3 minute read
Rayak-Rayak Sukabumian Tari Gaul Wujud Syukur
Kota Sukabumi tampak riuh pagi itu, 14 Oktober 2021, meski sebetulnya bisa lebih riuh bahkan hingar-bingar lagi hiruk-pikuk jika tidak ada pembatasan kegiatan akibat pandemi Covid-19. Ekspresi semringah dan gembira para penampil menceriakan wajah kota. Sejumlah seniman, para pelaku seni, anggota komunitas Gaya Gita Sukabumi, serta praktisipraktisi seni dari Kota Sukabumi melebur dalam pertunjukan Rayak-Rayak Sukabumian yang dihelat dalam rangka pemulihan ekonomi daerah dengan tajuk “Rayak-rayak Sukabumian Menghadirkan Citra Positif Kota Sukabumi”, sebagai bagian dari khazanah seni tradisional Jawa Barat. Seni pertunjukan yang dihelat di ruang terbuka itu juga menjadi bagian dari hajatan besar Pekan Kebudayaan Nasional 2021, gawenya Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek.
Hajatan itu memang menjadi satu upaya pelestarian seni tradisional Jawa Barat yang termasuk dalam sepuluh OPK Kebudayaan yaitu seni khususnya seni pertunjukan tradisional, yang keberadaannya “terpuruk” karena pandemic Covid-19. Para pelaku seni tradisional, dalam hal ini di Sukabumi, sangat terdampak, atau lebih tegasnya kurang mendapatkan tawaran pentas. Maka itu, dengan adanya pentas-pentas kecil meski terbatas, para seniman cukup terbantu. Untuk kepentingan yang lebih luas, hajatan seni itu terdokumentasi, sekaligus menjadi sarana sosialisasi bagi generasi muda masa ini.
Advertisement
Rayak-Rayak Sukabumian memang andalan kota bermotto reugreug pageuh repeh rapih (kebahagiaan dan ketenangan lahir batin) itu. Kata rayak-rayak berasal dari kata ‘réak’, yang awalnya dari éak-éakan (bahasa Sunda), yang berarti bersorak-sorai. Sebagai wujud syukur dan bahagia, tarian berpasangan atau tarian rampak wanoja tersebut adalah sebentuk tari pergaulan yang tidak erotis. Hal itu terkait juga dengan kultur agrarian masyarakat Sukabumi yang menjaga kesahajaan. Kata Sukabumi sendiri menjadi penegas eksistensi reugreug pageuh pepeh rapih. Kami selalu mensyukuri segala anugerahNya karena diberi panen melimpah, masyarakat sehat sejahtera, petani mukti (berhasil), pedagang senang, masyarakat aman, damai, towong rampog (tidak ada perampok), dan suda bégal (tidak ada pencurian).
Seperti kita mafhum, budaya merupakan sebuah aspek penting dalam kehidupan manusia, dan kebudayaan merupakan hasil dari pemikiran atau akal dari manusia yang berbudaya. Kita pun ingat perkataan Edward Burnett Tylor
Menari, bergaul, dan bersyukur -
Dr. H. Barkah
Bersolek -
Dr. H. Barkah
(2016:4) yang membatasi istilah kebudayaan sebagai “kompleksitas menyeluruh”, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan kesenian, hukum, moral, kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Maka itu, kita tidak bisa “main-main” dengan kebudayaan.
Dari pengalaman kami sebagai pelaku seni tradisional khususnya, yang merupakan bagian dari kebudayaan, budaya dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang hidup berkelompok, bersosialisasi di dunia ini. Kebudayaan menjadi identitas yang melekat erat dengan kehidupan sosial manusia. Kebudayaan juga mencerminkan hidup, tuntunan, adat istiadat, kesenian dan ajaran yang dipegang teguh oleh kelompok sosialnya.
Negeri ini kaya akan khazanah kebudayaan. Bahkan Indonesia dijuluki negeri adikuasa budaya. Hal tersebut tercermin dengan ribuan pulau dan ratusan suku bangsa, menjadi sebuah museum peradaban yang bernilai tinggi. Kondisi ini bukanlan kebanggaan semata, tetapi tugas yang harus diemban dan dilaksanakan, yaitu tugas nyata untuk menggali, merevitalisasi, membina dan mengembangkan potensi tersebut. Kekayaan budaya yang tidak ‘dijaga, dibina, dan dilestarikan’ akan hilang ditelan zaman terkubur dalam terpaan kebudayaan lain yang datang dari luar Indonesia.
Aset Jawa Barat dan Indonesia
Rayak-rayak Sukabumian salah satu khazanah budaya Kota Sukabumi merupakan aset Jawa Barat juga aset Indonesia yang perlu ‘dijaga, dibina, dan dilestarikan’. Sebagai bagian dari khazanah seni Rayak-rayak Sukabumian memiliki nilai-nilai seni yang tinggi dan kaya akan kearifan budi pekerti luhur khususnya cara bergaul remaja putra dan putri. Jika tarian ini tidak terapresiasi, bahkan punah maka hilang pula kearifan seni budaya yang ada pada Tarian Rayakrayak Sukabumian tersebut.
Rayak-rayak Sukabumian yang sudah berumur 200 tahun itu sempat menjadi primadona seni pertunjukan di panggung hajatan, syukuran pernikahan, khitanan, acara perkebunan, dan lain-lain. Tarian itu masih sering dipertunjukan sampai tahun 1980-an. Namun seiring masuknya siaran televisi ke berbagai pelosok Sukabumi, tarian ini pun berangsur-angsur tidak dapat ditemukan lagi dalam panggungpanggung hiburan tersebut.
Melalui konservasi yang dilakukan Seksi Pembinaan Seni dan Kelembagaan Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Sukabumi, komunitas Gaya Gita Studio, didukung oleh praktisi seni di Kota Sukabumi berkesempatan untuk merekonstruksi tarian tersebut. Hal ini merupakan upaya nyata kepedulian pemangku kebijakan seni yang didukung oleh pemerintah Kota Sukabumi untuk melestarikan kesenian tradisional yang hampir punah.
Bentuk sajian yang kami sajikan tentunya mengembangkan dari sajian sebelumnya, serta menyesuaikan dengan kondisi kekinian. Tarian Rayak-rayak Sukabumian ini untuk menghadirkan citra positif Kota Sukabumi dan kami sajikan dalam pertunjukan yang masuk dalam kalender kegiatan Jawa Barat, pemulihan ekonomi daerah tahun 2021 (Dr H Barkah, Dosen