Indonesiana Vol.14 Kilau Budaya Indonesia

Page 1

VOLUME 9 772406 806005 ISSN 2406-8063 14 Apakah Batik Sebagai Nilai Atau benda Merajut Noken, Merajut Kehidupan Banggai Pencak Silat, Hayati Nilainya Jangan Ragukan Otoritas Panrita Lopi 2022

Kesenian dan tradisi adalah bagian dari IndonesiaZul Lubis

Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan DirektoratKebudayaanJenderal

GUNAWAN

rubrik profil yang kali ini menyuguhkan sosok Mayor Laut, Sugeng Hariyanto yang saat ini diamanahkan sebagai Komandan KRI Dewaruci. Muhibah Jalur Rempah sendiri merupakan salah satu upaya Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam pengajuan Jalur Rempah sebagai warisan budaya yang diakui oleh UNESCO. Pelaksanaan berbagai kegiatan kebudayaan di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan menjadi bukti bahwa seluruh masyarakat Indonesia memiliki semangat dan keyakinan yang kuat untuk terus melestarikan serta mengapresiasi keragaman budaya Indonesia yang kembali hadir secara luring dan dapat dinikmati oleh masyarakat secara langsung. Dalam melaksanakan programnya, Direktorat Jenderal Kebudayaan selalu melibatkan masyarakat sebagai mitra utama. Hal ini dilakukan agar rasa cinta dan memiliki terhadap budaya Indonesia semakin tinggi dan terus terjaga. Berbagai cerita budaya di Nusantara yang telah terekam dan tergambar di Majalah Indonesiana volume 14, menjadi bukti komitmen dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, melalui program yang diampu oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan dalam menjalankan misi kebudayaan yang merujuk pada UU Pemajuan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2017. Semoga bacaan ini menjadi inspirasi bagi setiap pembaca, terutama masyarakat Indonesia, untuk terus berkontribusi dalam memajukan kebudayaan, mengapresiasi karya dari berbagai daerah di Indonesia, dan terus berusaha untuk pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat.

PENGANTAR

Kata Pengantar

Puji syukur, alhamdullilah Majalah Indonesiana Volume 14 tahun 2022 dapat hadir kembali di tengah para pembaca. Kita bersyukur karena tahun ini kondisi Indonesia bisa bangkit dan mulai pulih untuk kembali hidup normal, pelan tapi pasti. Majalah Indonesiana pun terus setia merangkum berbagai cerita budaya dari seluruh penjuru Indonesia yang semakin menunjukkan kekayaan budaya Nusantara. Hal ini juga tidak lepas dari apresiasi dan antusias masyarakat untuk menambah wawasan tentang kebudayaan Indonesia. Kembali hadir dalam dua bahasa, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, Indonesiana volume 14 diharapkan dapat menjadi media diplomasi budaya yang terus mengenalkan serta menyebarluaskan informasi kekayaan budaya dari berbagai daerah di BerbagaiIndonesia.cerita menarik tersaji di volume kali ini, mulai dari topik utama tentang Warisan Budaya Takbenda yang telah diakui UNESCO, terlaksananya kegiata Muhibah Budaya Jalur Rempah, hingga RESTU

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 1

2 INDONESIANA VOL. 10, 2021 Pengarah HILMAR FARID Direktur Jenderal PenanggungKebudayaanJawab RESTU GUNAWA N Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaa n Koordinator Umum & Pemimpin Redaks i BINSAR SIMANULLANG Redaktur Pelaksan a SUSI IVVAT Y Redaktur Naska h MARTIN SURYAJAYA ALFIAN S. SIAGIAN Redaktur Fot o SYEFRI LUWIS Tata FotografeLetakr JESSIKA NADYA OGESVELTRY YUDHI WISNU ARYAND I Sekretariat POKJA PENGEMBANGAN DIREKTORAT PPK VOLUME KILAU BUDAYA INDONESIA Sampul depan: Gaya bertenaga buruh pabrik genteng Jatisura (foto: Pandu Rahadian ) Sampul belakang: Penari Caci dan kain Songke. (foto: Dodi Sandradi) Majalah Indonesiana bertujuan untuk promosi budaya Indonesia, dan tidak diperjualbelikan. Komentar atas artikel, foto dan lain-lain ditujukan kepada: indonesiana.diversity@gmail.co m Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesi a Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Gedung E . Lt. 9 , Jl. Jenderal Sudirman Kav. 4-5 Senayan, Jakarta 10270 (021) 5725534 (021) indonesiana.diversity@gmail.com5725534http://kebudayaan.kemdikbud.go.i d 2021 2 I INDONESIANA VOL. 14 2022 VOLUME Pengarah HILMAR FARID Penanggung Jawab RESTU GUNAWAN Koordinator Umum YAYUK SRI BUDI RAHAYU Pemimpin Redaksi SUSI IVVATY Redaktur Pelaksana SINATRIYO DANUHADININGRAT Redaktur Konten ALFIAN SIAGIAN Redaktur Bahasa MARTIN SURYAJAYA Redaktur Foto SYEFRI LUWIS Sekretaris JESSIKA NADYA OGESVELTRY Desain dan Tata Letak ZUL LUBIS Penyelaras Bahasa PRIMA ARDIANI ANNISA MAYASARI Penerjemah DONTY WIDAGDO Kontributor RENNY AMELIA SUSANTI PRITA THAMRINANGGOROWIKANTYASNINGCAHYADIJUNAIDINADAPDAP Administrasi AHMAD ZUNITA E. CHRISTISIA MELATI PUTRI SORAYA AIDID Distribusi RACHMAT GUNAWAN HERY YUDHIBAYUMANURUNGHARDIANWISNUARYANDI Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Gedung E. Lt. 9, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 4-5 Senayan, Jakarta 10270 (021) 5725534 (021) Majalahhttp://kebudayaan.kemdikbud.go.idindonesiana.diversity@gmail.com5725534Indonesianabertujuan untuk promosi budaya Indonesia, dan tidak diperjualbelikan. Komentar atas artikel, foto dan lain-lain ditujukan kepada: indonesiana.diversity@gmail.comSampuldepan: Dari bahari untuk Indonesia, selamanya - Redaksi Jalur Rempah Sampul belakang : Tari Horu-horu, tarian khas Tidore yang ditampilkan pada saat pelepasan Laskar Rempah di Tidore menuju ke Banda NairaDispenal Koarmada II, Surabaya 14

Salam hangat… Pembaca Indonesiana yang budiman, rupa-rupa kegiatan kebudayaan pasca-Covid 19 tampaknya makin bergairah, tidak hanya diselenggarakan oleh pemerintah khususnya Ditjen Kebudayaan namun juga dihelat oleh komunitas-komunitas budaya secara luring. Hajatan budaya mulai menggeliat kuat dan kita semua berharap ekosistem baik ini dapat Topik-topikdipertahankan.utama di Volume 14 masih melanjutkan volume sebelumnya, yakni menengok kembali warisan budaya takbenda yang sudah diinskripsi di UNESCO. Pada edisi lalu telah diulas wayang, gamelan, angklung, dan tiga genre tari bali. Pada edisi ini, kembali diulas empat Warisan Budaya Takbenda/WBTb yang juga sudah dicatat di UNESCO sebagai Daftar Warisan Budaya Takbenda yakni seni batik (termasuk pendidikan dan pelatihan batik), noken, pinisi, dan pencak silat. Noken Papua, misalnya, kita tahu merupakan karya budaya yang mendesak untuk dijaga bahkan diselamatkan karena nyaris punah. Noken yang seharusnya dibuat dari bahan-bahan alam seperti pandan hutan, kulit kayu, dan serat pohon genemon atau melinjo, makin jarang ditemui karena warga sulit mencari bahan baku. Kini banyak dijumpai noken sulaman benang pabrik. Padahal justru filosofi noken itulah yang menjadi dasar kuat ditetapkannya noken pada Daftar WBTb UNESCO. Noken dimaknai seperti rahim ibu yakni simbol kesuburan dan pewarisan nilai-nilai kehidupan. Noken tidak hanya digunakan sebagai alat tukar namun juga simbol penyelesaian sengketa dan perdamaian serta pembayaran denda. Begitulah, tantangan ada di depan mata. Kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah menyedot perhatian yang luar biasa dan mendapat apresiasi masyarakat luas. Oleh karena itu, adalah keniscayaan bahwa catatan mengenainya pun dimuat di Indonesiana Volume 14 ini, termasuk wawancara mendalam dengan Komandan KRI Dewaruci Mayor Laut (P) Sugeng Hariyanto. Ulasan kegiatan Gita Bahana Nusantara hadir di edisi ini, sebagai contoh kegiatan yang memiliki fondasi kuat sehingga mampu digelar secara Rubrik-rubrikberkelanjutan.pemajuan kebudayaan sangat menarik untuk dikulik. Seni pertunjukan sinrilik di Sulawesi Selatan, ritual menumbai di Riau, situs dan cagar budaya Bumiayu, dan masih banyak lagi. Oh ya, jangan lupa, Presidensi G20 makin menyadarkan kita bahwa sektor budaya mampu menjadi kunci pemulihan ekonomi global. Selamat membaca…. Pemimpin Redaksi

Salam Redaksi

2 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

Kebangsaan Indonesia tidak dibentuk atas dasar kesamaan ras atau agama. Seseorang tidak menjadi bangsa Indonesia karena berasal dari etnis yang sama atau agama yang sama. Seseorang menjadi Indonesia karena ia memiliki imajinasi bersama tentang sebuah tatanan masyarakat merdeka. Imajinasi dan harapan bersama yang mempersatukan itu dirumuskan dalam visi dan misi Republik yang tertuang dengan jelas dalam Pembukaan UUD Alinea1945.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 3 SAMBUTAN HILMAR FARID

DirekturSambutanJenderal Kebudayaan

Nilai-nilai budaya adalah buah praktik masyarakat yang dihasilkan lewat berbagai ujicoba dan adaptasi dengan lingkungan sekitar dan aneka budaya yang datang dari tempat lain. Oleh karena itu, nilainilai budaya suatu masyarakat selalu berwatak inklusif, senantiasa menerima dan mengadaptasi kekayaan budaya setiap masyarakat yang berkontak dengan masyarakat tersebut. Nilai-nilai budaya itu sangat penting artinya sebagai acuan tindakan masyarakat dalam menghadapi perubahan zaman dan konteks hidup. Suatu nilai budaya menjadi adiluhung karena terbukti bertahan dalam kehidupan sosial dari generasi ke generasi. Nilai-nilai yang adiluhung itu merupakan reservoir imajinasi sosial dan pengetahuan lokal yang dapat membimbing kita menempuh tantangan zaman. Hal ini tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti upacara adat, ruwatan-ruwatan bumi, larangan dan pantangan yang memiliki nilai-nilai sakral dan mistis. Segenap praktik dan nilai-nilai lokal inilah yang saling bertaut dan membentuk jati diri bangsa IndonesiaIndonesia.adalahhasil sebuah kesepakatan bersama masyarakat untuk mengikatkan diri menjadi satu kesatuan bangsa di tengah keragaman etnis, agama, atau golongan. Kesepakatan itu bukanlah sekadar untuk membuat negara Indonesia ada, melainkan juga cerminan sebuah kemauan bersama untuk memikirkan dan memajukan bangsa serta upaya mewujudkan citacita bersama. Pemikiran-pemikiran para pendiri bangsa di masa lampau bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba, melainkan lahir dari sebuah proses yang panjang melibatkan dialog dengan berbagai kelompok budaya yang berbeda di Nusantara untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu kemerdekaan dan kemajuan.

pertama Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan visi kita sebagai sebuah bangsa, yakni “Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.” Atau jika mau dirumuskan lebih singkat dengan merujuk pada stanza kedua lagu kebangsaan Indonesia Raya, visi kita sebagai sebuah bangsa adalah: “Indonesia Bahagia”. Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 kemudian menjabarkan misi untuk mencapai visi tersebut, yakni “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta turut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.” Inilah agenda bersama yang mempersatukan setiap warga bangsa sebagai bangsa Indonesia. Dalam semangat itulah kebangsaan Indonesia mesti dilihat sebagai kebangsaan yang diikat oleh pengakuan pada kebhinekaan, yakni keberagaman unsur yang dipersatukan oleh citacita bersama mewujudkan tatanan masyarakat merdeka. Kebangsaan dan kebhinneka-tunggal-ikaan adalah dua sisi dari koin sejarah yang sama. Untuk itu, saya menyambut baik penerbitan Majalah Indonesiana Volume 14 yang diterbitkan seiring dengan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia dan mengangkat keanekaragaman budaya bangsa. Semoga lewat bacaan ini, kita semua dapat memetik inspirasi untuk memupuk rasa persaudaraan yang memandang perbedaan budaya sebagai kekuatan bersama.

4 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 DAFTAR ISI SAMBUTAN SENI PERTUNJUKAN TOPIK UTAMA KABAR BUDAYA 1 Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan 2 Redaksi 42 Sinrilik: Panggung Memori Masyarakat Makassar 6 ApakahBATIK Batik sebagai Nilai atau Benda 20 JanganPINISI Ragukan Otoritas Panrita Lopi 12 MerajutNOKEN Noken, Merajut Kehidupan 24 GITA BAHANA NUSANTARA Gita Bahana Nusantara, Penjaga Bhineka Tunggal Ika 16 PENCAK SILAT Banggai Pencak Silat, Hayati Nilainya 28 MUHIBAH BUDAYA JALUR REMPAH Telusur Jalur Masa Silam, Jelajah Rempah Masa Depan 34 PERKEMBANGAN G20 Sektor Budaya, Kunci Pemulihan Ekonomi Global 38 Komik Tradisi (Kepercayaan dan Masyarakat Adat) Dit. Kepercayaan terhadao Tuhan YME dan Masyarakat AdatKOMIKSTRIPINFOGRAFIS 40 Peta Sebaran Komunitas Adat 3 Direktur Jenderal Kebudayaan

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 5 CAGARMANUSKRIPMUSEUMBUDAYAPENGETAHUANTRADISIONALDESABUDAYA46 Hikayat Seribu Masalah dalam Naskah Melayu 50 Situs Bumiayu yang Terus Berdenyut 54 Manumbai, Mengambil Madu di Riau 58 Desa Poto Hulu Budaya Tanah Sumbawa 62 Koleksi Mata Uang Langka di Museum Bank Indonesia TRADISI LISAN 66 Perempuan dan Hajatan Kampung di Seram KOMUNITAS 70 Inovasi Cap Batik Kertas Warga Panggungharjo KULINER 74 Be Guling Bali, Persembahan untuk Dewa FIGUR: (Mayor Sugeng) 78 Komandan KRI Dewaruci, Melayani dengan Hati GALERI FOTO: 82 Bergairah di Muhibah Jalur Rempah

sebagai

TOPIK UTAMA 6 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

Apakah Nilai atau Benda ?

Tidak heran batik pada awalnya diperebutkan oleh banyak bangsa di dunia. Kekhawatiran klaim atas keilmuan batik di suatu negara akan terus mengancam. Tidak mudah dicegah apalagi dihentikan. Batik sebagai pokok pembicaraan dalam kajian sudah banyak dikembangkan di luar negeri. Sementara ini, kita lebih tertarik pada penciptaan kain batik, tetapi abai dan tidak peduli terhadap nilai dan makna yang terkandung di dalam ragam hias, warna, dan fungsi kain batik.

Pada hakekatnya batik adalah selembar kain panjang pakaian upacara adat dan ritual yang sakral. Pada perkembangannya, ragam hias, warna, dan fungsi batik menjadi kain sarung, bahan busana, hingga perabot rumah tangga seperti seprei dan taplak meja. Ironisnya semua varian produk tersebut masih disebut batik. Padahal proses pembuatan serta ragam hias, warna, dan fungsi kegunaanya jauh berbeda. Seni budaya batik yang tinggi mutunya menjadi merosot sangat rendah, mengikis habis nilai adi luhungnya. Perusakan batik benar-benar nyata. Kekuatan nilai intangible (takbenda) melemah, yang tersisa hanya wujud batiknya. Padahal, aspek-aspek takbenda seharusnya selalu melekat pada benda budaya yang bersifat tangible yaitu yang dapat disentuh, berupa benda kongkret yang merupakan hasil buatan manusia dan dibuat untuk memenuhi kebutuhan tertentu, seperti dikatakan Edi Sedyawati dalam Warisan Budaya Takbenda Intangible yang Tersisa dalam Tangible (Ceramah Ilmiah Arkeologi, Universitas Indonesia, 18 Desember 2003).

Canting, malam, kain dan pembatik adalah satu kesatuanSyefri Luwis

Apakah batik sebagai nilai atau benda? Pertanyaan serupa mulai banyak kita temukan. Pergeseran hingga perubahan pada aspek pembuatan dan penggunaan kain batik terus berlangsung. Proses pembuatan batik dimulai dengan pelekatan malam atau lilin batik pada kain menggunakan canting tulis atau cap. Selanjutnya proses pewarnaan dan pelepasan malam dengan cara direbus. Tahapan proses tersebut berubah menjadi pewarnaan secara langsung pada kain menggunakan silk screen (sablon) untuk membuat motif batik yang disebut tekstil printed bermotif batik.

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 7

Warisan nilai budaya takbenda diperas untuk urusan ekonomi semata. Seakanakan kita tak lagi peduli terhadap pengetahuan tradisional dan kerajinan tangan yang tersimpan di dalam batik Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Abu Dhabi, United Arab Emirates pada tanggal 28 September-2 October 2009 telah memutuskan Batik 8 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

tangan tradisional). (Nomination for inscription on the Representative List Reference No. 00170, 2009). Pengukuhan itu seharusnya dapat selama 400 tahun. Perajin batik memola, ngeblat, ngelowongi, ngelir, nyelup, dan ngelorod dengan cara melihat dan mendengar dari orang lain, tidak belajar di sekolah atau kursus formal. Domain dan peralatan, bahan baku, dan teknik pembuatan batik menggunakan keahlian tangan. Kumpulan kemahiran tersebut adalah keahlian sejak awal batik ditemukan hingga sekarang. Adapun domain kemahiran kerajinan tangan tradisional digambarkan seperti tabel. Tabel Kemahiran Kerajinan Tradisional BatikNo PeralatanAlatMembuatKemahirandan BahanMembuatKemahiranBaku BatikPembuatanTeknikKemahiran 1 cantingMembuattulis MalamMembuat polaMembuatbatik 2 capMembuat Membuat alampewarnaanbahan kainmalamMelekatkanpada 3 menceluptempatKerekanMembuat Membuat sintetispewarnaanresep kainMewarnai 4 MejaMembuatCap malamMelepaskan VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 9 Penduduk menggunakan batik saat melakukan ritual menanam tembakau di Desa Legoksari, TemanggungSusi Ivvaty

Kita dapat membaca bahwa dua domain yaitu warisan budaya takbenda tradisi lisan serta kebiasaan sosial mengandung nilai sejarah, budaya, dan ekonomi. Kemahiran kerajinan tangan tradisional mengandung nilai intelektual yang diwujudkan dalam temuan keahlian membuat alat, bahan baku, dan teknik membatik. Dengan demikian batik bukan sekadar selembar kain (benda) melainkan kaya dengan nilai yang diwujudkan melalui simbol-simbol dalam bentuk ragam hias, warna, dan penggunaan yang disebut motif batik. Motif merupakan bentuk keseluruhan dari unsur ragam hias, warna, dan fungsinya. Motif menentukan siapa pembuatnya, bagaimana mengerjakannya, bagaimana proses ritualnya (bersemedi atau berpuasa), juga kapan ragam hiasnya akan dibatik. Kemudian bagaimana pewarnaannya, diambil dari tanaman yang tumbuh di mana, dan menggunakan air yang berasal dari sumber mata air apa merupakan proses pembuatan batik. Selain itu, ditentukan pula siapa, kapan, di mana, dan bagaimana mengenakan motif batik kain panjang tersebut. Batik tradisional pedalaman yang berasal dari Solo dan Yogyakarta mempunyai aturan tertentu, bagaimana menggunakannya, kapan waktu menggunakannya, dan siapa yang mengenakannya. Salah-satu motif batik untuk upacara pernikahan antara lain motif Sido Mukti, dipakai pengantin wanita dan pria pada upacara perkawinan. Sido berarti terus-menerus dan mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. Ragam hias ini melambangkan harapan masa depan yang baik, penuh kebahagiaan yang kekal untuk kedua mempelai (Nian S Djoemena, Ungkapan Sehelai Batik: Its Mystery and Meaning, Djambatan, 1990) Domain warisan budaya takbenda Batik Indonesiadapattersebutdijadikan

10 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 Abdi dalem menggunakan batik dalam keseharian merekaKurniawan Rizqistock.com/g/kurniawanrizqihttps://www.shutter

dasar pembuatan kebijakan, strategi, dan program dalam upaya pelestarian, perlindungan, dan pengembangan Batik Indonesia. Perlunya batas-batas yang jelas terhadap pengembangan ragam hias maupun teknologi batik. Tidak semua ragam hias dapat digunakan dalam batik. Tidak semua pengembangan teknologi menggantikan teknik pembuatan batik. Pemahaman masyarakat terhadap batik sebagai warisan budaya takbenda masih kurang sehingga apresiasi atas pengukuhan batik sebagai warisan budaya takbenda sehingga apresiasi atas pengukuhan batik sebagai warisan budaya takbenda oleh UNESCO pun kurang. Bahkan menentukan batik atau bukan batik pun masih sulit. Batik kain panjang yang dipakai dalam upacara adat dan ritual disebut batik, sementara busana yang kita kenakan sehari-hari juga batik. Padahal, ada perbedaan antara batik dan kain batik. Kain batik merupakan kain bermotif batik untuk busana semata, komoditi yang semua orang bisa membuatnya dan bisa memakainya. Bukanlah hal yang mudah untuk menerima kenyataan bahwa makna “warisan” adalah peninggalan leluhur 400 tahun hingga 500 tahun yang lalu. Kondisi alam dan lingkungannya sangat jauh berbeda dengan sekarang. Kebutuhan busana dan cara pemakaiannya sudah berbeda. Pergeseran hingga perubahan pada aspek pembuatan dan penggunaan kain batik tak dapat dihindari. Begitu juga perkembangan teknologi tak dapat dicegah. Varian produk batik dan bukan batik terus bermunculan. Bersaing dalam merebut pasar, saling menekan biaya produksi, dan berorientasi nilai ekonomi. Itulah salah satu dampak terbesar pada perubahan penggunaan bahan pewarnaan alami dengan zat warna sintetis. Padahal batik tradisional menggunakan ekstrak kulit kayu tingi, jambal, dan kayu tegeran untuk sogan (coklat kemerahan, kekuningan), serta daun indigofera (tom) untuk biru pekat. Kini, hampir di setiap sentra batik selalu identik dengan kesan limbah zat pewarna. Kita semua berharap, narasi tentang batik makin baik dan benar dan pembuatan kain batik masa kini tidak memicu kerusakan lingkungan. (Zahir Widadi, S.S., M.Hum/Dosen di Program Studi Teknologi Batik Universitas Pekalongan dan Pengurus Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia).

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 11

KEHIDUPANMERAJUT Merajut Noken 12 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 Berbagai adaptasi motif dalam noken - Saberia

Ketika berkunjung ke Jayapura Papua, kita akan disuguhi alam yang indah dan pedagangpedagang di pinggir jalan. Satu di antara barang dagangan yang menarik mata adalah tas tradisional Papua, noken. Ya, noken bukan saja sebagai identitas budaya orang Papua dan alat untuk menyimpan barang bawaan, namun kini juga menjadi tanda mata yang banyak dijual di pinggir jalan oleh mamamama Papua. Mama-mama Papua itu membuat sendiri nokennya, dan jika beruntung kita dapat melihat mereka membuatnya, langsung di pinggir jalan itu. Meski belum setenar batik, noken merupakan warisan leluhur etnis-etnis di Papua yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada Daftar Warisan Budaya Takbenda pada 4 Desember 2012. Tentu hal ini menjadi kebanggaan tersendiri, meski tidak semua orang di Tanah Papua Secaramengetahuinya.umumnoken dikenal sebagai tas tradisional orang Papua, namun sesungguhnya terdapat beragam istilah berbeda untuk menyebutnya. Noken yang umumnya dikenal sebagai khas Papua adalah “noken wamena”. Padahal noken itu bukan hanya berasal dari Wamena, ibukota Kabupaten Jayawijaya, tetapi merupakan ciri khas etnis-etnis Mepago di Pegunungan Tengah Papua. Ukurannya pun beragam. “Mama-mama” di wilayah adat Mepago mengaitkan talinya di kepala dan membiarkan terjulur di belakang punggung, dari yang ukuran kecil hingga berukuran besar. Isinya beragam; benda pribadi, makanan, hasil kebun, hingga untuk menggendong bayi dan batita.

14, 2022 INDONESIANA I 13

Etnis lain di Papua memproses daun tikar (sebutan untuk jenis tanaman pandan hutan), kulit kayu, serat pohon genemo atau melinjo (Gnetum gnemon), kulit anggrek hutan, dan rumput rawa untuk membuat noken. Tiap etnis memiliki ciri khas dalam teknik merajut dan menganyam, sehingga tiap noken di Papua menjadi semacam identitas etnis. Hampir tiap etnis punya istilah untuk tas tradisional dalam bahasa ibu, bahkan beberapa etnis kategori. Misalnya, masyarakat Sentani tepatnya di Kampung Ifar Besar, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, menyebut noken dengan khangge (tas kecil) dan hoboi (tas besar). Adapun masyarakat Tepera di Depapre, Kabupaten Jayapura, menyebut noken dengan nama tangke moro yang artinya tas noken. Khangge merupakan tas kecil yang digunakan dengan cara digantung atau tas selempang. Hoboi merupakan tas besar yang cukup membantu masyarakat dalam menaruh atau membawa barang besar atau jumlah yang banyak. Khangge dan hoboi dibuat dari bahan-bahan yang ada tumbuh di sekitar perkampungan masyarakat Sentani Tengah, yakni kulit kayu (huisaa/serat kulit kayu) dan genemo. Pembuatan hoboi dan khangge sekitar 1-2 minggu. Ukuran hoboi lazimnya 1x1 meter, sedangkan khangge Tangke moro jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah tas. Tangke moro merupakan aksesoris tradisional hasil karya pengetahuan orang Tepera dalam menganyam kulit kayu moro menjadi suatu yang berfungsi. Tangke moro ini telah telah dibuat dan digunakan oleh masyarakat Depapre sejak dulu dan masih bertahan hingga kini serta menjadi kebangggan tersendiri bagi masyarakat Tepera. Tangke moro terbuat dari jenis pohon kanya atau pohon maro atau kulit maro. Untuk pembuatan tangke moro, pertama-tama kulit maro dibersihkan, kemudian direndam di air asin agar VOL.

Salah satu motif nokenBortolomeus Abdi W.terstock.com/g/abdiwidyatamahttps://www.shut

14 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

bisa menjadi semacam me time. Di momen itu mereka bisa melepas penat sembari saling bersenda-gurau, bercanda dan tertawa lepas, berbagi cerita dan pengalaman hidup antara yang tua dan yang muda. Momen berkumpul sambil membuat noken secara tidak langsung menjadi wadah internalisasi nilai budaya, karena kerap terjadi proses pewarisan. Bukan hanya pewarisan bentuk, namun juga proses, makna dan nilai-nilai Dalam kehidupan sosial budaya etnisetnis di Papua, noken menjadi simbol budaya yang multifungsi, penuh makna Kemahiran membuat noken adalah simbol seorang perempuan sudah dewasa dan siap menikah. Noken simbol penyelesaian sengketa dan perdamaian, pembayaran denda, lapisan sosial budaya masyarakat, dan sebagainya. Dengan prosesnya yang rumit dan penuh dengan nilai kehidupan, maka sebuah noken serat Seorang pria Papua Khangge atau tas kecil - Saberia

Teknik memilin masih tradisional; ambil beberapa bahan, satukan dengan tangan, dan dipilin di atas paha hingga beberapa untaian bahan tadi menyatu kuat serupa benang atau tali tambang kecil. Setelah seluruhnya selesai, digulung dan disimpan agar dapat dipakai sewaktuwaktu. Proses ini terus berulang menjadi satu pola yang melekat dalam budaya Papua. Ketika akan membuat tas, bahan dipintal lagi menjadi tali/benang, lantas dianyam. Teknik rajut khas menghasilkan kaitan satu sama lain dengan jarak yang lebih renggang namun kuat. Model rajutan inilah yang memungkinkan noken bersifat elastis. Perempuan Pengrajin Noken Pengrajin noken umumnya adalah

Lembar kulit kayu pohon genemo anggrek hutan, lembaran daun pandan hutan, dan rumput rawa yang telah diproses sebelumnya kemudian dipilin hingga menjadi satu untaian panjang semacam benang.

dapat menghasilkan tangke moro yang lebih tahan lama. Setelah itu, kulit kayu dibentuk, bisa dianyam atau dilipat. Agar terlihat lebih cantik, pada bagian luar tas dibuat rumbai-rumbai. Jika bahan siap, pembuatannya hanya dua hari. Tampaknya sederhana, ya, namun sesungguhnya rumit. Beda etnis, beda bahan, beda pula teknik produksinya. Beberapa tanaman bahan baku masih mudah ditemui di pinggir hutan atau kebun-kebun, namun beberapa lainnya sudah susah ditemukan dan berada di tengah hutan. Secara umum, bahan baku tersebut dipotong, dikuliti, dan direndam untuk dibersihkan dari segala kotoran termasuk getah pohon. Lembaran bahan lantas dijemur hingga kering, lalu dipisahkan atau disobek menjadi lembaran kecil mengikuti arah seratnya.

Benang Pabrik Saat ini, noken berbahan benang pabrik dengan ciri khas Papua sudah banyak di pasaran. Awalnya dikerjakan oleh etnis pendatang, namun lambat laun kini pengrajin noken juga mulai mengerjakan varian noken dengan benang pabrik. Kedua jenis noken ini bersaing harga di pasaran, dengan harga jual noken benang pabrik lebih murah. Misal, satu noken serat alam seukuran buku tulis kecil dijual sekitar Rp. 200.000, noken benang pabrik dijual lebih murah. Makin sulit bahan bakunya, makin mahal harganya. Noken berbahan anggrek yang disebut juga noken anggrek atau noken kuning adalah noken termahal di kelasnya. Noken anggrek seukuran mempertahankan eksistensi noken, bukan hanya sebagai benda tapi juga sebagai budaya takbenda. Satu langkah yang telah berjalan adalah anjuran penggunaan noken untuk anak sekolah dan para pegawai baik pegawai pemerintah maupun pegawai swasta. Meski kenyataannya, ada juga yang memakai noken benang pabrik. Di Kota Jayapura, sudah terdapat lebih banyak ruang yang disediakan oleh pemerintah daerah maupun pihak swasta untuk tempat “mama-mama” noken menggelar dagangannya, misalnya di Festival Danau Sentani, Festival Teluk Humbolt, PON XX, dan PEPARNAS XX. Noken juga sudah dijual secara daring. Kerjasama semua pihak sangat memasukkan noken sebagai bahan ajar pada muatan lokal agar pengetahuan noken dan nilai-nilainya dapat terus Sebetulnyaberlanjut.

INDONESIANA I 15

Seorang Mama membuat nokenBortolomeus Abdi W.shutterstock.com/g/abdiwidyatamahttps://www.

telah ada Museum Noken yang diresmikan pada 10 April 2013 di Kota Jayapura. Namun, museum belum berfungsi optimal sebagai sarana informasi dan edukasi, sekaligus pelindungan dan pemanfaatan ikon Papua tersebut. Padahal, museum juga dapat menjadi tujuan wisata yang menyenangkan bagi wisawatan dari luar Papua. (Windy Hapsari, S.Sos., M. Si/Pamong Budaya Ahli Muda Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua) VOL. 14, 2022

TOPIK UTAMA Indonesia seharusnya patut berbangga diri setelah beberapa kekayaan alam dan budayanya diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO di antaranya adalah Ombilin Coal Mining Heritage Of Sawahlunto (OCMHS) yang ditetapkan sebagai World Heritage Culture pada tanggal 6 Juni 2019 di Azervaijan. Berselang enam bulan kemundian tepatnya 12 Desember 2019 UNESCO kembali menginkripsi satu karya budaya Indonesia yaitu Pencak Silat Indonesia sebagai warisan budaya takbenda (WBTb) yang ditetapkan di Bogota Kolombia. Dua momen penting itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga Sumatera Barat khususnya, karena dua warisan dunia tersebut berada dan berasal dari Sumbar. Kebanggaan Sumbar ini adalah wajar. Seperti kita mafhum, pencak silat merupakan tradisi khas Indonesia yang bermula dari Sumbar dan Jawa Barat, kemudian berkembang ke seluruh wilayah Indonesia dengan keunikan gerakan masing-masing yang diwariskan dari generasi ke generasi. Sumbar dengan etnik Minangkabau-nya memiliki catatan sejarah sebagai sumber inspirasi bagi bangsa Indonesia. Silat Minangkabau atau silek juga telah menjadi WBTb Indonesia dan terdaftar di Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dengan nomor registrasi 201400096. Setelah berkembang secara nasional, seni bela diri pencak silat bahkan telah tersebar ke puluhan BANGGAI PENCAK SiLAT NilainyaHayati 16 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

Masyarakat Minangkabau mengenal silat/silek dalam berbagai aktivitas. Jika silat dikaitkan dengan aneka gerakan yang ditampilkan di gelanggang dengan berbagai jurus yang mereka miliki maka silat dengan fungsi ini dinamakan pancak/pencak, atau bapancak yang bermakna melakukan gerakan pencak silat. Sementara itu, bersilat dalam konteks kemahiran berbicara atau bersilat lidah, masyarakat Minangkabau menerapkannya dalam bentuk basurah adaik (menyurah perkara adat) dan pidato pasambahan (tuturan adat) yang digunakan dalam berbagai kegiatan dan siklus hidup dan kehidupan masyarakat Minangkabau mulai dari kelahiran, aqiqah, khitan, pernikahan, dan kematian. Semuanya menggunakan kepandaian bersilat lidah dalam menjalaninya.

yang memuat nilai-nilai persahabatan, sikap saling menghormati, serta kampanye kohesi sosial. Pencak silat tidak hanya mengajarkan teknik menyerang, namun juga mengajarkan kita untuk menahan diri.

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 17 negara di dunia.

Silat sebagai aktivitas aneka gerak dan permainan baik merupakan seni beladiri maupun permainan rakyat yang tumbuh serta hidup dan berkembang dalam masyarakat Minangkabau digunakan dalam rangka mempertahankan kedaulatan dan harga diri. Jika dalam sebuah permainan silat seseorang tidak dapat menangkis dan mengelak dari serangan lawannya maka dalam bahasa Minangkabau dikenal dengan istilah buluih (mati langkah) yang berakibat mereka yang buluih tersebut tidak berani lagi ke gelanggang dalam arti kata mereka telah kalah dalam segala hal. Biasanya surau menjadi tempat mereka untuk introspeksi diri dan memperbaiki kesalahan tersebut. Selain itu, para maestro silat juga berpandangan bahwa sajian yang terdapat pada silat sebagai sebuah bentuk permainan seni beladiri, merupakan serangkaian olah gerak yang ditampilkan dengan pola-pola yang meraka tetapkan yang didalamnya terdapat muatan nilai budaya masyarakat, artinya dalam setiap gerak silat muatan nilai budaya tersebut memiliki keterkaitan antara kesiapan

bahwamengakuiUNESCOpencaksilattelahmenjadiidentitassertapemersatubangsa

Dari Indonesia, pencak silat kini menjadi salah satu jenis beladiri duniaTaufik Imrancom/g/taufik-imranhttps://www.shutterstock.

18 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai kegiatan, namun patut diingat agar jangan sampai nilai-nilai di dalamnya justru terabaikan. Gelanggang Silih Berganti (GSB) merupakan sebuah kegiatan yang digagas oleh pemerintah daerah Sumatera Barat dan dilaksanakan secara bergantian di berbagai kota dan kabupaten di Sumatera Barat dalam rangka untuk melestarikan silat tradisi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sebelum bernama GSB kegiatan yang berkaitan dengan apresiasi terhadap silat tradisional Minangkabau ini bernama Festival Silat Tradisional Minangkabau (FSTM) yang diadakan di Padang tahun 1981. Pada tahun 1984 dan seterusnya diganti namanya menjadi Gelanggang Silih Berganti melalui keputusan IPSI Sumatra Barat No.074-BX /PENGDA /1984 hingga sekarang.

Setelah Dicatat di UNESCO, Lalu…. Ketika pencak silat telah telah menjadi WBTb dunia, apa yang dapat kita berbuat sesudahnya? Apakah hanya menjadi kebanggaan yang akan diceritakan kepada anak–cucu di kelak kemudian hari? Pertanyaan itu perlu kita pikir dan renungkan, karena banyak terjadi dan dapat dilihat dengan kasat mata. Bangunan-bangunan yang telah dipasangi plang warisan budaya dan dilindungi oleh undang-undang hanya menjadi sebatas pelabelan. Tindak lanjut dari pelabelan warisan budaya tersebut sangat kurang kalaupun tidak bisa dikatakan tidak ada. Begitu juga pencak silat, sejauh mana nilai ketakbendaan itu merasuk dan dapat dilestarikan.

Silek Art Festival (SAF) merupakan program yang tergabung dalam kegiatan Indonesiana yang digagas oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia. Program ini bertujuan mengangkat jati diri dan menggali nilainilai yang ada tersimpan dan dijadikan sebagai rumusan pengetahuan dan pemahaman leluhur Minangkabau. Kegiatan SAF ini dimulai sejak tahun 2018 yang melibatkan 8 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatra Barat. SAF pertama dibuka di Kota Padang dengan menampilkan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan silek dan budaya yang terkait dengan silek. Selama rangkaian kegiatan SAF berlangsung, diadakan juga seminar yang berkaitan dengan silek, pemutaran film karya seni yang berkaitan silek. Acara ditutup di Kota Bukittinggi dengan mempertunjukkan tari berbasis silek oleh Nan Jombang Dance Company.

lahir (gerak silat) dan bathin (spiritualitas) suatu kelompok masyarakat budaya dalam menjaga dan memelihara harga diiri dan kehormatan.

Maurak Balabek di Pauh V dan Pauh IX Kota Padang adalah sebuah ajang budaya yang dilakukan masyarakat Pauh dalam mengangkat Tuo Tapian (Tetua Silat) di 14 tepian atau perguruan silek yang ada di sekitar Pauh V dan Pauh IX. Kegiatan ini rutin diadakan oleh masyarakat Pauh guna mempertahankan eksistensi silek dan pencak silat. Tuo Tapian adalah pimpinan tapian yang bertugas untuk memimpin tapian sebagai penunjang tugas Ninik Mamak Bajinih di suku masing-masing tapian tadi. Adapun tapian yang dimaksud adalah Jambak Batujuh di Kuranji, Caniago Korong Gadang, Suku Koto Batujuh di Pasa Ambacang, tapian Suku Sikumbang di Anduriang. Selanjutnya adalah tapian Suku Malayu di Lubuk Lintah, tapian Suku Tanjuang di Ampang, Koto Baduo di Kalumbuk, Jambak Baduo di Gunung Sarik dan Guci di Sungai Sapih. Begitu juga di Pauh V yang terdiri dari lima suku dan lima tapian. Penampilan silek lanyah di kampung wisata Kubu Gadang biasanya diadakan setelah masa panen sawah. Setiap gerakan yang diperagakan dalam silek lanyah merupakan turunan dari gerakan silat yang ada di Minangkabau. Silek lanyah biasanya dimulai ketika membajak sawah setelah panen raya usai. Aksi silek lanyah ini ditampilkan oleh pemuda-pemudi di kampung setempat yang peduli dengan kearifan lokal. Walaupun terlihat sederhana, tantangan bersilat dalam medan kubangan tentu sangat sulit dan berat. Namun, karena Kubu Gadang telah menjadi sebuah kampung wisata yang banyak dikunjungi, silek lanyah pun saat ini ditampilkan tidak hanya ketika panen raya, akan tetapi pegiat kampung wisata menyediakan jadwal khusus dalam menampilkannya.

Dengan adanya beberapa program dan kegiatan yang diprakarsai dan diinisiasi oleh pemerintah serta masyarakat, diharapkan pencak silat sebagai WBTb dunia yang bermula dari silek Sumatera Barat dapat menjadi kekayaan budaya yang tidak sekadar untuk romantisasi namun lebih dari itu, sebagai praktik budaya yang lestari. Telah banyak upaya dilakukan sebagai bentuk komitmen dalam pengembangan dan pemertahanan, sehingga kekhawatiran akan hilangnya nilai-nilai dan pesan yang terkandung dalam pencak silat mungkin dapat dihindari. (Bahren, S.S., M.A/Dosen Sastra Minangkabau Universitas Andalas) Salah satu atraksi silat yang dilakukan di BukittinggiTaufik Imranterstock.com/g/taufik-imranhttps://www.shut

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 19

TOPIK UTAMA 20 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

Jangan OtoritasRagukan Panrita Lopi keyakinan masyarakat dalam proses pembuatan perahu. Membuat perahu bak proses penciptaan manusia. Rangkaian material perahu dilekatkan pada sistem anatomi tubuh manusia. Mulai dari proses awal pembuatan perahu hingga diluncurkan ke laut. Lunas diidentikkan rangka pokok tubuh manusia sebagai tulang belakang yang kokoh menyangga tubuh. Ukuran panjang lunas berdasarkan ukuran jengkal tangan atau jengkal kaki panrita lopi (maestro pembuat kapal).

Ilmu pembuatan perahu adalah ilmu yang diwariskan turun temurunHusnul Fahimah Ilyas

Menghitung panjang lunas menggunakan metode khusus untuk menentukan keterikatan “kimia” yang kuat antara perahu dan pemiliknya, termasuk dalam soal keberuntungan dalamterbagiberlayar.menjadi5bagianyangdisebutdengan tatta. Potongan lunas bagian depan disimbolkan sebagai laki-laki (suami). Lunas pada bagian belakang disimbolkan sebagai perempuan (istri). Pada pertemuan potongan lunas depan palului yang kapasa’ rurung-rurung (kapas yang beruntai), jarum/baja, irisan kelapa, irisan gula merah, dan kerak nasi. Semua bahan tersebut dibungkus dengan kain putih dan diikat dengan benang. Bahanbahan yang terdapat dalam palului tersebut menjadi harapan dan motivasi keberlangsungan perahu ketika di laut. Potongan baja (jarum), misalnya, adalah simbol harapan perahu akan kuat menyerupai baja, adapun palului yang telah dibungkus kain disimbolkan sebagai sperma. Benih palului ditanam pada sambungan lunas perahu, mengikuti jejak proses penciptaan manusia. Proses pembuatan perahu di bawah komando panrita lopi. Dalam pembuatan perahu, tidak hanya dibutuhkan kelihaian dan kecekatan jari jemari dalam membentuk material. Namun dibutuhkan pengetahuan tradisional dan rasa dalam membuatnya. Ilmu inilah yang diwariskan secara turuntemurun di dalam komunitas pembuat perahu di Lemo-Lemo (Tanah Beru), Ara, dan Bira, Sulawesi Selatan. Ilmu yang ditransmisikan bukan sekadar ilmu yang dipelajari di bangku sekolah, akan tetapi ada asupan ilmu tasawuf yang berkaitan pengenalan diri manusia. Tidak hanya memakai hitungan logis matematik dalam mengukur material perahu, namun menggunakan ukuranukuran yang melekat dalam diri manusia. Misalnya satu ruas, sejengkal, sesiku, dan sedepa. Semua proses ini dilakukan secara tradisional, menggunakan pengetahuan lokal tanpa alat ukur modern. Hitungan kerangka arsitektur perahu yang dilakukan oleh panrita lopi sangat seimbang. Cara mengukur keseimbangannya mengacu pada kerangka tubuh manusia yang sangat

Hati-hati mudik, nenek moyang kita pelaut bukan pembalap”. Selorohan itu menyelipkan narasi historis bahwa nenek moyang kita hidup dalam kultur maritim. Laut menjadi lahan mencari kebutuhan hidup dan tempat membangun identitasnya. Mereka tahu betul cara beradaptasi dengan perubahan-perubahan iklim di laut, tidak akan tersesat dengan mengandalkan navigasi rasi bintangbintang. Untuk menaklukkan laut dibutuhkan nyali, keberanian, ketekunan, keuletan, serta kesabaran karena laut luas penuh dengan ancaman seperti angin topan, badai, ombak, binatang laut, dan karang laut yang bisa mengganggu kestabilan kemudi perahu.

seimbang antara kiri dan kanan. Desain arsitektur perahu yang sangat filosofis tergambar dalam pikiran panrinta lopi tidak tergambar secara detail dalam coretan kertas. Inilah kehebatan ilmu para pembuat perahu, sehingga UNESCO mengakuinya sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) yang mewakili negara (Indonesia)/Representative List pada tahun 2017 “Pinisi, Art of Boatbuilding in South Sulawesi. Pelestarian Pinisi Setelah pinisi diinskripsi di UNESCO, apa Langkah selanjutnya? Pemerintah Kabupaten Bulukumba membuat Peraturan Daerah tentang Pelestarian Perahu Pinisi Nomor: 2 Tahun 2019. Perda tersebut dimaksudkan untuk melindungi, mengamankan, dan melestarikan perahu pinisi; serta memelihara dan mengembangkan pelestarian perahu pinisi yang merupakan budaya dan jati diri sebagai lambang kebanggaan masyarakat daerah. Tujuan Perda adalah untuk 1) meningkatkan pemahaman kesadaran masyarakat terhadap pelestarian perahu pinisi; 2) meningkatkan kepedulian, kesadaran, peran masyarakat terhadap pelestarian perahu pinisi; 3) membangkitkan motivasi, memperkaya inspirasi, dan memperluas khasanah bagi masyarakat dalam pelestarian perahu pinisi; serta 4) mengembangkan perahu pinisi untuk memperkuat jati diri kebudayaan nasional serta ciri khas daerah dan Provinsi Sulawesi Selatan.

Pembuatan pinisi di BulukumbaBastian AScom/id/g/BastianAShttps://www.shutterstock.

Sejak tahun 2018, Bulukumba telah melakukan akselerasi aksi terhadap perkembangan usaha pinisi termasuk

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 21

Selanjutnya, upaya pemajuan melalui pengembangan dan perlindungan budaya daerah adalah sebuah strategi agar masyarakat dapat mempertahankan budayanya di era globalisasi saat ini. Kegiatannya dialog tentang pinisi dan budaya Perhatiankemaritiman.masyarakat tercurah pada pembuatan pinisi yang kembali pada alam yakni pinisi dengan konsep tradisional, dimulai dari proses pra pembuatan yang disebut dengan songkabala ri bantilang kemudian pemilihan kayu, penebangan, serta pembuatan perahu secara tradisional.

22 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

Ini berbeda dengan pinisi konvensional yang menggunakan tenaga penggerak mesin sebagai penggerak utama. Pinisi tradisional dibuat dengan menggunakan layar sebagai tenaga penggerak utama yang akan diluncurkan dalam proses anyyorong lopi. Proses pembuatan perahu secara tradisional ini menjadi wahana wisata yang unik dan diharapkan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Program ini sedang berjalan yang dimotori oleh Endangered Material Knowledge Programme (EMKP). Usaha-usaha pelestarian pinisi harus dilakukan secara kolaboratif dan bersinergi antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah daerah, masyarakat, komunitas, serta lembaga non pemerintah yang terkait keberlanjutan perahu pinisi. Keberadaan dan nasib pinisi kini dan akan datang menjadi tangung jawab komunal. Terdapat sejumlah program yang mendesak untuk dilakukan secara Pertamabersama.adalah merealisasikan pembuatan living museum di sekitar

dalam kegiatan festival pinisi. Pemerintah dan masyarakat berkolaborasi dalam kegiatan songkabala ri bantilang dan anyyorong lopi sebagai runtutan dari pembuatan perahu pinisi. Songkabala ri bantilang adalah ritual yang dilakukan di lokasi tempat pembuatan perahu (bantilang), dipercaya akan menolak bencana dan segala bentuk musibah. Sedangkan anyyorong lopi merupakan ritual mendorong perahu untuk dilarungkan ke laut. Upaya lain adalah sosialisasi pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter yang menginternalisasikan nilai budaya daerah perahu pinisi sejak tahun 2018, mengacu pada pembelajaran karakter pada tingkat sekolah dasar. Namun hal itu belum maksimal dilakukan pada semua sekolah.

Seorang pembuat pinisi dan pinisi yang sedang dikerjakannyaIchmunandarstock.com/id/g/ichmunandarhttps://www.shutter

Pada suatu saat nanti, akan terjadi masa kelangkaan atau kepunahan pohon yang menjadi material perahu seperti kayu sepang (Biancaea sappan L.Tod.) yang dulunya dipakai sebagai pasak perahu. Kayu sepang kini diganti dengan kayu kandole (Diploknema oligomera). Maka itu, masyarakat dan pemerintah perlu melakukan reboisasi. Keempat, meninjau kembali aturan kesyahbandaran setelah mendapatkan pacak (surat rekomendasi kepemilikan kapal dari kecamatan). Kontinuitas pembuatan perahu pinisi sampai sekarang tetap berlanjut, pewarisan ilmu tata cara membuat perahu juga diwariskan, yakni dengan pola pewarisan yang bersifat tradisional dan lisan. Arus perkembangan teknologi modern (penggunaan mesin) yang mempercepat produksi pembuatan perahu pinisi tidak dapat dielakkan. Masyarakat pengrajin perahu pun terkendala urusan administrasi, seperti kewajiban membuat grand plan gambar perahu yang akan digunakan untuk pengurusan surat dokumen kapal. Padahal, membuat perahu tradisional tidak mempunyai pola atau gambar yang dituangkan dalam kertas. Konsep gambar perahu terekam dalam memori panrita lopi, termasuk konsep keselamatan dan keseimbangan perahu yang dianalogikan dengan organ tubuh manusia. Janganlah meragukan kapasitas keilmuan dan otoritas para panrita lopi yang menggunakan pakkasia’ (rasa) dan logika dalam menciptakan perahu yang siap berlayar ke belantara samudera. Mari hormati panrita lopi (Husnul Fahimah Ilyas/Pusat Penelitian Manuskrip, Sastra, dan Tradisi Lisan, BRIN)

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 23

pembuatan perahu tradisional di Tanah Beru atau Ara. Konsep museum, pertama sebagai titik kumpul memperoleh informasi mengenai pembuatan perahu tradisional, dokumentasi digital, dan tempat penyimpanan koleksi peralatan serta contoh material yang digunakan dalam pembuatan perahu. Konsep kedua, museum sebagai wadah edukasi, pengunjung dapat melihat secara langsung pembuatan perahu di bantilangbatilang yang berada di sekitar museum. Kedua, menjadikan tempat pembuatan perahu tradisional sebagai tempat destinasi wisata yang aman, nyaman, dan menarik sehingga dapat meningkatkan devisa daerah dan mengembangkan ekonomi rakyat. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan perencanaan tata ruang dan kebersihan lingkungan wisata. Selama ini pengunjung membuat catatan merah mengenai kebersihan, sampah berserakan di tepi laut di sekitar bantilang. Hal itu sangat penting mengingat destinasi wisata bantilang utamanya di Kecamatan Bontobahari merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah tertinggi. Sewajarnya kecamatan ini mendapat memperhatikan khusus soal pengelolaan Ketiga,sampah.penanaman pohon sebagai material pokok dalam pembuatan perahu. Produksi pembuatan perahu masih berlangsung sampai sekarang dan pohon yang ditebang sebagai material adalah pohon yang tumbuh secara alami.

Nathania Karina, konduktor perempuan pertama di pergelaran Gita Bahana Nusantara 2022 yang tampil dua kali dan mengorkestrasi 17 laguPokja Pengembangan

24 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 KABAR BUDAYA

Setiap perayaan kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Negara, seluruh mata tertuju pada penampilan putra-putri terbaik bangsa yang turut mewarnai jalannya upacara. Seluruh stasiun televisi juga media sosial berlomba mengangkat acara yang berlangsung khidmat dipimpin langsung oleh Kepala Negara, Presiden Republik Indonesia. Detik-detik pengibaran bendera menjadi fokus yang ditunggu, muda-mudi pilihan dari 34 provinsi tampil gagah perkasa. Selain itu ada pidato presiden yang memuat arah kebijakan nasional untuk satu tahun ke depan. Setelah itu, tampil muda-mudi berkostum warna-warni dari seluruh penjuru tanah air membawakan lagu-lagu penyemangat, ungkapan cinta negeri, nasionalisme, dan medley nusantara

Kehadiranmu selalu ditunggu, Membahana suaramu nan merdu, Menghadirkan berbagai lagu, Itulah Gita Bahana Nusantara Tampilnegeriku.gagah perkasa nan ceria, Perwakilan anak terpilih se-nusantara Berkostum bhineka tunggal ika, Menjaga marwah Indonesia. Setiap tujuh belas Agustus, Penampilanmu sungguh bagus, Seluruh mata tertuju dan fokus, Gita Bahana Nusantara selalu tampil membius. Sama halnya dengan Paskibraka, Seluruh mata tertuju kesana, Membawa bendera pusaka, Gita Bahana Nusantara tiada beda.

Gita NusantaraBahana

Penjaga Bhineka Tunggal Ika

GBN berawal dari ide dan gagasan presiden ke-5 Republik Indonesia (menjabat tahun 2001 -2004), Megawati Soekarnoputri yang menginginkan penampilan paduan suara dan orkestra nasional, gabungan generasi muda tanah air agar tumbuh rasa nasionalisme, patriotisme, cinta tanah air, dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhineka tunggal Ika. Arahan ini kemudian dijalankan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata I Gde Ardika dan Prof. Dr. Sri Hastanto sebagai Direktur Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film. Pada tahun 2002 gagasan Presiden Megawati dimatangkan dan terbentuklah wadah Paduan Suara dan Orkestra khas Indonesia dan dirumuskan teknis pelaksanaan GBN. Direktorat Kesenian yang kala itu dipimpin oleh Surya Yuga menjadi pelaksana teknis kegiatan. Atas koordinasinya dimulailah pelaksanaan GBN, diawali dengan audisi peserta baik paduan suara maupun orkestra, pemusatan latihan, gelar perdana, dan pergelaran pada pidato kenegaraan

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 25 yang diaransemen dan dinyanyikan secara apik, kompak, serta gegap gempita. Itulah Gita Bahana Nusantara (GBN), orkestra dan paduan suara yang disiapkan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Sejarah GBN Gita Bahana Nusantara (GBN) adalah pergelaran gabungan antara orkestra dan vokalis yang terdiri dari pemusik dan vokalis muda terbaik yang dipilih melalui audisi ketat dari seluruh provinsi di Indonesia. Mereka anak-anak terbaik Indonesia yang memiliki kemampuan akademis, teknik musikalitas di atas ratarata serta kemampuan membaca notasi (prima vista) dari seluruh provinsi di Indonesia. Secara maknawi, Gita Bahana Nusantara terdiri tiga kata yang berakar dari budaya Indonesia. Gita berasal dari Bahasa Sansekerta berarti nyanyian atau lagu. Bahana adalah gema, bunyi, suara riuh rendah, sedangkan Nusantara merupakan sebutan wilayah kepulauan Indonesia. Gita Bahana Nusantara secara harfiah dapat diartikan sebagai nyanyian yang membahana dari seluruh wilayah TerbentuknyaIndonesia.

Tampil untuk menghibur negeriPokja Pengembangan

CandradimukaLatihan,PemusatanKawah Penampilan prima, kompak, percaya diri dan motivasipersiapanditentukansemangatolehyangmatang,yangkuatuntuk tampil terbaik dan kepercayaan yang diberikan secara maksimal kepada peserta GBN. Pemusatan latihan menjadi Kawah Candradimuka atau wadah penggemblengan yang cukup berat sekaligus menyenangkan bagi peserta. Selama dua minggu menjelang 17 Agustus, peserta didatangkan ke Jakarta untuk bersama dengan pelatih dan narasumber melakukan latihan per seksi maupun gabungan antara paduan suara dan orkestra. Mereka juga belajar tentang pentingnya kedisiplinan, toleransi, dan

26 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

Presiden Republik Indonesia di Sidang Pleno DPR/MPR. Puncaknya, mereka tampil pada peringatan detik-detik Kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak 2003 hingga 2011, GBN difasilitasi oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dan mendapat dukungan penuh dari Presiden Megawati maupun penggantinya Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Pergantian nomenklatur kementerian pengampu bidang kebudayaan membuat GBN tahun 2011 -2014 ditangani oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tepatnya Direktorat Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni Budaya. Tahun 2015, penyelenggaraan GBN diserahkan kepada Kementerian Pendidikan dan kebudayaan dan diampu oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan. Ketentuan ini berlaku hingga sekarang. Penguat Jati diri Bangsa Visi yang melatari kelahiran GBN adalah penguatan jati diri dan karakter bangsa, cita-cita untuk menumbuhkan rasa kebangsaan, menghormati perbedaan, dan memupuk rasa kebersamaan di kalangan generasi muda melalui wadah paduan suara dan orkestra nasional yang tinggi mutu. Ini semua didasari oleh semangat dan motivasi yang tinggi dari anak-anak yang terpilih dari 34 provinsi yang memiliki kemampuan tinggi dan kreativitas di bidang musik dan seni khususnya vokal/tarik suara. Sejak 2005, sejalan dengan visi dan misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, penguatan karakter dan jati diri di kalangan generasi muda terus digencarkan. Nilai-nilai Pendidikan karakter yang meliputi religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas menjadi basis pembinaan dan persyaratan bagi peserta GBN.

Gita Bahana Nusantara berfoto bersama setelah Upacara Pengibaran Bendera selesaiPokja Pengembangan

Latihan anggota Gita Bahana Nusantara sebelum peringatan hari kemerdekaan IndonesiaJessika Nadya Ogesveltry Sesaat sebelum pergelaran Gita Bahana Nusantara 2022Jessika Nadya Ogesveltry

juga terjadi pada eks alumni Gita Bahana Nusantara. Sekalipun saat ini ikatan alumni mereka belum terlalu kuat, ke depan ikatan itu akan semakin kokoh berkat kegiatan bersama yang dilakukan setelah menjalani latihan GBN. Soliditas alumni GBN akan berdampak positif bagi perkembangan kesadaran kebangsaan di Indonesia. Jaringan alumni GBN juga dapat berperan sebagai wahana untuk memotivasi anak-anak muda agar mengembangkan kemampuan olah vokal dan bermusik secara maksimal di daerah masingmasing. Tampil Beda Penampilan GBN tahun 2022 menjadi anugerah istimewa. Setelah dua tahun tampil secara daring akibat merebaknya pandemi Covid-19, kini mereka akan tampil secara langsung di lapangan. Ada semangat dan nuansa kangen untuk berkumpul, berbagi cerita dan membaur bersama untuk satu tujuan: membawakan lagu pusaka di Istana PesertaNegara.

Sejajar dengan Paskibra Keberadaan GBN tidak ubahnya dengan pasukan pengibar bendera pusaka (PASKIBRAKA), mereka anak-anak terbaik negeri ini yang direkrut secara berjenjang mulai dari seleksi tingkat sekolah di tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi dan dua terbaik mewakili 34 provinsi. Masa penggemblengan mereka lebih lama. Biasanya 1 bulan menjelang 17 Agustus dilakukan pemusatan di bawah komando Garnisun, KOGARTAP dan Pasukan Pengaman Presiden (PASPAMPRES) di Lapangan PPPON Cibubur, Jakarta Timur. Ikatan persaudaraan mereka sangat kental selama menjalani masa pemusatan latihan. Mereka merasa senasib, sepenanggungan, dalam mengemban tugas negara yang tidak ringan. Untuk itu ikatan alumni Paskibra sangat kuat dan kompak; jejaring mereka berdampak positif bagi masa depan eks-peserta HarapanPASKIBRAKA.serupa

Selain persiapan pertunjukan musik, selama latihan di Depok mereka juga diberikan pembekalan “Motivasi dan Pengembangan Diri” dan pembekalan “Toleransi dan Wawasan Kebangsaan”. Panitia Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Korps Musik Kepolisian Republik Indonesia membimbing mereka untuk melakukan persiapan yang optimal. Sedangkan para pelatih terdiri dari guru sekolah musik kenamaan di negeri ini dan praktisi. Salah seorangnya adalah guru musik kenamaan, Purwatjaraka, yang juga terlibat dalam aransemen lagu dan sebagai narasumber.

Menghimpun anak-anak muda usia 16-23 tahun dengan teknik musikalitas yang tinggi, Gita Bahana Nusantara terdiri dari dua tim, yaitu tim paduan suara dan tim orkestra. Tim paduan suara terdiri dari 131 putra/putri hasil audisi dari 34 provinsi, sedangkan tim orkestra terdiri dari 68 orang remaja/ mahasiswa dari seluruh Indonesia.

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 27 hidup bersama untuk tujuan yang sama pula, yakni tampil sempurna di istana.

GBN tahun 2022 merupakan hasil audisi tahun 2021. Mereka teruji dalam suka dan duka ketika tampil di upacara 17 Agustus tahun 2021 saat covid-19 mendera negeri ini. Dengan segala keterbatasan, mereka tampil daring dari rumah masing-masing dengan cara direkam, sehingga tampak tersekat dalam kotak-kotak sebagai akibat dari hasil penyuntingan rekaman. Bisa jadi kurang menarik dan terkesan monoton, tetapi sebenarnya itu hasil kreativitas dalam merespon segala hambatan demi menyajikan karya luar biasa. Sebanyak 199 anak muda tampil bersama dalam GBN dengan semangat dan motivasi yang sama, menyuarakan lagu-lagu bernuansa perjuangan, nasionalisme dan partriotisme dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Itulah GITA BAHANA (NUSANTARA. Yayuk Sri Budi R. Kapokja Pengembangan)

KABAR BUDAYA RempahJalurBudayaMuhibah Telusur Jalur Masa MasaJelajahSilam,RempahDepan 28 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 29

Raut-raut kegembiraan dan semangat terpancar dari wajah para Laskar Rempah yang berjumlah 147 orang dan berasal dari 34 provinsi itu. kebahagiaan itu terlihat tidak pernah pudar dari wajah peserta kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah yang telah berlayar selama 32 hari mulai tanggal 1 Juni hingga 1 Juli 2022 menggunakan kapal legendaris, KRI Dewaruci, mulai dari titik keberangkatan hingga pada saat mendarat di tujuan. Kegiatan yang bertajuk Muhibah Budaya Jalur Rempah merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek bekerja sama dengan TNI AL, pemerintah daerah, hingga komunitas-komunitas lokal yang berada di setiap titik simpul jalur rempah nusantara. Sedianya kegiatan ini akan diselenggarakan tahun lalu, namun karena kondisi pandemi pada saat itu maka kegiatan ini baru dapat dilaksanakan pada tahun 2022. Kegiatan napak tilas jalur rempah ini dilaksanakan di enam titik simpul jalur rempah, yaitu Surabaya, Makassar, Baubau dan Buton, Ternate dan Tidore, Banda Naira, Kupang, dan berakhir kembali di Surabaya. Peserta dibagi menjadi empat rute yaitu rute Surabaya – Makassar yang berhasil diarungi oleh batch Lada, rute Makassar – Baubau dan Buton – Ternate dan Tidore yang telah dijajaki oleh batch Cengkeh, rute Ternate dan Tidore – Banda Naira – Kupang Dewa Ruci melintas di Banda NairaRedaksi Jalur Rempah

Tari Gandrang Bulo, sebuah tarian khas Sulawesi Selatan yang merupakan bentuk perjuangan para seniman pada zaman penjajahanRedaksi Jalur Rempah

30 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 yang ditelusuri oleh batch Pala, dan rute terakhir yaitu Kupang – Surabaya dan Mojokerto yang dijajal oleh batch Cendana. Penamaan batch merujuk pada kekhasan jenis rempah di setiap titik simpul yang dilalui dan kekhasan jenis rempah dari setiap titik ini ditandai dengan penanaman bibit pohon rempah di setiap titik sebagai simbol kehadiran Laskar Rempah sekaligus selaras dengan konsep sustainable living Titik-titik simpul Jalur Rempah Titik simpul pertama sekaligus titik terakhir dalam rangkaian kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah tahun 2022 adalah Surabaya dan Mojokerto. Selain sebagai basis KRI Dewaruci, Surabaya di masa lalu memiliki peran sebagai pendukung ekonomi khusunya pada masa Majapahit. Oleh karena itu, titik simpul ini menempel langsung dengan Kota Mojokerto sebagai sebuah kesatuan simpul yang menarik untuk dieksplorasi oleh para Laskar Rempah. Napak tilas bermula dari Pelabuhan Kalimas, Menara Syahbandar, dan Pasar Pabean, ekplorasi pusat-pusat perdagangan rempah di wilayah Surabaya berlanjut ke pusat kerajaan Majapahit di Kecamatan Trowulan, Mojokerto sebagai salah satu kawasan situs arkeologi terbesar dan ke sekolah presiden pertama RI, Soekarno. Di kota Makassar terdapat situs dan museum penyimpanan karya budaya Nusantara, seperti kapal Pinisi dan naskah La Galigo yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai intangible cultural heritage) dan sebagai memory of the world. Selain itu, Laskar Rempah mengunjungi situs dan museum Benteng Sumba Opu, Museum Karaeng Pattingaloang, Benteng Rotterdam, Museum La Galigo, Museum Kota Makassar, dan Komplek Makan Raja Tallo. Selanjutnya, Laskar berkunjung dan berdiskusi di Museum Balla Lompoa di Kabupaten Gowa yang diduga sebagai bekas istana Kerajaan Gowa sebagai poin penting atas ketokohan Karaeng Pattingaloang.

KRI Dewaruci sedang lego jangkar di Selat MaduraRedaksi Jalur Rempah Sambutan Mendikbudristek pada saat pelepasan KRI Dewaruci di Dermaga Madura Koarmada II, SurabayaRedaksi Jalur Rempah

Titik simpul kota Baubau dan kabupaten Buton di Pulau Buton menjadi signifikan karena disebut di dalam kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca (1365 M) yaitu; Butuni. Pulau ini merupakan ‘Zona Penghubung’ (Zone of Connector) dan sebagai ‘Pedagang Perantara’ (Trader of Agency) antara pusat rempah-rempah di Kawasan Timur Indonesia dengan pusat industri pengolahan rempah-rempah di kawasan

Tari Jejer Gandrung dalam pelepasan KRI DewaruciRedaksi Jalur Rempah

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 31 barat Indonesia. Laskar Rempah selanjutnya berkunjung ke Benteng Wolio di bekas Kesultanan Buton. Selain itu Laskar Rempah juga diajak untuk mengenal lebih dekat kehidupan suku Bajo di kecamatan Wabula. Titik simpul Ternate dan Tidore mengingatkan pada empat kesultanan Maluku lama yaitu, Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo yang disebut dengan Moluku Kie Raha. Di Ternate, Laskar pala dan fuli hingga abad ke18. Pulau ini disebut dalam Kitab Negarakertagama sebagai Wandan dan dianggap masuk ke dalam wilayah Kerajaan Majapahit dan pada masa kolonial sempat menjadi primadona di kalangan bangsa-bangsa Eropa sehingga pada tahun 1667, Inggris menukar pulau Run dengan pulau Manhattan, New York. Jejak-jejak rempah di pulau Banda ditelusuri oleh Laskar Rempah di beberapa lokasi seperti Benteng Belgica, Masjid Tua Kampung Baru, Benteng Nassau, dan Istana Mini. Selain itu, mereka juga mengunjungi Rumah Bung Hatta, Rumah Tjipto Mangoenkoesoemo, dan Rumah Iwa Kusumo Sumantri, bekas tempat tinggal beberapa tokoh nasional yang pernah diasingkan ke Banda. Muhibah Budaya Jalur Rempah juga menjadi momen terwujudnya kunjungan bersejarah melalui acara Baku Dapa Basudara Wandan (Bertemunya Saudara Wandan) yang untuk pertama kalinya setelah 401 tahun, sejak leluhur mereka terusir dari Banda oleh VOC kembali menginjak tanah Banda. Basudara Wandan adalah anak cucu keturunan Banda yang sekarang menetap di Kepulauan Kei yang disebut Banda Eli/Ely dan Banda Elat. Pada masa kolonial, leluhur mereka selamat dari pembantaian VOC karena menolak upaya monopoli perdagangan pala dan rempahrempah di sana. Titik terakhir, yaitu Kupang, adalah wilayah yang terkenal dengan kayu cendana tanaman endemik di Nusa Tenggara Timur dan kualitasnya tercium harum hingga India, Tiongkok, Arab, dan Reog dalam pelepasan KRI DewaruciRedaksi Jalur Rempah

32 I INDONESIANA VOL. 14,

Eropa. Di titik ini, para laskar singgah di Kupang dan berkesempatan untuk mengunjungi dan melihat langsung serta berdiskusi di kebun cendana di desa Nitneo. Selain mengenal lebih dekat tanaman cendana, Laskar Rempah juga diberikan edukasi mengenai tenun. Belajar Budaya Bahari di Kapal Dewaruci “Nenek moyangku seorang pelaut” Begitulah kira-kira spirit dalam kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah yang pada setiap batch rata-rata berlayar selama 2-5 hari. Selama di pelayaran peserta diberikan materi kemaritiman dan basic training safety yang diberikan oleh kru KRI Dewaruci kapal milik TNI AL yang masih aktif menggunakan layar saat pelayaran berlangsung. Penggunaan layar ini serupa dengan pengalaman dari para pelaut terdahulu yang menggunakan kapal tradisional yang tenaga pendorongnya mengandalkan itu, materi peran layar yang meliputi cara mengembangkan dan menggunakan layar menjadi relevan untuk diberikan kepada peserta. Selain itu, peserta juga diberikan pengenalan cara bernavigasi, yaitu dua cara yang dilakukan dalam menentukan posisi navigasi, yaitu dengan menggunakan GPS maupun dengan menggunakan rasi bintang, cara menentukan posisi kapal warisan nenek moyang. Materi lain adalah pengetahuan membaca star chart (peta rasi bintang) untuk menentukan posisi kapal.

Yang menarik adalah pada saat kapal melewati garis khatulistiwa, yaitu di rute Baubau – Ternate dan rute Tidore – Banda, KRI Dewaruci melaksanakan tradisi Mandi Khatulistiwa. Tradisi mandi khatulistiwa ini wajib dilakukan oleh semua penghuni kapal termasuk Laskar Rempah. Pada saat melewati garis khatulistiwa, semua awak kapal dan Laskar Rempah berkumpul di (istri Dewa Neptunus), Davy Jones (utusan kepercayaan Dewa Neptunus), dan punggawa (pengikut setia Davy Jones). Selanjutnya, salah satu kru kapal memandu peserta untuk melakukan perenungan dan dilanjutkan dengan menghadap Dewa Neptunus satu per satu. Dewa Neptunus kemudian menyiram setiap peserta dengan air kembang yang diberikan campuran khas Dewaruci. Setelah selesai mandi, peserta diberikan ramuan berupa jamu yang diracik khusus. Di akhir acara, peserta berfoto bersama dan diberikan sertifikat yang menjadi penanda pernah mengikuti mandi khatulistiwa. Menurut Sugeng Hariyanto, tradisi mandi khatulistiwa ini juga tetap dilakukan ketika melewati garis khatulistiwa yang berada di teritori wilayah asing. Momen penting lain yang dialami peserta saat berlayar adalah melakukan prosesi tabur bunga di Laut Bali dalam rangka 2022 Tari Soya-soya yang ditonton oleh anak-anak sekolahRedaksi Jalur Rempah

Sambutan dari Kemendikbudristek,DirjenHilmar FaridRedaksi Jalur Rempah

Kemendikbudristek

kru kapal dan Laskar Rempah satu per satu menaburkan bunga ke perairan Bali. Ketika prosesi berlangsung, semua kru kapal mengenakan seragam TNI AL berwarna putih, sementara para Laskar Rempah mengenakan pakaian khas masing-masing daerahnya. Nabila Putri Delinda, Laskar Rempah Provinsi Jawa Timur, merasa sangat beruntung bisa mengikuti prosesi tersebut. Menurut Nabila, meskipun mereka tidak mengenal korban satu per satu namun setidaknya mereka dapat mewakili Laskar Rempah Indonesia memberikan penghormatan terakhir dan bisa mendoakan yang terbaik untuk KRI Nanggala 402. Jalur Rempah sebagai Bagian dari Peradaban Dunia Kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah hanyalah satu upaya Kemendikbudristek mengajukan jalur rempah ke UNESCO sebagai salah satu warisan budaya. Jalur rempah bukan sekedar jalur perdagangan rempah-rempah nusantara ke pasar perdangannya dunia. Jalur yang tercipta di masa lalu ini telah meninggalkan berbagai jejak budaya seperti terciptanya benteng, aneka macam kuliner, pengobatan, kosmetik, hingga karya seni. Jejak artefak rempah ini juga ditemukan di peradaban klasik dunia, seperti Mesopotamia, Mesir Kuno, India, dan Tiongkok. Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, menyatakan bahwa rempah-rempah nusantara memiliki peranan penting dan menjadi komoditas utama yang mampu memengaruhi kondisi politik, ekonomi, maupun sosial budaya dalam skala Dirjenglobal.Kebudayaan

Tari Sekar Mojo oleh Siswi SMP Negeri kota MojokertoRedaksi Jalur Rempah

Hilmar Farid mengatakan, “Jalur Rempah bukan hanya perdagangan rempah semata, tetapi juga terjadi pertukaran budaya. Kita berharap para Laskar Rempah dapat menghidupkan kembali pertukaran dan pergaulan budaya seperti yang terjadi ribuan tahun lalu melalui Jalur Rempah”. (Anny Veradiani: Pamong Budaya Ahli Muda Kemendikbudristek)

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 33

34 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 KABAR BUDAYA Sektor Budaya, Kunci EkonomiPemulihanGlobal Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan serta Koordinator Pertemuan Tingkat Menteri Kebudayaan G20 melalui gelar wicara “Kebudayaan untuk Bumi Lestari” bersama Maudy AyundaDokumentasi Ditjen Kebudayaan

Lima Isu Utama Terdapat lima isu utama yang diangkat dalam G20 Culture Ministers Meeting. Pertama, mengenai peran budaya sebagai pembuka kesempatan dan pendorong gaya hidup berkelanjutan (enabler and driver of sustainable living). Apa peran seni dan budaya dalam transisi dari Normal Lama ke Normal Baru yang dapat mendorong gaya hidup yang lebih berkelanjutan? Akan dibahas juga aneka pertanyaan mengenai argumen terbaik untuk berinvestasi di sektor budaya dan seni. Kedua, mengenai dampak ekonomi, lingkungan dan sosial dari kebijakan berbasis budaya. Apa yang dapat mendorong kepala negara dan pemerintahan, menteri keuangan, ekonomi, pendidikan dan budaya, serta para pemimpin bisnis dan investor keuangan, dan otoritas lokal untuk mengejar kebijakan yang diarahkan pada gaya hidup yang lebih berkelanjutan berbasis sumber daya budaya? Selain itu, manfaat ekonomi, lingkungan, dan sosial apa yang dapat mengarahkan mereka untuk menerapkan pendekatan baru dan lebih inovatif serta berinvestasi lebih besar di sektor seni dan budaya? Ketiga, tentang cultural commoning atau pengelolaan bersama atas sumberdaya budaya yang mempromosikan gaya hidup berkelanjutan di tingkat lokal. Komunikasi budaya atau partisipasi kolektif dalam pengelolaan sumber daya budaya semakin dilihat sebagai kunci untuk mempromosikan gaya hidup berkelanjutan secara endogen. Apa yang dapat dipelajari dari negara dan/ atau daerah yang telah memberikan terobosan dalam praktik tersebut? Apa yang dapat digali dari praktik terbaik di negara-negara dengan tingkat pembangunan yang berbeda?

Pemerintah Indonesia adalah tuan rumah G20 Culture Ministers Meeting atau Forum Kementerian Kebudayaan yang akan diselenggarakan di kawasan Candi Borobudur, Jawa Tengah, pada 12-13 September 2022. Forum ini dirancang dengan maksud mendorong agenda pemulihan global yang berlandaskan potensi budaya. Dua tujuan utamanya adalah (1) membangun konsensus global untuk normal baru yang lebih berkelanjutan dan (2) menginisiasi agenda pemulihan global melalui pembentukan Global Arts and Culture Recovery Fund. Muaranya adalah kesepakatan di antara negaranegara G20 mengenai strategi terpadu untuk memulihkan perekonomian global melalui prioritas pemulihan bagi sektor kebudayaan.

PenusurDokumentasi Ditjen Kebudayaan Fannaggi, BiakDokumentasi Ditjen Kebudayaan

Wor

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 35

Sira, Karo

Keempat, mengenai tantangan untuk mewujudkan akses yang adil terhadap keuntungan ekonomi budaya. Apa alternatif terbaik untuk memperdalam kolaborasi masa depan antara negaranegara anggota dan komunitas global untuk mencapai distribusi ekonomi budaya yang adil dan seimbang melalui dukungan efektif terhadap produksi dan distribusi konten dan bakat lokal? Bagaimana teknologi, dan manfaat modernisasi, dapat digunakan untuk membuka peluang yang sama bagi tumbuhnya ekonomi budaya dan memastikan apresiasi yang adil bagi pencipta dan seniman yang terkena dampak pandemi? Terakhir, tentang bentuk mobilisasi sumber daya internasional yang diperlukan untuk mengarusutamakan pemulihan yang berkelanjutan. Tantangan apa yang harus diatasi dalam mobilisasi dan alokasi sumber daya domestik dan internasional untuk mencapai gaya hidup yang lebih berkelanjutan? Bagaimana bentuk dan mekanisme yang harus diambil dalam strategi mobilisiasi sumber daya itu demi mempercepat pemulihan sektor budaya yang terkena dampak pandemi?

36 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

Ritual Appapole, MakassarDokumentasi Ditjen Kebudayaan Seba’ Baduy, Banten - Dokumentasi Ditjen Kebudayaan

Dana Pemulihan Global untuk Sektor Kebudayaan Untuk dapat menjawab kelima isu tersebut, G20 Culture Ministers Meeting akan memprakarsai gotong royong global untuk memulihkan sektor budaya yang dapat berperan sebagai pendorong pemulihan ekonomi dunia yang lebih berkelanjutan. Gotong royong itu diwujudkan melalui pembentukan Global Arts and Culture Recovery Fund. Usulan ini dilandasi oleh pertimbangan atas keparahan dampak pandemi terhadap sektor budaya. Pandemi COVID-19 berdampak parah pada sektor ekonomi budaya. Menurut laporan UNESCO baru-baru ini, 750 miliar USD dari kontribusi ekonomi sektor industri budaya global menghilang pada tahun 2020 (setara dengan total PDB Thailand pada tahun 2019), lebih dari 10 juta pekerjaan di sektor industri budaya global menghilang pada tahun 2020 (sekitar 80% dari pekerjaan yang hilang berada di kota-kota besar), dan ada penurunan 21% dalam kontribusi ekonomi sektor industri budaya global terhadap perekonomian setiap negara pada tahun 2020 (penurunan lebih dari 12% selama Krisis Keuangan 2008). Dampak ini terasa di setiap subsektor budaya: 13% museum di seluruh dunia tutup permanen karena pandemi pada tahun 2020 (27% di Asia), pendapatan dari sektor musik di Jerman turun 75% pada tahun 2020, rata-rata pendapatan yang hilang dialami oleh setiap seniman di AS mencapai 21.500 USD pada tahun 2020, demikian pula untuk subsektor budaya lainnya. Adanya skema pendanaan global untuk budaya terbukti efektif dalam mendorong apresiasi terhadap keragaman budaya dan ekonomi budaya yang tumbuh di atas landasan tersebut. Salah satu contohnya adalah International Fund

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 37 for Cultural Diversity (IFCD) yang dikelola oleh UNESCO. Sejak 2010, platform pendanaan ini telah berhasil mendanai 105 proyek di 54 negara berkembang dengan nilai US$7,5 juta yang memungkinkan perubahan struktural di sektor budaya dan kreatif dengan berinvestasi pada proyek yang memperkuat tata kelola dan kebijakan publik, pelatihan kejuruan dan kewirausahaan, akses pasar, dan partisipasi dan inklusi.

Presidensi Indonesia berkomitmen untuk menginisiasi pengembangan Global Arts and Culture Recovery Fund (GACRF) dengan memberikan pendanaan awal sebesar 1 juta USD. Platform pendanaan ini diharapkan menjadi platform untuk memulihkan sektor ekonomi budaya, terutama di negara-negara berkembang dan kurang berkembang, yang terkena dampak parah pandemi, dengan fokus pada komunitas seniman dan pekerja budaya yang mengerjakan proyek untuk mempromosikan kehidupan yang berkelanjutan. Platform ini merupakan praktik untuk menciptakan New Normal yang berkelanjutan. Dengan GACRF, sektor seni dan budaya global dapat pulih lebih cepat dan kembali berperan besar dalam mendorong terwujudnya cita-cita kesempatan13dapatdiharapkananggotadukunganberkelanjutan.pembangunanDengannegara-negaraG20danUNESCO,GACRFinidiluncurkanpadaSeptember2022,pada G20 Culture Ministers Meeting Agenda Pemulihan Global Pemulihan sektor seni budaya hanya dapat dilakukan jika ada dukungan tidak hanya bagi para aktor di negara maju, tetapi juga dan bahkan terutama bagi para aktor di negara berkembang.

Tidak akan ada pemulihan ekonomi budaya global jika negara maju hanya fokus pada pemulihan sektor ekonomi budaya di negaranya sendiri. Di sinilah masyarakat global benar-benar dapat mengambil manfaat dari filosofi gotong royong karena ekonomi budaya global membentuk suatu ekosistem di mana setiap negara berperan penting dalam pergerakan seluruh rantai pasok produk Untukbudaya.itulah diperlukan GACRF sebagai sarana untuk mempercepat proses pemulihan sektor ekonomi budaya, terutama di negara-negara berkembang yang terdampak parah akibat pandemi. Dengan GACRF ini, sektor seni dan budaya global dapat pulih lebih cepat dan kembali berperan besar dalam mendorong terwujudnya cita-cita pembangunan berkelanjutan. (Martin Suryajaya, Indonesiana).

Ritual Nyobeng Sebujit oleh Suku Dayak BidayuhDokumentasi Ditjen Kebudayaan

PANCA DAN SILA MENONTON ACARA DOKUMENTER TENTANG SERUNYA KEGIATAN NGAKOB IKAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG RIMBA DI PROVINSI JAMBI. AKUHOREEEE..DAPATIKAN. HMMMM .... RASA IKAN REBUS PASTI ENAK SEKALI. AHA! KITA BISA NGAKOB IKAN, BAGAMANAHAH?LHO!CARANYA?TIDAKADASUNGAISIDEKITARSINI. GIMANA NIH? PANCAA .. SILAA ..! KOLAM DI HALAMAN BELAKANG RUMAH TERLIHAT SEPERTI SUNGAI DAN HUTAN YANG ADA DI PROVINSI JAMBI SEPERTI ACARA DOKUMENTER YANG MEREKA TONTON. PANCA DAN SILA MELAKUKAN KEGIATAN NGAKOB IKAN SEPERTI YANG BIASA DILAKUKAN OLEH ORANG RIMBA DI KOLAM HALAMAN BELAKANG RUMAH MEREKA AYAH TERKEJUT DAN BERTERIAK KEPADA PANCA DAN SILA KARENA BERMAIN DAN MENANGKAP IKAN YANG DIPELIHARA DI KOLAM BELAKANG RUMAH Ngakob Ikan adalah Suatu Tradisi menangkap ikan dengan menggunakan kedua telapak tangan ketika musim kemarau tiba, yang biasa dilakukan oleh Suku Anak Dalam, Provinsi Jambi. Naskah oleh Debby Lukito NGAKOB IKAN KOMIKSTRIP 38 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

HARI INI, SEKOLAH MENGADAKAN ACARA KARYA WISATA KE SEBUAH DESA DI PINGGIR KOTA UNTUK MELAKUKAN KEGIATAN RUTIN ‘BERSIH-BERSIH LADANG‛.

YANG BISA BERMANFAAT UNTUK PENGOBATAN, LHO. DARI RAE RAFI, KITA BELAJAR TANAMAN OBAT YA, PAK. KREEEEEEN! TERIMA KASIH, PAK! TERIMA KASIH PADA MASYARAKAT ADAT RAE TAFI, DONG! Masyarakat adat Rae Tafi di Provinsi Papua Barat memiliki tradisi Inisiai Wuon. Dalam tradisi ini, anak laki-laki yang memasuki fase dewasa akan ditempa dan didik secara khusus selama enam bulan hingga satu tahun untuk menjadi laki-laki yang bertanggung jawab dan mandiri Naskah oleh Debby Lukito TANAMAN OBATDISEKITAR KITA VOL. 14 2022W INDONESIANA I 39 CINTATRADISI

NAH! KETEMU PAK ADA LIDAH BUAYA. TAHU MASYARAKATENGGAK?ADATRAE TAFI PUNYA TRADISI UNIK, LHO! GELL LIDAH BUAYA BISA DI GUNAKAN UNTUK MENGOBATI LUKA. HEY, KAMU ENGGAK APA-APA? PANCA, COBA CARIKAN TANAMAN LIDAH BUAYA UNTUK MENGOBATI LUKANYA SAKITT..ADUHH..

WAH! ADA BANYAK SAMPAH BERSERAKAN DI SEKITAR DESA. PANCA DAN TEMAN-TEMAN MEMBERSIHKAN SAMPAH DENGAN PENUH SEMANGAT. TIBA-TIBA, ADA YANG TERJATUH! PANCA, PAKGURU DAN TEMAN-TEMAN BERUSAHA MENOLONGNYA.

MEREKA TINGGAL DI PROVINSI PAPUA BARAT, ANAK LAKI-LAKI YANG BERUSIA 14 TAHUN HARUS MENGIKUTI TRADISI INISIASI WUON. ANAK LAKI-LAKI ITU BELAJAR BERBURU, MEMBUAT RUMAH, MENGHORMATI ALAM SEMESTA, BELAJAR TANAMAN HERBAL, HINGGA MENYEMBUHKAN SAKIT KITA BISA BELAJAR DARI INISIASI WUON ITU, BAHWA BANYAK TANAMAN DI SEKITAR KITA

INFOGRAFIS PETA KOMUNITASSEBARANADAT107Aceh48SumatraUtara BaratKalimantan19 TengahKalimantan3 Riau66 Kepulauan12 Riau Jambi50 Sumatra49 Bengkulu13Barat Banten331BantenJawaBarat18JawaBarat1D.K.IJakarta D.I.2 Yogyakarta selatanKalimantan6Bali5Jawa20Timur

BaratSulawesi1TimurKalimantan2 UtaraSulawesi4 UtaraMaluku211Maluku Papua60 Barat Papua247 Nusa16Tenggara Barat Nusa1 Tenggara Timur Sulawesi28 Selatan DirektoratSumber: Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat

ingatan pada (Alm) Syarifuddin Daeng Tutu, maestro Sinrilik dari Gowa. Daeng Tutu pernah mengatakan bahwa panggung sinrilik adalah medium interaksi pasinrilik (pelaku) dan penonton sehingga tercipta rasa kebersamaan yang hangat. Panggung ini disebut sebagai panggung organik, yaitu panggung yang tidak membutuhkan pelantang suara atau tata cahaya memadai ala pertunjukan modern.Nyatanya, sinrilik merupakan tradisi yang terbingkai rapi dalam memori baik bagi individu maupun kolektif masyarakat Makassar. Oleh sebab itu, panggung organik sinrilik praktis menjadi ruang “recalling” atau sebagai panggung memori manusia Makassar. Memang, warga masyarakat telah lama tak menyaksikan pertunjukan sinrilik, tapi begitu mereka disuguhkan kembali, beragam ingatan masa lalu mereka perlahan muncul dan memenuhi pikiran mereka. Sinrilik dan Manusia Makassar Sinrilik adalah tuturan yang diiringi kerek-kerek gallang atau kesok-kesok yang merupakan salah satu jenis tradisi lisan masyarakat Makassar. Keberadaannya bagaikan bulan purnama yang langka dan dinantikan. Momen kedatangannya disebut sebagai pannyaleori atau pelipur lara. Di beberapa daerah yang dikunjungi penulis hampir tidak ditemukan lagi pasinrilik aktif (seniman sinrilik).

SENI PERTUNJUKAN

42 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

Pasinrilik Daeng Aco (75 tahun)Muhammad Mughiits

Menurut kamus Bahasa MakassarIndonesia sinrilik berarti prosa-lirik. Sedangkan, menurut Syarifuddin Daeng Tutu, sinrilik merupakan pertunjukan yang memadukan antara seni tutur dan instrumen yang dinamai kesokkesok Akkesok dalam bahasa Makassar secara harfiah berarti menggesek-gesek

Ternyata masyarakat di pedesaan Sulawesi Selatan diam-diam rindu pada irama kesok-kesok Buktinya, saat masyarakat Labbakkang mendengarkan lantunan Sinrilik I Manakku Caddi-caddi oleh Arif Daeng Rate, beragam ekspresi tiba-tiba muncul. Ada yang diam penuh khidmat; sesekali mengusap air mata; bahkan ada yang sampai memukul lantai dan bersorak pada saat mendengarkan penggalan cerita Kejadianandalannya.itumemanggil

Dalam konteks keseharian, sinrilik dikenal masyarakat Makassar sebagai salah satu jenis ikan laut dengan nama latin Caesionidae Sp. Diduga terdapat hubungan antara ikan sinrilik dengan tradisi lisan sinrilik yaitu secara struktur ikan sinrilik yang dianalogikan sebagai instrumen Pa’rasangannakesok-kesoktuMangkasaraka (masyarakat Makassar) memiliki jenis sinrilik yang khas sesuai daerah masingmasing di Makassar, Gowa, Maros, Pangkep, Takalar, Jeneponto, Bulukumba, dan Selayar. Tidak heran jika sebagian sinrilik menggunakan nama tokoh sebagai judul, seperti, I Maddi Daeng ri Makka, berasal dari Jeneponto; I Manakku Caddi-caddi, bangsawan berdarah Luwu dan Bone yang latar ceritanya berkembang di Labbakkang-Pangkep; Tuanta Salamaka Syekh Yusuf, berasal dari Gowa; Datu Museng dan Maipa Deapati, sepasang kekasih dari Gowa dan Sumbawa, dan beberapa lainnya. Hal itu menandakan bahwa sinrilik telah menjadi bagian identitas lokal rumpun Makassar. Organologi Sinrilik Secara organologi, instrumen kesok-kesok tergolong dalam klasifikasi alat musik jenis cordophone, yaitu sumber suaranya berasal dari senar atau dawai. Kemudian, pada struktur bentuk, kesok-kesok memiliki kemiripan dengan instrumen rebab, yaitu memiliki dua senar dan membran kulit sebagai penutup resonator tabung. Cara membunyikannya dengan menggesekkan busur pada senar yang Bahanditegangkan.yangmenubuh pada instrumen kesok-kesok terdiri dari kayu pilihan untuk bodi umumnya menggunakan kayu cempaka, kayu nangka, dan kayu jati putih, sedangkan pada membrannya menggunakan kulit kambing muda/ remaja, babat kerbau, atau kulit biawak. Komponen pada bow menggunakan ekor kuda sebagai penggesek senar yang dibentangkan pada kayu melengkung terlihat seperti busur panah. Menurut keterangan Yusuf, seorang pengrajin alat musik tradisonal di Gowa, dawai yang digunakan pada kesok-kesok dahulu berasal dari usus hewan, setelah itu beralih ke kawat tembaga. Seiring perubahan dan waktu yang berjalan, terjadi inovasi pada instrumen kesok-

Sinrilik: Panggung MasyarakatMemoriMakassar suatu permukaan benda ke benda yang lain. Dalam konteks ini, kesok-kesok merupakan sebuah alat musik yang dimainkan dengan cara digesek.

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 43

yang hendak mengundang seorang pasinrilik, cukup dengan mendatanginya bahkan sekadar lewat telepon pun sudah bisa. Pertunjukan sinrilik berlangsung setelah salat Isya hingga menjelang azan Subuh berkumandang yang menyebabkan pasinrilik atau pakesoksambilan bagi pakoko—tukang kebun atau petani. Namun di era ini, pasinrilik merupakan seniman pertunjukan popular yang menjadi profesi yang bernilai ekonomis. Daeng Tutu juga menuturkan bahwa pertunjukan sinrilik dahulunya dilakukan dengan saling sinrilik Kesok-kesokMuhammad Fadhly Kurniawan

44 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 kesok dan tembaga digantikan oleh senar gitar seperti yang kerap dijumpai hari ini. Bagian kepala kesok berfungsi senarlubangterdiripenampungsebagaipasak,dariduasebelahkanan

dan kiri Khazanah Sinrilik Pada dasarnya, sinrilik terbagi atas dua jenis, yaitu s dan sinriliks dapat dijumpai ketika masyarakat Makassar melaksanakan suatu hajatan seperti perkawinan, sunatan, acara peresmian, syukuran masuk rumah, pesta panen, dan lain sebagainya. Dahulu, Adab yang perlu diperhatikan

44 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 Para perawat

Muhammad Mughiits

duduk melingkar. Hal tersebut bila ditelisik mengandung aspek sipakatau saling menghormati, sipakalabiri—saling menghargai, agar saling sipakainga yaitu saling mengingatkan. Ketiga aspek tersebut merupakan nilai dasar yang mengikat moral manusia Makassar dalam bermasyarakat. Sinrilik dan Panggung Memori Dalam pengamatan beberapa tahun terakhir, pertunjukan organik sinrilik tidak lagi tercipta di panggung populer, khususnya di kota Makassar. Dapat dikatakan bahwa saat ini kemasan pertunjukan sinrilik menitikberatkan pada aspek estetika panggung dan hanya dilihat dengan sudut pandang monovisual di mana konsentrasi pertunjukan hanya terfokus pada pasinrilik, padahal, idealnya, kesatuan pertunjukan antara pasinrilik dan penontonnya. Untungnya, pada 10/04/2021 penikmat sinrilik berkesempatan menyaksikan pertunjukan organik sinrilik di InilahLabbakkang—Pangkep.pertunjukanorganik sinrilik; sebuah ruang untuk me-recalling memory masyarakat Makassar. Banyak ingatan lampau dihadirkan kembali dalam panggung tersebut. Buktinya, sesekali di antara mereka saling menggoda dan beradu argumen saat pertunjukan berlangsung. Inilah yang dikatakan sinrilik sebagai pannyaleorina tu Mangkasara yang artinya pelipur lara manusia KisahMakassar.

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 45

Manakku Caddi-caddi. Sang tuan rumah bernazar bahwa pada suatu hari kelak apabila ia telah sukses dalam usahanya, ia akan mengundang pasinrilik sebagai bentuk rasa syukur atas spirit—buah dari etos kerja—sinrilik tersebut. Peristiwa itu dapat dikatakan sebagai appalappasa tinjak atau melepas hajat sekaligus melepas rasa rindu mendengarkan sinrilik kembali setelah puluhan tahun Sinriliklamanya.adalah bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Makassar dan bukan sekadar hiburan pelengkap acara. Panggung sinrilik ialah ruang pengetahuan kultural dan memori manusia Makassar yang adi luhung, jangan sampai ternoda dengan hanya dijadikan sebagai “formalitas identitas”, bahkan, panggungnya menjadi Daeng Aco sang perawat panggung memoriMuhammad Mughiits

I Manakku Caddi-caddi, misalnya, merecall kisah terkait etos kerja yang dialami Daeng Rate ketika

46 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 MANUSKRIP

46 I INDONESIANA 2022

Meneroka Hikayat Seribu MasalahH

Kitab Hikayat Seribu MasailSyefri Luwis

ikayat Seribu Masalah atau dikenal juga dengan istilah Kitab Seribu Mas’alah atau Kitab Seribu Mesail merupakan karya sastra bergenre sastra kitab. Kitab ini berkisah tentang seorang pendeta Yahudi bernama Abdullah Ibnu Salam yang berasal dari benua Khaibar dan bertanya jawab dengan Nabi Muhammad. Apabila semua pertanyaan dapat dijawab oleh Nabi Muhammad, maka Abdullah beserta kaumnya akan memeluk agama Islam. Pertanyaan yang diajukan sangatlah banyak. Hal ini sesuai dengan judulnya “Seribu Masalah”, namun demikian masalah yang diajukan tidak sampai berjumlah seribu. Kitab ini pertama kali disebutkan dalam ringkasan Al-Tabari dalam bahasa Parsi pada tahun 963. Dalam kitab disebutkan mengenai sebuah kitab berjudul Mesail yang dibuat oleh Abu Ali Muhammad dalam bahasa CeritaArab. ini cukup populer pada masanya. Hal ini terbukti dari banyak bahasa dan tulisan yang merekamnya melalui proses terjemahan, salinan, dan saduran. Winsteadt (1969), seorang orientalis dan administrator kolonial berkebangsaan Inggris, berpendapat bahwa kisah Seribu

sudah hadir Malaikat Jibril di sebelah kanan dan Malaikat Mikail di sebelah kiri Nabi untuk membantu menjawab Temapertanyaan.pertanyaan yang diajukan dibagi menjadi empat, antara lain: a. Pertanyaan kosmogonis, yaitu mengenai bumi, langit, bulan, matahari, dan bintang. b. Pertanyaan eskatologis, yaitu mengenai hal-hal yang gaib, seperti surga, neraka, hari kiamat, malaikat, dan iblis. c. Pertanyaan teka-teki, seperti “ Anak apa yang lebih keras dari bapaknya?”, “Apa yang keras daripada api?”, “Apa yang mulia tiada berguna”. d. Pertanyaan mengenai arti bilangan, seperti “Apa yang esa tiada jadi dua, yang dua tiada jadi tiga”, dan seterusnya hingga pada bilangan yang keseratus. Manuskrip yang banyak dikaji penelitiSyefri Luwis

Masalah ini tidak hanya terekam dalam bahasa Arab dan Parsi melainkan juga terekam dalam terjemahan ke dalam bahasa Latin, bahasa Turki, dan bahasa Melayu pada abad 16. Selanjutnya, pada abad 18, cerita ini diterjemahkan ke dalam bahasa Portugis, Belanda, dan KepopuleranJawa. cerita Seribu Masalah ini mengundang para peneliti untuk mengakaji kisahnya. Pada tahun 1924, G.F. Pijper menjadikan Hikayat Seribu Masalah ini sebagai bahan kajian untuk studi doktoralnya. Dalam tulisannya, Pijper (1924) menemukan bahwa Hikayat Seribu Masalah merupakan saduran dari sebuah naskah berbahasa Parsi yang ditulis di India. Menurut laporan yang ditulis dalam bukunya yang berjudul Het Boek der Duizen Vragen, Pijper menyebutkan bahwa terdapat 15 manuskrip berjudul Hikayat Seribu Masalah yang tersimpan di Indonesia dan Belanda. Sedangkan Edwar Djamaris (1994) yang telah mentransliterasikan hikayat ini menyebutkan bahwa keberadaan manuskrip saat ini dapat dijumpai di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. Selanjutnya, Ronit Ricci juga menjadikan cerita Seribu Masalah sebagai objek kajian untuk studi doktoralnya (2006) dan menerbitkan hasil penelitiannya dalam sebuah buku berjudul Islam Translated: Literature, Conversation, and the Arabic Cosmopolis of South and Southeast Asia (2011). Dalam tulisannya, ia menjadikan cerita Seribu Masalah ini sebagai dasar untuk membuktikan proses persebaran agama Islam di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara (Nusantara) tidak hanya melalui jalur perdagangan dan dakwah saja, melainkan terdapat jalur tekstual (literary network). Jalur literary network ini berbentuk terjemahan teks-teks Arab (dalam hal ini cerita Seribu Masalah) ke dalam aksara dan bahasa lokal, seperti Tamil, Melayu, dan Jawa. Pada tahun 1994, Edwar Djamaris membuat ringkasan cerita Hikayat Seribu Masalah. Awal kisah dimulai dengan kedatangan Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah. Malaikat Jibril menyampaikan pesan kepada Nabi Muhammad untuk berkirim surat kepada seorang pendeta Yahudi yang bernama Abdullah Ibnu Salam (terkadang dalam teks disebut sebagai Samud Ibnu Salam).

Setelah Abdullah menerima surat itu, sadarlah ia bahwa Nabi akhir zaman telah lahir karena tanda-tanda kenabiannya sesuai dengan yang disebut dalam kitab Taurat, Zabur, dan Injil. Segeralah Abdullah menghimpunkan kaumnya untuk menjelaskan isi surat Nabi mengenai ajakan untuk memeluk agama Islam. Kaum Yahudi menanggapi isi surat itu dengan keraguan. Abdullah dan 700 kaumnya datang untuk menemui Nabi dan akan mengajukan “seribu masalah” yang terdapat dalam kitab Taurat, Zabur, Injil, dan Furqan. Nabi menyetujui dan bersedia menjawab semua pertanyaan. Di samping Nabi

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 47

48 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

Dalam ringkasan yang dibuat oleh Liaw Yock Fang (2011), untuk pertanyaan yang menyangkut akidah (termasuk topik eskatologis), Nabi Muhammad menjawab bahwa beliau adalah nabi dan rasul, agama itu banyak dan berbedabeda menurut umatnya, agama Islam itu adalah agama Allah, dan orang yang masuk surga ialah orang yang menyebut dua kalimat syahadat. Tentang rupa Jibril dikatakan bahwa Jibril itu bukan laki-laki dan bukan perempuan, wajahnya seperti bulan purnama empat belas hari yang cahayanya gilang gemilang, dan sayapnya sangat banyak dan besar.

Kitab yang terekam dalam berbagai bahasaSyefri Luwis

Mengenai pertanyaan bilangan dikatakan bahwa esa tiada menjadi dua karena Allah Taala itu esa dan tiada sekutu baginya. Dua tiada menjadi tiga karena Nabi Adam dan Hawa adalah dua. Demikian juga zat dan Allah, bulan dan matahari, siang dan malam, tinggi rendah, jauh dan dekat, semuanya adalah dua. Mengapa tiga tidak menjadi empat, empat tidak menjadi lima dan seterusnya hingga 30 merupakan pertanyaan yang jawabannya telah tersedia dan sesuai.

Pertanyaan kosmogonis adalah bahasan mengenai penciptaan alam, langit, bumi, matahari, bulan, dan bintang.

Sedangkan pertanyaan mengenai tekateki jawabannya adalah “Anak yang lebih keras daripada bapak ialah besi yang berasal dari batu”; “yang lebih keras daripada api adalah angin”; “yang senantiasa terbang ke udara adalah burung Paksa”; “perempuan yang beranak dengan tiada laki-laki adalah Siti Mariam”; “Perempuan yang keluar dari laki-laki adalah Siti Hawa”; “Orang yang hidup dalam kubur adalah Nabi Yunus”;, dan “Anak yang dilahirkan itu akan serupa dengan ibunya, kalau ibunya lebih dulu berahi daripada bapaknya. Kalau bapaknya lebih berahi, anak itu akan serupa dengan bapaknya”.

Cerita selanjutnya adalah mengenai penciptaan Nabi Adam, pembuangannya ke dunia, dan anaknya Kabil dan Habil. Kisah ini disusul dengan cerita Nabi Musa yang memukulkan tongkatnya pada laut, Nabi Nuh dan kapalnya yang panjang. Sesudah itu tersedian jawaban mengenai penciptaan bumi, bukit Saud merupakan tempat orang kafir masuk ke neraka, keadaan di surga, penciptaan Nur, neraka dan sifatnya, dan hari kiamat. Kitab ini berakhir dengan topik mengenai umur Nabi SesudahAdam.mendengar jawaban Nabi Muhammad atas pertanyaanpertanyaannya, Abdullah Ibnu Salam pun mengakulah bahwa “zat Allah itu esa, tiada sekutunya, tiada beribu dan tiada berbapak, dan tiada beranak dan tiada diperanakkan, dan tiada berupa, dan tiada bermisal.” Abdullah dengan kaumnya lalu memeluk agama Islam. Kemudian Nabi Muhammad menjamu Abdullah dan kaumnya sambil mengucapkan rasa syukur kepada Allah swt. (Iik Idayanti, Dosen Prodi Sastra Daerah/ Melayu FIB Universitas Lancang Kuning)

Kitab yang SelatanpenyebaranmembantuIslamdiAsiadanAsiaTenggaraSyefri Luwis

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 49

50 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 CAGAR BUDAYA

Data paleontologis menunjukkan bahwa penghunian Pulau Jawa diperkirakan sudah berlangsung pada akhir Pliosen, sekitar 2 juta tahun silam, berdasarkan bukti penemuan gajah purba Archidiskodon di situs-situs Bumiayu. Bumiayu adalah tempat istimewa, karena sanggup menunjukkan jejak tertua akan kehadiran mamalia di Pulau Jawa. Fosil-fosil pertama telah ditemukan selama tahun 1920-an di Formasi Kaliglagah, dan telah diteliti oleh beberapa peneliti seperti H.G Stehlin (1925), F.H van der Maarel (1932), maupun G.H.R Koenigswald (1935). Fauna-fauna tertua ini ditandai oleh penemuan gajah purba Mastodon sp dan Tetralophodon bumiayuensis, berusia sekitar 1,5 juta tahun. Jenis lainnya adalah kuda air Hexaprotodon simplex, rusa Cervidae, dan kura-kura raksasa, Geochelon. Fauna ini menunjukkan fauna yang miskin spesies karena lingkungan terisolasi, insuler. Hasil-hasil rumusan biostratigrafi ini kemudian direaktualisasi oleh P.Y Sondaar dan John de Vos di tahun 1980-an. Keduanya menyodorkan konsep fauna tertua hingga termuda sebagai Fauna Satir (1,5 juta tahun lalu), Fauna Cisaat (1,2 juta tahun silam), Fauna Trinil HK (1 juta tahun), Fauna Kedungbrubus (0,8 juta tahun), Fauna Punung, dan Fauna Wadjak. Selain itu, penelitian di Bumiayu di masa lalu adalah studi pertanggalan absolut

SITUS BUMIAYU YANG BERDENYUTTERUS

Sejumlah fauna baru dapat ditempatkan pada kronologi suksesi fauna Jawa yang mewakili Zona Satir (Formasi Kaliglagah bagian bawah) dan Cisaat (Formasi Kaliglagah bagian atas. Penemuan jenis fauna Cervidae (rusa dan Muntiacus sp), Bovidae, buaya rawa (Crocodylus siamensis) Formasi Kaliglagah bagian bawah secara in-situ dalam penggalian, telah melengkapi minimnya fauna di awal pembentukan daratan di daerah ini. Oleh karenanya, penemuan jenis fauna baru ini telah mampu merubah pemahaman tentang fauna tertua di Pulau Jawa, sehingga biostratigrafi dan bio-kronologi hadirnya fauna tertua harus direvisi, dengan menambahkannya pada lingkup Fauna Satir, menjadi : gajah, rusa, kuda air, kurakura raksasa, Bovidae, dan buaya rawa.

Lanskap BumiayuAditya Indro WaskitoAditya+Indro+Waskitowww.shutterstock.com/id/g/https://

Penelitian Terkini di Bumiayu Pembaruan penelitian pun dilakukan di tahun 2019 dan 2021 oleh Harry Widianto dan timnya (yang saat itu terafiliasi di Balai Arkeologi Yogyakarta), guna memahami kehadiran manusia dan fauna tertua di Pulau Jawa. Data terbaru pun segera terkuak dari perut bumi.

membuktikan kehadiran fauna-fauna tertua di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, yang saat itu ditafsirkan sebagai lingkungan insuler, sepadan dengan kondisi pantai timur Jawa Barat pada awal Kala Plestosen Bawah, sekitar 1,8 juta tahun yang lalu.

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 51 melalui metode paleomagnetisma oleh François Sémah pada dekade 1980an, dilakukan terutama pada endapan purba di Kaliglagah dan Kali Biuk, yang menghasilkan kepurbaan antara 2,15 hingga 1,67 juta tahun. Hasil pertanggalan ini telah “memberi jiwa” bagi penelitian biostratigrafi sebelumnya, sehingga dapat dikaitkan dengan suksesi kronologinya. Berbagai penemuan di Bumiayu tersebut

Temuan penting lainnya dari penelitian terkini ini adalah penemuan alat-alat batu paleolitik yang terdiri atas kapak penetak, kapak perimbas, dan juga alat serpih, yang merupakan data pertama tentang penemuan alat-alat manusia purba di Bumiayu, terbingkai ke dalam tradisi kapak penetak-perimbas (choppingchopper tool complex). Penemuan artefak batu ini memberi harapan baru untuk penemuan manusia pembuatnya. Sudah sangat jamak disebutkan bahwa kehadiran artefak batu paleolitik dianggap sebagai hasil budaya Homo erectus, dan merupakan indikator kehadiran Homo erectus di suatu daerah. Benar saja, segera hadir temuan master piece dalam penelitian ini, hasil temuan penduduk setempat, berupa 2 (dua) buah pecahan bonggol tulang paha (caput femoralis) yang masuk dalam variasi Homo erectus, berasal dari dasar Kali Bodas. Temuan ini telah berhasil diidentifikasi posisi stratigrafisnya berdasarkan korelasi berbagai kolom stratigrafi terukur, yang menunjuk pada posisi stratigrafis Formasi Kaliglagah bagian bawah di suksesi litologi di Kali TemuanBodas. dua bonggol tulang paha manusia tersebut merupakan bukti pertama akan penemuan komponen fosil manusia di Bumiayu, dan menjadikan indikator pertama tentang kedatangan manusia di daerah tersebut. Oleh karenanya, temuan ini sangat penting bagi upaya pemahaman migrasi manusia, karena telah muncul dari daerah yang cukup terpisah dari sebaran manusia purba yang selama ini hanya diketahui di Jawa Tengah bagian timur

Dengan demikian, indentifikasi kepurbaan kedua fosil hominid ini telah menempatkan pada periode sangat tua, pada sekitar 1,8-1,7 juta tahun yang lalu, jauh melampaui usia tertua Homo erectus dari Sangiran yang selama ini ditempatkan pada kronologi Plestosen Bawah bagian tengah, sekitar 1.5 juta Jikatahun.hasil penentuan usia bagi kedua bonggol paha ini terkonfirmasi, maka akan memberikan implikasi luar biasa bagi kedatangan dan persebaran manusia di daerah Bumiayu dan Pulau Jawa: merupakan Homo erectus tertua, yang selama ini belum pernah diketahui. Situasi ini memberikan dua pemahaman baru, yaitu distribusi lateral yang semakin luas di Jawa Tengah bagian barat, dan juga kronologi vertikal yang signifikan: lebih tua dibanding Homo erectus tertua dari DitambahSangiran.dengan hadirnya Homo erectus di Semedo (Tegal) dan Rancah (Ciamis, Jawa Barat), maka hasil penelitian ini telah memperlebar persebaran lateral Homo erectus di Pulau Jawa, hingga

Homo Erectus dari Bumiayu - Harry Widianto Kekayaan keragaman dari Bumiayu - Harry Widianto

52 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 dan juga Jawa Timur saja. Bumiayu adalah sebuah jendela baru. Kedua komponen tulang paha ini --Bumiayu 303, Bumiayu 310—berdasarkan interpretasi posisi stratigrafi dan karakter morfologi dan biometriknya, merupakan sisa-sisa hominid dari takson Homo erectus. Satu hal yang dapat dinyatakan di sini adalah: Homo erectus telah hadir di Bumiayu. Akan tetapi, kapan mereka hadir di Bumiayu? Analisis geo-litologis dan geo-stratigrafis terhadap lereng Kali Bodas, menunjukkan kedua bonggol tulang paha tersebut berasal dari lapisan karbonatan, yaitu dari bagian bawah Formasi Kali Glagah. Para ahli mencatat, antara lain, Sémah (1986), bahwa endapan-endapan purba di lokasi ini merupakan endapan tua yang terkait dengan genesa Pulau Jawa pada Kala Plio-Plestosen, berusia, misalnya di Kali Biuk, antara 2.1 hingga 1.7 juta tahun. Berdasarkan penelitian terhadap eksistensi foraminifera pada endapan Kali Biuk dan Kaliglagah, diketahui bahwa perubahan lingkungan laut menjadi lingkungan darat terjadi pada batas antara Kali Biuk dengan Kalglagah, yaitu pada Kala Pliosen Akhir, bagian atas N20-N21 (Sudijono, 2005). Sementara, masih terkait dengan formasi purba di Bumiayu, Prasetyo et al (2012), menyebutkan bahwa N22 setara dengan awal Kala Plestosen. Pernyataan dari para ahli geologi yang telah melakukan pertanggalan terhadap Formasi Kali Biuk dan Kali Glagah ini sampai pada kesimpulan yang sama, bahwa Formasi Kali Biuk merupakan hasil pengendapan fasies marin, dan Formasi Kaliglagah adalah endapan darat pertama di Bumiayu, sesaat setelah terangkat dari permukaan air laut. Batas kedua formasi ini diikat pada akhir Kala Pliosen, dan usia Formasi Kali Glagah sendiri adalah awal Kala Plestosen.

52 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

INDONESIANA I 53

Harry Widianto

Ekskavasi untuk bukti

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 53

Formasi yang menghasilkan kepurbaan antara 2,15 hingga 1,67 juta tahun - Harry Widianto -

Jawa Barat. Dari Bumiayu, denyut jantung migrasi manusia dan fauna itu tetap digemakan. Data baru semakin memperkaya cerita masa lalu manusia yang spektakuler di daerah ini.

Peran Penting di Jalur Masa Inilah kebaruan yang dicapai oleh penelitian ini, Homo erectus telah menjelajah lebih ke barat, dan lebih dini sampai di Pulau Jawa. Pemahaman baru ini akan memberikan “peta migrasi” baru. Fase hadirnya manusia dan fauna yang pertama di Pulau Jawa ini telah mampu menggambarkan asal-mula kebhinekaan Kepulauan Nusantara saat ini, yang saat itu masih berjalan linier dengan garis migrasi yang sederhana dan jelas, setidaknya hingga periode 150.000 tahun silam. ekologis dan kultural. Gelombang migrasi manusia silih berganti di Kepulauan Nusantara, dengan hadirnya Manusia Modern Awal sejak 100.000-20.000 tahun lalu, disusul oleh gelombang migrasi dari Ras Australomelanesid di periode Jawa, dan Sumatra saat ini. Situasi semakin beragam oleh kedatangan etnisitas dan ras lain sejak awal Masehi, yang akhirnya membentuk keragaman genetika manusia Nusantara yang saat ini menyatu dalam kesatuan

PENGETAHUAN TRADISIONAL

Merayu Lebah Merayu Alam

Menumbai sebagai Tradisi Lisan Masyarakat Petalangan Menumbai merupakan upacara yang terdiri dari tuturan mantra dan pantun yang dinyanyikan. Mantra merupakan wujud permohonan izin terhadap Tuhan sebagai penguasa semesta. Mantra juga digunakan sebagai penghormatan terhadap para roh leluhur, roh penjaga dan semua makhluk halus yang terdapat di sekitar Pohon Sialang. Mantra dipercaya dapat menjaga dan memberi keselamatan pada juagan ketika menjalani proses ritual. Sedangkan pantun yang dinyanyikan bertema bujuk dan rayu antar kekasih, yaitu juagan sebagai seorang pria dan lebah sebagai gadis Perancantik. juagan pada ritual menumbai adalah sebagai penutur yang menuturkan mantra dan pantun yang dinyanyikan, Menuo SialangAdrian Eary Lovian

Tradisi lisan di Nusantara memiliki kaitan yang erat dengan lingkungan tempatnya berada dan dapat dikatakan bahwa lingkungan (ekologi) merupakan determinan kelestarian, perubahan, ataupun kematian tradisi lisan tersebut. Salah satu tradisi lisan yang berkaitan erat dengan lingkungan-lingkungan fisik, biologis, sosial, dan komposit itu ialah Menumbai di masyarakat pebatinan Petalangan, puak ‘suku asli’ Melayu yang bermukim di sebagian wilayah Kabupaten Pelalawan dan di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Tradisi Menumbai, menurut pengamatan yang dilakukan di pebatinan Petalangan, tradisi manumbai adalah keseluruhan proses kegiatan mengambil madu dari sarang lebah yang terdapat di dahandahan pohon Sialang. Proses tersebut terutama adalah ritual yang dilakukan agar lebah tidak mencederai orang yang mengambil madu dari sarangnya. Ritual Menumbai menggunakan perangkat bahasa yang dinyanyikan dan yang diucapkan dalam hati, disertai tindakan dan peralatan tertentu.

54 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

Menumbai dilakukan di kala malam gelap tanpa bulan, diawali pelafalan mantra magis dalam hati oleh juagan lobah (juragan lebah), yaitu pemimpin kelompok kecil pengambil madu lebah. Ritual kemudian dilanjutkan dengan proses pemanjatan pohon sialang sambil melantunkan nyanyian kata-kata berima berbentuk pantun dalam pola irama yang bergantian. Pantun yang dinyanyikan oleh juagan berisi rangkaian kata-kata rayuan yang mempersonifikasi lebah sebagai gadis cantik dan juagan yang memanjat sebagai tamu atau kekasih si gadis cantik.

Tunam, alat penyapu sarang lebah yang terbuat dari kayuAdrian Eary Lovian

Menumbai merupakan ritual yang sarat dengan kepercayaan akan adanya roh atau makhluk halus yang menjadi penjaga dalam kehidupan serta selalu dihormati keberadaannya oleh masyarakat Petalangan. Tidak mengherankan jika mantra kerapkali digunakan sebagai wujud penghormatan antar sesama makhluk ciptaan Tuhan. Masyarakat Petalangan percaya jika roh-roh tersebut berada di dunia gaib (alam golap) dan harus dihormati. Penghormatan terhadap roh-roh tersebut dibacakan melalui mantra sebelum dan sesudah pelaksanaan ritual.

sementara audiens merupakan masyarakat Petalangan sebagai pemilik tradisi atau masyarakat luar yang berarti siapa saja dapat menjadi audiens dalam ritual menumbai. Pada pementasan tradisi memungkinkan terjadinya interaksi antara penutur dengan penonton, penutur dengan penutur, dan penutur partisipan yang membantu penutur dalam pementasan, misalnya seperti pemusik atau pengiring. Ritual menumbai tidak selalu dilakukan oleh satu juagan, melainkan dapat dilakukan oleh dua juagan atau lebih. Oleh karena itu perlu ditentukan siapa yang menjadi juagan tuo ditentukanyangbukankarenafaktorumurdanpengalamanmelainkanlebihkepadatugasperapalanmantra.Juagantuobertugasmerapalmantrasepanjangritualsedangkan juagan mudo berperansebagaipengumpulmadulebah.Selainitu, juagan dibantujugaolehjurusambutyangberperansebagai penerima timbo yang berisikan lilin madu dan juru ubo yang berperan sebagai pemeras lilin lebah untuk mendapat Padamadu.pelaksanaannya, juagan menggunakan peralatan menumbai; tunam, timbo dan ubo Tunam adalah alat penyapu sarang lebah yang terbuat dari kulit kayu. Timbo adalah wadah yang digunakan untuk menurunkan sarang lebah untuk kemudian diterima oleh para juru sambut. Sedangkan Ubo yang merupakan wadah untuk memeras lilin lebah guna mendapatkan madu lebah.

Mantra PermohonanSebagaiIzin

Dengan menggunakan konsep kehidupan masyarakat Petalangan yang terbagi menjadi dua, yaitu alam golap dan alam toang, maka mantra ditujukan secara khusus kepada para roh leluhur dan makhluk lainnya. Mantra juga dipercaya berasal dari arwah leluhur yang juga dianggap sebagai kata yang berasal dari Tuhan yang diteruskan kepada leluhur. Mantra merupakan sarana komunikasi untuk berhubungan dengan makhluk supranatural dan kemudian dihubungkan dengan kekuasaan tertinggi yaitu Tuhan. Ritual menumbai menggunakan dua mantra yaitu mantra Pelangkahan dan mantra menuo sialang. Keduanya memiliki persamaan yaitu terdapatnya pengaruh Islam. Islam yang menjadi agama kepercayaan resmi masyarakat Petalangan nyatanya mampu mereduksi pemikiran orang Petalangan yang awalnya menganut kepercayaan nenek moyang yakni animisme dan dinamisme telah berubah pada pandangan terhadap pemegang kuasa tertinggi dalam kehidupan yaitu Allah sang pemilik alam semesta. Islam kemudian dijadikan sebagai sumber budaya. Kepercayaan lama yang sudah berakar dengan kuat dalam ruang hidup masyarakat Petalangan tidak serta merta hilang, seperti halnya mantra yang lahir dari resam atau kebiasaan nenek moyang yang justru mengalami perubahan dimana warna islam masuk sebagai wujud ekspresi kultural orang Petalangan. Pengaruh Islam membuat fungsi mantra yang awalnya digunakan untuk mendapatkan kekuatan magis dari roh leluhur berubah menjadi doa yang ditujukan kepada Allah.

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 55

Dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, Menumbai dapat dikaitkan sebagai sistem kepercayaan masyarakat Petalangan yang menjadikan pohon sialang sebagai media ritual yang merupakan jenis tumbuhan yang dianggap sakral karena dikawal oleh roh penjaga hutan. Dalam sistem pengetahuan masyarakat Petalangan, setiap makhluk di dunia memiliki roh penjaga atau yang mereka sebut Okuan (Kang.2002:10). Oleh karena itu, sebagai penghormatan

Keterkaitan menumbai dengan empat jenis klasifikasi lingkungan, antara lain adalah bahwa menumbai selalu dilakukan pada lingkungan hutan yang banyak terdapat pohon sialang yang dalam adat Petalangan disebut hutan atau rimba kepungan sialang. Pohon sialang merupakan pohon yang memiliki ketinggian mencapai 40 hingga 50 meter. Hubungan dan keterkaitan menumbai dengan lingkungan biologis merujuk kepada keberadaan pohon sialang, lebah, dan tumbuhan-tumbuhan lain yang memproduksi bunga untuk disari lebah, yang menjadi faktor penting dalam tradisi Menumbai dan rasa serta jenis madu yang diperoleh.

Mantra Pelangkahan diucapkan oleh juagan sebelum berangkat menuju Pohon Sialang. Setelah mantra diucapkan, maka juagan dapat melihat Pohon sialang yang akan dituju melalui mata hati. Setelah tampilan pohon sialang itu terlihat, maka menjadi tanda juagan diperbolehkan untuk melanjutkan upacara yang diadakan pada malam harinya. Mantra menuo sialang ini dirapalkan tepat dibawah pohon Sialang yang akan dipanjat. Selain sebagai permohonan izin kepada seluruh makhluk halus yang ada disekitar pohon, mantra ini juga dilafalkan dengan tujuan agar diberikan keselamatan dalam memanjat dan tidak diganggu oleh makhluk halus. Menumbai dan Kearifan Ekologis Proses memanen madu Petalangan harus didahului dengan ritual menumbai yang berlangsung pada malam hari. Namun kini, memanen madu oleh warga lain dilakukan pada siang hari. Perilaku ini tentu berdampak buruk terhadap kelangsungan tradisi menumbai, karena menurut masyarakat Petalangan, memanen madu pada siang hari menyebabkan lebah tidak mau lagi bersarang di pohon sialang Dalam ketentuan adat dan sistem pengetahuan orang Petalangan, setiap pohon disebut sialang apabila lebah bersarang di pohon itu. Apabila di pohon yang sebelumnya lebah pernah bersarang, namun karena berbagai sebab lebah tidak lagi bersarang di pohon itu, maka pohon tersebut tidak lagi disebut sebagai pohon Sialang, melainkan pohon biasa dan nama pohon kembali ke nama semula, misalnya Kempas. Dalam aturan adat Petalangan, sialang pantang ditebang sampai lebah tidak lagi bersarang di sana sehingga pohon tersebut dapat ditumbangkan untuk keperluan tempat tinggal anak dan kemenakan.

56 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 Menumbai adalah bagian hidup dari masyarakat PetalanganAdrian Eary Lovian

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kehidupan masyarakat Petalangan tidak menjadikan manusia sebagai pusat kehidupan, melainkan alam yang mejadi pusat kehidupan. Adat mereka yang menjunjung bersebati dengan alam, alam yang menjadi guru, alam yang menjadi diri sendiri semakin mengukuhkan bahwa masyarakat Petalangan menolak pemahaman antroprosentrisme yang hanya menjadikan lingkungan sebagai objek untuk memenuhi keperluan pragmatis manusia dalam berkehidupan.

(2) Relasi interaktif-resiprokal, yang berati bahwa lingkungan yang terdapat ruang hidup masyarakat Petalangan dieksplorasi, dipelajari, diresapi, dan kemudian diposisikan sebagai subjek dalam berbagi pengetahuan atau kognisi, emosi dan keperluan keperluan dalam memenuhi kebutuhan.

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 57

(Adrian Eary Lovian: Dosen Universitas Lancang Kuning Riau)

terhadap roh penjaga hutan, perlu dilakukan pelafalan mantra magis sebagai tanda permintaan izin dan doa untuk keselamatan. Ritual menumbai dan ekologi memiliki 2 relasi, yaitu; (1) relasi kepatuhan referensial yang dimana kebudayaan itu bergerak mengikuti gerak ekologis yang given atau sebelumnya: sudah ada sebelumnya.

Desa Poto ta sia e Adat budaya samantan Nonda tumpan pang gili len (Penggalan lawas Sumbawa) Sepenggal lawas atau puisi Sumbawa di atas menggambarkan bagaimana Desa Poto menjunjung tinggi adat dan budaya yang berciri mandiri dan saling-bantu. Desa yang terletak di sebelah timur kota Sumbawa dengan waktu tempuh 15 menit dari pusat kota ini sampai sekarang masih memiliki memiliki tradisi dan budaya yang dipertahankan dan dijaga secara turuntemurun agar tak tergerus oleh zaman, di tengah kemajuan teknologi yang kian pesat.

Belajar Gotong Royong dari Desa Poto

DESA BUDAYA

58 I INDONESIANA VOL. 11, 2021 Bincang BudayaSamsun Amri

Mengamalkan Gotong Royong Salah satu tradisi dan budaya yang dijaga sampai hari ini adalah Pasaji Ponan, sebuah kegiatan yang mengungkapkan rasa syukur masyarakat atas keberhasilan panen pada tahun lalu sekaligus doa agar panen tahun ini mendapatkan hasil yang baik pula. Dahulu kala Pasaji Ponan dilaksanakan dengan memanjatkan doa dan zikir dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh warga desa. Seiring berjalannya waktu, tradisi ponan telah menjadi salah satu perhelatan pariwisata. Pasaji Ponan ini diselenggarakan oleh tiga dusun, yakni Dusun Poto, Lengas, dan Malili dengan acara puncak berupa pertunjukkan seni dari masing-masing dusun yang digelar di salah satu dusun secara bergiliran. Pertunjukkan seni yang ditampilkan berupa tarian, musik, dan rabalas lawas atau berbalas puisi Sumbawa di malam hari, sebelum esoknya dilangsungkan Pasaji Ponan. Pada saat Ponan berlangsung, biasanya dimulai sejak subuh, lantunan zikir dan doa dipanjatkan oleh warga dari ketiga dusun yang beramai-ramai mendatangi sebuah bukit di tengah sawah. Pada bukit ini lah, warga berkumpul dan membawakan hasil masakan berupa jajanan dan buah-buahan untuk dipersembahkan kepada para Seiringpengunjung.dengan perkembangan zaman, tidak hanya warga dari ketiga dusun yang turut hadir memeriahkan acara

VOL. 11, 2021 INDONESIANA I 59

Kre

Pembuatan AlangSamsun Amri

tersebut, akan tetapi masyarakat Sumbawa dari berbagai penjuru turut hadir meramaikan Ponan. Mereka semua mendapatkan buras, petikal, dan tepung dange yang merupakan jajanan khas dari Pasaji Ponan. Uniknya, makanan atau kue yang disajikan pada pengunjung harus dimasak dengan cara direbus. Tidak boleh kue yang digoreng dengan minyak atau makanan yang dibeli di toko. Dengan kepercayaan bahwa tiap uap dari rebusan makanan/kue tadi akan menguap ke langit dan berubah menjadi air hujan yang menyuburkan pertanian Takmereka.hanya sampai di situ, setelah upacara seremonial berakhir di bukit Ponan, para pengunjung diarahkan untuk singgah atau ‘ngesar’ (orang Sumbawa menyebutnya) di rumah-rumah warga tiga desa tersebut, salah satunya adalah makanan, seperti Ayam Sirasang, Singang Udang, Singang Jangan, Sepat Jangan, Siong Sira, Jangan Sira Bage, dan masih banyak lagi. Biasanya proses ini berlangsung sehari penuh; apabila ada tamu yang baru sampai di Desa Poto pada waktu sore hari, akan tetap disuguhkan makanan oleh pemilik rumah. Bahan baku makanan atau kue yang dihidangkan dalam Ponan ini berasal dari hasil pertanian ataupun perkebunan mereka. Ekspresi Budaya, Ekspresi Kehidupan Warga Desa Poto juga diperkaya dengan kerajinan kain khas Sumbawa, yakni Kre Alang. Sejak dulu Desa Poto telah menjadi sentra tenun Sumbawa. Proses pembuatan Kre Alang yang memakan waktu cukup lama dan ketelitian tinggi yang harus dimiliki oleh para pengrajin yang mengandung filosofi yang unik dan mendalam. Dengan bermodal alat tenun tradisional di atas rumah atau bale panggung, ibu-ibu Desa Poto menyelesaikan tenun mereka di waktu Pasajisenggang.ponan dan Kre Alang yang membuktikan bahwa Desa Poto merupakan penjaga nilai kebudayaan di Kabupaten Sumbawa. Ekosistem budaya di Desa ini masih terjaga dengan baik, sebagaimana dapat dilihat dari keseharian masyarakat yang masih menggunakan pola-pola tradisional dalam menyelenggarakan kehidupan sehari-hari. Contohnya dapat kita lihat pada kebiasaan masyarakat di desa Poto melestarikan permainan rakyat seperti berkuda atau ‘tungang jaran’ dan permainan rakyat balap kerbau atau ‘barapan kebo’.

Pemainan itu sering dimainkan oleh berbagai kalangan usia, mulai dari anakanak hingga orang dewasa. Tungang jaran biasanya dilakukan oleh warga desa Poto sebagai moda transportasi untuk bepergian mengelilingi desa maupun menuju kebun atau ‘gempang’. Sedangkan barapan kebo biasanya dijadikan sebagai suatu ajang perlombaan pada saat musim tanam tiba, sewaktu kondisi sawah masih dalam keadaan keras dan hendak dibajak. Pada saat itulah permainan ini biasa diadakan, yakni dengan maksud menggemburkan area persawahan sembari memupuk tali persaudaraan. Selain itu, Desa Poto juga menyimpan talenta-talenta berbakat dalam hal seni sastra maupun musik, antara lain ratib rabana kebo dan sakeco. Ratib Rabana Rea atau yang dikenal dengan istilah Ratib Rabana Kebo merupakan salah satu atraksi kesenian daerah Sumbawa yang kerap ditampilkan dalam berbagai upacara adat maupun pementasan hiburan rakyat. Dahulu ratib merupakan salah satu sarana penyampaian syiar agama Islam dan sebagai ritual tolak bala bagi masyarakat Sumbawa. Desa Poto hari ini memaknai ratib ini sebagian medo desa (obat desa) yang mana masyarakat desa Poto percaya melalui kesenian ratib ini akan timbul perasaan tenang dan Dalamdamai. ratib terkandung tiga nilai sekaligus, yaitu nilai spiritual, sosial, dan hiburan. Ketiga elemen yang terkandung dalam ratib ini dapat menyatukan masyarakat dengan hiburan yang ditampilkan dan menenangkan hati masyarakat melalui lantunan syair-syair pujian terhadap Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan Sakeco merupakan salah satu bentuk seni yang bersumber dari lawas. Sakeco dimainkan oleh dua orang pria dan masing-masing memegang

Kemang Satange dan Lonto Engal adalah motif dari Kre AlangSamsun Amri

60 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

https://www.shutterstock.com/id/g/martinkay

Barapan kebo menyambut musim tanam tiba, menggemburkan area persawahan sembari tali persaudaraan. - CatwalkPhotos -

memupuk

satu rabana (rebana) yang sejenis untuk ditabuh menggunakan temung (nada lagu) khas Sumbawa. Sakeco dilantunkan seperti sebuah lagu yang mengandung nasehat kehidupan, pendidikan, dan muda-mudi serta anak-anak. Sakeco memiliki bagian racik atau seperti bagian chorus pada musik Barat. Beragam adat dan kesenian yang telah membudaya di tanah Poto ini seakan mendarah daging bagi masyarakat setempat. Warisan nenek moyang masih senantiasa dipertahankan di tengah arus perkembangan zaman. Anak-anak hingga orang dewasa bergotong royong menjaga dan melestarikan budaya yang ada di tanah Samawa (Sumbawa) melalui desa berhulu budaya ini. Aktifnya pemuda-pemudi dalam melestarikan adat istiadat yang ada menjadi sebab utama masih terjaganya adat istiadat tersebut. Melalui organisasi kepemudaan dan sanggar seni, pemudapemudi Desa Poto secara rutin bergerak aktif setiap ada acara adat. Oleh karena itu, Desa Poto masih mampu memberikan contoh pada desa-desa lain bahwa di saat gencarnya hal-hal baru dalam dunia maya, masih terdapat warisan budaya yang tak kalah menarik untuk ditekuni, dijaga, dan dilestarikan (keberadaanya. Samsun Amri/Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Poto Sumbawa)

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 61

MUSEUM

Dari Bahari untuk Kiwari di Museum BI

Pengelolaan koleksi merupakan jantung dari kehidupan permuseuman. Ia menjadi daya tarik dan bahkan pilihan utama bagi masyarakat untuk datang ke museum. Berdasarkan koleksinya, museum pun terbagi menjadi dua, yakni museum umum dan museum khusus. Museum umum merupakan museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi. Sedangkan museum khusus merupakan museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu dan atau satu cabang teknologi. Jenis museum kedua ini menjalankan pengelolaan koleksi yang sangat spesifik dengan melibatkan tenaga ahli spesialis. Museum Bank Indonesia (MuBI) adalah salah satu museum khusus di Indonesia. Museum yang resmi dibuka pada tanggal 21 Juli 2009 ini menampilkan sejarah panjang perekonomian, perbankan dan numismatik di Indonesia. Koleksi numismatiknya meliputi aneka koin langka yang sukar ditemukan di tempat lain di dunia. Uang Prakolonial Dalam bahasa Indonesia, kata ‘bahari’ tidak hanya berarti laut, tetapi juga dahulu kala, kuno, bertuah, dan elok atau indah sekali. Koleksi numismatik di MuBI terkait dengan semua hal tersebut. Selain berasal dari masa kejayaan bahari Nusantara, koleksi tersebut juga memiliki nilai yang sangat tinggi pada era kiwari atau masa kini. Koleksi mata uang tertua yang dimiliki oleh MuBI adalah uang ma. Uang ini berasal dari Kerajaan Mataram kuno yang berdiri sekitar abad ke-8 hingga abad ke-11 Masehi. Uang ma juga memiliki ukuran yang mungil. Berbentuk seperti dadu dan berukuran seperti biji jagung. Uang ma terbagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama bergambar bunga cendana dengan tulisan ma, sedangkan kelompok kedua bergambar biji wijen dan bertuliskan ta. Ma berarti masa, sedangkan ta berarti tahil; keduanya mengacu kepada satuan berat logam mulia. Satu ma atau masa beratnya 2,4 gram, sedangkan tahil setara dengan 16 masa. Uang ma menjadi penanda zaman bagaimana pada masa itu masyarakat di Nusantara telah menggunakan uangnya Uangsendiri.ma terus dipergunakan oleh kerajaan-kerajaan setelahnya seperti Kerajaan Kediri, Jenggala dan Majapahit.

62 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

dirham yang dibawa oleh para pedagang Islam. Koin dirham yang di wilayah asalnya berbahan dasar perak pada beberapa kerajaan Islam di Nusantara berbahan dasar emas. Begitu pun koin dinar yang biasanya berbahan dasar emas di bebeberapa kerajaan Islam di Nusantara yang berbahan dasar perak. Salah satu koleksi MuBI yang terkait dengan koin-koin Islam tersebut adalah koin milik Kerajaan Samudra Pasai. Mereka mencetak uang dirhamnya sendiri. Koin dirham tersebut berbahan dasar emas berkadar 70%, 22 karat. Uang yang dibuat pertama kali pada masa Sultan Muhammad Malik Az-Zahir (12971326) itu juga berlaku pada perdagangan internasional pada masa itu. Dalam perniagaan internasional, 16 dirham memiliki nilai yang sama dengan 1 real Spanyol, 5 dirham sama dengan 4 shilling Inggris, dan 1 keping uang dirham sama dengan 9 crussade Portugis. Hal ini tentu saja menunjukkan betapa banyak bangsa yang datang untuk berdagang di wilayah Aceh pada khususnya, dan Nusantara pada umumnya. Uang Kolonial Setelah kerajaan-kerajaan Islam berkuasa di Nusantara, orang-orang Eropa kemudian menemukan jalan menuju ke wilayah tersebut. Mereka yang datang untuk berdagang, dan belakangan menguasai, pun membawa uangnya masing-masing. Seperti yang disebutkan sebelumnya, terdapat uang real Spanyol, shilling Inggris dan crusade Spanyol. Selain itu, perusahaan dagang Belanda, VOC, juga datang membawa uangnya sendiri seperti doit, rijksdaalder, dan lain-lain. Meskipun begitu, mata uang Eropa yang bisa digunakan di berbagai wilayah di Nusantara saat itu adalah uang real Spanyol, yang memiliki bahan dasar perak seberat 25,2605 Masagram. kejayaan real Spanyol di Nusantara berakhir pada tahun 1826 dengan konsolidasi moneter Nusantara di bawah kendali Belanda. Pada 1828, di Hindia Belanda didirikan bank sirkulasi pertama, De Javasche Bank, yang juga merupakan bank pertama di Asia. De Javasche Bank kemudian menerbitkan uangnya sendiri, gulden De Javasche Bank Di sisi lain, Departemen van Financien atau Departemen Keuangan Hindia Belanda, juga menerbitkan uangnya sendiri dan uang ini disebut sebagai uang Pemerintah Kolonial. Terdapat dualisme dalam pengedaran uang. Meski begitu, pihak yang mengatur pengedaran uang agar tetap tertata adalah De Javasche Bank. Uang gulden ini juga bisa menjadi penanda penyebaran kekuasaan Belanda di Hindia Belanda semakin kokoh.

Picis atau Majapahit -

Koleksi MuBI

Meskipun begitu, sejak era Kerajaan Majapahit dari abad ke-13 hingga ke-16, penggunaan uang asing di masyarakat mulai terjadi. Penggunaan uang gobog atau dikenal juga dengan sebutan picis atau kepeng Cina telah dilakukan oleh masyarakat kerajaan tersebut. Dari sini kita bisa melihat bagaimana eratnya hubungan antara Majapahit dan Cina. Belakangan, uang gobog Cina ini diadaptasi ke dalam bentuk lokal dengan nama picis Majapahit. Terdapat hiasan bergambar senjata, binatang, pohon beringin, tulisan, relief manusia dalam bentuk wayang, dan lain-lain. Hiasan-hiasan tersebut menggambarkan kehidupan atau pekerjaan sehari-hari masyarakat Majapahit, seperti penggembala sapi, pertapa, nelayan, pemburu banteng, peternak, bangsawan, dan sebagainya. Setelah Majapahit runtuh, uang picis ini berubah fungsi sebagai jimat oleh masyarakat yang memercayai klenik. Meskipun begitu, picis-picis Cina tetap diproduksi dan dipergunakan di berbagai wilayah di Nusantara. Ketika kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha runtuh, kerajaanmengadaptasiIslamkerajaan-kerajaanbangkitdanmulaimenguasaiberbagaiwilayahdiIndonesia.Masing-masingdarimerekapunmemilikiuangnyasendiri.KarenaNusantaramenjadipusatperdaganganglobaldarirempah-rempah,merekakoin-koinIslamsepertidinardan

gobok

Koleksi MuBI

Real Spanyol -

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 63

I. Kemudian, pada tahun 1953, segera setelah De Javasche Bank resmi dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia, bank ini mengeluarkan uang kertas pertamanya, yaitu emisi Seri Kebudayaan. Namun juga perlu diketahui bahwa pada periode ini, terdapat dualisme dalam pengedaran uang. Di satu sisi, Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Keuangan menerbitkan uang rupiah pecahan lima Uang Pemerintah Republik Indonesia - Koleksi MuBI

Koin bimetal Bank IndonesiaKoleksi MuBI Koin Doit VOC - Koleksi MuBI

Ketika Jepang datang dan menguasai Hindia Belanda, mereka melarang peredaran uang De Javasche Bank dan Pemerintah Kolonial. Jepang pun menerbitkan dan mengedarkan uangnya sendiri, yaitu uang Jepang. Mereka juga menutup De Javasche Bank dan menggantikannya dengan Nanpo Kaihatsu Ginko. Pada masa ini penggunaan kata rupiah pertama kali dimunculkan, bersamaan dengan larangan penggunaan Bahasa Belanda. Meski begitu, uanguang yang dari masa Hindia Belanda pada kenyataannya tetap beredar karena proses peralihan mata uang berlangsung sangat lama dan tidak merata. Uang Zaman Merdeka Setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945 negara Republik Indonesia yang baru lahir berhasil mencetak dan mengedarkan uangnya pada Oktober 1946. Lahirnya Oeang Republik Indonesia atau ORI menjadi penanda moneter kelahiran bangsa Indonesia. Sekalipun NICA sebagai kekuatan militer yang hendak melakukan rekolonisasi membawa uangnya sendiri, yakni uang NICA, tetapi masyarakat enggan menggunakannya dan lebih memilih menggunakan ORI. Pada era Revolusi itu, begitu banyak uang yang beredar di Indonesia. Tidak hanya ORI dan uang NICA, uang De Javasche Bank, uang Pemerintah Kolonial dan uang Jepang yang telah ada sebelumnya, juga turut beredar. De Javasche Bank yang

BankUangsendiri,uangnyamengedarkankembalidibukapunyaituDeJavascheSeriFederal.

64 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

Ini masih diperumit oleh fakta bahwa karena NICA menghambat peredaran ORI, banyak wilayah di Indonesia yang kemudian mengedarkan uangnya sendiri yang Bernama Oeang Republik Indonesia Daerah atau ORIDA. Konferensi Meja Bundar pada Desember 1949 menyepakati pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada 1 Mei 1950, pemerintah RIS menarik ORI dan ORIDA dari peredaran dan menggantinya dengan mata uang RIS yang sudah berlaku sejak 1 Januari pada Agustus 1950, Indonesia kembali ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan uang RIS dinyatakan tidak berlaku lagi. Pada tahun 1951, seriyaitu,emisimengeluarkanIndonesiaPemerintahpertamanyauangkertasPemandanganAlam

Uang De Javasche Bank seri bingkai - Koleksi MuBI

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 65

rupiah ke bawah, sedangkan di sisi lain, Bank Indonesia menerbitkan uang rupiah pecahan lima rupiah ke atas. Dualisme tersebut berakhir pada tahun 1968. Melalui Undang-undang No, 13/1968, Bank Indonesia dikukuhkan sebagai pemegang hak tunggal dalam mengedarkan uang. Sebagai penanda perubahan tersebut, Bank Indonesia kemudian mengedarkan uang seri Soedirman dengan berbagai pecahan. Perlu diketahui, semenjak awal pencetakan uang Bank Indonesia, uanguang tersebut selalu ditandatangani oleh Gubernur dan Direktur, belakangan berubah menjadi Dewan Gubernur, Bank SemenjakIndonesia.tahun 2016, uang pecahan NKRI mulai diperkenalkan ke masyarakat, dimulai dengan pecahan Rp. 100.000. Uang NKRI tersebut tidak lagi ditandatangani oleh Gubernur dan Dewan Gubernur Bank Indonesia, melainkan oleh Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan Republik Indonesia. Pecahan Rp. 100.000 ini menjadi penanda perubahan uang Bank Indonesia menjadi uang NKRI. Dari Bahari untuk Kiwari Uang-uang yang berasal dari era bahari, baik era kejayaan laut di Nusantara dan juga era masa lalu, hingga era kiwari ini hampir semuanya menjadi koleksi dan dipamerkan di MuBI. Koleksi-koleksi numismatik tersebut menjadi penanda penting berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat Indonesia. Memahami sejarah numismatik juga membantu kita memahami bagaimana orang-orang di era bahari hingga kiwari memaknai uang yang mereka miliki. Dari bahari untuk kiwari, kisah numismatik di Indonesia terangkum dan tersaji di MuBI. (Syefri Luwis, Indonesiana)

Uang real Batu Kerajaan SumenepKoleksi MuBI

TRADISI LISAN danPerempuanHajatan Kampung di Seram 66 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 Seorang penduduk Seram di atas perahunyaChristina Desitriviantieid/g/Christina+Desitriviantiehttps://www.shutterstock.com/

Pesta pernikahan di Parigi, SeramGeger Riyanto

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 67 Hajatan di Parigi, Seram Utara, sewajah dengan hajatan di banyak kampung lain di Indonesia. Acara dibawakan oleh pejabat atau tetua kampung. Mereka biasanya adalah lelaki dewasa. Jika acara itu ialah pembacaan doa keselamatan, yang di Jawa disebut selametan, para pesertanya hanya lelaki dewasa. Acara pernikahan pun demikian. Acara ini tentu saja dihadiri oleh perempuan, tetapi dari proses negosiasi mahar hingga hari pelaksanaan pernikahan, para bapaklah yang berada di depan dan memimpin prosesi. Namun, peran perempuan tak tergantikan dalam hajatan-hajatan kampung. Pada saat doa keselamatan dibacakan, mereka ada di dapur untuk menyiapkan minuman dan kudapan. Ketika doa selesai, mereka akan dengan sigap menyajikan hidangan. Tuan rumah, khatib atau imam, dan tamu lantas mengobrol santai dan gayeng sambil menikmatinya. Para perempuan akan keluar setelah orang-orang pulang dan membereskan perkakas dan sisa Adamakanan.doa-doa keselamatan yang membutuhkan camilan-camilan dengan persiapan yang lebih rumit seperti doa untuk mereka yang pernah keguguran.

Camilan-camilan ini—biasanya kue cucur, wajik, dan karas—akan didoakan dan ditaruh di muka rumah seusai doa, tujuannya agar para jin yang menyebabkan keguguran turut keluar rumah. Mereka yang menyiapkannya sehari sebelum pembacaan doa tentu saja para perempuan di rumah atau kerabat-kerabat perempuan mereka. Arti penting kerja perempuan lebih kentara lagi pada acara-acara besar seperti pernikahan dan tahlilan. Dengan banyaknya tamu yang hadir, acara-acara ini membutuhkan hidangan dalam jumlah besar. Para perempuan tetangga dan kerabat akan diundang atau datang sendiri untuk membantu empunya hajat menyiapkannya. Persiapan hidangan ini bisa mengambil beberapa hari sendiri. VOL. 67

Namun, ada satu kesempatan kala ia diekspresikan secara gamblang: kala seorang lelaki belia menegaskan ke adik perempuannya bahwa pekerjaannya lebih berat. Penegasan ini mencuat ketika si kakak malasmalasan diminta membantu adik yang sedang memasak makan malam. “Coba katong dua tukar [pekerjaan],” ujarnya. “Se [kamu yang] mencari, turun mengail.” Si adik ujungnya mengalah dan perdebatan tak dilanjutkan. Dihadapkan dengan segenap gambaran ini, saya pikir penting bagi pemerhati kebudayaan dan tradisi untuk mencermati andil perempuan dalam denyut kehidupan kampung yang dicermatinya. Para pemerhati kerap terpaku pada apa yang dipentaskan dalam hajatan atau ritual dan mengabaikan aktivitas-aktivitas yang menopangnya. Dalam lanskap

Menandai Momen Hidup Hajatan adalah kegiatan inti dalam kehidupan kampung. Ia menandai momen-momen kunci hidup, menguatkan di waktu-waktu sulit, pun memberikan keamanan eksistensial saat diperlukan. Lelaki memimpin kegiatan-kegiatannya. Namun, adalah kerja tak terlihat perempuan yang memungkinkannya terlaksana.

Di mana para bapak dalam kunjungan ke kampung lain semacam itu? Mereka akan bercakap-cakap sambil mencari cara mengisi waktu, biasanya bersama lelaki dari pihak tuan rumah.

68 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

Nelayan SeramRiana Ambarsarip3nnylan3www.shutterstock.com/id/g/https://

Dalam situasi keseharian di Parigi, demikian juga yang terjadi dengan kerja-kerja perempuan, “Mencari”, atau kerja yang dilakukan lelaki dan lingkupnya di luar rumah, entah itu mengail ikan, berkebun, atau yang lain, adalah yang diakui sebagai kerja. Kecenderungan ini lebih banyak dilakoni ketimbang dieksplisitkan.

Apabila warga kampung menghadiri hajatan besar di kampung lain, yang paling pertama dilakukan para perempuan adalah mendatangi kerumunan perempuan setempat yang sedang menyiapkan hidangan. Mereka lantas akan mengulurkan bantuan kepada yang lagi bekerja, terlepas kedua pihak belum saling mengenal secara pribadi. Suatu waktu kala warga kampung pergi ke kampung lain untuk menghadiri pernikahan kerabat dan yang empunya hajatan bersikeras tak ingin dibantu, para ibu dari Parigi bingung sendiri. “Katong [kita] lalu bikin apa di sini?” ujar seorang ibu kepada ibu yang lain. Naluri membantu kerja-kerja dapur sudah tertanam dalam benak para ibu, sehingga tidak melakukan apa pun di hajatan orang lain menjadi sesuatu yang ganjil buat mereka.

Para menyiapkanwanita kasuamiGeger Riyanto

Salah satu masjid di Parigi, SeramGeger Riyanto

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 69 seperti di Parigi, hal ini akan berujung pada persepsi picik tradisi sebagai sesuatu yang hanya berkisar di antara para lelaki. Pun, kita perlu mempertimbangkan aktivitas saling membantu dan merawat di antara para ibu sebagai tradisi. Di Jawa, misalnya, ada tilik, yang sempat diangkat dalam film dengan judul yang sama. Mengapa, sebagaimana kecenderungan gotong royong para ibu di Parigi, ia selama ini tidak diperlakukan sebagai tradisi yang layak dicatat dan diperhatikan? Pikiran-pikiran ini semoga membantu kita menavigasi kebudayaankebudayaan lain di Indonesia. (Geger Riyanto/ Kandidat Doktor Universitas Heidelberg) VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 69

KOMUNITAS 70 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

Kertas dapat dijadikan cetakan batik? Kertas apa? Pertanyaan itu muncul spontan karena selama ini kami hanya mengenal tembaga sebagai alat mengecap batik. Nur Rohmat, sang perintis cap batik kertas, rupanya telah melakukan beberapa kali uji coba untuk menentukan kertas yang paling cocok digunakan sebagai cetakan batik, kertas yang cukup kaku namun mudah dibentuk menjadi motif. Nur Rohmat juga menciptakan motif batik weton, yakni motif yang menggambarkan weton atau hari kelahiran seseorang dalam penananggalan Jawa. Gagasangagasan itu muncul pada masa pandemi Covid-19. Betapa kreativitas bisa membeludak ketika gerak langkah terbatas. Tubuh boleh tertahan, namun imajinasi tidak tertahankan. Pagi itu, Jumat (18/6/2022) kami mengobrol dengan asyik seputar jagat perbatikan Tanah Air bersama para awak Sanggar Inovasi Desa di Omah Kreatif Dongaji di Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, DIY. Kami disambut oleh Nur Rohmat dan Joko Hadi Purnomo, pentolan Sanggar Inovasi Desa. Kopi panas dan lemper ayam menemani perbincangan. Satu demi satu anggota komunitas datang ke markas, dengan membawa kreasi batik mereka. Inovasi cap batik kertas sebetulnya tidak terlalu mengejutkan mengingat Nur Rohmat ini lulusan Jurusan Kriya Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang memang terbiasa dipacu untuk mendulang gagasan-gagasan autentik. Meski demikian, pemicu munculnya ide itu sejatinya adalah kebutuhan untuk dalambertahan

kondisi terdesak. Waktu itu ia dan komunitasnya mendapat pesanan batik namun ongkos produksi tidak mencukupi. Nur Rohmat pun bereksplorasi dengan kertas, mulai bungkus rokok, cangkir kertas, hingga Ongkoskarton. produksi cap kertas jauh lebih murah dari cap tembaga. Harga sewa cap tembaga saja sudah mahal, apalagi memesan atau membelinya. Beberapa motif mungkin mampu, namun banyak motif membuat kantong kempes. Harga sewa cap per lembar kain Rp 2.500, padahal rata-rata dibutuhkan dua atau tiga cap untuk satu kain. Jika 10 lembar kain? Ya, tinggal dikalikan saja.

Warga

Panggungharjo Inovasi Cap

bahansintetisdiperkenalkan.danLewatprosesratadisabilitas.penyandangMerekarata-sudahmengenalpembuatanbatik.programinilahpembuatanpenggunaancapkertasPewarnaanbisasecaraataudenganpewarnaalamyangbakunyamasihadadilingkungan

14, 2022 INDONESIANA I 71

Betul bahwa kertas setelah dicelup ke dalam malam atau lilin batik akan menjadi kaku, tidak lembek, sehingga ketika ditekan di atas kain tidak melengkung. Akan tetapi, proses menjadi tebal dan kaku juga tidak serta merta. Maka itu, tidak asal kertas yang cap.untukdipakaidapat

Program Sinau Batik Sanggar Inovasi Desa Joko Hadi Purnomo atau akrab disapa Koko menuturkan, potensi industri rumahan batik memang sudah ada di Panggungharjo dan tempat berkumpul juga sudah ada yaitu di Omah Kreatif Dongaji. Di tengah keprihatinan masa pandemi, ketahanan pangan harus Pesertadiwujudkan.Sinau Batik, Dewi Lestari, menciptakan motif sekar gadung, yang terinspirasi dari upacara adat tunggul wulung di dusunnya. “Dulu upacara ini dilakukan oleh punggawa Majapahit, lalu sekarang dilakukan setiap tahun pada Jumat Pon pada bulan Agustus atau September di Dusun Dukuhan, Desa Sendang Agung, Minggir. Sleman. Dalam upacara itu ada kirab dan tarian sekar gadung, makanya saya bikin motifnya kembang gadung, lalu dipadukan dengan motif parijoto. Warnanya keunguan sesuai dengan warna upacara tunggul wulung,” papar Dewi, menjelaskan filosofi motif batik yang ia kembangkan. Bagi Koko dan Nur Rohmat, membuat motif batik haruslah disertai latar VOL.

Kertas koran, misalnya, sangatlah sulit. Kertas karton yang tebal dan kaku bisa, namun kurang elastis. “Nah ini paling pas,” ujar Rohmat sambil memperlihatkan cap kertas dari kartu Sayaremi.memegang cetakan kertas itu. Memang kertas sudah kaku karena puluhan kali dicelupkan ke cairan lilin batik. Namun, yang membuat saya tibatiba merasa girang, gambar jack, king, dan queen masih terlihat, juga beberapa gambar sekop/waru, hati, wajik, dan keriting di separuh atas cetakan. Kartu remi yang biasanya untuk bermain truf, poker, casino, solitaire, dan yang paling serius untuk dilombakan hingga tingkat dunia, bridge, kini “turun tahta” secara berfaedah: digunting-gunting untuk cetakan batik.

Sinau Batik Ketika Nur Rohmat siap membagikan pengalamannya, sanggar lantas mengadakan kegiatan bertajuk Sinau Batik dengan mengundang peserta yang beragam, termasuk

Namun, karena proses pewarnaan alam itu membutuhkan waktu lebih banyak dan batiknya lebih mahal, mayoritas peserta memilih dengan pewarna Manajersintesis.

Motif Indonesia dalam batik cap - Zul Lubis

sekitar namun makin langka seperti kulit kayu tingi, jambal, tegeran, dan mahoni, juga dengan daun mangga, daun kelengkeng, kenikir, dan pacar air.

belakang dan alasan, tidak asal menggambar bunga, misalnya. Hal itu juga ditekankan oleh Dwi Hening, pensiunan guru Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Yogyakarta Jurusan Tekstil, yang menciptakan motif Panggungharjo dan Karangkitri. Bagaimana menerjemahkan nama desa menjadi sebentuk motif batik? “Desa Panggungharjo itu kan masuk dalam mesem (senyum-senyum), lalu ada air yang digambarkan dengan awan yang nantinya mengucurkan air (bentuk awan berbeda dengan awan dalam motif mega mendung Cirebon). Kemudian ada mainan kitiran, ini terkait dengan sesepuh yang saban hari membuat mainan anak di Panggungharjo sehingga desa itu dijuluki kampung dolanan. Lalu ada pula gambar kawung yang sangat bermanfaat beragam, namun ternyata pas karena capnya tidak terlalu rapat. Di antara 100 peserta di Sinau Batik, terdapat 25 penyandang disabilitas yang rata-rata tuna daksa, karena kecelakaan maupun sakit polio. Di antara mereka ada pula penderita tuna rungu. Khusus untuk penyandang disabilitas, praktik membuat batik dikerjakan berkelompok

72 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 Membuat motif baru - Zul Lubis

Nur Rohmat

jangan dilupakan. Kebudayaan kita harus dibumikan hingga menjadi produk yang dapat memunculkan pranata sosial,” Pembahasankatanya. mengenai mikrokosmos dan makrokosmos serta lingkaran kehidupan tidak akan pernah selesai sepanjang kehidupan manusia. Daur hidup mulai kelahiran hingga kematian selalu akan dieja dan diterjemahkan agar manusia dapat hidup dengan elemen yaitu air, api, kayu, dan batu, atau ada yang memakai elemen air, udara, dan api. Begitulah.

Zul Lubis

Dari berbagai pembacaan sejak dulu kala, muncul penerjemahan weton manusia, misalnya orang yang lahir pada Kamis Wage itu memiliki unsur angin, kilat, dan tanah dengan hewan gajah dan tanaman bulir/rumpun padi. Selanjutnya ada penerjemahan linggayoni, tabiat, dan dominasi daya. “Setelah gang batik motif weton Jumat Kliwon karya Nur RohmatZul Lubis -

BatikkaryaOmahKreatifDongaji-

ZulLubis

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 73 Sri Lestari meme

KULINER Be Guling PersembahanBaliuntukDewa 74 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 Menyiapkan be gulingSyefri Luwis

Salah satu makanan tradisional yang khas dari masyarakat Bali yang telah diwariskan secara turun-temurun tersebut adalah be guling (babi guling) yang kini menjadi salah satu ikon kuliner Provinsi Bali. Mulanya, be guling merupakan sajian khas upacara; baik upacara adat maupun upacara keagamaan. Sejalan dengan perkembangan zaman dan pola konsumsi yang berkembang saat ini, be guling telah menjadi makanan masyarakat umum yang dijual sebagai hidangan baik di warung-warung, rumah makan, bahkan restoran di hotel-hotel tertentu di daerah Bali. Tidak ada catatan pasti kapan terciptanya kuliner babi guling ini. Akan tetapi, catatan tentang keberadaan be guling ini telah dimuat dalam lontar Sundarigama yang menuliskan bahwa babi guling adalah sebagai suatu kelengkapan dalam persembahan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu melakukan yajna pada hari-hari yang dipandang sebagai hari suci. Salah satu di antaranya hari suci menurut hitungan pawukon adalah tumpek penguduh yang jatuh pada hari Sabtu Kliwon Wariga. Hari tersebut merupakan hari suci pemujaan Sanghyang Sangkara atau dewa penguasa kesuburan semua tumbuhan dan pepohonan. Upacara pemujaan ini menggunakan be guling (babi guling) sebagai pelengkap yang dimaknai sebagai permohonan keselamatan atas tanaman agar supaya dapat berbunga, berbuah, dan berdaun lebat sebagai sumber Dalamkehidupan.lontar Raja Purana juga disebutkan bahwa babi guling digunakan sebagai sarana dalam upacara Usabha Posya (kurban pebalik sumpah) dalam ritual Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih pada bulan Desember. Pada lontar tersebut dijelaskan bahwa bahwa Bhatara Turun Kabeh menggunakan sarana upacara; dua babi pinudhukan dicencang, satu pajuwit, satu be guling (babi guling), satu kerbau hitam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan babi guling sebagai sarana persembahan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa berlangsungsudahsejakzamandahulu.

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 75

Selain memiliki keindahan alam, Pulau Bali juga menyimpan kreativitas budaya yang telah tercipta dari nenek moyang masyarakat Bali. Perpaduan antara agama Hindu dan adat istiadat banyak menghasilkan karya budaya yang unik, hidup, dan sarat dengan nilai budaya. Kepaduan adat dan budaya ini dapat dengan mudah kita temukan di setiap kabupaten, kecamatan dan desa-desa. Di antara produk budaya hasil perpaduan adat-budaya tersebut adalah makanan-makanan tradisional yang masih ditemukan di masyarakatnya. Tidak hanya itu, kuliner tradisional tersebut juga muncul dengan ciri khas tersendiri di masing-masing kabupaten.

Olahan kuliner be guling ini memiliki beberapa fungsi pada masyarakat pendukungnya, di antaranya berfungsi sebagai pelengkap upacara yadnya, khususnya pada upacara Dewa Yadnya, pitra yadnya, manusa yadnya Be guling sebagai sesaji seringkali difungsikan menjadi satu paket dengan banten bebangkit Sebagai sarana upacara Dewa Yadnya, be guling juga dijadikan persembahan pada pelaksanaan usabha Pura Dalem yang berlangsung sekali setahun pada hari Tilem Kaulu (bulan JanuariPebruari) di Desa Timbrah, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem. Pada upacara ini ada tradisi penghaturan be guling persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya oleh masing-masing kepala keluarga warga adat.

Fungsi Be Guling

76 I INDONESIANA VOL. 14, 2022

Babi guling dalam prosesi tiga bulanan manusia yadnyaDwika Decka

Tradisi membuat be guling untuk konsumsi disebut nguling. Upacara pembuatan be guling secara khusus biasanya dilakukan dalam upacara disebut ninggungin. Sejatinya, ninggungin adalah tradisi menyembelih anak babi yang biasanya dilakukan oleh warga masyarakat peternak babi. Ketika babi peliharaannya beranak, dalam umur sekitar tiga sampai empat bulan salah satu dari anak babi tersebut diguling dan dagingnya akan dibagi-bagi dan disantap bersama-sama tetangga dan kerabat dekat.

Pande Egi, pembuat babi Guling yang telah menggeluti usaha babi guling secara turun temurun selama puluhan tahun, menyatakan bahwa istilah kuliner be guling dari cara memasaknya, yaitu dengan cara diputar atau digulinggulingkan secara terus-menerus di atas bara api hingga matang.

Masyarakat Bali percaya bahwa sebelum dinikmati, be guling terlebih dahulu harus dipersembahkan kepada Ida Bhatara, dewa pemberi perlindungan kepada umat manusia sebagai permohonan agar tidak mengalami musibah dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya, Pande Egi mengatakan bahwa pada zaman dalulu terdapat mitos yang menyatakan bahwa membuat babi guling dan menyantapnya langsung dipercaya akan membawa kesialan dan kemalangan bagi keluarga yang membuat dan yang memakannya. Sehingga, dalam pembuatan babi guling untuk konsumsi, ketika babi guling telah matang dan siap untuk dimakan, bagian-bagian babi seperti sebagian kecil dari kuku babi guling, sebagian kecil ekor, sebagian kecil hidung, sebagian kecil mulut, dan sebagian kecil telinga harus tetap dipersembahkan dalam sesaji kepada

Sebagai sarana upacara pada manusa yadnya, terutama pada upacara tiga bulanan maupun satu otonan, sesuai dengan desa kala patra dan kemampuan dari orang tua si bayi. Upacara Nelubulanin (upacara tiga bulanan) dilakukan masyarakat Hindu di Bali untuk merayakan hari kelahiran ke-105 hari atau tiga bulan seorang bayi menurut penanggalan Bali. Masyarakat Bali percaya bahwa pada usia tersebut setiap bagian dari panca indra bayi sudah mulai aktif, termasuk dengan pencernaannya. Rasa syukur mereka dihaturkan dengan menghadirkan be guling sebagai sarana upacara tersebut. Kemudian, setelah upacara selesai be guling dapat disantap bersama-sama seluruh anggota keluarga. Be guling juga dijadikan sebagai sarana upacara pada pitra yadnya, khususnya pada acara pengabenan. Sebagaiana diketahui, upacara Ngaben sendiri sebenarnya adalah prosesi pembakaran mayat atau kremasi bagi penganut Hindu Bali. Ritual pembakaran mayat tersebut merupakan simbol untuk penyucian roh orang yang telah meninggal. Jika upacara ngaben menggunakan bebangkit maka babi guling wajib dihadirkan sebagai sarana. Bahkan, pada ngaben yang berlangsung di Desa Adat Duda Wates Tengah, be guling ditarikan pada prosesi mengantar bade atau jenazah menuju kuburan. Nilai Budaya Be Guling Dalam konteks kebudayaan, makanan bukan hanya sebagai pasokan gizi dan nutrisi melainkan juga sebagai tradisi yang mengandung nilai religius, nilai kebersamaan dan nilai ekonomi. Nilai religius tampak pada penggunaannya sebagai sarana atau pelengkap pada upacara yadnya. Dalam hal ini, be guling merupakan wujud persembahan syukur kepada Tuhan yang telah memberi berkah berupa keselamatan, kesejahteraan, keberhasilan, kesehatan, dan lain lain.

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 77

Nilai ekonomis kuliner be guling terlihat pada perkembangan usaha babi guling yang tentu saja membutuhkan tenaga kerja, pasokan bumbu, bahan babi dan sebagainya. Tentu saja, usaha kuliner ini membuka ruang perekonomian bagi masyarakat di sekitarnya. Perusahaan kuliner babi guling memiliki potensi untuk mendatangkan keuntungan dan peluang ekonomi yang sangat menggiurkan sebab peminat babi guling di Bali kini semakin banyak. Usaha sejenis ini kini menjadi salah satu yang cukup menjanjikan sebab keuntungannya patut diperhitungkan.

Sebagai doa dan persembahanDwika Decka

Be guling dibawa menuju restoranSyefri Luwis

Nilai kebersamaan tercermin dari proses pengambilan babi dari kandang, penyembelihan, penyiapan bumbu, hingga memasak. Hal ini harus dilakukan secara bersama dan saling bekerja sama satu sama lain. Pada akhirnya, be guling tentu juga disantap bersama-sama seluruh keluarga besar seusai upacara atau ritual dilakukan.

FIGUR denganMelayaniHati KRIKomandanDewaruci 78 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 Sekilas tentang Sugeng Hariyanto Nama Lengkap : Sugeng Hariyanto, M.Tr.OPSLA Pangkat : Mayor Korps : Pelaut Agama : Islam Lahir : Surabaya, 05 Oktober 1981 Suku Bangsa : Jawa Jabatan : Komandan Riwayat Pendidikan Militer 1. Akademi Angkatan Laut 50 : 2004 2. Dikpasis : 2005 3. International Seminar Group Refresh : 2014 4. SUS Principle Warfare Officer TNI AL 2014 : 2014 5. SUS dan KRI : 2014 6. DIKLAPA KOUM Angkatan 24 : 2015 7. DIK REG SESKOAL Angkatan 57 : 2019 Tanda Jasa SATYA LANCANA KESETIAAN VIII TAHUN SATYA LANCANA KESETIAAN XVI TAHUN SATYA LANCANA DWIDYA SISTHA TANDA PENGHARGAAN TNI AL KELILING DUNIA PIAGAM PENGHARGAAN KASAL

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 79

Pasifik. Sore itu di atas geladak kami berbincang. Membangun Rasa Setia Kawan Laskar Rempah adalah orang-orang kebanggaan 34 provinsi di Indonesia yang terpilih untuk berlayar menggunakan KRI Dewaruci dalam rangka Muhibah Budaya Jalur Rempah. Ketika pertama kali bertemu, Komandan Sugeng Hariyanto melihat kondisi laskar saat itu terlihat lemas dan kurang bersemangat. Ia berusaha memberikan pembekalan dengan gaya berbeda. Pak Sugeng mulai bercerita siapa itu Dewaruci, kenapa kapal itu dinamakan Dewaruci dan kenapa berada di KRI Dewaruci merupakan sebuah kebanggaan. Kapal ini merupakan legenda bagi TNI AL karena telah mencetak banyak pelaut andal untuk TNI Angkatan Laut. Dari situ barulah ia melihat laskar rempah mulai tergugah semangatnya. “Saya katakan, Saya ingin melihat tatapan mata yang berbinarbinar ini besok ketika kalian sudah on board di kapal.” ujar Komandan Sugeng. Ia mengakui bahwa kontras semangat antara gelombang peserta yang sudah turun dari kapal dengan gelombang baru yang ada di darat begitu terasa. Kekompakan dan lantangnya suara laskar yang sudah berlayar terasa lebih menggelora. Hal tersebut menjadi satu bukti kecil bahwa Muhibah Budaya Jalur Rempah menjadi menjadi medium bagi laskar untuk mencari jati diri mereka. Selama proses itu mereka belajar menerima orang lain, berani berekspresi serta menemukan bakat-bakat terpendam mereka. Pak Sugeng pun senang dengan kedekatan yang terjalin antara Laskar Rempah dengan kru KRI Dewaruci hingga mereka mengadakan

Mayor Sugeng dalam berbagai kegiatan di Jalur RempahRedaksi Jalur Rempah dan Dispenal Koarmada II, Surabaya Mendapat kesempatan on board di rute terakhir pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah dari Kupang ke Surabaya membuatku begitu beruntung. Tidak hanya karena pengalaman berlayar langka, aku juga mendapat darilamanyaKRIpelayaranmendapatJanuarilayarkapalkapalkapalAngkatanTentarasudahPelaut.atauHariyanto,berbincang-bincangkesempatandengansanglegenda,KomandanKRIDewaruci,SugengM.Tr.OPSLAyangdibacaMayorLautKuranglebih18tahuniamengabdisebagaiNasionalIndonesiaLaut.Berbagaimacamsudahianahkodai,mulaidaritempur,kapalpatrolihinggalayar.IamulaidinasdikapalsepertiKRIDewarucisejakbulantahun2011.Padatahun2012iakesempatanuntukmengikutikelilingduniamenggunakanDewaruciyangbersejarah.10bulaniabesertaseluruhkruberlayarIndonesiamelintasiSamudera

voting untuk memberikan predikat kepada beberapa kru seperti tertampan, paling perhatian, hingga teramah. “Kapal ini mengubah semuanya. Perjalanan kita memasuki dimensi jarak dan waktu membuat mereka dan juga saya mengalami proses yang luar biasa,” kata Komandan. Ia bangga dengan semangat setia kawan yang tumbuh seiring berlangsungnya perjalanan. Mereka mau merawat teman yang sakit, membantu teman yang mabuk, hingga menyuapi Rasamakan.kepemilikan terhadap kapal ini ditanamkan oleh Komandan dengan memberikan sebuah pin yang memiliki logo dan tulisan KRI Dewaruci. Pin itu memiliki makna dan menjadi sebuah kehormatan bahwa saat menerima pin tersebut, mereka sudah menjadi bagian dari kami, kru KRI Dewaruci. “Harapan saya adalah rawat kapal ini sama seperti kami merawat kapal ini. Jangan kotori kapal ini, jangan seenaknya dengan kapal ini. Ini adalah tempat kita tidur, tempat kita beristirahat, dan tempat makan kita bersama.” kata Komandan. Selain menanamkan rasa kepemilikan, ia juga mengandalkan kombinasi antara koordinasi dan komunikasi untuk memperkuat kedekatan pribadi dengan para peserta Muhibah. Jika menemukan pelanggaran yang cukup berat, ia akan tindak dengan tegas, seperti saat salah seorang laskar mencoba memanjat tanpa menggunakan tali pengaman. “Ketika

Komandan Sugeng memandang bahwa suatu hari kita akan mengembangkan diplomasi rempah, menyebarluaskan pengetahuan tentang budaya Indonesia, dan nilai-nilai lainnya. Itu tentunya tidak dapat dilaksanakan oleh kementerian saja, melainkan diperkuat lewat sinergi dengan masyarakat, komunitas dan Laskar Rempah yang saat ini sudah menjadi perwakilan dari masingmasing provinsi. Apa yang dilaksanakan selama 32 hari di Muhibah Budaya Jalur Rempah merupakan sebuah batu loncatan, titik awal, untuk mendapatkan pengakuan dunia akan warisan budaya Jalur Rempah Nusantara. Meskipun banyak tantangannya, tetapi ia begitu mengapresiasi keberanian Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi untuk mengambil langkah awal Efekitu. dari perjalanan muhibah budaya ini mulai terlihat dari Laskar Rempah yang mulai menyuarakan tentang Jalur Rempah di provinsi masing-masing. Mereka berkisah tentang apa itu Jalur Rempah, bahwa rempah tidak sekedar pala, lada, cengkeh, dan cendana, bahwa napak tilas ini bukan hanya tentang rempah, tetapi bagaimana akulturasi budaya yang terjadi di masing-masing setiap daerah. Kegiatan ini juga membangunkan kesadaran konkret tentang luasnya Indonesia dan keragaman budayanya. Pertemuan di antara empat Sultan Ternate-Tidore merupakan salah satu bukti otentik perjalanan ini. Para Sultan hanya mau bertemu jika pelaksanaan dilakukan di atas kapal. KRI Dewaruci memegang peran besar sebagai pihak netral saat pertemuan itu terjadi. Mereka mampu mwelepas ego mereka, bertemu, Sugeng Hariyanto bersama dengan Direktur Pembinaan Tenaga dan LembagaKebudayaan, Yudi Wahyudin, dan Laskar Rempah menari bersama di acara Gala DinnerRedaksi Jalur Rempah

Semangat Diplomasi Rempah Perjalanan Muhibah Budaya Jalur Rempah adalah misi budaya pertama yang dijalani oleh KRI Dewaruci. Berbeda dari misi pendidikan angkatan laut yang biasanya diemban kapal ini, perjalanan kali ini sarat dengan berbagai pertunjukan budaya. Komandan sendiri banyak belajar dari berbagai pertunjukan dan kegiatan kebudayaan di masingmasing kota. Pengetahuannya tentang kearifan lokal tiap wilayah bertambah, karena saat tiba di kota yang baru, ia dan kru pun harus menyesuaikan diri dengan kearifan lokal yang berlaku. Memiliki keinginan belajar lebih banyak tentang Jalur Rempah, Komandan pun membeli buku tentang Pulau Run, sebuah pulau di Kepulauan Banda yang ditukar dengan Manhattan, yang sangat menarik untuknya. Sepanjang ribuan tahun rempah-rempah Nusantara telah mempengaruhi peradaban dunia. Bahkan satu kilogram pala pernah setara dengan satu kilogram emas.

80 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 turun, saya marahi dengan tegas. Saya berikan pilihan pakai tali pengaman atau tidak naik sama sekali!” ucapnya tegas. Hal ini sangat penting, karena pada akhirnya keselamatan setiap orang yang naik ke kapal ini menjadi tanggung jawabnya sebagai Komandan.

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 81

bercengkerama dan saling berpelukan di atas KRI Dewaruci. Saat pertemuan itu terjadi, mereka tidak bicara soal politik seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya, tetapi tentang kemajuan budaya Indonesia. Pelayaran muhibah budaya dan Kapal KRI Dewaruci terbukti mengubah semuanya. Inilah tempat terwujudnya Bhinneka Tunggal Ika. Pentingnya Sejarah Komandan Sugeng terkesan dengan rangkaian Muhibah Budaya Jalur Rempah. Ia menyadari bahwa, di usianya saat ini, ia harus belajar lagi tentang rempahrempah dan sejarah Jalur Rempah itu sendiri yang ternyata lebih dari sekadar jalur perdagangan kolonial. Ia mulai mengenali pengaruh rempah Nusantara bagi banyak kawasan di dunia, ribuan tahun sebelum kolonialisme masuk ke Nusantara. Ia sungguh berharap agar Jalur Rempah berhasil menjadi warisan budaya yang diakui UNESCO. Komandan merasa sangat beruntung jika impian itu terwujud, karena ia turut ambil bagian sebagai Komandan KRI Dewaruci yang bekerja sama dengan Kemendikbudristek memperjuangkan pengakuan tersebut.

Dengan mengarungi perairan Nusantara yang sama dengan pelaut-pelaut kuno dari ribuan tahun yang lalu, mereka bisa merasakan kembali pertautan diri dengan sejarah. Lewat muhibah ini, kami mengerti, sejarah bukanlah sebuah negeri asing yang tersembunyi di masa lalu. Sejarah adalah masa kini, duduk di atas geladak ini, mengarungi laut nenek moyang kita, menciptakan masa depan bersama-sama. Sayup-sayup terdengarlah pesan lama itu: negeri yang besar tidak akan melupakan sejarahnya.

Komandan Dewaruci, Mayor Laut (P) Sugeng Hariyanto, menyerahkan cinderamata berupa miniatur kapal Dewaruci kepada Sesditjen Kebudayaan, Drs. Fitra Arda, M.Hum pada saat penutupan acara MBJRRedaksi Jalur Rempah

Karena kita adalah orang-orang yang akan membentuk sejarah di masa kini yang akan diingat di masa depan. “Jangan sampai adu domba yang terjadi di masa lalu terjadi lagi di masa kini. Persatuan dan kesatuan Indonesia harus dijunjung tinggi. NKRI harga mati!” demikian pungkas Sugeng Hariyanto, Komandan KRI Dewaruci ketika hari sudah jatuh malam. (Jessika Nadya Ogesveltry, Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan)

“Ini merupakan sebuah kebanggaan buat saya dan tentunya atas ijin Tuhan Yang Maha Esa,” ujarnya. Ketika langit mulai gelap dan angin bertiup dari arah buritan, Komandan Sugeng menyampaikan pesannya bagi generasi muda. “Jangan jadikan ini hanya sekedar momen lewat. Selesainya perjalanan ini adalah titik pertama, langkah awal Laskar Rempah untuk menyebarluaskan Jalur Rempah yang adalah milik Indonesia. Sama seperti saat wisuda dari sebuah universitas, kita harus pikirkan kontribusi apa yang bisa kita berikan untuk lingkungan sekitar”. Demikianlah Pak Sugeng berpesan. Muhibah ini telah memberikan pelajaran yang penting bagi seluruh pesertanya.

82 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 GALERI FOTO GALERI FOTO Cengkih yang selalu menemani masyarakat NusantaraRedaksi Jalur Rempah Lomba Belang Adat di Banda Naira pada saat pelepasan Laskar RempahRedaksi Jalur Rempah Kembali menjelajah samudraRedaksi Jalur Rempah Bergairah di Muhibah Jalur Rempah

Tari Pedoa, tarian asal etnis Sabu yang merupakan tarian pergaulanRedaksi Jalur Rempah

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 83

Laskar Rempah sedang melakukan peran layar bersama kru KRI DewaruciDispenal Koarmada II, Surabaya

Tari Ja’i, sebuah tarian yang mencerminkan kebersamaan diantara anggota masyarakat Ngada, NTTRedaksi Jalur Rempah

Napak tilas jalur rempah di enam simpul jalur rempah yakni Surabaya, Makassar, Baubau dan Buton, Ternate dan Tidore, Banda Naira, serta Kupang sungguh terasa nostalgik. Rasa haru, seru, gembira, dan sukacita beradu jadi satu. Tentu. Berlayar selama 32 hari (1 Juni-1 Juli 2022) bersama KRI Dewaruci, lalu menyusuri tempat-tempat bersejarah dan bertemu banyak orang ramah membuat kami merasakan hawa nostalgik yang merasuk hingga pori-pori. Kami mengeksplorasi pusat-pusat perdagangan rempah yang dulu pernah sohor, melihat lagi candi-candi zaman Majapahit, menengok kapal pinisi dan museum-museum seperti La Galigo dan Karaeng Pattingaloang, lalu mencicipi aneka kuliner setempat. Bentengbenteng yang berdiri gagah sungguh menakjubkan, sebut saja Benteng Wolio (Buton), Benteng Kastella (Ternate), dan Benteng Belgica (Neira). Pengalaman batin itu mana mungkin tidak menorehkan kesan mendalam, termasuk ketika mengunjungi kebun cendana dan menyentuh kain-kain tenun buatan tangan yang aduhai di Kupang. Sampai jumpa lagi pada muhibah jalur rempah mendatang. Hidup rempah! (Tim Redakai Jalur Rempah Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebu dayaan)

84 I INDONESIANA VOL. 14, 2022 Konfederasi Mortir Verbond yang merupakan persekutuan antara Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan yang pernah terjadi 700 tahun lalu terulang kembali di atas Geladak KRI DewaruciRedaksi Jalur Rempah Plakat Peresmian Museum Mini Pati Kiat oleh Direktur PPKRedaksi Jalur Rempah Tari Mancak, ButonRedaksi Jalur Rempah Tari CakaleleRedaksi Jalur Rempah

VOL. 14, 2022 INDONESIANA I 85 Ekskursi Jalur Rempah di MojokertoRedaksi Jalur Rempah Bahu membahu menjadi keseharian di KRI DewaruciRedaksi Jalur Rempah Kain tenun adalah bagian dari wastra yang menjadi salah satu identitas IndonesiaRedaksi Jalur Rempah Rutinitas awak KRI DewaruciRedaksi Jalur Rempah

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Gedung E. Lt. 9, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 4-5 Senayan, Jakarta 10270 (021) 5725534 (021) http://kebudayaan.kemdikbud.go.idindonesiana.diversity@gmail.com5725534 TIDAK UNTUK DIJUAL

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.