5 minute read
Mencecap Harmoni di Desa Adat Bayan Beleq
Lombok tidak dikenal hanya karena pantai dan alamnya yang indah dan memesona, atau tentang Mandalika, ajang sirkuit yang dianggap sukses menyelengarakan Word Superbike (WSBK) baru-baru ini. Bicara tentang Lombok juga bicara tentang religi dan budaya, bahwa Lombok juga dikenal dengan sebutan “Pulau Seribu Masjid”, karena saking banyaknya masjid yang mudah ditemukan di setiap sudut kota dan desa. Bahwa di Lombok juga terdapat kantong-kantong komunitas budaya dan desa-desa adat.
Di antara banyaknya masjid, terdapat beberapa masjid kuno yang masih berdiri dan digunakan meski di kalangan terbatas.
Advertisement
Beberapa di antaranya sudah ditetapkan menjadi cagar budaya, seperti masjid
Bayan Beleq di Kecamatan Bayan,
Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, yang dikenal sebagai masjid tertua di
Lombok. Ada pula masjid kuno Rambitan di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, dan masjid Gumantar di Kecamatan
Kayangan, Lombok Utara yang tidak kalah menawan dan magis.
Untuk menuju ke lokasi masjid Gumantar, waktu tempuh dari bandar udara internasional Zainudiin Abdul Majid ke lokasi masjid sekitar 2,5 jam dengan mengendarai kendaraan roda empat. Masjid Kuno Bayan Beleq terletak tidak jauh dari Gumantar. Letak kedua masjid tidak jauh dari jalan utama desa sehingga tidak sulit menemukannya. Ketika saya mengunjungi Lombok Utara pada tahun 2018, tampak beberapa rumah warga tengah direnovasi karena rusak akibat gempa bumi yang meluluhlantakkan sebagian besar rumah warga berdinding bata atau batako. Dinding masjid Gumantar dan Bayan Beleq dibuat dari anyaman bambu atau bedek. Bagian atap tumpang juga terbuat dari anyaman bambu dan alang-alang
Mencecap Harmoni di Desa
Adat Bayan Beleq
Masjid Kuno Bayan Beleq di Nusa Tenggara Barat -
Susi Ivvaty
Melestarikan budaya dan
agama- Susi Ivvaty Lestari - Susi Ivvaty
kering. Saya melihat di pucuk atap masjid Gumantar terdapat lempengan besi yang menyerupai ukiran ayam.
Kehidupan sehari-hari dan kegiatan ibadah warga sekitar sangat erat kaitannya dengan adat istiadat. Warga sekitar juga mematuhi aturan serta larangan yang telah berlangsung puluhan tahun dari generasi ke generasi. Desa ini terikat awig-awig atau ketentuan yang mengatur tata krama pergaulan hidup dalam masyarakat sekitar. Menurut informasi kepala desa Gumantar, masjid itu digunakan pada waktu tertentu dan hanya boleh dipakai oleh pranata Desa Beleq yang terdiri dari:
- Penghulu, yaitu pranata sosial yang bertanggung jawab terhadap ritual keagamaan
- Pemangku, yaitu pranata social yang bertanggung jawab terhadap ritual yang berkaitan dengan alam, bumi dengan segala isinya.
- Pemekel, yaitu pranata sosial yang mengatur terhadap terapan hukum adat yang berlaku di Desa Adat Beleq
- Raden, pranata sosial yang bertanggung jawab melakukan khitan
arsitektur yang selaras dengan alam - Susi Ivvaty
- Turun, pranata social yang berkaitan dengan administrasi dan bertanggung jawab untuk menyelidiki permasalahan terkait penerapan hukum adat yang kemudian diputuskan oleh pemekel.
Desa Adat
Desa Adat Beleq memang belum terkenal sebagai desa wisata seperti desa wisata Sade di Lombok Tengah. Desa Adat Sade telah dikelola dengan baik sebagai tempat wisata yang mempertahankan adat istiadat Suku Sasak, selain juga menjual oleh-oleh hasil kerajinan tenun yang dibuat oleh warga sendiri. Desa Adat Beleq dikelilingi oleh pagar dari tanaman hidup. Di luar pagar desa adat terdapat beberapa rumah warga dengan bangunan rumah modern. Sementara bangunan di dalam desa adat semua adalah bangunan tradisional yang terdiri dari kayu atau bambu, beratapkan Jerami, dan berlantaikan tanah. Bentuk pintu rumah terlihat unik karena berukuran pendek. Hal ini memiliki makna bahwa ketika masuk ke dalam rumah dengan merunduk adalah bentuk hormat kepada Sang Pencipta, dan ketika penghuni keluar dengan merunduk, memberikan arti bahwa penghuninya harus sopan terhadap tamunya. Untuk penerangan di dalam rumah, mereka masih menggunakan penerangan tradisional. Bangunan tradisional yang ada di dalam desa adat, saat gempa terjadi tidak mengalami kerusakan, berbeda dengan bangunan rumah permanen yang mengalami kerusakan saat gempa terjadi di tahun 2018. Seperti telah disampaikan di paragraf atas, hal ini berkaitan dengan konstruksi bangunan rumah yang memiliki struktur bangunan yang ringan. Wisatawan yang ingin berkunjung memasuki Desa Adat Beleq ini dibolehkan dengan mematuhi beberapa peraturan yang diterapkan, dan harus mengenakan kain yang dipinjamkan dan telah disiapkan oleh pemandu lokal berasal dari warga setempat. Tidak ada ketentuan biaya tiket masuk, hanya memberikan donasi seikhlasnya. Peraturan yang harus dipatuhi wisatawan
terpasang di papan informasi yang ada di depan gerbang desa adat. Peraturan tersebut yaitu:
- Wajib didampingi pemandu wisata.
- Mengenakan kain yang dipinjamkan pihak warga yang mengelola. Tidak ada loket tiket masuk, hanya memberikan donasi sepantasnya kepada pemandu warga local yang memang berada di area gerbang masuk desa adat. Pemandu lokal ini akan menemani wisatawan yang ingin melihat-lihat dan menjelaskan tentang pranata social yang ada, bentuk dan fungsi bangunan yang ada di desa tersebut.
- Bersikap sopan santun - Tidak sembarangan mengambil gambar
- Tidak sembarangan masuk rumah adat
- Tidak memperbolehkan membawa kendaraan bermotor memasuki desa adat.
Desa Adat Beleq dihuni oleh warga yang bermatapencaharian berkebun. Semua kehidupan desa diatur oleh lima pranata di atas, seperti bagaimana bercocok tanam, atau pun pengolahan lahan. Pranata sosial tersebut juga memiliki rumah dinas. Di dalam area desa adat berdiri beberapa bangunan, di antaranya bale-bale, berugak, sambe, dan dapur adat yang masing-masing memiliki fungsi berbeda. Terdapat beberapa berugak yang berfungsi sebagai ruang pertemuan warga. Untuk duduk di bangunan beruga, setiap warga harus mematuhi aturan yang berlaku, tidak bisa sembarangan duduk ketika ada pertemuan warga. Tempat duduk kaum perempuan di bangunan beruga pun terpisah dengan kaum lelaki. Bangunan berugak ini sejak dahulu tidak berubah dan dilarang diubah. Jika ada warga ingin membangun rumah dengan bangunan permanen dari tembok, warga diperbolehkan membangun di luar pagar desa adat.
Masa bisa berganti dari waktu ke waktu, modernisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat, namun warga Beleq secara turuntemurun dan tanpa merasa terpaksa tetap taat dengan aturan adat. Mereka yakin kehidupan akan selamat dan menjalani hari-hari dengan penuh martabat (Dewi
Yulianti, Direktorat Pelindungan Kebudayaan).
Ada tabu yang tak boleh
dilanggar - Susi Ivvaty