya di warung. Bahkan, ia juga bisa lupa, kalau sebentar lagi harus mengantarkan anaknya mengaji.
Advertisement
Kenapa tidak? Karena ternyata, itiklah membuat statusnya sedikit terangkat dalam pergaulan sosial di kampung. Karena itik jualah ia sehingga bisa berkacak pinggang ketika sedang maota atau berbual di lapau-lapau atau kedaikedai minuman. Bukan! Ia bukanlah seorang pengembala itik. Pengembala yang sukses menghimpun banyak telur setiap pagi. Ia juga bukan pengusaha unggas yang menghasilkan berkilo-kilo daging setiap hari. Rahmad adalah seorang joki handal. Joki yang sulit dikalahkan dalam setiap pacuan itik.
Ya! Bagi masyarakatnya nagari atau desa Tanjung Haro Sikabu-Kabu Padang Panjang, Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, itik tidak hanya menjadi hewan peliharaan. Itik juga merupakan hewan pacu dalam sebuah permainan. Sebagaimana kuda, itik juga bisa dipacu serupa itu. Sebuah permainan perintang-rintang atau pelipur lara hari yang memberikan tuah bagi pemilik dan juga joki-jokinya. Pacu terbang itik adalah sebuah kearifan yang bermula dari pematang sawah.
Bermula dari seorang petani sekaligus peternak itik bernama Jamin yang bermukim di Jorong Padang Panjang. Sekitar 90 tahun yang lalu, pada satu sore, ketika Jamin hendak menghalau itik-itiknya untuk pulang kandang, tiba-tiba beberapa di antara itik-itik itu terbang menjauhi kawanannya. Sebenarnya hal ini telah dialaminya beberapa kali. Setiap hendak menghalau untuk pulang kandang, beberapa itiknya terbang menjauhi kawanannya. Hal itu tentu sangat menarik perhatiannya. Hingga kemudian ia tidak tahan untuk tidak menceritakan kepada orang yang ditemuinya. Terutama ketika minum kopi di lapau-lapau.
Tak Melulu dari pematang sawah
- KiwiGraphy Studio - https://www. shutterstock.com/g/ rkiwisudarso
Semula, orang-orang hanya tertawa kecil saja. Mana mungkin itik sawah itu bisa terbang. Meskipun mempunyai sayap yang cukup tebal, itik-itik tersebut lebih suka jalan malenggok di pematang sawah. Paling, jika berada pada situasi yang terasa membahayakan dirinya, sayap-sayap itu hanya dikibaskan sambil berlari.
Namun, ia tidak berhenti sampai disitu. Ia terus saja menceritakan apa yang dialaminya itu. Dari cerita yang terus menerus itu, akhirnya orang-orang jadi percaya saja. Lalu, kemudian menangkap itik-itik yang menjadi buah pembicaraan itu. Lantas, mereka menerbangkannya. Awalnya dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Kontan saja, itikitik yang sudah ditandai oleh Jamin itu terbang jauh. Bahkan menghilang ke lurah-lurah. Terbang berputar mengikuti alur bukit dan sawah. Dari situ, tentu saja ceritanya semakin menjadi-jadi. Menjadi Joki Pacu Itik
Barangkali, cerita tentang Jamin itulah yang kemudian mengilhami Dayat. Agaknya, Jamin telah menjadi semacam role model baginya. Oleh karena itu, dalam keluarganya, mulai dari Abaknya, hingga dirinya tak pernah absen mengikuti perhelatan pacu terbang itik setiap tahunnya.
Rupanya, tak banyak yang mengetahui keistimewaan dari seekor itik sawah. Terutama pengetahuan tentang bulu, badan, sisik, dan sayap. Dayat mengerti benar soal itu. Itik yang bisa terbang itu adalah itik yang mempunyai sayap elang yang rapi (sayap kecil di lapisan atas kepak). Tidak semua itik yang sayap elangnya rapi menghadap ke atas, searah dengan sayap itik tersebut. Jika sayap elang itu berpilin dan menghadap ke bawah, jangan harap bisa diandalkan untuk mencari tuah di gelanggang. Kata Dayat, itik yang bisa terbang melejit serupa “jet” adalah itik yang mempunyai sayap yang tebal. Badannya yang agak panjang, dan berleher pendek. Itik yang bisa terbang adalah itik yang memiliki sisik yang berisi penuh di kedua kakinya. Kemudian persyaratan yang tidak kalah penting adalah perbuluan. Itik yang baik adalah itik yang berbulu serasi mulai dari paruh, badan, hingga kakinya. Itik serupa itulah yang diburu oleh para joki.
Setelah itik dengan kriteria tersebut didapat, pemeliharanya juga tidak mudah dan tidak boleh sembarangan. Itik-itik terbaik perlu perlakuan khusus seperti; memandikannya setiap pagi dan sore, menjinakkan adalah dengan menggosok bulu dan “meremas” pantatnya setiap malam, mengatur pola makan dan dietnya sehingga menemukan berat yang ideal. Tentu yang diperlukan adalah pengetahuan untuk menentukan asupan gizi, puding, serta obat-obatan alami yang bisa menstimulasi gerakan-gerakan otot sayapnya.
Tua muda berlomba
- KiwiGraphy Studio - https://www. shutterstock.com/g/ rkiwisudarso
Pacu terbang itik dan keistimewaannya
Pacu terbang itik sesungguhnya telah menjadi sebuah festival kecil milik masyarakat yang penatakelolaannya tumbuh dari masyarakat dan yang pembiayaannya dicari sendiri oleh komunitas. Baru akhir-akhir ini ada sebentuk pembinaan dari dinas pariwisata kabupaten.
Pacu terbang ini memiliki keistimewaan tiga keistimewaan, yakni yang pertama, sebelum penyelenggaraannya, festival ini merupakan kerja gotongroyong antara penyelenggara, masyarakat pendukung, dan komunitas pelaku terbang itik. Ketiga stake holder tersebut secara guyub dan kompak mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari menebang bambu untuk membuat sekretariat panitia, membuat lapak-lapak jualan untuk masyarakat, membersihkan bahu jalan, hingga membuat garis start/finish.
Kedua, jika sudah sampai pada hari perhelatannya, biasanya kita akan sulit mencari warga berada di rumahnya. Hari itu menjadi semacam hari libur nasional bagi masyarakat. Semua masyararakat, baik kecil maupun besar, tua maupun muda, semua hadir di gelanggang pacuan. Kiri dan kanan jalan akan dipenuhi oleh penonton. Di lokasi tertentu, warung-warung dadakan ditata sebagai lokasi bazar. Juga, para pedagang-pedagang kecil akan mengatur dirinya sendiri untuk mencari tempat yang aman untuk berjualan.
Ketiga, festival ini khas sebab hadir seorang janang atau master of ceremony dengan joke-joke atau lawakan-lawakan khas “lapangan” yang menambah semarak jalannya perhelatan. Ia tidak akan berhenti mengajak para pecandu terbang itik untuk mendaftarkan itikitiknya.
Lomba pacu itik terdiri atas pacu itik jarak pendek; yaitu jarak 800 meter hingga 1000 meter. Lomba ini berlangsung sejak pagi hingga siang hari. Kemudian, menjelang sore dilangsungkan lomba pacu itik jarak istimewa, yaitu jarak 1400 hingga jarak 1600 meter. Pacu itik ini disebut pacu itik jalan panjang. Inilah puncak dari segala pacuan. Pemenang puncak inilah nantinya akan dihargai dengan hadiah-hadiah yang istimewa, biasanya, satu ekor sapi dan kambing.
Kini, dua tahun sesudah pandemi Covid19 menyerang lomba pacu itik belum akan diselenggarakan. Barangkali, persebaran virus dapat ditangkal dengan tameng protokol kesehatan. Namun, efek beserta dampak pandemi secara ekonomis tak dapat dielakkan? Hanya bermenunglah yang bisa dilakukan oleh pegiat pacu itik seperti Dayat. Merenung sembari menghitung langkah dari lapau kopi ke dapur istrinya sambil sesekali, membayangkan Jamin, sang idola, yang menghalau itik dari satu petak sawah ke petak sawah yang lain (Roni Keron:
Budayawan Sumatra Barat)
Manuver - KiwiGraphy Studio - https://www. shutterstock.com/g/ rkiwisudarso