SENI PERTUNJUKAN
Rayak-Rayak Sukabumian
Tari Gaul Wujud Syukur Kota Sukabumi tampak riuh pagi itu, 14 Oktober 2021, meski sebetulnya bisa lebih riuh bahkan hingar-bingar lagi hiruk-pikuk jika tidak ada pembatasan kegiatan akibat pandemi Covid-19. Ekspresi semringah dan gembira para penampil menceriakan wajah kota. Sejumlah seniman, para pelaku seni, anggota komunitas Gaya Gita Sukabumi, serta praktisipraktisi seni dari Kota Sukabumi melebur dalam pertunjukan Rayak-Rayak Sukabumian yang dihelat dalam rangka pemulihan ekonomi daerah dengan tajuk “Rayak-rayak Sukabumian Menghadirkan Citra Positif Kota Sukabumi”, sebagai bagian dari khazanah seni tradisional Jawa Barat. Seni pertunjukan yang dihelat di ruang terbuka itu juga menjadi bagian dari hajatan besar Pekan Kebudayaan Nasional 2021, gawenya Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek.
H
yang tidak erotis. Hal itu terkait juga dengan kultur agrarian masyarakat Sukabumi yang menjaga kesahajaan. Kata Sukabumi sendiri menjadi penegas eksistensi reugreug pageuh pepeh rapih. Kami selalu mensyukuri segala anugerahNya karena diberi panen melimpah, masyarakat sehat sejahtera, petani mukti (berhasil), pedagang senang, masyarakat aman, damai, towong rampog (tidak ada perampok), dan suda bégal (tidak ada pencurian). Seperti kita mafhum, budaya merupakan sebuah aspek penting dalam kehidupan manusia, dan kebudayaan merupakan hasil dari pemikiran atau akal dari manusia yang berbudaya. Kita pun ingat perkataan Edward Burnett Tylor
ajatan itu memang menjadi satu upaya pelestarian seni tradisional Jawa Barat yang termasuk dalam sepuluh OPK Kebudayaan yaitu seni khususnya seni pertunjukan tradisional, yang keberadaannya “terpuruk” karena pandemic Covid-19. Para pelaku seni tradisional, dalam hal ini di Sukabumi,
sangat terdampak, atau lebih tegasnya kurang mendapatkan tawaran pentas. Maka itu, dengan adanya pentas-pentas kecil meski terbatas, para seniman cukup terbantu. Untuk kepentingan yang lebih luas, hajatan seni itu terdokumentasi, sekaligus menjadi sarana sosialisasi bagi generasi muda masa ini. Rayak-Rayak Sukabumian memang andalan kota bermotto reugreug pageuh repeh rapih (kebahagiaan dan ketenangan lahir batin) itu. Kata rayak-rayak berasal dari kata ‘réak’, yang awalnya dari éak-éakan (bahasa Sunda), yang berarti bersorak-sorai. Sebagai wujud syukur dan bahagia, tarian berpasangan atau tarian rampak wanoja tersebut adalah sebentuk tari pergaulan
Menari, bergaul, dan bersyukur Dr. H. Barkah
II
48 48 INDONESIANA INDONESIANAVOL. VOL.11, 12,2021 2021