5 minute read
Menyusuri Jejak Kerajaan Biboki di Desa Tamkesi
Oase kehidupan di tengah sabana
Advertisement
kering - Kristina Ismulyani - https://www. shutterstock.com/g/ Kristina+Ismulyani
Desa Adat Tamkesi adalah pusat dari kerajaan atau sonaf biboki (sonaf dalam bahasa daerah yang berarti kerajaan) yang terletak di Pulau
Timor, Kabupaten Timor Tengah
Utara, Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Kerajaan Biboki dibangun di kawasan bebatuan cadas yang berada di antara dua gunung batu yang melambangkan wanita dan pria. Kerajaan ini ditata sedemikian rupa sehingga mirip sebuah benteng alami berlapis-lapis yang sulit ditembus oleh musuh. Bagian utama desa berada di atas bukit.
Sonaf tamkesi adalah sebuah oase
kehidupan di tengah sabana kering karena kerajaan Biboki ini masih mempertahankan secara ketat sistem adat-istiadatnya. Kekayaan adat istiadat tersebut adalah bukti majunya peradaban Tamkesi di Pulau Timor. Desa Adat Tamkesi menarik bagi warga dan wisatawan karena adat yang masih kuat dan narasi adat yang dibalut cerita mitos dan magis.
Jika ingin melakukan perjalanan ke Desa Adat Tamkesi yang merupakan kompleks kerajaan Biboki, pengunjung tidak bisa menggunakan minibus dan sejenisnya tetapi tidak cocok untuk jenis sedan. Alangkah baiknya jika kendaraan yang digunakan untuk mencapai wilayah tersebut dengan kendaraan luar jalan raya. Perjalanan menuju pusat kerajaan ini tidaklah mudah. Pengunjung harus menyiapkan hati dan mental yang kuat karena medan perjalanan yang cukup ekstrim.
Perjalanan dimulai dari jalan beraspal, namun menjelang sampai desa terdapat jalan yang belum diaspal. Selain itu, jalannya berkelok, berlubang, menyempit, dan rawan karena berbukit dan berjurang. Belum tersedia alat transporasti umum dari dan ke sana sehingga perlu menyewa mobil beserta sopir lokal yang paham akan medan setempat. Tamkesi termasuk ke dalam kategori perkampungan kuno yang masih bertahan sampai sekarang. Masyarakat lokal beranggapan bahwa Tamkesi merupakan bekas istana atau pusat Kerajaan Biboki di waktu lampau. Tamkesi juga disebut istana kaisar. Perkampungan lama ini dibangun di puncak bukit dengan konstruksi batu bersusun bertangga tujuh. Konon, kampung ini pernah menjadi sebagai benteng pertahanan kerajaan.
Kerajaan di atas Bukit
Secara geografis Kerajaan Biboki berada di desa adat Tamkesi, Kecamatan Biboki, Kabupaten Timor Tengah Utara. Jika bepergian ke sana, mitosnya harus mempunyai niat hati yang baik karena orang-orang percaya bahwa jika pergi dengan niat yang baik, maka perjalanan akan dilancarkan. Selama perjalanan kita akan melihat anugerah alam dari Tuhan. Kita akan dimanjakan dengan pemandangan alam terbuka, perbukitan, pegunungan, dan pepohonan. Ketika berhenti sejenak, kita akan dapat melihat kupu-kupu beterbangan, ternak kuda dari bermacam warna dan jenis yang melintas.
Oase kehidupan di tengah sabana
kering - Kristina Ismulyani - https://www. shutterstock.com/g/ Kristina+Ismulyani
Kerajaan di atas
bukit - Kristina Ismulyani - https://www. shutterstock.com/g/ Kristina+Ismulyani
Di Kerajaan Biboki, banyak sekali kuda yang konon katanya biasa digunakan sebagai alat transportasi oleh raja dan masyarakat kerajaan tersebut. Ketika kita sudah memasuki daerah kerajaan Biboki, tidak ada satupun kendaraan yang dapat melintas kecuali hewan kuda. Menjelang kompleks kerajaan Biboki, terdapat sebuah jalan seperti sebuah lorong buatan alam yang dipagari oleh pepohonan di kanan-kirinya. Saat tiba di lokasi kerajaan, terlihat banyak batubatuan berukuran besar.
Kerajaan Biboki merupakan kompleks istana kaisar/raja yang berbentuk seperti sebuah gubuk tua yang atapnya menggunakan alang-alang dan temboknya menggunakan kayu. Kompleks istana Biboki ini memiliki satu rumah adat yang berfungsi untuk menyimpan benda-benda pusaka milik kerajaan. Benda-benda pusaka ini sangat dijaga karena mempunyai nilai sejarah yang tinggi dan magis. Benda-benda pusaka tersebut tidak bisa dilihat oleh orang yang berniat jahat seperti berniat untuk mengambil atau mencuri dari tempat tersebut. Sebagai contoh, rumah adat kerajaan tidak dapat dilihat oleh orang lain selain sang kaisar. Jadi, ketika berkunjung, kita hanya bisa melihat semua bagian kompleks kerajaan Biboki kecuali rumah adat tersebut.
Dalam kompleks rumah adat Biboki terdapat dua bukit yang tinggi yang memiliki fungsinya masing-masing. Bukit pertama berfungsi sebagai tempat untuk sesaji dan hanya para meo (tetua adat) serta keluarga kerajaan yang bisa memanjat gunung tersebut pada saat upacara adat diadakan. Sedangkan bukit kedua digunakan sebagai tempat sesaji, tetapi semua orang bisa menaiki bukit tersebut, asalkan tentu saja dengan niat yang baik. Masyarakat percaya tempat tersebut akan tetap lestari karena bentuk rumahnya yang bersifat tradisional. Bangunan seperti gubuk itu merupakan kearifan lokal yang terus menerus dilestarikan dan bentuk bangunan di kompleks istana tersebut tidak boleh diganti dengan bangunan-bangunan lainnya yang lebih modern.
Kerajaan Biboki punya aturan tersendiri. Raja mempunyai jalan sendiri pada saat datang dan meninggalkan istana dan tidak ada seorang pun yang bisa melihatnya. Aktivitas makan atau mandi raja pun dilakukan secara tersembunyi agar tidak dilihat oleh orang-orang. Setiap istana atau kerajaan memiliki aturan masing-masing dan harus dipatuhi dan itu bersifat sakral. Di kerajaan Biboki, ada beberapa aturan yang memang harus dan wajib untuk ditaati oleh semua.
Biboki dijaga keturunan Usboko
- Kristina Ismulyani - https://www. shutterstock.com/g/ Kristina+Ismulyani
Dipimpin raja yang disebut Atupas Neno - Kristina Ismulyani - https://www. shutterstock.com/g/ Kristina+Ismulyani
Aturan-aturan tersebut adalah, Pertama, ketika berkunjung ke Kerajaan Biboki, tidak boleh ada tujuan dengan niat jahat. Kedua, pengunjung harus bersikap dan berperilaku sopan, misalnya tidak boleh mengeluarkan kata-kata kotor ataupun melakukan perbuatan maksiat Ketiga, barang yang sudah jatuh atau tertinggal ketika berkunjung ke kompleks Kerajaan Biboki tidak boleh diambil kembali.
Oleh karena itu, jika ada pengunjung yang ingin mengambil kembali barangnya yang tertinggal maka harus ada upacara adat dengan menyembelih ayam kampung dan mengundang beberapa tetua adat. Keempat, dilarang mengambil barang-barang sakral milik kerajaan Biboki. Kerajaan Biboki memiliki tempat persembahan khusus yang hanya bisa didatangi oleh Raja dan para penasehat (tetua adat) yang terletak di salah satu bukit dalam areal kerajaan. Mitos setempat menjelaskan jika ada yang berani naik ke bukit tersebut maka dia akan hilang. Penjaga kerajaan Biboki bukanlah prajurit-prajurit kerajaan melainkan keluarga dari raja (perempuan) yaitu dari keturunan Usboko.
Kerajaan Biboki adalah kerajaan tradisional yang dipimpin oleh seorang kaisar atau yang lazim disebut raja Atupas Neno. Menurut informasi, raja Biboki terakhir keluar dari kompleks istana tersebut tersebut pada saat krisis ekonomi tahun 1998 untuk mencari kehidupan yang lebih layak ke suatu daerah yang namanya kaubele. Namun, pada saat raja tersebut meninggal, sang raja dikembalikan lagi dan dikubur di kerajaan tersebut.
Di tengah perubahan zaman yang pesat, kerajaan Biboki telah menunjukan bahwa keaslian suatu budaya perlu dijaga dan dilestarikan dan hal tersebut yang dilakukan oleh masyarakat di daerah tersebut. Masyarakat masih meyakini bahwa budaya Tamkesi membawa berkat bagi mereka. Inilah salah satu bukti bahwa budaya lokal itu seharusnya perlu dipertahankan dan dilestarikan. (Sipin Putra dan Martenshy Pitrodelsia