5 minute read
Olahraga Tradisional – Olahraga, Hobi dan Budaya Khas Indonesia
Olahraga tradisional adalah semua kegiatan olahraga yang telah diakui sebagai tradisi turuntemurun di suatu suku, etnis, maupun kelompok budaya tertentu di Indonesia. Olahraga tradisional biasanya mengandalkan kekuatan, kelenturan, kecepatan, dan ketepatan reaksi dari permainan. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan budaya. Beragamnya budaya ini turut menyumbang kekayaan olahraga-olahraga tradisional yang ada di Nusantara. Olahraga tradisional di Indonesia tidak sekadar untuk hiburan maupun bagian dari aktivitas fisik saja, namun juga menjadi bagian dari budaya bagi masyarakat setempat sehingga sangat penting untuk terus dilestarikan. Berikut 5 olahraga tradisional yang ada di Indonesia.
Telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda pada Sidang ke-14 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage, yang berlangsung di Bogota, Kolombia, 9-14 Desember 2019, pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri sendiri secara luas dikenal di berbagai negara di Asia Tenggara di antaranya Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Filipina selatan dan Thailand Selatan sesuai dengan penyebaran suku bangsa Melayu Nusantara. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara adalah Persekutuan Pencak Silat Selang Bangsa (PERSILAT).
Advertisement
Pencak silat adalah PENCAK olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Di Indonesia setiap daerah memiliki arus pencak silat yang khas. Di SILAT antaranya arus Cimande dan Cikalong yang ada di daerah Jawa Barat, arus Merpati Putih di Jawa Tengah, dan arus Perisai Diri di Jawa Timur. Pencak silat dipertandingkan secara rutin dalam SEA Games sejak tahun 1987. Hingga tahun 2018, Pencak Silat masuk sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Games ke XVIII. Di tingkat nasional pencak silat menjadi salah satu alat pemersatu nusantara, mengharumkan nama bangsa, bahkan menjadi identitas bangsa. “Pencak silat bukan hanya tentang bela diri, tapi juga survival” – Cecep Arif Rahman.
PANAHAN
Olahraga panahan merupakan salah satu olahraga yang cukup populer di Indonesia. Panahan merupakan olahraga yang menantang kemampuan kita dalam menggunakan busur untuk menembakkan anak panah. Zaman dulu, keterampilan ini paling banyak digunakan oleh
pemanah maupun prajurit yang bertempur di medang perang, namun sekarang tak sedikit orang yang menjadikan panahan sebagai hobi. Panahan sendiri mulai populer sejak keikutsertaan Indonesia dalam ajang Olimpiade tahun 1952, di mana tim Panahan Putri Indonesia Olimpiade Seoul (1988) menjadi yang pertama memperoleh medali dalam ajang ini. Tiga orang “Srikandi” dari Indonesia yang terdiri dari Nurfitriyana Saiman, Kusuma Wardhani dan Lilies Handayani, yang dilatih oleh Donald Pandiangan, berhasil memperoleh medali perak. Asosiasi yang mewadahi olahraga panahan di Indonesia adalah Persatuan Panahan Indonesia (PERPANI).
Panahan atau yang dulu dikenal dengan Jemparingan berasal dari Yogyakarta, yang sudah dilestarikan secara turun temurun sejak abad ke-17. Olahraga ini muncul sejak pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Berbeda dengan panahan pada umumnya, olahraga jemparingan dilakukan dalam posisi duduk bersila. Pemanah pun tidak membidik di depan mata, melainkan memposisikan busur di depan perut, sehingga bidikan didasarkan pada perasaan memanah. Yang paling banyak berhasil melepaskan anak panah tepat sasaran, dialah pemenangnya. Panahan tidak hanya dipandang sebagai olahraga, namun juga kaya akan nilai tradisi dan filosofis.
Egrang merupakan olahraga menggunakan tongkat panjang yang fungsinya mirip dengan kaki. Olahraga tradisional Indonesia yang satu ini memerlukan kekuatan dan keterampilan fisik yang mumpuni. Meski terlihat mudah, perlu fokus dan latihan beberapa kali untuk dapat menguasai olahraga ini. Jika egrang terlalu tegak namun tubuh tidak sempat menyesuaikan diri, maka akan limbung. Sebaliknya, jika terlalu condong ke depan, egrang yang awalnya dapat kita kendalikan dalam beberapa detik dapat kehilangan keseimbangan dan jatuh. Permainan ini telah tercatat dalam buku Javanesse Kinder Spellen yang disusun oleh seorang pemerhati anak-anak pada zaman kolonial Belanda. Tongkat yang digunakan terbuat dari sepasang buluh bambu atau kayu yang panjangnya
Egrang
bervariasi, sesuai selera dan kebutuhan. Pada satu sisi tongkat diberi tempat untuk pijakan kaki. Egrang berasal dari bahasa Lampung yang berarti terompah pancung, karena terbuat dari dari bambu bulat panjang. Egrang sendiri memiliki beberapa sebutan lain tergantung pada daerahnya, seperti ‘tengkak’ (pincang) di Sumatera Barat, ‘ingkau’ (sepatu bambu) di Bengkulu, ‘jangkungan’ di Jawa Tengah atau ‘batungkau’ di Kalimantan Barat’.
Dengan irisan saronen, orkes gamelan khas Madura, sapi-sapi diarak masuk dan mengelilingi arena pacuan. Melemaskan otot sekaligus memamerkan keindahan pakaian (ambhin) dan aksesoris warna-warni. Selesai parade, pakaian dan seluruh aksesoris dilepas kecuali hiasan kepala yang disebut ‘obet’. Obet berfungsi memberikan rasa percaya diri Karapan Sapi dan keperkasaan pada sapi. Setelah itu, perlombaan dimulai. Sepasang sapi yang mengenakan kaleles, sarana pelengkap untuk dinaiki tukang tongkok/joki melaju kencang. Adu cepat melawan pasangan sapi lainnya. Melaju cepat, kaleles beberapa kali melayang ke udara, sementara joki berusaha mengendalikan dan menunjukkan kelihaiannya. Itulah Karapan Sapi, atraksi budaya dan olahraga tradisional masyarakat Madura, Jawa Timur. Sapi sendiri memiliki arti penting bagi orang Madura. Masyarakat Madura percaya sapi memiliki raja. Raja sapi betina ada di Desa Gadding, Kecamatan Manding, Kabupaten Sumenep. Sedangkan raja sapi jantan ada di Sapudi sebuah pulau di sisi timur Madura. Sejak ratusan tahun lalu, sapi betina di Gadding dipelihara dengan baik dan dikenal berkualitas. Sementara Sapudi dikenal menghasilkan sapi jantan unggul yang dijadikan sapi kerap atau sapi untuk kerapan.
Pacu Jalur
Olahraga Pacu Jalur merupakan olahraga tradisional asli Indonesia yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Olahraga ini merupakan budaya masyarakat Kuantan Singingi. Olahraga ini tidak menggunakan perahu sembarangan. Panjang perahu sekitar 25-40 meter dan terbuat dari kayu. Setiap perahu terdiri dari tim yang beranggotakan sekitar 50 sampai 60 orang dari kalangan laki-laki dan perempuan, berusia 15-45 tahun. Anggota tim disebut ‘anak pacu’ dengan tugas masing-masing yang sesuai dengan sebutannya, seperti ‘tukang kayu’, ‘tukang concang’ yang menjadi komandan atau pemberi aba-aba, ‘tukang pinggang’ yang menjadi juru mudi, ‘tukang onjal’ yang bertugas memberi tekanan agar perahu seimbang dan berjungkat-jungkit secara teratur dan berirama.
Olahraga Pacu Jalur merupakan olahraga turun temurun sejak ratusan tahun yang lalu. Sebelum ada Festival Pacu Jalur untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, olahraga ini diselenggarakan untuk memperingati hari-hari besar umat Islam seperti Hari Raya Idul Fitri, Maulid Nabi atau Tahun Baru Muharram. Hingga saat ini, Pacu Jalur tidak hanya dinikmati oleh penduduk desa pinggir Sungai Kuantan saja, tapi juga oleh wisatawan asing yang tertarik menonton saat pertandingan berlangsung.