DAFTAR ISI
dok. Pribadi
Apa itu Simawa? Sebuah sistem baru yang diluncurkan UM sempat membuat geger di awal semester. Kemunculannya menimbulkan banyak perhatian dan pertanyaan dari berbagai kalangan, terutama mahasiswa. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang Simawa, kru Komunikasi telah melakukan wawancara eksklusif dengan Wakil Rektor III UM. Yuk, intip ulasan lengkapnya di rubrik Liputan Utama!
dok. Komunikasi
Simawa: Wadah Prestasi dan Aktivitas Mahasiswa
6
SALAM REDAKSI 4
Prof. Gunadi H. Sulistyo in Memoriam
UP TO DATE 10
SURAT PEMBACA 5 LAPORAN UTAMA
SEPUTAR KAMPUS 11
Kebaikan dan kerendahan hatinya menjadi kenangan manis bagi setiap orang yang mengenalnya. Semakin berisi semakin merunduk, kiranya seperti itulah pepatah yang tergambar nyata dalam dirinya. Kepergiannya yang tiba-tiba meninggalkan kesedihan di hati para keluarga, sahabat, bahkan mahasiswa yang mengenalnya. Seperti apa cerita manis semasa hidupnya? Simak liputannya di Rubrik Cerita Mereka!
26
INFO 17 AGAMA 23 OPINI 24 CERITA MEREKA LAPORAN KHUSUS 28
24
30
CURHAT 29
Selain dikenal sebagai dosen terbaik UM dengan nilai sitasi tertinggi. Sosoknya juga dikenal sebagai akselerator publikasi UM. Dalam setahun puluhan karya ilmiahnya dimuat di jurnal internasional terindeks Scopus. Tidak ingin sukses sendiri, dirinya kerap kali menggandeng mahasiswa maupun dosen lain ketika melakukan penelitian. Seperti apa sosoknya? Simak liputannya di Rubrik Profil!
PROFIL WISATA RANCAK BUDAYA 34 PUSTAKA 36 PUISI 37
Jalan-Jalan ke "Eropa" dengan Ongkos Murah Ramai diperbincangkan, San Terra menjadi objek wisata baru andalan Kabupaten Malang. Bagaimana tidak? Wisata yang baru diresmikan akhir tahun 2019 ini menyuguhkan pemandangan yang instagramable. Bunga-bunga indah juga tumbuh apik di sana. Tiket yang ramah kantong juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Penasaran dengan tempat wisata baru ini? Simak ulasannya di Rubrik Wisata!
KOMIK 38 LENSA UM 39
32
dok. Pribadi
dok. Pribadi
Scientist dan Akselerator Publikasi UM
Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
3
Salam Redaksi
oleh Dr. Mu’arifin, M.Pd.
S
uka atau tidak, waktu terus berlalu dan akan terus berlalu, tanpa seorang pun mampu menghentikannya. Karena itu, suka atau tidak, dengan berjalannya waktu harus dipastikan bahwa sudah terjadi peningkatan kualitas pada diri kita. Demikian pula yang dialami kampus UM. Membuka tahun 2020 harus dipastikan UM tetap berprestasi dan menunjukkan peningkatan kualitas kinerja pada seluruh aspek tridarma perguruan tinggi. Prestasi UM secara lengkap dapat dicermati dari laporan kinerja yang telah disusun tiap triwulan. Penyusunan laporan tersebut merupakan bentuk pertanggungjawaban UM kepada stakeholder, terutama kepada civitas akademika UM. UM telah berusia 65 tahun, usia yang matang untuk menasbihkan diri sebagai salah satu universitas unggul dan menjadi rujukan. Pada bidang kemahasiswaan UM berupaya keras mempertahankan sistem pembinaan kemahasiswaan yang telah terbukti konstruktif. Kemahasiswaan juga terus melakukan refleksi untuk mengkaji dan memperbaiki model layanan dan pembinaan kemahasiswaaan agar seluruh mahasiswa dapat menuai prestasi yang membanggakan UM. Pengkajian terhadap program kemahasiswaan dan komponen pendukungnya menghasilkan simpulan bahwa saat ini terdapat isu urgent yang mendesak untuk dipecahkan. Pertama, pengembangan dan revisi beberapa regulasi kemahasiswaan yang terkait dengan apresiasi, rekognisi, pemira, ormawa, dan layanan khusus kemahasiswaan. Kedua, penguatan konsekuensi atas regulasi yang ada. Ketiga, optimalisasi kinerja ormawa dengan program motivasi dan fasilitasi sehingga menghasilkan kegiatan berbasis pada target kinerja yang terukur, operasional, dan memberi kontribusi signifikan bagi kampus. Keempat, peningkatan partisipasi UM pada kancah kompetisi tingkat nasional dan internasional. Kelima, diperlukan sistem kemahasiswaan yang terintegrasi dengan Siakad. Sistem ini difungsikan untuk merekam seluruh aktivitas mahasiswa dan prestasi/kompetensi yang telah dicapai mahasiswa UM.
dok. Pribadi
Pacu Prestasi Mahasiswa, Hadirkan Simawa
STT: SK Menpen No. 148/ STT:DITJEN SK Menpen No. 148/ SK PPG/STT/1978/ SK DITJEN tanggal 27PPG/STT/1978/ Oktober 1978 tanggal 27 Oktober 1978
Mencermati isu tersebut, dalam edisi kali ini Komunikasi memuat paparan tentang pengembangan Sistem Informasi Aktivitas Mahasiswa (Simawa). Prestasi kemahasiswaan tahun 2019 ini mengacu pada kompetisi yang berdampak pada pemeringkatan perguruan tinggi secara nasional, antara lain keberhasilan quadtrick kontingen UM menjadi juara umum empat kali berturut-turut pada ajang MTQMN ke XVI di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh; UM sukses menjadi panitia penyelenggara Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE); sukses masuk 8 besar Pimnas ke-32 di Universitas Udayana, Bali; sukses dalam Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) yang pertama di Universitas Negeri Yogyakarta; serta ditutup dengan pamuncak prestasi sebagai juara umum Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) ke-10 di Politeknik Negeri Batam. Simawa merupakan sistem pembinaan kemahasiswaan yang terintegrasi dalam Sistem Informasi Akademik (Siakad). Sistem ini bermanfaat untuk merekam dan meningkatkan kuantitas serta kualitas database semua aktivitas dan prestasi kemahasiswaan. Dengan sistem ini akan diperoleh data yang akurat dan signifikan untuk dijadikan pijakan dalam menyusun Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). Dengan mencermati capaian kinerja tahun 2019, pengkajian isu kemahasiswaan, dan penyiapan sistem yang mendukung, kita yakin kinerja kemahasiswaan UM tahun 2020 akan lebih baik lagi. Optimisme harus diiringi dengan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas dari semua komponen yang terkait. Dalam meraih prestasi, kita menyadari akan banyak kesulitan dan tantangan yang menghadang, tetapi kita pun yakin bahwa in the middle of difficulty lies opportunity. Orang hebat dibentuk melalui kesulitan, bukan kemudahan. Selamat berkarya dan terus berkarya, mengoptimalkan semua potensi yang ada, semoga menjadi sesuatu yang berguna bagi peningkatan kualitas bangsa dan negara. Penulis adalah Wakil Rektor III UM dan Penanggung Jawab majalah Komunikasi UM
KOMUNIKASI • Majalah Kampus Universitas Negeri Malang • Jalan Semarang No. 5 Graha Rektorat lantai 2 Telp. (0341) 551312 Psw. 354 • E-mail: komunikasi@um.ac.id • Website: http://komunikasi.um.ac.id • Instagram: @komunikasi_um KOMUNIKASI diterbitkan sebagai media informasi dan kajian masalah pendidikan, politik, ekonomi, agama, dan budaya. Berisi tulisan ilmiah populer, ringkasan hasil penelitian, dan gagasan orisinil yang segar. Redaksi menerima tulisan para akademisi dan praktisi yang ditulis secara bebas dan kreatif. Naskah dikirim dalam bentuk softdata dan print out, panjang tulisan 2 kwarto, spasi 1.5, font Times New Roman. Naskah yang dikirim belum pernah dimuat atau dipublikasikan pada media cetak manapun. Tulisan yang dimuat akan mendapatkan imbalan yang sepantasnya. Redaksi dapat menyunting tulisan yang akan dimuat tanpa mengubah artinya. Tulisan dalam Komunikasi tidak selalu mencerminkan pendapat redaksi. Isi di luar tanggung jawab percetakan PT Antar Surya Jaya Surabaya.
4 | Komunikasi Edisi 326
Pembina Rektor (AH. Rofi’uddin) Penanggung Jawab Wakil Rektor III (Mu’arifin) Ketua Pengarah Sucipto Ketua Penyunting Zulkarnain Wakil Ketua Djajusman Hadi Anggota Yusuf Hanafi Muslihati Evi Susanti M. Nuruddin Zanky Dila Umnia Soraya Kun Sila Ananda Tika Dwi Tama Ike Dwiastuti Redaktur Pelaksana Nida Anisatus Sholihah Editor Azizatul Qolbi Fitriyanti Bunga Layouter Fitrah Izul Falaq Nadifah Adya Ilham Desainer dan Ilustrator Krisnawa Adi Baskhara Nur Aviatul Adaniyah Reporter Dessy Herawati Cintya Indah Sari Rosa Briliana Umi Nahdhiah Tanzilla Yulia Ageng Nur Nilam Ayu S. M. Irkhamin Azril Azi Famba Safira Putri H. Nikmatul Khoiriyah Caecilia Sherina Dewi Nurul Laili Rohmatin Zahira Alfiani Niken Puspitsari M. Izam Masroir Administrasi Taat Setyohadi Suhartono Ekowati Sudibyaningsih Oni Irawan Nur Cholisah Elok Kanthiasih Hadi Mulyono Distributor Adi Santoso
Surat Pembaca
Rubrik Wisata Nur Aviatul Adaniyah
Salam Pers! Saya Nurul, mahasiswa jurusan Sastra Indonesia. Saya ingin bertanya Apakah boleh terkait hasil liputan mengenai kolom wisata dari mahasiswa yang tidak tergabung dengan anggota Komunikasi, hasil liputannya bisa termuat di majalah Komunikasi. Jika bisa Bagaimana tata caranya? Terima kasih. Semoga Komunikasi sukses dan Jaya selalu! Nurul S-1 Bahasa dan Sastra Inggris Salam! Hai Nurul, terima kasih atas pertanyaannya. Iya boleh., semua sivitas akademika UM boleh mengirimkan perjalanan wisata. Ketentuannya, jumlah tulisan sepanjang 3 halaman A4 dengan spasi 1.5. Ketika mengirimkan mohon menyertakan foto wisata beresolusi tinggi. Jangan lupa, kirim tulisannya ke email komunikasi@um.ac.id, ya.
Akuisisi prestasi dalam panggung kolaborasi dan inovasi Cover Story
Terima kasih
repro internet
Salam, Redaksi
Theres' no harm in dreaming big Putri Tanjung
ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara
Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
5
Laporan Utama
dok. Komunikasi
Simawa: Wadah Prestasi dan Aktivitas Mahasiswa
U 6 | Komunikasi Edisi 326
Wakil Rektor III UM, Dr. Mu’arifin, M.Pd. dalam sesi wawancara dengan kru Komunikasi
niversitas Negeri Malang (UM) merilis sebuah layanan baru di awal tahun akademik 2019/2020. Baru saja dikenalkan, Sistem Informasi Aktivitas Mahasiswa (Simawa) menuai beragam tanggapan. Kicauan mahasiswa mengenai Simawa menghiasi media sosial. Hingga muncul kalimat plesetan yang mengaitkan antara Sipejar, Siakad, dan Simawa dengan dikejar, diakad, dan samawa. Banyak mahasiswa yang masih penasaran dengan Simawa. Terlebih, saat Simawa menjadi salah satu syarat untuk memproses Kartu Rencana Studi (KRS). Apa sebenarnya Simawa? Apa fungsinya? Mari simak ulasan mengenai Simawa dalam laporan utama berikut.
Fungsi dan Tujuan Simawa Demi meningkatkan layanannya, UM mengembangkan sistem baru bernama Simawa. Pencatatan setiap aktivitas mahasiswa dinilai perlu, terlebih jika hal itu merupakan prestasi. Berbasis digital, Simawa diharapkan dapat memudahkan perekaman kegiatan mahasiswa. Selama ini bukti penghargaan mahasiswa seperti sertifikat dan piagam kebanyakan disimpan sendiri dalam bentuk fisik. Ada kalanya lembar tersebut hilang. Padahal selembar piagam atau sertifikat itu tak hanya penting bagi mahasiswa, tetapi juga bagi kampus karena data tersebut menjadi salah satu tolok ukur penilaian kampus. Dengan lahirnya Simawa, mahasiswa
Laporan Utama
memiliki alternatif untuk mengamankan data aktivitas kemahasiswaannya. Di samping itu, UM ditugaskan untuk tidak hanya memberi lulusannya selembar ijazah dan transkrip nilai. Berdasarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2018, penerbitan ijazah oleh perguruan tinggi disertai dengan transkrip akademik dan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). SKPI dapat memuat informasi tambahan tentang prestasi akademik mahasiswa, mencakup prestasi mahasiswa bidang kokurikuler, ekstrakurikuler, atau pendidikan nonformal. “SKPI itu penting karena sebagai nilai tambah saat mahasiswa ingin mendapatkan pekerjaan dalam waktu yang relatif cepat. Kebanyakan khalayak dan perusahaan melihat ijazah itu sebagai persyaratan umum saja. Tidak melihat IP (indeks prestasi, red.), tetapi melihat kemampuan plus dari sarjana,” jelas Dr. Mu’arifin, M.Pd., Wakil Rektor 3 UM. SKPI diambil dari sertifikasi kompetensi yang diperoleh mahasiswa saat masih kuliah di UM. Saat kuliah mahasiswa juga harus melakukan aktivitas kemahasiswaan yang nantinya akan ditulis di SKPI. Dalam rangka pengisian data SKPI, mahasiswa harus mengunggah berbagai sertifikasi yang dia dapatkan ke Simawa. Dari isian tersebut, pihak kampus akan menyeleksi mana yang terbaik untuk dijadikan SKPI. SKPI ini akan ditampilkan dan diberikan kepada mahasiswa saat dia wisuda. “Hal ini harus dipaksa, sesuatu yang baru kalau tidak dipaksa itu tidak akan dijalankan,” ungkap Mu’arifin. “Sesuatu yang masih baru memang perlu dimaklumi, mungkin masih perlu ada sosialisasi. Simawa ini memang membuat mahasiswa kaget karena sosialisasinya kurang gencar,” tambahnya. Disampaikan lebih jelas oleh Eko Wahyu Setiawan, S.S., Kasubag Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Teknogi, Informasi, dan Komunikasi (PTIK), “Pertama, jangan terjebak dulu dengan yang namanya Simawa. Simawa itu hanya judul seperti yang kita kenal Siakad, tetapi konsep besar yang harus dipahami saat bicara tentang Siakad adalah aplikasi layanan solusi untuk mewadahi semua aktivitas terkait akademik. Simawa di lain sisi adalah layanan solusi aplikasi untuk mewadahi semua kegiatan mahasiswa non-
akademik. Walau belum fokus ke tujuan ini tetapi akan dibuat untuk membuat surat penelitian di Simawa yang ditujukan kepada tenaga pendidik di mana mereka yang menguruskan surat izin penelitian dari yang dibutuhkan mahasiswa agar tidak repot lagi mengetik. Kedua, untuk mengurus cuti kuliah, tetapi tetap menyerahkan berkas melalui Simawa sehingga tidak bertatap muka langsung dengan BAKPIK. Ketiga, pengunduruan diri mahasiswa untuk mengetahui kejelasan mahasiswa itu aktif atau nonaktif atau lulus itu harus jelas di PD-DIKTI. Keempat, aktivitas mahasiswa,” sambungnya lebih jelas. Simawa merupakan bentuk sinergitas dua bidang, yakni bidang satu dan tiga. Bidang III mengambil peran dalam memotivasi mahasiswa untuk aktif dan berprestasi dalam bidang kemahasiswaan. Dilanjutkan oleh bidang satu dengan mewajibkan mahasiswa mengunggah data aktivitas kemahasiswaan ke dalam Simawa guna penerbitan SKPI. Inilah bukti bahwa antarbidang terdapat sinergitas untuk menyukseskan layanan Simawa. “Sementara ini untuk mengisi Simawa, isi dulu seadanya dengan memasukkan sertifikasi yang dimiliki mahasiswa. Untuk tahap awal diberi keringanan untuk memasukkan apa saja untuk menggugurkan kewajiban. Semua mahasiswa, tidak terkecuali mahasiswa baru juga harus meng-upload berkas yang dimilikinya, salah satunya sertifikat PKKMB,” terang Mu’arifin saat ditemui di ruang kerjanya. Selaras dengan pernyataan tersebut, Eko menuturkan, “Tidak ada istilah lembaga itu menyusahkan mahasiswa.” Untuk tahun berikutnya mahasiswa harus mempunyai aktivitas baru yang dapat dia gunakan untuk menambah data sertifikasinya. Aktivitas kemahasiswaan menjadi nilai lebih yang tentunya akan menguntungkan mahasiswa itu sendiri.
sebuah produk guna yang bersanding dengan layanan Simawa. Harapannya, program ini bisa membantu mahasiswa menambah portofolionya di Simawa. “Di dalam Gemakarsata semua karya bisa diupload, tidak harus dalam bentuk artikel. Bisa dalam bentuk puisi yang pernah dimuat di suatu majalah, tugas kuliah, ataupun yang lain. Kalau hal tersebut memadai, maka itu bisa dimasukkan di SKPI,” ungkap dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) tersebut. “Bisa dibayangkan kalau dalam satu tahun setiap mahasiswa mengupload di Gemakarsata, akan ada 32.000 karya mahasiswa UM yang ada di Siakad. Hal ini juga bisa meningkatkan sitasi UM,” imbuhnya. Hal senada juga disampaikan oleh Staf Ahli WR III, Hendra Susanto, S.Pd., M.Kes., Ph.D.. Simawa menjadi wadah supaya mahasiswa tidak kehilangan database kemahasiswaan miliknya, sedangkan Gemakarsata digunakan untuk mengiringi layanan Simawa. “Jadi semua mahasiswa dituntut untuk memiliki sebuah karya, tidak mungkin satu mahasiswa pun tidak memiliki karya apa pun, seperti tugas kuliah ataupun skripsi itu bisa dimasukkan ke dalam sebuah media publikasi dan dinilai layak untuk di Gemakarsata,” tutur Hendra. Hal ini juga sebagai upaya untuk meningkatkan klasterisasi UM. Prestasi dan karya-karya mahasiswa yang terpilih akan dimasukkan juga ke Sistem Informasi Manajemen Pemeringkatan Kemahasiswaan (Simkatmawa). Pada dasarnya Simawa merupakan replikasi dan duplikasi dari Simkatmawa yang sifatnya nasional. Simawa dan Gemakarsata memiliki multitujuan dan multifungsi. Keduanya bersanding untuk pemeringkatan, membantu mahasiswa mengidentifikasi SKPI, serta meningkatkan sitasi kunjungan masyarakat ke laman UM.
Gerakan Mahasiswa Berkarya Satu karya Satu Tahun (Gemakarsata)
Simawa sebenarnya cita-cita lama dari Teknik Informasi dan Komunikasi (TIK). Layanan ini mencontoh sistem yang sudah ada di Direktorat Jenderal (Ditjen) Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti) dengan modifikasi tertentu. Sejak bulan September 2019,
Targetnya, bidang III tidak lama lagi akan mengeluarkan sebuah program baru yaitu Gerakan Mahasiswa Berkarya Satu Karya Satu Tahun (Gemakarsata). Gemakarsata rencananya akan mulai diberlakukan mendekati semester ganjil 2020/2021. Gemakarsata merupakan
Peran Staf WR III dalam Pengembangan Simawa
Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
7
Laporan Utama
Hendra Susanto, S.Pd., M.Kes., Ph.D., Staf Ahli WR III
dok. Komunikasi
pada Simawa ditambahkan opsi lebih luas berupa item penilaian seperti yang ada di Simkatmawa Ristekdikti. Soft launching perubahan ini dilakukan pada bulan Oktober 2019, disosialisasikan terlebih dahulu kepada semua Kepala Bagian (Kabag) Kemahasiswaan dan Akademik, Wakil Dekan (WD) III, dan Bidang Satu. Penambahan lebih banyak opsi memiliki tujuan agar Simawa bisa mengakomodir data seperti mahasiswa pemenang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Sebelum ada Simawa belum ada opsi untuk memasukkan data tersebut. Apabila hal ini dijalankan, ke depannya opsi SKPI mahasiswa akan lebih banyak. SKPI rencananya akan diberlakukan pada wisuda ke-102 di tahun 2020. “Saat ini ada lima opsi di Simawa, untuk ke depannya tidak hanya lima, tapi semuanya akan dikembangkan. Mana yang dianggap layak untuk dijadikan SKPI. Bukan hanya sertifikat-sertifikat seminar, tetapi juga karya yang dimiliki dan kegiatan apa yang pernah mahasiswa ikuti bisa dimasukkan ke dalam Simawa,” terang Hendra.
8 | Komunikasi Edisi 326
Rencana Jangka Panjang Simawa “Rencananya Simawa akan dieksekutori oleh setiap fakultas. Peraihan atau karya paling potensial yang diinginkan mahasiswa nanti akan dicetak oleh fakultas,” ungkap Hendra. Nantinya yang dimasukkan oleh mahasiswa ke dalam Simawa berupa Surat Keterangan (SK) Tugas bahwa ia melakukan sebuah kegiatan, bukan sekadar sertifikat. “Diharapkan, yang dimasukkan ke dalam Simawa oleh mahasiswa berupa surat keterangan tugas sebagai record bahwa ia pernah melakukan kegiatan positif selama kuliah. Selanjutnya mahasiswa UM harus ber-SKPI, kalau untuk yang vokasi harus bersertifikasi,” ulas Hendra. Dalam perannya sebagai penyedia sistem Simawa, pihak UPT PTIK turut menginformasi mengenai hal tersebut. Eko menjelaskan data yang diisi nanti akan masuk ke tendik fakultas. Tendik fakultas ini yang bertugas memverifikasi dan mengompilasi. Ketika konteksnya untuk SKPI nanti akan ada proses ambil data yang layak untuk dimunculkan di SKPI. Pengisian Simawa ha-
rus disesuaikan dengan apa yang terjadi sebenarnya, tidak asal memasukkan data saja. Simawa dapat diisi sewaktu-waktu dengan harapan lebih dimaksimalkan oleh mahasiswa, bukan hanya menjelang pemrograman KRS. Pada dasarnya Simawa bukan sebagai persyaratan untuk dapat memprogram KRS, melainkan untuk mendampingi Gemakarsata. Apabila nanti berhasil dikembangkan, dikatakan oleh Hendra, akan banyak universitas lain yang terinspirasi dan menerapkannya juga. Program ini digadang bisa menjadi alternatif pengganti skripsi, sebab sudah ada resume dari karya yang dimiliki mahasiswa dan publikasi di jurnal seperti yang sudah dilakukan Bayu Skak. Tim ahli yang ada di fakultas masing-masing dapat menguji mahasiswa dengan karya yang dimilikinya sehingga mereka tidak perlu lagi menulis skripsi. Kesalahpahaman beberapa waktu lalu hingga timbul vandalisme dikarenakan mahasiswa mengetahui dengan pasti kebenaran di balik Simawa tersebut. Tahap
Laporan Utama
pertama, secara prosedural mahasiswa dapat mengunjungi jurusan, kedua menemui Dekan, ketiga atau terakhir apabila mahasiswa kurang puas bisa langsung ke tingkat universitas. Mu’arifin menyarankan agar mahasiswa terlebih dahulu melapor ke jurusan. Setiap minggunya Bidang III selalu mengadakan rapat pimpinan (rapim) untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan bidang kemahasiswaan, salah satunya Simawa. “Diharapkan, mahasiswa dapat memahami prosedur yang ada, bila belum tahu apa-apa jangan sedikit-sedikit melakukan demo,” canda Mu’arifin. Disambung oleh staf ahlinya, dalam waktu dekat akan diadakan sosialisasi mengenai Simawa di setiap fakultas. Sosialisasi dilakukan melalui ormawa-ormawa di setiap fakultas. Tantangan Selama Pengembangan Simawa Diakui Bidang III, tantangan Simawa berasal dari aspek konsep. Konsep yang dimaksud di sini seperti upaya peningkatan angka partisipasi mahasiswa pada bidang kemahasiswaan. “Kalau bidang akademik sudah jelas wajib karena sebagai upaya mahasiswa bisa lulus dari perguruan tinggi, sedangkan kalau bidang kemahasiswaan ini kami memulainya dengan mengenalkan terlebih dahulu kepada mahasiswa,” ungkap pria kelahiran Kediri tersebut. Dicanangkan, akan ada kegiatan perlombaan fakultas, jurusan, ataupun prodi, sebagai contoh yang sudah ada sebelumnya yaitu Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). Dinyatakan oleh Mu’arifin, UM masih lemah dalam bidang teknologi. Langkah awal Bidang III ialah mengundang para dosen teknik untuk menjadi menjadi cikal bakal seorang pembimbing kegiatan kemahasiswaan dengan nuansa teknologi. Mu’arifin selaku WR III sudah menantang para mahasiswa untuk mendirikan dan membuat suatu UKM yang bernuansa teknologi, misalnya UKM bidang teknologi inovasi. UKM ini nantinya bisa merangkul semua mahasiswa dari berbagai jurusan, seperti mahasiswa dari Jurusan Teknik Sipil, Otomotif, Mesin, Elektronik, MIPA, serta Desain Komunikasi dan Visual (DKV). WR III akan sangat menyetujui apabila ada mahasiswa yang mengajukan proposal untuk membuat UKM multidi-
mensi seperti yang ia jelaskan di atas. Selanjutnya, UM juga masih lemah di pagelaran internasional. Bidang III di tahun 2020 ini akan mengirim UKM paduan suara (PSM) dan Tim Mobil Hemat Energi ke luar negeri untuk mengikuti kompetisi. WR III menuntut mahasiswa untuk tidak menjadi mahasiswa kupu-kupu. “Jadilah mahasiswa yang memiliki kompetensi tambahan yang nantinya hal itu akan ditulis di SKPI. Jadi, mahasiswa harus pintarpintar membuka mata dan telinga lebarlebar untuk melihat apa yang terjadi di kampusnya dan ia harus bisa ikut mengambil keikutsertaannya,” tegasnya. Simawa Sebagai Upaya Meminimalisir Mahasiswa Kupu-Kupu Saat ini mahasiswa dan semua civitas akademika UM dituntut untuk bisa disiplin, terutama dalam hal waktu dan peraturan. “Semua harus dipaksa, mahasiswa tidak akan berkarya apabila tidak ada Gemakarsata,” ujar bapak para mahasiswa itu. Sebagai seorang mahasiswa harus bisa menjadi aji mumpung yang positif, mengembangkan kemampuan untuk lebih berkarya lebih baik lagi. Dia setuju jika Simawa dianggap sebagai upaya meminimalisir mahasiswa kupu-kupu. Walaupun mengikuti kegiatan di luar perkuliahan sifatnya sunah, tetapi apabila mahasiswa mau mengikuti kegiatan kemahasiswaan, dia akan mendapatkan nilai tambah. Asumsinya, jika yang wajib sudah beres dia akan mempunyai kompetensi tambahan dengan mengikuti kegiatan kemahasiswaan, lalu formalnya ditulis di dalam SKPI. Mu’arifin mempunyai angan-angan untuk mewajibkan mahasiswa mengikuti satu atau dua kegiatan kemahasiswaan sesuai bidang yang dia pilih, bisa ormawa kepemerintahan atau ormawa UKM. Setiap semester mahasiswa bisa mengunggah portofolio yang sama di Simawa dengan durasi waktu update yang berbeda. Sementara saat ini mahasiswa tidak perlu kebingungan, sebab isian Simawa hanya sebagai target meningkatkan angka partisipasi terlebih dahulu. Kalau di tahap awal sudah mengisi untuk menggugurkan kewajiban, di tahap kedua nanti sudah harus ada sesuatu baru berupa aktivitas yang dapat membuktikan bahwa mahasiswa memiliki kompetensi di luar perkuliahan. Bagi mahasiswa yang
disibukkan dengan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Kajian Praktik Lapangan (KPL), kegiatan tersebut bisa direkomendasikan masuk ke dalam Simawa sebagai bukti bahwa dia juga aktif dalam kegiatan interaksi dengan masyarakat di luar UM. Sipejar, Siakad, dan Simawa atau Dikejar, Diakad, dan Samawa? Ditanyai mengenai komentarnya pada plesetan mahasiswa terkait Sipejar, Siakad, dan Simawa, WR III pun menjawab dengan santai. “Terserah, semua kembali kepada mahasiswa masing-masing. Diplesetkan ya bolehlah yang penting mahasiswa selalu ingat dan paham dengan ketiga hal tersebut. Semua itu demi mahasiswa, demi menyiapkan mereka menghadapi tantangan di zaman yang semakin dinamis. Juga dalam rangka menjawab kondisi masyarakat yang sudah berubah dari tahun ke tahun,” ucap pria kelahiran 55 tahun yang lalu tersebut. Kesan dan Harapan untuk Simawa Dirangkum dari pertanyaan WR III terkait layanan Simawa, ada beberapa pesan yang harus selalu diingat oleh mahasiswa. Pertama, harus bisa aji mumpung yang positif. Mahasiswa harus aktif agar setelah terjun ke dunia masyarakat tidak kebingungan. Mahasiswa juga harus mengikuti kegiatan yang wajib (akademik, red.) dan tambahlah dengan kegiatan sunah (kegiatan kemahasiswaan, red.). Kedua, buka mata dan telinga lebar-lebar bahwa di UM banyak dinamika yang sifatnya progresif, kalau tidak mengikuti hal tersebut mahasiswa akan telat dengan semua perubahan dan kemajuan. Ketiga, pahami mekanisme dan mengetahui prosedurnya. Apabila mahasiswa menghadapi suatu masalah dia harus tahu ke mana jalur untuk menyelesaikan masalahnya tersebut. “Anak muda harus aktif. Jangan menyia-nyiakan usia di kisaran 19 sampai 23 tahun. Harus mumpung menjadi mahasiswa. Kalau tidak menemukan jalan keluar tidak harus melakukan demo, sebab masih banyak saluran aspirasi yang dibuka lebar-lebar. Janganlah membuat gaduh. Universitas sebagai tempat belajar jangan dikontaminasi dengan situasi kondisi crowded yang menyebabkan situasi kurang nyaman untuk belajar,” pungkas Mu’arifin.Irkhamin/Tanzila
Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
9
Up to Date
Gedung Baru
FIK
Sarana layanan akademik dan nonakademik Terintegrasi
S
dok. Komunikasi
dok. Komunikasi
Gedung baru FIK tampak depan
dok. Komunikasi
Kru Komunikasi bersama Dekan FIK UM
Fitness center, spot favorit mahasiswa
324 10 | Komunikasi Edisi 326
ejak diresmikannya gedung Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Malang (UM) pada (6/1), segala bentuk aktivitas akademik berpindah ke gedung baru. Pada semester genap ini mahasiswa juga sudah bisa menggunakannya untuk perkuliahan. Fasilitas penunjang pembelajaran pun sudah dilengkapi. Bangunan yang digarap sejak tahun 2017 tersebut didesain apik oleh pihak FIK beserta tim pengembang. “ Pengembang selalu berkomunikasi dan konsultasi dengan kita, pihak fakultas, mengenai kebutuhan apa saja dan akhirnya muncul gedung ini,” ujar Dr. Sapto Adi, M.Kes. selaku Dekan FIK. Civitas UM yang memasuki gedung tersebut akan langsung disambut bangunan mewah dan elegan dengan cat berwarna biru muda kebanggaan FIK. Selain itu, sekat tembok yang terbuat dari kaca di setiap lantai membuat bangunan terlihat lebih luas dan terang. Gedung yang mempunyai tujuh lantai dan satu basemen tersebut mempunyai fungsi masing-masing. Basemen atau ruang dasar digunakan untuk ruang organisasi mahasiswa (ormawa), aerobik, sport massage and return to sport atau pascacedera olahraga, dan fitness center. Arena tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi mahasiswa FIK. Seluruh civitas UM dan masyarakat umum bisa berkunjung pada hari Senin—Jumat hingga pukul 19.00 WIB. Selain itu, basemen juga dimanfaatkan sebagai tempat parkir karyawan, staf, dan dosen. “Di basemen dijadikan fitness center karena kita mempunyai alat-alat berat olahraga. Selain itu, di sana juga ada ruang ormawa, laboratorium Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO), dan
tempat parkir karyawan, staf, beserta dosen,” ujar Sapto. “Gedung ini juga dirancang untuk mahasiswa disabilitas karena mulai tahun kemarin kita telah menerima mahasiswa berkebutuhan khusus,” tambahnya. Di lantai satu terdapat ruang seminar, ruang perpustakaan, ruang staf tendik, dan laboratorium komputer. Ruangan-ruangan tersebut diletakan di lantai bawah karena akan sering dikunjungi mahasiswa. Sedangkan di lantai dua terdapat ruang rapat fakultas, ruang dekan, wakil dekan 1 dan wakil dekan 2, jajaran kepala jurusan, sekretaris jurusan, ketua senat fakultas, dan ruang perkuliahan pascasarjana. Di lantai tiga sampai lima lebih banyak dipakai ruang kelas. Lantai enam lebih difokuskan menjadi laboratorium. Sedangkan lantai tujuh merupakan aula yang digunakan untuk perkuliahan mahasiswa yang meggunakan bola kecil seperti bulu tangkis. “Alhamdulillah, kami bahagia karena telah diberikan fasilitas yang mampu menunjang proses perkuliahan. Kami mulai adaptasi karena masih terbawa suasana baru dan pastinya terdapat senyuman setelah pindah di fakultas ini,” kesan Zulfi Fajar, mahasiswa Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.“Ketika kita memiliki fasilitas yang lebih baik maka ini sebagai motivasi yang luar biasa untuk belajar dan mengembangkan diri. Saya berharap, ke depannya mahasiswa mempunyai kompetensi yang lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya,” harap Sapto. Rencananya, gedung FIK yang lama akan dialihkan untuk probis yang dikelola oleh pusat bisnis. Sementara barang-barang FIK yang tidak digunakan akan dicatat dan ditinggal di gedung lama. Dessy
dok. Panitia
Seputar Kampus
Jajaran pemateri seminar
M
enjadi pengusaha di usia muda tampaknya menjadi harapan semua orang. Tak jarang, mereka yang benar-benar berambisi menjadi pengusaha muda rajin menghadiri seminar kewirausahaan atau sejenisnya. Berangkat dari fenomena itu, Koperasi Mahasiswa (KOPMA) Universitas Negeri Malang (UM) baru-baru ini menggelar Seminar Nasional Gebyar Wirausaha 6th yang bertema “Shifting to Be Better”. Menggandeng Sukses Berkah Community (SBC) yang merupakan komunitas pengusaha muslim, seminar diselenggarakan pada Kamis (30/1) di Gedung Graha Cakrawala UM. Membludak, peserta yang hadir berjumlah ribuan, baik dari kalangan mahasiswa maupun umum. Acara tersebut berlangsung sejak pukul 08.00 hingga 21.00. Lima
Menyanyikan Indonesia Raya saat pembukaan
pemateri hebat dihadirkan dalam seminar tersebut. Mereka adalah Ridwan Abadi (CEO Sinergi Grup, red.), Ustaz Muhammad Jazir (Ketua Umum Takmir Masjid Jogokaryan, red.), Nugie Al-Afghani (CEO Kuping Production, red.), Harri Firmansyah (CEO High Performa Consulting, red.), dan Syafri Bahar (Vice President of Data Science GoJek, red.). Seminar tersebut dikemas menjadi lima sesi. Di sesi pagi peserta yang hadir sekitar seribu orang. Menjelang sore Gedung Graha Crakrawala semakin disesaki oleh ribuan peserta. Dimas Nugroho, ketua pelaksana mengatakan, membludaknya peserta dikarenakan kehadiran Syafri Bahar yang membawa semangat wirausaha kreatif yang luar biasa. Ketika diwawancara Dimas menyampaikan bahwa dengan seminar bertujuan untuk menjembatani
generasi muda yang ignin memulai usaha maupun mengembangkan usaha. “Jadi kita ingin mengajak generasi millennial pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) untuk meningkatkan kualitas usaha di Indonesia. Target kita generasi muda dan kita butuh contoh dari pelaku UMKM yang sudah punya pengalaman,” ujarnya. Menurutnya, banyaknya usaha yang baru dirintis atau yang sudah dikembangkan oleh generasi millennial yang sangat kreatif dan dibantu oleh pelaku UMKM yang sudah berpengalaman akan menumbuhkan kultur wirausaha yang spektakuler. “Dengan menggandengan SBC, kita berharap tidak hanya mencetak generasi pengusaha yang banyak mendapatkan uang, tetapi juga mendapatkan berkah dalam usahanya,” pungkas Dimas.Berlian
Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
dok. Panitia
Ajak Generasi Muda Berwirausaha dengan SBC
11
Seputar Kampus
Belajar di dalam kelas bersama tutor andal
dok. Komunikasi
dok. Komunikasi
dok. Komunikasi
Kelas Bahasa Mandarin Jembatan Menuju Negeri Tirai Bambu
Peserta bersama native speker dari Tiongkok
T 12 | Komunikasi Edisi 326
awarkan dua program gratis di setiap semester, Pusat Bahasa Mandarin Universitas Negeri Malang (UM) semester ini selenggarakan lagi kelas bahasa Mandarin dan kebudayaan Cina. Kedua program ini sudah berlangsung sejak 2011. Semester ini, kelas tersebut berlangsung sejak 27 Januari hingga semester genap berakhir. Selagi masih berstatus sebagai civitas akademika UM, baik mahasiswa, dosen, maupun staf, semua bisa bergabung dalam kelas tersebut. Selama program berlangsung, total ada 18 kelas yang dibuka, terdiri dari 6 kelas kebudayaan Cina dan 12 kelas bahasa Mandarin. Di kelas kebudayaan Cina peserta mempelajari chinese dance, chinese culture course, chinese classical music, chinese knot, chinese paper-cutting, dan chinese calligraphy. Sedangkan di kelas bahasa Mandarin ada 10 kelas pemula dan 2 kelas lanjutan. Peserta yang mengikuti program ini mendapatkan pelatihan atau kursus seminggu sekali. Kelas dibimbing langsung oleh native speaker sebanyak 7 orang, di antaranya 6 orang tutor volunteer dan 1 orang didatangkan langsung dari Cina. Antusias peserta yang mengikuti kedua program ini mengalami peningkatan sebanyak 50%
dari tahun ke tahun. “Respons untuk kedua program ini sangat besar. Ada sekitar 400 peserta yang mendaftar, tetapi ketika melakukan tahapan konfirmasi banyak peserta yang gugur sehingga yang terdaftar dan bisa mengikuti kedua program tersebut hanya 320 peserta,� ujar Lely Tri Wijayanti selaku staf kantor Hubungan Internasional (HI) UM. Setiap peserta yang mengikuti program ini pada akhir semester akan mendapatkan sertifikat pelatihan. Beberapa siswa atau selected participation sebanyak 20 orang berhak mendapatkan beasiswa parsial untuk menempuh winter camp ke Cina. Bukannya tanpa tujuan, program ini diselenggarakan sebagai upaya personal development dan professional development untuk mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja. “Kita tidak bisa menyangkal perkembangan Cina dan peranan Cina dalam hal industri, politik, dan produk yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Proyek hubungan Cina dan Indonesia juga banyak, sehingga kita harus melakukan akomodasi dalam perkembangan ini,� tegas Evi Eliyanah, Direktur Kantor HI UM. Pihak HI berharap program ini akan terus berkembang dan pesertanya semakin meningkat setiap semesternya. Nurul
Seputar Kampus
dok. Komunikasi
Rayakan Imlek dengan Lomba Drama "Dongeng Tiongkok"
Panitia dan peserta berpose usai acara
Di akhir acara panitia mengumumkan Lomba Dongeng ini. Juara harapan diraih oleh Universitas Brawijaya yang juga menyabet aktor terfavorit, juara 3 diraih oleh UM angkatan 2019, juara 2 diraih oleh UM angkatan 2018. Tim ini juga membawa pulang penghargaan aktris terfavorit. Sedangkan juara 1 disabet oleh SMA Nurul Jadid yang juga membawa predikat cerita terpopuler dengan
Salah satu pertunjukan drama
ide cerita mengambil dari pepatah Tiongkok. Ekspresi kebahagiaan terpancar dari wajah Muhammad Haikal Hafif Ramdani dan peserta dari SMA Nurul Jadid lainnya. “Merasa senang karena perjuangannya tidak sia-sia, dari mulai buat properti yang dilakukan dari pagi sampe malam, akhirnya menang,” ungkap Haikal. “Jika ada kesempatan lagi akan ikut berpartisipasi lagi,” tambahnya. Khoder, salah satu guru SMA Nurul Jadid mengapresiasi kegiatan Lomba Drama Tiongkok ini. Dari lomba tersebut dia dan murid-muridnya bisa belajar budaya Tiongkok dan ikut menyemarakkan Imlek. “Dari kegiatan ini kreativitas anak terasah dan terus termotivasi untuk berkompetisi. Menang atau kalah itu biasa, namun yang penting prosesnya untuk mengolah kreativitas agar bisa menciptakan karya terbaik,” tuturnya.Caecilia
dok. Komunikasi
Acara pagi itu dibuka dengan penampilan barongsai yang diiringi tambur dan cymbal. Tanpa menghilangkan unsur budaya Indonesia, pada saat acara juga ditampilkan tarian daerah Sunda, tari Genjring, yang dibawakan oleh mahasiswi progam studi bahasa Mandarin. Evi Eliyanah , S.S., M.A., Ph.D., Direktur
Kantor Hubungan Internasional UM dalam sambutannya mengatakan bahwa perayaan Imlek juga penting dirayakan untuk menghargai keberagaman. Durasi setiap drama yang ditampilkan berkisan antara 15-25 menit. Sesekali panitia menyisipkan modern dance persembahan mahasiswi UM maupun mahasiswa pertukaran pelajar dari Guangxi University. Ada pula aksi bela diri wushu, peragaan busana Tiongkok, serta berbagai tarian khas Tiongkok dan Indonesia.
dok. Komunikasi
T
urut memeriahkan peringatan Imlek, Pusat Bahasa Mandarin Universitas Negeri Malang (UM) gelar kembali Lomba Drama bertema “Dongeng Tiongkok” pada Sabtu, (1/2). Sebelum pelaksanaan, panitia sudah membuka pendaftaran sejak Desember hingga 8 Januari lalu. Ada lima peserta yang terdaftar, baik dari kalangan mahasiswa maupun siswa. SMA Nurul Jadid menjadi satu-satunya peserta tingkat sekolah, disusuk dengan Universitas Brawijaya yang mengirimkan 2 kelompok, dan mahasiwa UM sebagai tuan rumah yang juga turut andil menjadi peserta.
Pertunjukan tari saat kegiatan berlangsung
Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
13
Seputar Kampus
"All The Thing That I Love"
dok. Komunikasi
Cinta dalam Karya UKM Himafo
Pengunjung memadati ruang pameran sore itu
M
engusung tema “All The Things That I Love”, Unit Kegiatan Mahasiswa Himafo (UKM Himafo) Universitas Negeri Malang (UM) menggelar pameran Pascadiklat Himafo XXXVI. Pameran tersebut berlangsung di Aula UKM Lt.1 gedung I7 UM selama lima hari (2125/01). Dewangga Mustika Putra selaku koordinator acara menceritakan alasan di balik pemilihan tema tersebut. Menurutnya, karya yang ditampilkan dan disuguhkan bersifat bebas dan apa pun yang disukai oleh fotografernya dapat dipresentasikan dalam karyanya. Pameran Pascadiklat Himafo
XXXVI merupakan persembahan dari Himafo angkatan 36 yang sudah melewati seratus hari setelah pendidikan dasar dan pelatihan (diklat) dengan menggunakan elemen komposisi dan eksposur. Himafo baru pertama kali ini mengusung tema tersebut bersama tiga puluh pengkarya dengan berbagai genre yang diminati. Sebanyak 59 karya yang dipersembahkan berbentuk visual, baik kesukaan terhadap makanan, indahnya alam, keseruan cerita jalanan, kesukaan terhadap proses pengkaryaan, bahkan mempresentasikan “I atau aku” pada
dok. Komunikasi
Pengunjung berbincang dengan salah satu penyelenggara
14 | Komunikasi Edisi 326
subjek atau objek yang memiliki sesuatu yang dapat dilakukan. Penyelenggaraan pameran pascadiklat Himafo setiap tahun dirancang berbeda. Mulai dari beragamnya proses pengkaryaan, objek yang dieksplor, serta settingan galeri dan tema yang disajikan. Tidak hanya menampilkan karya UKM Himafo, penyelenggaraan pameran juga memanjakan pengunjung dengan berbagai acara seperti live music dari band Opus pada hari pertama dan kedua. Dilanjutkan pada talkshow tentang fotografi landscape dari Rendy Setyohadi pada hari kedua. Pada hari terakhir penyelenggara mengumumkan karya terbaik yang dilanjutkan dengan sarasehan mengenai hasil karya secara umum. Dibuka mulai jam 15.30 hingga 21.30, Pameran Pascadiklat Himafo tidak mengadakan sistem ticketing agar semua penujung dapat menikmati pameran tersebut. Lebih lanjut, panitia berharap target 1.000 pengunjung dapat terpenuhi. Adanya pemeran pascadiklat tersebut juga sebagai ajang pemantik diskusi melalui karya. “Pameran yang diselengarakan tiap tahun semakin bagus dan penontonnya pun selalu meningkat tiap tahunnya,” ujar Dewangga. Tidak hanya menonton, para pengunjung yang hadir juga bisa memberikan saran dan kritikan. Pengunjung juga bisa memilih salah satu karya yang akan menjadi karya terfavorit dalam Pameran Pascadiklat Himafo XXXVI melalui kertas vote yang diberikan oleh panitia. Dari hasil voting pengunjung, karya Sandy Yudha Masdharul (FE) yang bertajuk Be The Light keluar sebagai karya favorit. Nurul
dok. Pribadi
Seputar Kampus
Foto kemenangan bersama
FT UM Bawa Pulang 4 Kemenangan di ICCI 2020
K
ontingen dari Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Malang (UM) sabet prestasi membanggakan dalam International Conference on Creativity and Innovation (ICCI) 2020. Kegiatan tersebut dihelat oleh Universitas Malaysia Perlis (Unimap) di Eastin Makkasan Hotel, Bangkok pada (3-4/2). Total ada empat tim yang dikirim oleh FT UM. Tim yang digawangi oleh Defa Gilang Ramadhan dan Sanjaya Silvia dari Prodi Teknik Sipil mendapatkan Silver Medal. Tim lain yang beranggotakan Sunsya Putri dan Fadhila dari Prodi Teknologi Industri memperoleh Gold Medal. Sementar, Ria Febrianti dan Syafirah Aisyah dari Prodi Teknik Elektro menyabet kemenangan dalam dua kategori sekaligus, yakni Double Gold Medal dan The Best Invention and Innovation. Tidak instan, proses seleksi diawali dengan mengirimkan en-
try form. “Itu semacam abstrak,” terang Syafirah, peraih Double Gold Medal. “Apabila abstrak tersebut lolos, nantinya akan mendapatkan e-mail dari pihak penyelenggara. Peserta yang lolos kemudian akan dikirim untuk melakukan presentasi,” lanjutnya. Tim yang dibimbing oleh Dr. Eng. Anik Nur Handayani tersebut membutuhkan waktu sepuluh hari untuk mempersiapkan semuanya. Menurut Syafirah, tantangan terbesar dalam kompetisi tersebut ialah keharusan untuk mempresentasikan karya mereka dalam bahasa Inggris. “Awalnya kami juga kurang percaya diri untuk berbicara di depan umum. Namun, dengan bantuan dosen pembimbing serta latihan dengan beberapa senior, kami bisa melakukan presentasi pada hari-H dengan lancar,” ujar Syafirah membagi pengalamannya. Saat pengumuman pemenang,
timnya sempat berkecil hati. Pasalnya, semua kontingen dari UM sudah mendapatkan medali, sedangkan mereka tidak kunjung dipanggil. “Luar biasa sekali rasanya ketika kami diumumkan sebagai pemenang di saat-saat terakhir,” imbuhnya. Sebagai salah seorang mahasiswa yang berhasil mengharumkan nama almamater, Syafirah berharap prestasinya tidak berhenti sampai di sini. Dirinya juga berharap para generasi muda dapat terus memacu semangat berkompetisi untuk menghadapi tantangan global. “Tidak usah takut mencoba sekalipun belum punya pengalaman. Ciptakan inovasi-inovasi baru untuk bangsa yang lebih baik, sekecil apa pun ide sangat berarti,” tuturnya. “Meskipun idemu dianggap aneh tidak apa-apa, yang penting do your best,” pungkasnya semangat.Zahira
Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
15
Seputar Kampus
dok. Pribadi
FMIPA UM Perlebar Kerja sama dengan NTHU
Para delegasi UM bersama para profesor NTHU
F
akultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Malang (UM) buktikan berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama dengan perguruan tinggi luar negeri. Enam delegasi Jurusan Biologi FMIPA telah mengikuti program Research Internship di National Tsing Hua University (NTHU), Taiwan. Keenam delegasi tersebut terdiri dari satu staf akademik, Wira Eka Putra, S.Si., M.Med.Sc. dan lima mahasiswa; tiga mahasiswa magister biologi (Rizqa Radhiyah, S.Pd., Eka Pratama Putri, S.Si., dan Putri Diyah Anggraini, S.Si., red.) dan dua mahasiswa sarjana (Sa’diyatul Rizqie Amaliyah Firdaus dan Mochammad Sholeh, red.). Dalam kegiatan yang berlangsung kurang lebih tiga minggu (7-26/01) tersebut, para delegasi mengikuti berbagai pelatihan dan peningkatan kemampuan kerja laboratorium secara intensif, serta beberapa kuliah umum. “Kami di sana juga melakukan trial alat,” tutur Moch. Sholeh, salah satu delegasi. Pelatihan skill laboratorium dimulai dari tingkatan yang sangat dasar seperti tata kelola laboratorium hingga eksperimen yang sangat advance seperti western blotting, flowcitometry, dan penggunaan oroboros. Setelahnya, mahasiswa diajak berdiskusi oleh masing-masing supervisor untuk men-
16 | Komunikasi Edisi 326
gukur pemahamannya. Sholeh menjelaskan, di sana para delegasi digolongkan berdasarkan research yang dilakukan di Malang. “Kami digolongkan ke dalam tiga profesor yang bidangnya berbeda-beda,” jelasnya. Kegiatan research internship di College of Life Science NTHU ini merupakan kegiatan perdana untuk menjalin kerja sama yang lebih erat dengan NTHU, baik dalam peluang kerja sama riset, studi lanjut, maupun publikasi. Sejak tiga bulan sebelum pemberangkatan, mahasiswa telah diberi berbagai pembekalan terkait kegiatan yang akan dilakukan serta melatih kemampuan berbahasa. Sebelumnya, proses seleksi telah diadakan melalui interview. Hendra Susanto, S.Pd, M.Kes., Ph.D, pembimbing kegiatan internship menyatakan, dengan adanya program ini kerja sama UM dengan NTHU bisa lebih erat lagi. Dosen yang memiliki dua orang putra ini juga berharap adanya kerja sama program student exchange, staff exchange, serta dual degree S-2 FMIPA UM dengan College of Life Science NTHU. Lebih dari itu, dosen yang juga menjabat sebagai Staf Wakil Rektor III UM ini bercita-cita agar FMIPA UM bisa menjalin kerja sama dengan profesor di NTHU untuk menjadi pengajar daring melalui sipejar. Dari kegiatan ini juga, Hendra berharap mahasiswa yang turut menjadi delegasi dapat membagikan
pengalaman yang diperoleh dan memantik semangat belajar teman-temannya. Sebagai salah satu delegasi, Sholeh mengaku sangat senang dan beruntung dapat merasakan pengalaman magang di laboratorium perguruan tinggi yang menduduki peringkat ke-25 tingkat dunia tersebut. Menurutnya, NTHU sejatinya perguruan tinggi unggulan yang sangat tertutup untuk membuka kerja sama dengan perguruan tinggi lain. UM merupakan salah satu perguruan tinggi yang beruntung mendapatkan kesempatan emas itu. Sholeh berharap, program kerja sama antara UM dengan NTHU terus membaik. “Semoga ada yang meneruskan pendidikan di sini, baik master or Ph.D,” harapnya. Mahasiswa angkatan 2017 ini juga berharap dapat melanjutkan S-2 di NTHU. Saat akhir program research internship, perwakilan College of Life Science NTHU, Profesor I-Ching dan Profesor Chang memang telah menyampaikan bahwa NTHU sangat mendukung kegiatan kolaborasi antara antara UM dengan kampusnya, terutama di bidang riset. Direktur yang menangani mahasiswa internasional, Profesor YJ Sun juga mengundang secara langsung mahasiswa yang telah mengikuti internship untuk dapat melanjutkan studi di NTHU nantinya. Diah
Civitas akademika FE UM bersama auditor
FE UM TAKLUKAN KEMBALI SERTIFIKASI ISO 9001:2015
F
akultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Malang (UM) sukses meraih sertifikasi ISO 9001: 2015 yang dilaksanakan pada Selasa (21/1). ISO 9001 berkaitan erat dengan dasar-dasar sistem manajemen mutu. Tahun sebelumnya sertifikasi ini menggunakan ISO 9001:2008 yang kemudian bertransformasi ke ISO 9001:2015, yang mana 2015 ini merupakan tahun revisi terbaru dari sistem manajemen mutu. Sejak tahun 2012 FE UM berhasil menerima sertifikasi ISO 9001:2008 dan tetap mempertahankannya hingga sekarang walaupun sistem manajemen mutu tersebut telah bertransformasi. Melalui audit surveillance, yakni audit yang dilakukan badan sertifikasi independen, proses audit dilakukan pada unit kerja di lingkungan FE UM. Auditor melakukan kunjungan ke unit penjamin mutu (UPM), gugus penjamin mutu (GPM), pengelolaan kabag TU, pengelolaan kasubag akademik, kasubag umum dan BMN, kasubag keuangan dan kepegawaian, serta kasubag kemahasiswaan dan alumni. Tahun ini instrumen yang diterapkan lebih detail dan menekankan pada pengelolaan di FE UM, di antaranya pengelolaan SDM dan administrasi atau surat
menyurat. Keberhasilan FE ini tentu tidak lepas dari adanya kerja keras dari unit kerja yang bersangkutan. Dr. Cipto Wardoyo, S.E., M.Pd., M.Si., Ak.,CA., selaku Dekan FE UM menuturkan bahwa pertemuan rutin sangat efektif untuk menyelesaikan berbagai macam kekurangan yang ada.�Ketika ada permasalahan selalu ada pertemuan rutin, kalau di sini saya rutin mengadakan rapim setiap hari Kamis, sehingga permasalah bisa diatasi setiap minggunya, tidak menumpuk,� tuturnya. Dengan langkah tersebut, tidak ada kendala berarti dalam memperbaiki temuan ISO 9001:2015 pada tahun 2019 lalu. Meski telah memperoleh sertifikasi ISO, FE UM akan terus berupaya dalam meningkatkan pelayanan di setiap unit kerjanya. Hal ini juga berkaitan dengan ruang kerja yang memadai. Fakultas ini memiliki kantor yang dikhususkan untuk UPM, sehingga mereka yang bekerja di unit tersebut dapat melakukan pekerjaannya dengan nyaman. Dalam hal pelayanan, Dekan FE UM selalu menekankan pelayanan sebaik-baiknya, tidak ada santai. “Di sini saya menerapkan one day service dalam memberikan pelayanan. Tidak harus menuggu satu hari, apabila saya bisa tanda tangan saat itu yang akan saya lakukan,� pungkasnya. Rosa Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
dok. Pribadi
Info
17
Info
Boomi Watch Raup Untung Puluhan Juta Tiap Bulan
U
niversitas Negeri Malang (UM) mengirimkan kontingen-kontingen terbaiknya dalam ajang Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) Expo X 2019 yang diselenggarakan di Politeknik Negeri Batam (22-24/11). Dari kelima kontingen yang berangkat, empat di antaranya berhasil menjuarai ajang ini. Salah satu kategori yang dimenangkan UM ialah kategori industri kreatif dengan produk Boomi Watch yang dibawa Alfira Shofi Islamiah dan Kadindra Kanya Pratitha, dua mahasiswi Fakultas Ekonomi (FE) UM. Tim ini didampingi oleh Dudung Ma’ruf Nuris, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing. “Boomi Watch merupakan usaha yang memanfaatkan limbah kayu sebagai bahan pembuatan jam tangan,” jelas Dudung ketika diwawancarai kru Komunikasi. “Produk jam tangan berbahan kayu ini mempunyai desain yang unik sehingga bernilai jual tinggi,” tambahnya. Menurut penjelasan Dosen FE UM ini, omzet yang dihasilkan produk ini mencapai puluhan juta rupiah tiap bulan, mengingat harga jualnya yang setara dengan jam tangan berkualitas berskala nasional. “Pemasaran produk ini juga sudah merambah di beberapa kota di Indonesia, bahkan sampai
18 | Komunikasi Edisi 326
ke luar negeri,” ungkapnya. Tidak hanya bernilai jual tinggi, Boomi Watch juga berhasil membawa tim KMI FE UM meraih medali emas. “Waktu itu saya sempat bertanya ke Alfira, katanya produk ini belum pernah diikutkan dalam lomba apa pun. Alhamdulillah, langsung dapat juara pertama di KMI,” jelas Dudung. Proses persiapan maupun pelaksanaan lomba pun berjalan lancar. “Kalau untuk persiapan, alhamdulillah lancar karena sudah dipersiapkan tim dengan matang. Untuk pelaksanaan sebenarnya tidak ada masalah, hanya saja sempat terkendala dalam mencari tempat penginapan untuk peserta lomba dari UM. Kami takut hal tersebut mempengaruhi kondisi psikologis dan kesehatan peserta, tetapi semua masalah tersebut bisa diatasi UM,” terangnya. Dudung berharap, kemenangan timnya dapat disusul oleh kemenangankemenangan lain dari mahasiswa UM. “Berprestasilah dalam segala bidang untuk memajukan kampus tercinta. Juga persiapkan diri dengan berwirausaha agar setelah lulus tidak hanya mendapat pekerjaan, tetapi juga dapat membuka lapangan pekerjaan dan dapat membantu orang lain di sekitar kita,” pungkasnya. Nurul
dok. Pribadi
dok. Pribadi
Senangnya hati tim Boomi Watch ketika tepilih menjadi juara
Tim Boomi Watch bersama pendamping
Reddi Apparel
Raih Omzet Lebih Dari Rp400 Juta
F
akultas Ekonomi Universitas Negeri Malang (FE UM) juga berhasil menyabet juara pertama kategori produksi budidaya dalam ajang Kewirausahaan Mahasiswa Indonesia (KMI) Expo X 2019 yang diselenggarakan di Politeknik Negeri Batam (22-24/11). Produk yang ditawarkan oleh tim dari FE, Reddi Apparel, berhasil memikat hati juri dalam ajang bergengi tersebut. Tim hebat penggagas Reddi Apparel beranggotakan Miko Dwi Abadi, Muhammad Ilham Aly Ma’sum, serta Muhammad Wildan Fajar Saputra, dengan Andy Prasetyo Wati S.E., S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing. “Sebelum mengikuti ajang KMI, kami memulai perjuangan dengan mengikuti Kompetisi Bisnis Mahasiswa Indonesia (KBMI) 2019,” tutur Miko. Menurut penjelasannya, dalam kompetisi tersebut peserta mengajukan proposal bisnis yang nantinya akan diseleksi dan apabila terpilih akan mendapat kesempatan untuk didanai sebesar maksimal Rp40 juta. Reddi Apparel yang diajukan untuk KBMI 2019 berhasil mendapat pen-
danaan sebesar Rp14 juta. “Setelah pengumuman pendanaan, kegiatan usaha berlangsung selama kurang lebih lima bulan, dilanjutkan dengan monitoring dan evaluasi, serta laporan kemajuan. Kemudian, barulah Reddi Apparel dibawa maju ke ajang KMI 2019. “Alhamdulillah, kami dapat juara 1,” jelas lelaki kelahiran Madiun ini. Reddi Apparel merupakan sebuah usaha pembuatan pakaian olahraga yang dimulai sejak tahun 2017. Dalam kurun dua tahun, usaha ini berkembang pesat dan sudah mampu melayani konsumen dari seluruh Indonesia. Omzet yang dihasilkan selama 2019 telah mencapai lebih dari Rp400 juta dengan keuntungan sekitar 35%. Dengan kesuksesan usaha serta pengalaman tim dalam kompetisi, Andy Prasetyo Wati S.E., S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing merasa tidak ada halangan yang berarti selama proses persiapan maupun perlombaan. “Hanya ada kendala untuk menguasai medan tempur. Karena tim sudah solid dan kompak, sisanya tinggal ikhtiar yang
akhirnya juga terjawab dengan kemenangan,” ungkapnya. Selain didirikan untuk mengikuti perlombaan serta menghasilkan profit, Miko berkeinginan untuk membuka lapangan kerja melalui usaha ini. Miko juga berharap produk pakaian olahraganya ini tidak kalah saing dengan produk luar negeri. Di akhir wawancara Miko berpesan agar mahasiswa yang tertarik dengan wirausaha terus mengembangkan potensinya. “Pemerintah sangat serius memberikan wadah bagi wirausahawan muda untuk berkembang. Oleh karena itu, ada baiknya mengembangkan bakat kewirausahaan bagi mahasiswa yang memiliki minat dalam bidang tersebut,” tuturnya. Harapan serupa juga dilontarkan Andy, sang sang dosen pembimbing kepada mahasiswa UM secara umum. “Tetap gali potensi diri kalian baik di bidang akademik maupun nonakademik. Jangan pernah lelah untuk berjuang meskipun kadang hasilnya tidak sesuai harapan,” tutupnya. Nurul
Tim Reddi Apparel ketika mempresentasikan usahanya
dok. Pribadi
ara
Info
dok. Pribadi
dok. Pribadi
g
Tim Reddi Apparel bersama pembimbing
Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
19
dok. Pribadi
Info
Imutnya sampul buku Lala & Lilo
Belajar Bahasa Inggris Bersama Lala & Lilo
M
20 | Komunikasi Edisi 326
embawa angin segar dalam dunia pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia, tim mahasiswa UM hadir dengan buku Lala & Lilo. Lala & Lilo ialah buku cerita bergambar dengan berbagai seri yang disiapkan untuk anak usia dini. Buku cerita ini memiliki aplikasi audio yang berfungsi untuk membunyikan narasi di setiap lembarnya. Tokoh utama yang bernama bernama Lala dan Lilo digambarkan sebagai saudara kembar yang memiliki watak dan karakter antimainstream. Lala adalah gadis kecil yang enerjik, pemberani, penuh emosi, dan kadang ceroboh. Sedangkan Lilo adalah anak lelaki yang baik hati, penyayang, dan lembut. Di balik project pembuatan buku Lala & Lilo ini terdapat misi besar yang diusung para kreatornya. Alif Hanifatur Rosyidah (FS) bersama empat orang rekannya, Hafizah Islami Rahmadina (FE), Nilna Almunaa Brilliarahma Hermanto (FS), Rifki Fajar Fitrianto (FT), dan Indra Nurdien Hakim (FT), membuat buku ini dengan tujuan untuk berkontribusi menjawab tantangan bonus demografi 2030. Saat masa itu tiba, anak bangsa akan sangat dibutuhkan di negara-negara maju yang tidak
mengalami bonus demografi sama sekali. Penguasaan bahasa Inggris tentu menjadi hal yang sangat penting bagi mereka. Oleh karena itu, buku Lala & Lilo diharapkan dapat membantu mereka mempersiapkan diri sejak dini. Di dalam buku Lala & Lilo, anak-anak dapat mempelajari bahasa Inggris dengan cara yang menyenangkan. “Anak-anak usia prasekolah akan belajar listening dengan cara optimal. Dengan adanya paparan audio, mereka dapat mengetahui pelafalan, intonasi, serta penekanan yang benar,� tutur Alif saat diwawancarai beberapa waktu lalu. Metode yang mereka gunakan adalah metode Whole Language Approach (WHOLA). Dengan metode tersebut, anakanak akan belajar Bahasa Inggris mulai dari teks utuh secara kontekstual, lalu ke tahap kompleks seperti vocabulary, grammar, dan lain-lain. Metode ini akan memberikan pemahaman holistik yang akan mempermudah anak dalam memahami bahasa Inggris secara riil. Selain listening, kemampuan writing, vocabulary, reading, dan speaking, juga tercakup di dalamnya. Alif dan timnya sengaja memilih target anak prasekolah
hingga SD karena pada usia itulah anak-anak berada pada usia emas (golden age). Otak anak masih sangat fresh, sehingga mudah untuk dapat mengaktifkan salah satu bagian otak yang bernama perangkat akuisisi bahasa (language acquisition device). Tak disangka, Lala & Lilo juga membuat Alif dan kawan-kawan berhasil mengalungi medali emas dalam kompetisi Pekan Ilmiah Mahasiswa (Pimnas) ke-32 di Bali. Kehadiran buku Lala & Lilo ini tidak terlepas dari bimbingan dosen Sastra Inggris, Hasti Rahmaningtyas, M.A. yang setia membimbing mereka. Tim Lala & Lilo berharap anakanak Indonesia dapat memanfaatkan masa emasnya untuk bisa mempelajari bahasa dengan sungguh-sungguh, terutama bahasa Inggris. Mereka bercita-cita, anak Indonesia memiliki kemampuan bahasa Inggris yang bagus, berkembang dengan dengan baik. dan tidak ada lagi rata-rata nilai rendah untuk pelajaran bahasa Inggris. “Negara kita adalah negara yang besar. Kita harus memanfaatkan semua yang ada, termasuk sumber daya manusianya�, tutup Alif. Nilam
dok. Komunikasi
dok. Pribadi
Info
Raut bahagia pasca menerima penghargaan Silver Winner
Meningkat, Komunikasi Raih Silver Winner pada Isprima 2020
b
anjarmasin, Kalimantan Selatan, menjadi destinasi penyerahan penghargaan paling bergengsi bagi media industri cetak nasional tahun 2020. Ajang penghargaan tahunan Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat yang berlangsung pada (7/2) tersebut mengangkat tema “Kreasi yang Menginspirasi Negeri”. Sebanyak 700 lembaga pers nasional, baik cetak maupun noncetak berpartisipasi dalam empat jenis kompetisi, yakni Indonesia inhouse Magazine Awards (InMA), Indonesia Print Media Awards (IPMA), Indonesia Student Print Media Awards (ISPRIMA), dan Indonesia Young Readers Award (IYRA). Acara yang dihadiri para penggiat media tersebut bertujuan untuk terus menghidupkan eksistensi media cetak yang semakin tergeser oleh adanya media digital pada era disrupsi saat ini. Untuk itu, diharapkan media cetak tetap bisa mengembangkan inovasinya
terlebih dalam hal konten agar tetap kaya dan menarik untuk dibaca oleh pembaca setianya. Komunikasi UM sebagai salah satu pers mahasiswa UM telah aktif berpastisipasi dalam ajang ISPRIMA sejak tahun 2015. Mengalahkan ratusan pesaingnya, majalah Komunikasi Universitas Negeri Malang (UM) berhasil menyabet Silver Winner untuk kategori Majalah Persma Jawa Terbaik tahun 2020. Sebelumnya, di tahun 2019 Komunikasi berhasil menyabet Bronze Winner. Majalah ini tak kalah bergengsi dengan pers mahasiswa dari perguruan tinggi lainnya dengan jumlah 85 entri. “Semoga adanya peningkatan prestasi majalah Komunikasi ini dapat meningkatkan semangat dan kinerja Kru Komunikasi,” ungkap Fitriyanti Bunga, Editor Majalah Komunikasi Online yang hadir saat acara. “Namun saya berharap, lanjut mahasiswa Fakultas Sastra ini, tahun berikutnya semoga
Komunikasi dapat meraih Gold Winner,” imbuhnya. Sebanyak sembilan juri diturunkan dalam penilaian ajang tersebut. Empat di antaranya yakni Sekjen SPS Pusat, Asmono Wikan; Redaktur Foto Harian Kompas, Danu Kusworo; Presiden Direktur Prominent PR, Ika Sastrosoebroto; dan Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia (UI), Nina Mutmainnah Armando. Danu Kusworo menyebutkan bahwa kualitas sajian konten entri majalah tahun ini tetap terjaga. Para ‘pemain baru’ memiliki kualitas yang tidak kalah dengan para peserta lama. “Keluar dari pola visual lama, mencoba untuk berani mengeksplorasi kreativitas baru. Sebagai juri selama lima tahun, saya melihat masih banyak peserta yang polanya sama dari tahun ke tahun,” terangnya. Ika Sastrosoebroto juga menyebutkan bahwa penjurian tahun ini sepenuhnya adil dan transparan. Nas
Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
21
Info Sosialisasai Kabitaru ke SMPLB YPTB Kota Malang
B
ahasa Inggris bagi sebagian orang adalah momok, sebagian lagi ada yang sangat menyukainya. Belajar bahasa Inggris bagi pelajar dengan panca indera sempurna kadang masih menjadi suatu beban. Lantas, bagaimana dengan pelajar yang memiliki kekurangan dalam pendengaran mereka? Dapatkah mereka belajar bahasa Inggris seperti yang lain? Menjawab pertanyaan di atas, tim mahasiswi UM menorehkan karyanya dibidang edukasi, teknologi, dan disabilitas, khususnya bagi penyandang tunarungu. Berangkat dari kenyataan tentang pentingnya bahasa Inggris, keterbatasan anak tunarungu, dan tuntutan revolusi industri 4.0, ketiga mahasiswi ini menciptakan aplikasi berbasis android bernama Kamus Isyarat Bahasa Inggris Tunarungu (Kabitaru). Kabitaru merupakan sebuah aplikasi kamus isyarat bahasa Indonesia-Inggris yang dikembangkan dengan metode manually coded english untuk mempermudah anak tunarungu dalam memahami pelafalan (pronunciation) bahasa Inggris. Aplikasi ini digagas oleh Risa Safira Ramadhani (FIP) seabgai ketua, bersama dua anggotanya, Nindya Ayu Rizqianti (FIP) dan Nur Nilam Ayu Saputri (FS). Aplikasi Kabitaru memiliki desain khusus dengan mengunggulkan tampilan visual berupa video. “Siswa tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran mereka. Oleh karena itu, media pembelajaran visual dirasa mampu untuk membantu mereka memahami pelajaran, khususnya bahasa Inggris,” tutur Risa selaku ketua tim. Setelah melakukan penelitian di salah satu sekolah tunarungu, Risa dan timnya mendapatkan hasil bahwa pronunciation menjadi aspek penting yang harus mereka pelajari.
22 | Komunikasi Edisi 326
dok. Pribadi
Kabitaru Anak tunarungu belum memahami konsep pelafalan yang benar, sehingga mereka melafalkan bahasa Inggris sesuai dengan tulisannya. Padahal, dalam bahasa Inggris tulisan kerap kali berbeda dengan pelafalan. Oleh karena itu, setiap kosakata terjemahan yang ada di kabitaru dilengkapi dengan peragaan video isyarat yang menjelaskan arti dan cara pelafalan yang telah disederhanakan. Tidak hanya itu, aplikasi Kabitaru memiliki beberapa keunggulan lain, di antaranya ikon menarik dan adanya fitur kuis. Di setiap kosakata terdapat sebuah ikon yang mengilustrasikan arti dari kosakata tersebut. Dengan demikian, pengguna kamus dapat lebih mudah menangkap artinya. Selain dijadikan selingan dalam belajar, fitur kuis juga dapat mengasah kemampuan pengguna kamus. Di dalamnya disajikan soal-soal yang berhubungan dengan kosakata dalam Kabitaru . Di akhir kuis ditampilkan skor yang didapat oleh pemain. Skor tersebut dapat menjadi bahan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka dalam penguasaan kosakata dan peafalan bahasa Inggris. Lebih lanjut, kamus ini juga diharapkan dapat ikut serta menyukseskan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-4, yakni kesetaraan pendidikan. “Seluruh pelajar memliliki akses yang setara di dunia pendidikan, tak terkecuali bagi pelajar yang menyandang disabilitas. Sayangnya, saat ini media pembelajaran bahasa Inggris yang ramah tunarungu masih sangat minim, dibandingkan dengan jumlah Tunarungu di Indonesia mencapai 25.500 siswa,” ungkap Risa. Hingga saat ini, aplikasi kabitaru telah mendapat apresiasi positif dari berbagai pihak, bahkan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Mendikbud) ke-28,
Inovasi Kamus
Bahasa Inggris
Ramah Tunarungu
Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. “Ini ide kreatif! Aplikasi yang bisa menjawab kesulitan siswa penderita difabel,” tuturnya setelah meriviu aplikasi kabitaru beberapa waktu lalu. Aplikasi ini juga sudah disosialisasikan di sekolah khusus tunarungu, SMPLB Yayasan Pendidikan Tunas Bangsa (YPTB) Kota Malang. Siswa-siswi tunarungu yang ada di kelas terlihat antusias saat aplikasi Kabitaru didemonstrasikan. Kepala sekolah SMPLB YPTB sekaligus guru bahasa Inggris, Dra. Esni Triaswari, M.Si. menyatakan bahwa aplikasi ini menjadi solusi dalam mengajarkan bahasa Inggris pada anak didiknya. Selama ini belum ada media pembelajaran yang secara spesifik membantu muridnya belajar bahasa Inggris. Dia berharap, aplikasi ini dapat digunakan oleh seluruh sekolah di Indonesia. Di samping manfaatnya yang luar biasa, Kabitaru juga berhasil membawa Risa dan timnya menyabet medali emas dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa 32 (Pimnas) di Bali. Aplikasi ini juga telah mendapatkan hak cipta dan terdaftar di Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Dengan dibimbing oleh Drs. Abdul Huda, M.Pd, mereka berharap aplikasi ini dapat terus berkembang dan bermanfaat bagi yang membutuhkan, sehingga menjadi amal baik yang terus mengalir.Nilam
,
Agama
u
,
ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara
Mengenal Festival Imlek oleh Anintya Septi Lintangsari
S
etiap tahun saat musim dingin segera berakhir dan musim semi akan datang, ada satu festival yang sangat ditunggu-tunggu oleh orang Tiongkok, yaitu Tahun Baru Imlek. Festival Imlek adalah festival tradisional yang penting bagi rakyat Tiongkok. Selain itu, Festival Imlek adalah festival yang paling besar, paling ramai, dan juga festival pertama dalam kalender Lunar. Banyak kegiatan yang dilakukan saat Festival Imlek, beberapa di antaranya adalah 守岁 [shǒusuì] yang berarti begadang saat malam tahun baru, 压 岁钱[yāsuìqián] memberikan uang tahun baru, atau yang biasa disebut angpao, 互相拜年[hùxiāng bàinián] saling memberi selamat tahun baru, 吃 饺 子 [chī jiǎozi] makan dumpling/siomay, 贴春 联 [tiē chūnlián] menempel couplets, 放爆竹 [fàng bàozhú] menyalakan petasan, dan 举 办 庙 会 [jǔbàn miàohuì] mengadakan berbagai acara tahun baru yang meriah. Selain kegiatan-kegiatan di atas, masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan. Satu hal yang paling penting adalah berkumpul bersama keluarga dan merayakan tahun baru Imlek bersama-sama. Saat 举办庙会 [jǔbàn miàohuì] mengadakan acara tahun baru, banyak sekali pertunjukan yang ditampilkan, seperti barongsai, tarian naga, berbagai macam kerajinan tangan (chinese knot,
chinese paper cutting, lampion, couplets, dll.), serta berbagai stan makanan seperti dumpling/ siomay, tangyuan, kue pastel, lumpia, dll. Selain berbagai perayaan yang meriah, Imlek di Tiongkok juga ditetapkan hari libur nasional. Biasanya libur nasional berlangsung selama tiga hari saat Imlek dan masing-masing dua hari sebelum dan setelah Imlek. Jadi, total hari libur Tahun Baru Imlek di Tiongkok adalah tujuh hari. Dengan penyebaran budaya Tiongkok ke penjuru dunia, Festival Imlek telah menjadi jendela penting bagi dunia untuk memahami negara Tiongkok. Semakin banyak warga negara asing yang mulai memiliki minat kuat pada budaya Tahun Baru Tiongkok, mereka diharapkan dapat belajar tentang adat istiadat Tiongkok. Mereka akan memahami masyarakat Tiongkok dengan cara berpartisipasi dalam kegiatan Festival Imlek. Saat Imlek banyak tempat di Indonesia yang mengadakan Festival Imlek untuk membuat masyarakat Indonesia memahami budaya dan seni tradisional Tiongkok. Di samping itu, Festival Imlek membuat orangorang Tionghoa di Indonesia merasakan suasana “tahun baru di rumah”. Penulis adalah Staf Pusat Bahasa Mandarin UM
Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
23
Opini
ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah
Lika-liku Perjalanan BPJS Kesehatan Akankah Kenaikan Premi Menjadi Sebuah Jalan Keluar? oleh Nur Irene Siswandari
B 24 | Komunikasi Edisi 325
eberapa waktu ini tengah gencar diberitakan mengenai kenaikan premi BPJS, baik untuk kelas satu, kelas dua, maupun kelas tiga. Faktanya, masalah defisit BPJS kesehatan memang masih menjadi polemik hingga saat ini. Lalu apakah kebijakan tersebut dapat menjadi solusi dari peliknya permasalahan BPJS? Jika melihat ke belakang, defisit atau kerugian BPJS memang tergolong terus mengalami peningkatan sejak Tahun 2014 hingga 2017. Berawal dari defisit yang dialami sebesar Rp3,3 triliun pada tahun 2014, dilanjutkan pada tahun 2015 sebesar Rp5,7 triliun, tahun 2016 sebesar Rp9,7 triliun, dan tahun 2017 sebanyak Rp9,75 triliun. Hingga sempat mengalami sedikit penurunan defisit pada tahun 2018 menjadi Rp9,1 triliun. Diperkirakan, BPJS Kesehatan akan kembali mengalami defisit sebesar Rp28 triliun pada tahun 2019 ini. Memang BPJS sempat mengalami penurunan defisit dari Tahun 2017 ke 2018, akan tetapi penurunan tersebut tidak cukup signifikan meskipun telah ada sumbangsih dana alokasi dari cukai rokok. Hal ini sesuai dengan peraturan Menteri Keuangan RI bahwa BPJS Kesehatan mendapatkan suntikan dana dari
cukai hasil tembakau sebesar Rp1,48 triliun. Namun, hanya beberapa daerah yang bisa mendapatkan suntikan dana tersebut, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Tentunya hal ini sekaligus membuktikan bahwa sumbangan dana dari cukai rokok pun masih belum cukup efektif untuk mengatasi masalah ini. Ketidakefektivan penggunaan dana cukai rokok juga dilatarbelakangi oleh ketimpangan antardaerah. Hal tersebut dikarenakan tidak semua daerah memperoleh dana bagi hasil cukai tembakau untuk dialokasiakan ke pelayanan kesehatan di daerah masing-masing. Selain itu, menurut Staf Ahli Menteri bidang Hukum Kesehatan, Tritarayati, ada sekitar 70% biaya yang tersedot oleh penyakit akibat paparan asap rokok seperti penyakit jantung, ginjal, dan stroke. Hal diperkuat oleh pendapat Soewarta Kosen dari Balitbangkes Kementerian Kesehatan RI yang menyatakan bahwa kerugian ekonomi untuk biaya kesehatan mencapai Rp596,61 triliun di tahun 2015. Sementara pada laporan penelitian yang dilansir Kemenkes pada tahun yang sama menunjukkan bahwa perkiraan total belanja rokok oleh perokok
Opini
aktif mencapai 36,3%. Kemudian total jumlah perokok dikali Rp3.099.600, dari belanja rokok per kapita dalam sebulan sebesar Rp258.500, maka hasilnya menyentuh angka Rp208,8 triliun rupiah. Tentu angka tersebut memang tidak sedikit, akan tetapi masih belum dapat menutupi kebutuhan biaya kesehatan yang diakibatkan kebiasaan mengonsumsi rokok. Di sisi lain, apabila produksi rokok dihentikan juga akan menjadi dilema tersendiri, terlebih lagi mengingat bahwa saat ini rokok berperan sebagai penyumbang devisa terbanyak. Pada tahun 2018 lalu saja cukai rokok menyumbang sebesar Rp153 triliun untuk kas negara dan belum ada yang dapat menandingi pemasukan yang disumbang dari sektor rokok. Belum lagi, rokok juga sangat berperan dalam mengurangi pengangguran di Indonesia. Pada akhirnya setiap kebijakan yang akan atau sedang diambil akan mendatangkan sisi negatif dan positif masing-masing, termasuk dalam hal kenaikan premi BPJS. Tentunya keputusan tersebut diambil oleh pemerintah tentunya dengan pertimbangan agar defisit BPJS tidak semakin membengkak lagi. Di lain kasus, kesadaran masyarakat akan pentingnya BPJS masih cukup rendah, sehingga mereka enggan membayar iuran rutin karena merasa tidak sakit. Belum lagi ada juga masyarakat yang baru mau mendaftar BPJS setelah penyakitnya sudah cukup parah (ketika sudah mulai mengeluarkan banyak dana). Jika demikian, bukan tidak mungkin bahwa defisit yang diderita BPJS Kesehatan akan terus berkelanjutan. Pada akhirnya pemerintah hanya bisa berusaha memutar otak untuk menutupi defisit BPJS dengan cara menaikan premi peserta. Harapan pemerintah dengan adanya kebijakan tersebut pada tahun 2020 BPJS Kesehatan sudah tidak mengalami defisit lagi. Rencana ini telah ditentukan dan sedang dalam proses menunggu penerbitan Peraturan Presiden (Perpres). Penerapan aturan ini diberlakukan mulai bulan Agustus 2019 untuk golongan Penerima Bantuan Iuran (PBI). Sedangkan untuk peserta golongan
non Penerima Bantuan Iuran seperti Pekerja Penerima Upah (PPU) dan Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) mulai diberlakukan pada bulan September 2019. Rencana untuk peserta kelas satu yang sebelumnya membayar premi sebesar Rp80.000 rencananya akan naik menjadi Rp120.000. Kemudian untuk kelas dua yang semula Rp51.000 menjadi Rp80.000 dan kelas tiga yang awalnya Rp25.500 menjadi Rp42.000. Tentunya kebijakan ini juga memiliki sisi positif dan negatif. Sisi negatif dari kebijakan ini adalah kepesertaan BPJS Kesehatan yang mayoritas merupakan golongan PBI. Kenaikan jumlah peserta BPJS memang terus meningkat seiring waktu, bahkan pada awal tahun 2019 sudah mencapai 81,8%. Sayangnya, jumlah tersebut tidaklah seimbang antara peserta PBI dan non PBI. Bahkan dapat dikatakan bahwa peserta PBI dan non PBI memiliki perbandingan sebesar 9:1. Dari sini dapat dilihat bahwa memang benar bahwa kepesertaan BPJS terus bertambah, akan tetapi apabila jumlah peserta PBI lebih banyak daripada peserta non PBI maka akan sama saja tanggungan pemerintah juga akan semakin membengkak. Terlebih, jumlah kepesertaan ini tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang layak. Sejak pemerintah mengeluarkan Permenkes Nomor 51 Tahun 2018 tentang Pengenaan Urun Biaya dan Selisih Biaya dalam Program Jaminan Kesehatan, BPJS Kesehatan sudah bertransformasi menjadi tidak gratis lagi. Pelayanan kesehatan untuk rawat jalan saja dikenai biaya Rp20.000Rp10.000, tergantung tipe rumah sakit. Belum lagi frekuensi kunjungan yang dibatasi maksimal 20 kali dalam jangka waktu tiga bulan dan biaya maksimal hanya Rp350.000. Sementara untuk rawat inap dikenai biaya sebesar 10% dari total biaya yang ditanggung peserta dengan biaya maksimal Rp30.000.000. Semoga dengan adanya kebijakan kenaikan premi BPJS dapat menjadi jalan keluar bagi permasalah BPJS Kesehatan yang belum menemui titik terang. Selain itu
juga semoga kenaikan premi ini juga tidak menjadi bumerang bagi pemerintah terkait dengan banyaknya peserta PBI. Jika ada pertanyaan “apakah solusi ini dapat benarbenar menjadi jalan keluar dari masalah yang hampir tak ada ujungnya ini?�, tentu belum ada yang bisa menjawab hingga kebijakan ini diimplementasikan dan dievaluasi. Bagaimana kebijakan ini akan berjalan tentu juga bergantung pada kerja sama seluruh pihak karena pada dasarnya perputaran dana BPJS kesehatan menggunakan prinsip gotong royong. Maka dari itu diperlukan partisipasi yang sangat besar dari masyarakat, khususnya para peserta. Tentu juga harus ada perubahan pengetahuan atau pola pikir (mindset) dan perubahan perilaku yang harus diimplementasikan kepada masyarakat Indonesia. Sebagai mahasiswa, sudah seharusnya kita bersikap kritis dan tidak lagi bersikap apatis. Tak jarang masih ada mahasiswa yang belum mengerti apakah ia sudah mendaftar BPJS kesehatan ataukah belum. Tentunya hal tersebut cukup ironis, padahal mahasiswa merupakan salah satu komponen masyarakat yang diharapkan dapat menjadi penggerak perubahan perilaku karena tingkat pendidikan mereka yang cukup tinggi. Mahasiswa tentunya harus turut memahami program atau kebijakan pemerintah baik yang akan dicanangkan atau yang sudah diterapkan. Jika demikian, mahasiswa baru dapat menjadi pelopor adanya perubahan perilaku. Selain itu, hal lain yang dapat dilakukan pemuda selaku mahasiswa adalah dengan membantu melakukan promosi kesehatan menggunakan metode loss frame or gain frame (edukasi tentang keuntungan dan kerugian) dengan tujuan untuk mengubah persepsi risiko, kesadaran, dan kepercayaan kesehatan. Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Juara I Penulisan Opini Majalah Komunikasi
Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
25
dok. Pribadi
Cerita Mereka
Prof. Dr. Gunadi Harry Sulistyo, M.A in memoriam
"Don't Use My Name, I am Not An Expert."
Prof. Gun semasa hidupnya kerap melalang buana ke beberapa tempat.
M
entari pagi itu agaknya masih malu-malu untuk menampakkan diri di langit Arema. Pun dengan aroma hujan semalam yang masih semerbak di salah satu sudut Fakultas Sastra. Pagi itu, kru Komunikasi mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Ketua Jurusan Sastra Inggris, Dr. Suharyadi, S.Pd., M.Pd. Dalam pertemuan itu dia menceritakan sosok alm. Prof. Gunadi H. Sulistyo. Ramah, sederhana, dan rendah hati, begitulah sosoknya di mata Haryadi. Menurutnya, almarhum adalah salah satu dosen yang tidak pernah ragu untuk membantu siapa saja, terlebih mahasiswanya. *** Belum lama ini Universitas Negeri Malang (UM) kembali berduka. Pasalnya, UM kehilangan salah satu guru besar terbaiknya dari Fakultas Sastra, Prof. Gunadi Harry Sulistyo. Dia meninggal dalam kecelakaan di Gombong, Jawa Tengah bersama istrinya, Kun Aniroh yang merupakan Dosen Pariwisata di Universitas Merdeka Malang. Perjalanannya menjadi seorang pendidik harus terhenti di usia 61 tahun.
26 | Komunikasi Edisi 325
Kisah cinta pasangan ini tak kalah romantis dengan kisah Ainun dan Habibie. Pasalnya, almarhum dan istrinya meninggal dalam keadaan berpelukan. Tuhan tampaknya begitu menyanyangi keduanya hingga tidak ingin keduanya terpisah karena maut. Sekiranya begitulah Tuhan melukis perjalanan cinta dua insan ini. Kini keduanya dimakamkan berdampingan di Pemakaman Keluarga, Muntilan. *** Anak-anak yang hebat lahir dari orang tua yang hebat, begitulah ungkapan yang sering kita dengar. Alm. Prof. Gun dan istrinya dikaruniai seorang putri dan dua orang putra, bahkan juga sudah memiliki cucu yang sangat menggemaskan. Putra-putri Prof. Gun adalah generasi yang sangat hebat. Putrinya saat ini tengah berada di Jerman untuk menyelesaikan studi S-3. Putra keduanya saat ini menjadi salah satu dosen ahli gizi di Universitas Brawijaya dan telah menyelesaikan studi S-2 di Jepang. Putra ketiga juga tak kalah hebat. Dia telah menyelesaikan studi S-2 di Belanda dan
saat ini sedang ditugaskan ke luar Jawa. Tentunya, capaian mereka adalah hasil dari didikan dan doa-doa Prof. Gun beserta istri. Tak hanya mendidik putra-putrinya dalam bidang akademik, pendidikan agama juga dia ajarkan. Menurut keluarga besar, Prof. Gun selalu mengajari anaknya untuk mengedepankan pendidikan agama sebelum belajar ilmu lain. Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu mahasiswanya yang mengatakan bahwa Prof. Gun juga memiliki Taman Pendidikan AlQur’an (TPQ) di daerah Landungsari. Selain mengutamakan pendidikan agama, Prof. Gun adalah seorang pengajar yang sangat ramah. Dirinya mulai diangkat menjadi pengajar pada tahun 1986. Selama hidupnya dia selalu membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan, baik dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan. Hal itu juga diungkapkan oleh Ketua Jurusan Sastra Inggris. “Jika menolong mahasiswa, almarhum itu tidak pandang bulu. Semua mahasiswa, baik yang bimbingan beliau atau bukan selalu dilayani dengan baik�. Hal tersebut membuktikan bahwa Prof. Gunadi memang seorang pendidik yang sangat layak untuk diteladani. Prof. Gun merupakan lulusan S-1 IKIP Yogyakarta. Kemudian, dia melanjutkan kuliah S-2 di University of Queensland, dan mengambil S-3 di Universitas Negeri Jakarta. Sebagai seorang guru besar setidaknya terdapat lima bidang yang dia kuasai dengan baik. Bidang tersebut ialah ketrampilan bahasa Inggris, pengembangan bahan ajar
Prof Gun bersama istri tercinta
dok. Pribadi
bahasa Inggris, metodologi penelitian, assessment (Penilaian), dan filsafat ilmu. Lika-likunya sebagai pengajar juga patut diacungi jempol. Jiwanya sebagai pendidik sudah tertanam dengan baik di sanubarinya. “Tugas dari Prof. Gun itu selalu banyak dan benar-benar dikoreksi sampai hasilnya bagus. Bagi beliau tak masalah menunggu hasil revisi sampai dua minggu setelah UAS,” jelas Yustina, salah satu mahasiswa Sastra Inggris. “Prof. Gunadi sangat menghargai setiap kerja keras mahasiswanya. Dia bersedia menunggu dalam waktu yang lama untuk satu tugas, asalkan mahasiswanya tidak plagiasi karya orang lain,” lanjut Yustina. Di sela-sela mengajar dia berpesan kepada mahasiswanya untuk mencari referensi dari penulis-penulis yang ahli. “But don’t use my name. I am not an expert,” kenang Yustina ketika menceritakan kerendahan hati dosennya itu. Prof. Gun selalu mengatakan kepada mahasiswanya untuk tekun belajar dan selalu jujur, bagaimana pun hasilnya. Meskipun dengan beban tugas yang cukup banyak, dia tak lupa selalu menyelipkan gurauangurauan kecil dalam pembelajaran di kelas, sehingga mahasiswa tidak pernah merasa bosan ketika diajar. Dia juga selalu mengingatkan mahasiswa untuk menginstropeksi diri sendiri sebelum menilai orang lain. Baginya, lebih baik menertawakan diri sendiri daripada menertawakan orang lain. Pelajaran-pelajaran berharga yang dia sampaikan di kelas rupanya menjadi salah satu bukti nyata kebaikan Tuhan menciptakan manusia dengan akhlak yang baik, salah satunya Prof. Gunadi. Tak hanya dikenal sebagai dosen yang ramah kepada mahasiswa, dia juga dikenal sebagai dosen senior yang tidak pernah merasa dirinya hebat. Prof. Gun sangat rendah hati dan tidak menyombongkan capaian-capaiannya. Banyak cerita baik tentang dirinya yang keluar dari pernyataan dosen dan beberapa orang terdekatnya. Semakin berisi, semakin merunduk, ungkapan itu tampaknya sangat cocok disematkan kepada Prof. Gunadi. Sebagai seorang dosen dia tergolong dosen berprestasi dan aktif dalam penelitian dan publikasi ilmiah. Ada banyak hasil penelitiannya bersama dengan dosen lain atau bersama mahasiswa yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal. Berdasarkan penelusuran kru Komunikasi, dia aktif melakukan publikasi ilmiah sejak tahun 2008. Publikasi terbanyak dilakukan pada tahun 2018. Sebagai dosen senior, dia tidak pernah merasa risih atau keberatan untuk berbaur dengan mahasiswa dalam berbagai proyek penelitian. “Beliau tidak pernah
dok. Pribadi
Cerita Mereka
Prof. Gun bersama Peserta Workshop
merasa senior, beliau selalu ikut terjun langsung bersama kami ketika ada penelitian,” terang salah satu mahasiswa Prof. Gun. Kerendahan hati itulah yang akhirnya menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk turut aktif dalam penelitian serta publikasi. Pembawaan Prof. Gun yang selalu ramah dan bersahaja kerap membuat banyak mahasiswa kagum kepadanya. Tri Dharma Perguruan Tinggi tampaknya memang benar-benar diamalkan oleh Prof. Gun. Pendidikan dan pengajaran dilakukan setiap hari dengan tulus, penelitian dan pengembangan juga telah dilakukan dengan ikhlas, pengabdian kepada masyarakat juga dilakukan dengan senang hati. Selain mendirikan TPQ, dia juga aktif sebagai pengisi materi dalam berbagai pelatihan guru tingkat regional maupun nasional. Semua itu dia lakukan sebagai bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang akademisi. Dalam bidang pengembangan, Prof. Gun turut mengembangkan buku ajar dan evaluasi bahasa Inggris untuk siswa. Penelitian dan pengembangannya sebagian besar berfokus pada bidang assessment. Berdasarkan penuturan Haryadi, dia memang dosen yang ahli dalam bidang tersebut. Sehingga, tak jarang dia ditunjuk sebagai pengisi materi. Ilmuilmu yang dia miliki diberikan dengan tulus dan ikhlas kepada guru maupun peserta yang hadir dalam pelatihan. Kemampuan yang dimiliki oleh Prof. Gunadi juga membawanya menjadi salah satu tim SBMPTN. “Karena kemampuan beliau dalam bidang assessment dan evaluasi, beliau dilibatkan dalam penyusunan SBMPTN bertahun-tahun, bahkan sampai sekarang,” terang Haryadi. Selain itu, dia juga turut aktif dalam penyusunan soal-soal Ujian Nasional tingkat SMP/sederajat dan SMA/sederajat. Dia juga salah satu penyusun Higher Order Thinking Skills (HOTS). Berbagai prestasi dan pelajaran berharga dia tanamkan kepada setiap orang yang mengenalnya. Ada kesedihan yang begitu mendalam di hati dosen, mahasiswa, dan setiap orang yang mengenal prof. Gunadi. Ucapan duka dan bela sungkawa datang dari berbagai pihak, termasuk alumni UM. Tidak dapat dipungkiri bahwa dialah pendidik dan ilmuwan sejati. Prof. Gun, terima kasih telah menjadi lentera di kehidupan banyak orang. Semoga kemanfaatan ilmu yang kau tanam di dunia menjadi jariyah dan penerang hari-harimu di sana. Selamat jalan, jasamu abadi, namamu terkenang di hati. Safira Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
27
Laporan Khusus
dok. Panitia
Debat interaktif paslon Ketua & Wakil Ketua BEM UM
E-Voting Kawal "Jurdil" Pemira UM 2019
P
emilu Raya (Pemira) selalu menjadi ajang pesta demokrasi di berbagai universitas, Begitu juga dengan Universitas Negeri Malang (UM). The Learning University ini telah sukses menyelenggarakan Pemira serentak pada Rabu (27/11) lalu. Sistem e-voting telah diberlakukan di seluruh fakultas. “Sistem e-voting sebenarnya sudah diterapkan sejak tahun 2018, tapi hanya di beberapa fakultas. Baru pada tahun ini semua fakultas memakai e-voting, termasuk juga mahasiswa disabilitas di FIP,” ujar Eko Wahyu Setiawan, S.S., Kepala Sub Bagian Pusat Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (PTIK) UM. Di sisi lain, Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai lembaga penyelenggara Pemira UM 2019 telah mewadahi segala hal tentang Pemira dalam satu akun media sosial resmi di platform Instagram @officialkpuum. Dalam akun tersebut juga terdapat video tutorial e-voting untuk memudahkan pelaksanaan Pemira dengan sistem e-voting di seluruh fakultas. Dr. Mu’arifin, M.Pd. selaku Wakil Rektor III UM juga mengatakan bahwa diterapkannya sistem e-voting dalam Pemira ini adalah salah satu bentuk upaya adaptasi terhadap kemajuan teknologi. “Sekarang sudah era Revolusi Industri. Berbagai kampus besar
28 | Komunikasi Edisi 326
di Indonesia juga menggunakan sistem evoting. Apalagi, sarana dan prasarana yang dimiliki oleh UM juga sudah mendukung. Yang paling penting adalah objektivitas,” imbuhnya. Mu’arifin melanjutkan, meskipun menggunakan sistem e-voting, regulasi mengenai pelaksanaan Pemira harus tetap menjunjung asas ‘jurdil’ (jujur dan adil, red.). Berbagai komponen yang terlibat dalam pelaksanaan Pemira juga harus senantiasa belajar dan memahami tupoksi serta status dan perannya masing-masing. Sementara itu, dari sudut pandang mahasiswa, Pemira tahun 2019 yang dilaksanakan secara serentak menggunakan sistem e-voting adalah sebuah terobosan yang efektif. “Selama ini saya selalu ikut voting dalam Pemira. Jadi menurut saya, e-voting ini cukup memudahkan banyak pihak.”tutur Via, salah satu mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Sebelum pengambilan suara, berbagai bentuk kampanye dilakukan para pasangan calon dalam Pemira. Mereka menggelar kampanye dengan memadukan berbagai kreativitas. Setyawan, salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS) mengungkapkan bahwa kampanye kreatif merupakan kampanya se-
hat yang harus dibudayakan. “Kampanyenya kreatif, nggak monoton. Ada yang pakai video semacam testimoni dari beberapa pihak, jadi terlihat kompetitif tapi tetap sehat,” ujarnya. Dalam Pemira UM 2019 terdapat tiga pasang calon Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Mereka adalah Dikhi Setia (FIK) dan M. Ihsan Yudha (FIP), M. Haikal (FT) dan Ivanka Harits (FMIPA), serta Satriyo Ichrom (FIS) dan M. Wildan (FIK). Setelah melewati berbagai tahap, Pemira UM 2019 pada akhirnya dimenangkan oleh pasangan M. Haikal dan Ivanka Harits. Pelantikan Ormawa periode 2019/2020 dilaksanakan di masing-masing fakultas pada Kamis (30/1). “Pada dasarnya, kita semua adalah keluarga. Berbagai event kemahasiswaan seperti Pemira ini adalah sarana yang baik bagi para mahasiswa untuk menempa diri. Nanti, kita pasti akan berhadapan dengan lingkungan yang lebih keras, lebih ganas. Lingkungan yang seperti itu tentu membutuhkan kompetensi khusus. Jadi, saya harap para mahasiswa senantiasa memanfaatkan sebanyak mungkin event-event di kampus,” pesan Mu’arifin menutup wawancara yang dilakukan Komunikasi. Azril
Curhat
Be Yourself! Assalamualaikum Wr. Wb. Saya merupakan salah satu mahasiswa di Fakultas Teknik semester 4. Saya sedang berada dalam kondisi yang membuat saya bingung. Selama semester sebelumnya(1-3) saya dan beberapa teman saya (1-2 orang) selalu duduk di depan ketika pembelajaran berlangsung. Saya bisa lebih fokus memperhatikan. Hal itu membawa dampak baik dan memudahkan saya untuk memahami materi. Karena itulah saya bisa bertahan dengan nilai yang baik di semester sebelumnya. Saya sudah nyaman dengan cara belajar saya. Namu, semester ini berubah. Sebenarnya saya mampu bersosialisasi dengan baik, tapi semester ini yang bertahan duduk di depan hanya saya seorang. Sering kali di deret depan hanya saya yang duduk di situ. Hal itu membuat saya resah. Saya tidak ingin mengubah cara belajar saya, karena itu membawa banyak hal positif pada saya.Di sisi lain saya tidak suka dan tidak ingin dinilai terlalu ambisius, individualis, dan idealis. Saya mohon solusi atas permasalahan tersebut. Saya ucapkan terimakasih atas solusinya, Bu. Wassalamualaikum Wr.Wb. Rina (nama samaran),
Jawaban oleh: Ike Dwiastuti, M.Psi., Dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM
Jawaban: Waalaikumsalam Wr. Wb. Berdasarkan surat Ananda, hal yang menjadi persoalan adalah Ananda bingung memilih antara tetap dengan gaya belajar yang selama ini digunakan atau memilih mengikuti teman-teman karena tidak ingin dinilai ambisius, individualis, idealis. Pada persoalan tersebut, Ananda sebaiknya tidak memisahkan dengan memilih akan mendahulukan yang mana. Ananda dapat melakukan keduanya, yaitu memilih untuk mengikuti gaya belajar yang nyaman bagi diri sendiri, dan memilih tetap bersosialisasi dengan teman-teman sehingga dinilai positif dalam pergaulan. Selama kuliah Ananda memilih untuk duduk di bangku depan dalam usaha memahami materi yang dijelaskan oleh dosen. Ini merupakan cara belajar yang sudah tepat. Prinsip utama dalam belajar adalah saat adanya perhatian (atensi) maka saat itulah terjadi proses awal belajar. Apabila ada seseorang di dalam kelas tetapi tidak memperhatikan materi yang dibahas, maka
berkecil hati apabila mereka menganggap Ananda seorang yang ambisius, individualis, dan idealis. Beberapa hal yang dapat Ananda lakukan agar tetap berprestasi dan berteman dengan baik, antara lain (1) ketika akan menghadiri kelas, Ananda dapat hadir lebih dulu, lalu duduk berkumpul dengan teman lainnya dan ngobrol dulu atau berdiskusi bisa di dalam kelas atau di teras kelas. Setelah dosen hadir, Ananda dapat mengajak teman lainnya untuk duduk depan, tetapi apabila teman lainnya tidak mau, lebih baik Ananda konsisten; (2) tingkatkan kemampuan komunikasi yang lebih luwes dalam pergaulan dan dalam diskusi. Jangan ingin pendapat sendiri yang dianggap benar, hargai, dan setuju pendapat teman, lalu tambahkan pendapat Ananda sendiri sebagai pelengkap; (3) pertemanan dapat dibangun di luar jam perkuliahan, jadi Ananda dapat ikut kegiatan-kegiatan kepanitian atau membantu teman yang membutuhkan.Demikian, semoga bermanfaat.
tidak terjadi proses belajar. Pada umumnya, mahasiswa yang duduk di bangku depan akan lebih mudah mempertahankan kemampuan memperhatikannya, dibanding mahasiswa yang duduk dibangku belakang. Persoalan dengan dugaan dan anggapan Ananda bahwa teman-teman menilai diri Ananda negatif, masih perlu untuk dikonfirmasikan dahulu. Untuk memastikan hal tersebut, Ananda dapat mengamati dan bertanya. Pertama, Ananda dapat mengamati perilaku teman-teman, apabila selama ini masih bisa ngobrol dan berkumpul dengan nyaman, maka kecurigaan sebelumnya salah. Namun, apabila temanteman seperti menjauhi, Ananda perlu melakukan hal yang kedua, yaitu bertanya ke salah satu teman yang dulunya juga duduk depan. Misalnya dengan bertanya, “ada apa kok jarang duduk depan lagi?� dan mengajak untuk duduk depan lagi. “Materinya makin kompleks, ayo duduk depan lagi supaya bisa lebih paham.� Respons temanteman bisa saja di luar dugaan. Jangan
dok. Pribadi
dok. Panitia
ilustrasi oleh: Krisnawa Adi Baskhara
Mahasiswa UM dapat mengirimkan tulisan berupa curahan hati (curhat) pada rubrik ini dengan space halaman A4 via email komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Maret 2020. Apabila nama asli tidak ingin dicantumkan, diperbolehkan untuk menggunakan nama inisial. Curhat Anda akan kami kirim ke ahlinya (dosen Fakultas Pendidikan Psikologi UM untuk mendapatkan jawaban. Tulisan curhat akan mendapat imbalan atau penghargaan yang sepantasnya. Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
29
Profil
Scientist dan Akselerator Publikasi UM
Foto sang akselerator
Nama TTL Hobi
dok. Pribadi
Motto Hidup
: Dr. Ahmad Taufiq, S.Pd, M.Si : Probolinggo. 18 Agustus 1982 : Menulis
Riwayat Pendidikan • S-1 Pendidikan Fisika Universitas Negeri Malang (2000-2004) • S-2 Fisika ITS (2006-2008) • S-3 Fisika ITS (Under Research Collaboration with The University of Tokyo & RIKEN Nishina Center Japan) (2011-2015)
Riwayat Pekerjaan • Dosen FMIPA UM (2004-sekarang) • Ketua Tim Percepatan Publikasi Internasional UM (2016-2018) • Kepala Pusat Publikasi Akademik UM (2019-sekarang) • Ketua Research Group Material Science UM (2016-sekarang)
Publikasi pada Jurnal Internasional • Radar absorption performance of Fe3O4/AC/PANI nanocomposites prepared from natural iron sand: International Journal of Engineering (2020). • Investigation of structural, magnetic and antibacterial activities of CrxFe3-xO4 ferrofluids: Molecular Crystals and Liquid Crystals (2020).
Penghargaan
• Penerima Satyalancana Karya Satya X Tahun (2018) • International Best Paper Award of Journal Atom: Indexed by Scopus & Thomson Reuthers (2017) • Dosen Berprestasi I UM (2016)
Sukses bukanlah kebetulan, sukses adalah do'a kerja keras, tekun belajar, berkorban dan yang terpenting ialah mencintai pekerjaan Anda
Beberapa karya ilmiahnya sudah banyak dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi terindeks Scopus dan Web of Science. Dalam tiga tahun terakhir ini, beliau menduduki Peringkat I di UM dalam publikasi ilmiah internasional. Pada awal tahun 2020, publikasinnya tercatat sebanyak 100 publikasi yang terindeks Scopus dan Web of Science. Ini sangat luar biasa karena mempublikasikan karya tulis yang terindeks tersebut bukan persoalan sederhana, tapi berat yang membutuhkan usaha yang sangat keras. Beliau juga mempunyai karya buku nasional seperti Super Tips dan Trik Fisika SMA, serta 2 book chapter internasional terindeks Web of Science. Ialah Ahmad Taufiq, seorang predikat Dosen Terbaik UM. Berikut hasil wawancara langsung dengan Ahmad Taufiq. Apa motivasi Anda dalam membuat karya tulis yang terindek Scopus? Yang utama pastinnya untuk memajukan UM, dahulu kita tahu bahwa publikasi ilmiah UM di jurnal internasional terindeks Scopus sangatlah sedikit, pada awal tahun 2015 kita masih peringkat 45 nasional terkait jumlah publikasi internasional terindeks Scopus dan dosen yang membuat karya ilmiah tersebut hanya beberapa saja. Salah satu sebab itulah, membuat kami dan temanteman lain untuk terus berkolaborasi dalam mempublikasikan karya ilmiah di jurnal internasional bereputasi. Alhamdulillah, semenjak Tim percepatan Publikasi Internasional (TPP) mulai tahun 2016 dibentuk dan kebetulan saya diamaahi sebagai ketua, banyak layanan naskah dosen dan mahasiswa yang kami dampingi telah terpublikasi di jurnal internasional bereputasi, sehingga peringkat UM saat ini naik tajam menjadi sekitar 20-an. Tentunya motivasi besar juga adalah bagaimana agar karya ilmiah tersebut juga memberikan manfaat bagi masayarakat luas.
• Dosen Terbaik I FMIPA UM (2016)
Karya yang paling mutakhir tentang apa dan keuntungannya apa?
• The Best Presenter: Seminar Hasil Penelitian Peningkatan Kapasitas Riset RISTEKDIKTI (2016)
Karya mutakhir kami adalah terkait fabrikasi nanomaterial berbasis magnetit (Fe3O4) dari bahan alam lokal Indonesia pasir besi
30 | Komunikasi Edisi 326
n nda
Profil yang kemudian diaplikasikan sebagai pembuatan magnetik cair. Bersama teman-teman research group di Jurusan Fisika, selanjutnya kami kembangkan untuk aplikasi antiradar, sensor, antibakteri, termasuk yang terbaru kami kembangkan sebagai terapi kanker. Semua bahan baku nanomaterial ini diambil dalam bahan alam Indonesia. Bagaimana anda menemukan gagasan tersebut? Kami terus melakukan kolaborasi dengan beberapa kolega dalam melakukan riset dan pubikasi ilmiah internasional. Awalnya, sekitar tahun 2015, daerah Lumajang dan daerah lainnya menjadi pemasok pasir besi yang dijual dengan harga sekitar 250 ribu dalam satu truk. Setelah diuji, kandungan magnetit yang terdapat pada pasir besi tersebut sangat besar dengan kualitas bagus. Apabila itu dijual dalam bentuk bahan jadi melalui sentuhan sains dan Teknologi di laboratorium menjadi nanomaterial maupun magnet cair, maka dalam 1 paket dalam ukuran gram atau mL dapat dihargai ratusan ribu yang mengalami peningkatan harga drastis dibandingkan harga bahan mentah. Tentunya juga peningkatan fungsi yang selama ini hanya sebagai bahan bangunan menjadi material yang bernilai teknologi tinggi. Apa saja yang dinilai saat publikasi di jurnal yang terindek Scopus? Tentunya yang dinilai untuk bisa publikasi di jurnal terindeks Scopus atau Web of Science adalah kualitas artikel, baik dari aspek kualitas riset maupun kualitas tata tulis. Sebenarnya Scopus sendiri sudah memiliki sistem penilaian kualitas jurnal yang dapat diketahui melalui Scimago Journal Rank (SJR). SJR ini menilai sejauh mana jurnal ilmiah memiliki dampak scientific atau tingkat pengaruh berdasarkan sitasi oleh jurnal lain dalam periode tertentu. Sementara di Web of Science dapat dilihat melalui nilai Imfact Factor. Bagaimana tips dan triks bagi dosen membuat karya tulis yang terindek Scopus? Lagi lagi saya katakan adalah pentingnya kolaborasi dengan kolega, dosen ataupun mahasiswa di dalam ataupun luar UM, serta menjalin network dengan peneliti-peneliti dalam negeri dan luar negeri sehingga banyak gagasan dan ide baru yang berkaitan, serta kolaborasi untuk membuat hal yang baru terkait riset. Menulis karya ilmiah itu juga harus memiliki mental seperti baja dan tidak mudah putus asa. Karena di saat publikasi, sudah hal biasa kalau terjadi penolakan oleh suatu jurnal. Kalau bisa ya dicoba lagi, sampai sukses. Menulis karya ilmiah itu tidak cukup hanya 3 hari 4 hari saja, bisa berbulan-
bulan atau bahkan bertahun-tahun harus fokus tidak boleh terganggu. Setiap penulis harusnya banyak membaca referensi, kalau bisa itu minimal 1000 referensi terkait dibaca sehingga wawasan kita bertambah. Tidak hanya sibuk dengan data riset sendiri, tapi harus belajar membandingkan dengan data hasil riset lain yang sudah terpublikasi sehingga kualitas tulisan kita bisa maksimal. Kendala apa saat penulisan karya tulis ini? Kalau di research group kami, Alhamdulillah sampai sekarang tidak banyak kendala berarti yang dialami karena kami terus melakukan kolaborasi. Kendala yang sering terjadi pada teman-teman dosen dan mahasiswa, biasannya teman-teman banyak yang sudah putus asa di tengah jalan. Apalagi kalau publikasi yang dikejar hanya kenaikan jabatan atau cepat lulus dan mindset-nya hanya accepted, cepat diterima tanpa adannya kerja keras, ya mohon maaf, langsung selesai. Selain itu juga tergantung dari kualitas datanya. Kalau data biasa saja, ya memolesnya butuh usaha yang luar biasa. Data bagus tapi tidak mampu diolah dengan baik akhirnya juga tidak bagus, jadi tergantung kitannya. Berdasarkan pengalaman, Alhamdulillah bagi teman-teman dosen dan mahasiswa yang sudah didampingi dan tembus publikasi terindeks Scopus apalagi Web of Science itu biasannya ketagihan dan berikutnya banyak lolosnya. Jadi, sebenarnya menulis karya ilmiah itu kunci pentingnya ada di hasil penelitian, penulisannya, dan mau bekerja keras. Apa harapan untuk UM agar lebih baik lagi? Saya sangat berharap untuk publikasi di jurnal internasional bereputasi oleh civitas UM meningkat drastis. Minimal per dosen mampu menghasilkan 1 publikasi per tahun, sehingga diharapkan kurang lebih 1000 publikasi dihasilkan pertahunnya, sehingga peringkat UM bisa naik menjadi 10 besar. Harapan berikutnya, semoga jumlah publikasi bisa merata dihasilkan oleh seluruh fakultas, tidak hanya dihasilkan oleh dosen-dosen FMIPA dan FT seperti selama ini. Tentunya juga kemanfaatan publikasi tersebut juga dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Setiap tahun targetnya berapa kali penelitian? Tahun kemarin saya menargetkan sekitar 4 proposal sebagai ketua ke DRPM pusat untuk melakukan penelitian dan alhamdulillah diterima semua tahun 2020 ini. Untuk tahun ini kami menargetkan 17 proposal baik penelitian maupun pengabdian karena ada skema penelitian PNBP UM yang dikelola LP2M, tetapi kami tidak tahu yang diterima berapa.
Yang penting kita sudah berikhtiar. Bagi kami, target penelitian tidak hanya bagaimana membuat proposal, akan tetapi bagaimana melakukan riset dengan baik dengan output tercapai sesuai dengan yang dijanjikan. Apakah dalam penelitian mengajak tim yang terdiri dari dosen atau mahasiswa? Kami selalu melibatkan dosen dan mahasiswa dalam penelitian. Karena di dalam penelitian, keahlian setiap orang itu berbedabeda, maka perlu memoderisasi dan sebagainya, itu harus ada ahlinnya sendiri. Jadi kita harus berkolaborasi, termasuk dengan kolega di luar UM atau peneliti dari luar negeri. Prinsip kami, kesuksesan riset dan publikasi ada di kolaborasi, bukan di kompetisi. Bagi kami, melibatkan mahasiswa dalam riset bertujuan untuk membantu menyelesaikan skripsi/tesis/disertasinya dan membantu mahasiswa dalam mempersiapkan mereka untuk melanjutkan jenjang studi yang lebih tinggi. Alhamdulillah, kami selalu melakukan kolaborasi dengan perguruan tinggi lain di Indonesia, serta dengan perguruan tinggi dan lembaga riset terkemuka di dunia seperti Universitas Tokyo, RIKEN Japan, SLRI Thailand, UTM Malaysia, Unversitas Groningen Belanda, dll. Bahkan mahasiswa kami setiap tahun kami kirim melakukan riset di lembaga-lembaga tersebut.Izam
Quotes
"
Nafas ilmuwan mengalir dalam tubuhnya Tingkatkan rasa peka, temukan data berharga Meski payah pantang baginya kata ‘menyerah’. Jika kolaborasi menjadi jalan terbaik mengapa harus sendiri Akan selalu ada rekan yang siap menggandeng tangan Menyelesaikan misi publikasi Memintal benang-benang penghargaan.
Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
31
Wisata
San Terra de Lafonte
M 32 | Komunikasi Edisi 326
Foto berlatar belakang rumah ala Eropa terlihat ciamik, bukan?
alang The Heart of Java merupakan slogan yang digencar-gencarkan untuk membangun wisata di Kabupaten Malang. Beragam perencanaan pembangunan wisata selalu diluncurkan setiap tahunnya. Pemerintah maupun warga Kabupaten Malang terus berinovasi untuk membuka wisata-wisata baru, Flora Wisata San Terra de Lafonte salah satunya. Destinasi wisata tersebut terletak di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Flora Wisata San Terra De Lafonte dibangun di atas tanah seluas kurang lebih empat hektare. Ada banyak jalur yang bisa dilewati untuk menuju lokasi. Jika dari Alun-alun Kota Malang, kalian cukup berjalan menuju arah payung hingga menemukan patung sapi. Dari patung sapi jaraknya kurang lebih seratus meter. Di kiri jalan kalian akan menemukan tempat yang kalian tuju. Selama perjalanan kalian akan dimanjakan dengan keindahan alam dan semilir angin daerah pegunungan. Namun, jalan yang berkelak-kelok harus tetap kalian waspadai. Obyek wisata Flora Wisata San Terra
De Lafonte menyajikan wisata kebun bunga dan nuansa Eropa. Di Flora Wisata terdapat kurang lebih tujuh ratus jenis bunga. Ratusan bunga yang indah tersebut ditata rapi dan berwarna-warni. Tidak hanya mengetahui berbagai jenis bunga, Komunikan juga bisa belajar tips merawat bunga. Bila Komunikan merupakan pecinta bunga, wisata ini menjadi wahana yang sangat menarik untuk dikunjungi. Tidak berhenti di sana, panorama alam yang tersaji di wisata ini benar-benar memanjakan mata. Pegunungan yang indah tampak jelas di kanan-kiri wisata ini. Tentu saja tempat ini cocok sekali untuk dijadikan sebagai tempat rekreasi bersama keluarga, teman, atau sekadar melepas penat. Pengunjung akan semakin dimanjakan dengan replika bangunan-bangunan bercorak Belanda. Bangunan tersebut tampak elegan dengan warna-warni serta taman luas di depannya. Spot bangunan Belanda ini dilengkapi dengan landmark kincir angin yang menjadi ciri khas negeri Belanda. Selain bangunan ala Belanda, San
dok. Pribadi
dok. Pribadi
Jalan-Jalan ke "Eropa" dengan Ongkos Murah
dok. Pribadi
Wisata
Rumah ala Eropa
Terra juga membangun spot kampung Korea yang luar biasa indah. Bangunan bergaya Korea dilengkapi dengan ornamen huruf-huruf Hangul yang akan membuat kalian terberjalan-jalan di negeri Korea. Buat kalian yang ingin foto ala noni-noni Belanda maupun putri-putri di Kerajaan Korea, di spot foto ini menyediakan rental kostum Belanda dan Korea. Cukup bayar Rp50.000,- kalian bisa berpose menggunakan kostum tersebut. Usai jalan-jalan dan berfoto ria, pengunjung bisa mengunjungi food court untuk melepas dahaga. Uniknya, food court di sana juga tak kalah instagenic. Sebari
makan, Komunikan bisa ngobrol santai bersma keluarga maupun teman-teman. Berbagai street food dijual dengan harga terjangkau, seperti sosis bakar, kentang goreng, burger, dan berbagai olahan nasi. Bagi kalian yang masih ingin menghabiskan waktu di sana, San Terra menyediakan banyak tempat yang bisa digunakan untuk bersantai. Pengunjung bisa santai sambil membaca buku atau menyeduh teh di taman lesehan San Terra. Komunikan tidak perlu khawatir akan turun hujan karena taman lesehan ini dibuat indoor dengan permainan penutup yang dibingkai dengan taman-taman di sekelilingnya.
Bagi pengunjung yang membawa anak-naka, Wisata San Terra juga menyediakan wahana permainan yang menarik untuk anak. Ada bumpercar, trampolin, robot-robotan, kuda hunting, dan sebagainya. Tentunya, permainan ini bisa dinikmati secara gratis. Tiket masuk ke San Terra De Lafonte cukup terjangkau. Hanya dengan Rp20.000,- pada hari biasa dan Rp25.000,- pada hari libur pengunjung sudah bisa melenggang sepuasnya. Murah, bukan? Gimana? Masih bingung cari tujuan wisata? Tak ada salahnya mencoba ke Santerra. Cintya
dok. Pribadi
Salah satu spot foto di Santerra
Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
33
Rancak Budaya
Nanti Kita Tanyakan pada Bunda
ilustrasi oleh : Nur Aviatul Adaniyah
oleh Maulidiyah Amaliyah
S
iang itu matahari tampak merajuk kepada langit. Ia menutupi dirinya dengan gumpalan-gumpalan awan putih di sekeliling, berupaya menyembunyikan diri agar tidak ditemukan oleh siapapun itu. Langit pun merestui. Bumi menggelap beserta isinya. Bangunan megah bersepuh emas dan bertopang pilar-pilar bergaya romawi itu masih ramai dijejali sekerumunan legam yang bergumul bagai semut. Cuaca mendung tak mengalahkan keantusiasan mereka dalam memenuhi undangan duka dari teman ataupun petinggi mereka. Pelataran beraspal dilindas berkali-kali oleh sekerumunan roda empat yang berjejer rapi. Bendera kuning berkibar-kibar di sana, melambai dengan sedih setiap pelayat yang melewatinya. Dan di sana pula berdirilah seorang pria dengan tongkat di tangan kanannya dan rambut yang telah memucat seutuhnya. Mata sayunya menatap setiap kepergian satu per satu kenalannya seraya mengulum senyum tak secerah hari itu. Namanya Jagad. Ia tidak tahu apakah dengan melihat kepergian orang-orang itu membuatnya semakin lega karena telah menyelesaikan proses pemakaman belahan hatinya. Karena sebetulnya masih tersisa kekosongan yang tidak bisa ia penuhi kembali. Barangkali itu karena kepergian
34 | Komunikasi Edisi 326
istri tercintanya, tapi itu tidak sepenuhnya karena ia juga telah kehilangan buah hatinya. Bukan hanya satu melainkan ketiga orang tersayangnya. Sebuah sapaan yang terdengar di telinganya, membawa kedua matanya bersirobok dengan tatapan iris cokelat muda. “Oh, Nak Paradigma. Bagaimana kabarmu?” Paradigma tersenyum sekenanya, “Baik. Anda sendiri?” Jagad hanya tersenyum. Setelah kehilangan buah hati dan istri tercintanya, apakah pantas ia membohongi pemuda itu dengan mengatakan bahwa saat ini ia baik-baik saja? Dan sungguh adalah waktu yang tepat bagi Paradigma untuk muncul di hadapannya karena yang Jagad butuhkan saat ini hanyalah teman bicara. Atau mungkin seorang pendengar yang baik. “Mari, Nak. Aku ingin berbincang sebentar denganmu.” Pemuda bersurai hitam itu mengernyitkan kening, namun ia tetap mengekor di belakang Jagad yang berjalan tertatih dengan menggunakan tumpuan pada tongkatnya. Di setiap sela langkah kakinya, Jagad menyapa dan tersenyum lembut sambil lalu kepada sisa pelayat yang berpamitan pulang. Ia lalu menghantarkan Paradigma menuju ruang keluarga dan mempersilakannya duduk. Paradigma hanya menganggukkan kepala. Ia kembali terfokus kepada pernakpernik yang menghiasi ruangan ini semen-
jak pertama kali langkah kakinya menjejak lantai bagian ruangan ini. Memang sudah puluhan kali ia berkunjung ke rumah atasannya ini, akan tetapi tak sekalipun ia diberi kesempatan untuk berdiri di tengah hamparan kilauan emas di sini. “Nak Paradigma, duduklah.” Tubuh Paradigma berjengit sekilas. Ia menoleh ke sumber suara sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Terima kasih, Pak.” Lalu ia mendudukkan diri di atas sofa merah marun ruang keluarga. Ruangan ini sama halnya seperti ruang keluarga pada umumnya. Hanya saja di setiap sisi dindingnya dipenuhi oleh pigura berisi piagam penghargaan dan medalimedali emas. Sementara lemari kayu di samping teve terisi piala-piala kemenangan yang berdiri kokoh. Saat itu yang terlintas di benak Paradigma hanyalah sebuah rasa kagum yang tak terperi. “Monggo, Ndoro.” Jagad tersenyum kepada asisten rumah tangganya setelah ia mengenyakkan diri di atas sofa. Tatapannya beralih kepada Paradigma yang tampak terperangah takjub. “Ah, aku baru ingat kalau ini pertama kalinya kau kemari.” Paradigma menganggukkan kepala. “Apa kau terheran-heran dengan kilau emas dan pigura itu?” tanya Jagad. “Daripada terheran-heran, lebih tepatnya saya kagum dengan pencapaian ini.” “Aku sendiri juga kagum dengan penca-
Rancak Budaya paian kedua anakku selama ini.” Paradigma melengkungkan sudut bibirnya. “Anda orang tua yang berhasil, Pak Jagad.” “Itu tidak sepenuhnya benar,” kekehnya kemudian. “Aku mendengar bahwa lusa kemarin, ibumu meninggal dunia. Apa itu benar?” “Iya, Pak.” Jagad menyipitkan matanya. “Apa saat itu kau mengambil cuti?” Paradigma meneguk ludahnya kelu. Perasaanya tiba-tiba kalut. “Iya, Pak.” “Lalu, bagaimana?” Kedua alis Paradigma menyatu di pangkal hidung. “Bagaimana?” “Bagaimana perasaanmu saat melihat bundamu untuk yang terakhir kalinya?” Mendengar pertanyaan itu, tubuh Paradigma langsung menegang. Kedua matanya tertegun menatap permukaan teh yang tenang. Setenang air mukanya saat ini, kendati pun jantungnya berdenyut perih saat mencoba mengingat kembali perjumpaan terakhir bersama ibundanya. Jagad memanggutkan kepala kala melihat tanggapan Paradigma. Pemuda itu diam terpaku tanpa bisa mengatakan sepatah kata pun. Jagad memafhumi betul akan jawaban Paradigma yang sebenarnya. Mereka akhirnya saling membisu dan bergulat dengan pikiran masing-masing. Paradigma menyesap teh rosella yang telah disajikan, sementara Jagad mulai teringat akan masa lalunya. Masa di mana ia belum kehilangan orang-orang berharganya. Harihari yang menyenangkan. Sekitar dua puluh tahun yang lalu, ia ingat sekali saat itu pertama kalinya ia mengucapkan kalimat –yang nanti akan selalu diucapkannya kepada kedua anaknya. Kala itu Nakula dan Sadewa, anak kembarnya masih berumur lima tahun. Kebetulan hari minggu itu Jagad dan istrinya tidak sesibuk seperti biasanya. Dengan memanfaatkan halaman rumah mereka yang luas, Jagad berinisiatif untuk menggelar tikar di sana dan membiarkan kedua anaknya berlarian ke sana ke mari sesuka hati. Selayaknya piknik pada umumnya. Sesekali istrinya tertawa lebar kala melihat Jagad yang pura-pura terjungkal karena tertangkap basah sedang bersembunyi di semak oleh Nakula. Sedangkan Sadewa, ia memilih berjongkok di depan kolam buatan. Tangannya sibuk menyentuh setiap tumbuhan putri malu di sana. Dia menganga takjub melihat daun putri malu yang tiba-tiba mengatup saat disentuhnya. Timbullah pertanyaan di kepalanya.
Sadewa lalu berlari menuju Jagad. “Ayah, aku menemukan sesuatu yang luar biasa. Ayah harus lihat,” ujarnya seraya merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Nakula yang di samping Jagad ikut antusias. “Benarkah?” Sadewa membalasnya dengan anggukan kepala berulang kali. “Ayo, Yah,” rajuk Sadewa sambil menariknarik tangan Jagad, bermaksud menggiring Jagad ke tempat tanaman putri malu itu berada. Jagad terkekeh. “Iya, iya.” Sesampainya di sana, Sadewa menunjukkan daun putri malu yang tadi menutup saat disentuhnya. Namun kening Sadewa terangkat tinggi. Daun putri malu itu terbuka padahal sebelumnya mengatup. “Ada apa?” tanya Jagad saat ia telah berjongkok dan menatap Sadewa. “Daun itu tadi menutup. Kenapa sekarang daunnya terbuka lagi?” “Karena itu tanaman putri malu,” jawab Jagad. “Putri malu?” timpal Nakula yang ikut nimbrung di sana. “Ya. Tanaman ini akan tertutup saat kalian menyentuhnya.” Jagad lalu membelai pelan tanaman putri malu. “seperti ini.” Tanaman putri malu itu perlahan mengatupkan daunnya. Nakula dan Sadewa berseu takjub. Jagad terkekeh kembali kala melihat respon kedua anaknya. “Nanti daunnya membuka lagi. Kita tunggu saja.” Benar kata Jagad. Dua menit kemudian daun putri malu membuka kembali. Nakula dan Sadewa bertepuk tangan bersamaan. “Wah, Ayah hebat. Kok bisa gitu, Yah?” tanya Sadewa. “Iya, Yah. Kenapa?” sahut Nakula yang tidak mampu menutupi rasa penasarannya. “Kalau soal itu ….” “Nanti kita tanyakan pada Bunda,” sahut Jagad tiba-tiba yang kontan membuat kening Paradigma berkerut. Pemuda itu menghentikan sesi meminum tehnya. “Maaf?” “Ah, bukan apa-apa. Hanya saja itu sudah menjadi kebiasaan bagiku.” Melihat Paradigma yang masih menaikkan sebelah alis, Jagad buru-buru menambahi, “Dulu, saat kedua anakku bertanya kepadaku tentang hal-hal science, aku selalu mengatakan ‘nanti kita tanyakan pada bunda’ karena istriku pasti bisa menjawabnya.” “Sepertinya saya harus belajar dari Anda untuk menjadi orang tua yang sukses dalam mendidik anaknya.” Jagad mengangkat sebelah tangan. “Jangan kepadaku. Aku tidak sesukses itu.
Aku mengabaikan satu hal yang ternyata berefek besar bagi kedua anakku hingga aku akhirnya kehilangan mereka.” “Kehilangan? Bukankah mereka berdua saat ini kuliah di luar negeri?” Jagad tersenyum masam, tak mampu menyembunyikan raut muramnya. Hal itu tak luput dari penglihatan Paradigma hingga membuat pemuda itu semakin terheran. Bukankah Jagad seharusnya tersenyum bangga karena telah berhasil membawa kedua anaknya menitih ilmu sampai ke luar negeri? Mengapa dia memasang wajah semendung awan kumulus nimbus kala hujan turun? “Apakah kau melihat mereka menunjukkan batang hidungnya hari ini?” Jagad bertanya balik. Paradigma mencoba memutar jutaan kaset di dalam otaknya, menemukan sosok yang sama dengan potret besar di ruang tamu Jagad. “Saya kurang yakin mengenai hal itu.” “Seandainya mereka datang, walaupun hanya 5 menit saja di sini. Seandainya.” Ruangan kembali hening. Jagad meneguk tetes terakhir teh tawar di hadapannya hingga suara Paradigma memecah keheningan menyiksa itu. “Maaf atas kelancangan saya. Sebelumnya Anda mengatakan bahwa telah mengabaikan satu hal hingga kehilangan—“ Paradigma berdeham sekilas lalu melanjutkan, “Saya hanya ingin tahu satu hal itu.” “Nilai religius. Aku lupa mengajarkan mereka akan hal itu. Mereka berakhir terlalu mengejar dunia hingga lupa baktinya kepada orang tua, lupa tuhannya, dan lupa bahwa surga di telapak kaki ibunya. Bahkan mereka tidak datang menemui kami, meskipun bundanya yang meminta. Bundanya yang mengandung dan merawat mereka hingga besar.” Paradigma membisu. Ia memilih untuk menjadi pendengar yang baik bagi Jagad, atasannya yang terkenal tegas dan bersahaja di kalangan pekerja. “Aku mungkin tidak akan pernah mengatakan hal yang serupa kepada mereka lagi dan mereka tidak akan mengatakan ‘Ayah, nanti kita tanyakan kepada Bunda’ lagi.” “Mengapa?” “Karena kami saling meniadakan.” ~ TAMAT~ Penulis adalah mahasiswa Jurusan Biologi dan Juara 2 Kompetisi Penulisan Cerpen majalah Komunikasi
Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
35
Pustaka
Meniti Jejak Sejarah Andalusia yang (Bukan) Sekadar Dongeng Klasik oleh Rosalia Ayuning W. Judul Buku Penulis Penerbit Cetakan Tebal
: Jejak Sejarah Andalusia : Achmad Farid : Penerbit Checklist : 2018 : 242 halaman
Andalusia. Apakah itu nama kota? Ataukah nama negara? Barangkali sedikit sekali yang mengenal Andalusia sebagai titik awal kemajuan peradaban Eropa pada abad 7. Berdasarkan catatan dari Oxford Dictionary of Islam, Andalusia merujuk kepada wilayah yang berada di Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) yang diperintah oleh orang Islam, atau orang Moor antara tahun 711—1492 M. Andalusia merupakan setitik torehan tinta emas dalam lautan sejarah peradaban Islam di dunia. Itulah yang ingin ‘dikisahkan’ Achmad Farid melalui bukunya Jejak Sejarah Andalusia —tentang sebuah peradaban gemilang yang nyaris menghilang dari catatan sejarah. Farid membuka halaman pertama bab I dengan sebuah kutipan yang menarik. Umat tanpa sejarah tidak memiliki masa depan. Siapa saja yang tidak mau mengambil pelajaran dari sejarah, ia pasti akan digilas sejarah. Penulis mengawali pembahasan dengan mengisahkan kondisi dan situasi sosial masyarakat Andalusia sebelum adanya penaklukan oleh pasukan muslim. Selain itu ditambahkan pula penjelasan yang relevan terkait keadaan geografis dan topografi Andalusia yang menggambarkan posisi wilayah tersebut terhadap kerajaan lain di sekitarnya. Farid bahkan menyinggung tentang kebesaran negeri tetangga, Yunani, yang konon tersohor akan pengetahuan dan filsafat, serta ketajaman mereka dalam memahami rahasia alam. Bangsa Yunani disebut telah meramalkan bahwa kelak Andalusia akan diserbu oleh bangsa lain yang membawanya pada kejayaan. Penulis menyertakan beberapa catatan kaki yang menjadi rujukannya dalam menyampaikan bagian ini agar tidak terkesan berbau dongeng klasik. Bab-bab selanjutnya penulis menjabarkan kronologi penaklukan Andalusia mulai dari ‘mendaratnya’ pasukan Thariq bin Ziyad di Selat Gibraltar (versi lain menyebut Bukit Gibraltar sehingga muncul nama Jabal atThariq yang berarti ‘gunung/bukit Thariq’).
36 | Komunikasi Edisi 326
ilustrasi oleh: Nur Aviatul Adaniyah
Selanjutnya dijelaskan secara runtut proses penaklukan yang gemilang oleh pasukan Muslim hingga tahun 714 M wilayah Andalusia dipimpin secara penuh oleh gubernur yang berafiliasi dengan Kekhalifahan Umayyah di Damaskus. Penulis menggambarkan peristiwa penaklukan itu dengan bahasa yang dramatis dan penuh metafora, sehingga lebih seperti membawa suasana fiktif pada kejadian nyata. Jika pembaca tidak jeli, akan sulit membedakan mana fakta dan mana fiktif dari cerita penulis. Proses awal berdirinya pemerintahan kaum Muslim di Andalusia hingga perkembangan kehidupan sosial ekonomi dan ilmu pengetahuan yang berdampak pada cikal bakal munculnya pengetahuan dunia modern tak luput dari ulasan penulis. Kehidupan masyarakat Andalusia yang sebelumnya terpolarisasi ke dalam strata dan kelas sosial, berubah menjadi semua berhak mendapatkan perlakuan yang sama tanpa ada pembedaan berdasarkan kekayaan. Toleransi antarumat beragama juga tinggi, karena selain umat Islam, hidup pula umat Katolik, Kristen, dan Yahudi yang hidup dalam satu kesatuan Andalusia. Hal ini menunjukkan, meskipun di bawah tambuk pemerintahan Islam tidak ada paksaan dalam bentuk apa pun agar semua masyarakat menganut agama Islam. Masingmasing diizinkan jika ingin berpegang teguh pada keyakinan yang dianutnya. Penulis juga mengisahkan bagaimana perekonomian masyarakat yang maju pesat berkat posisi Andalusia yang strategis untuk perdagangan lintas kerajaan. Dalam bidang ilmu pengetahuan Andalusia banyak melahirkan ilmuwan-ilmuwan tersohor, seperti Ibnu Hazm, seorang geneologis, sejarawan, filosof dari Kordoba; Maslama al-Majriti yang disebut sebagai imam Matematika; Abu al-Qasim Khalaf bin al-Abbas atau al-Zahrawi yang harum namanya di dunia kedokteran; dan masih banyak lagi ilmuwan lain. Kordoba (sekarang bernama Cordova) menjadi pusat peradaban
Eropa yang menjadi kiblat perkembangan ilmu pengetahuan dan pusat pendidikan masa itu. Kordoba juga terkenal dengan bangunan-bangunannya yang memiliki arsitektur menakjubkan sehingga dijadikan rujukan dalam perkembangan dunia arsitektur modern. Kota-kota penting lain seperti Sevilla, Granada, dan sebagainya juga mengalami kemajuan yang pesat dalam hal perekonomian dan kebudayaan. Itu hanya sebagian kecil gambaran kemahsyuran peradaban Andalusia selama kurang lebih 8 abad yang dikisahkan dalam buku Jejak Sejarah Andalusia. Memasuki bab-bab akhir, penulis menyampaikan ringkasan penyebab runtuhnya peradaban agung Andalusia. Secara umum, penulis sudah berusaha mendudukkan sudut pandang seobjektif mungkin, meskipun pada akhirnya buku Jejak Sejarah Andalusia ini mengandung perspektif penulisnya yang memiliki latar belakang pendidikan pesantren dan mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam. Dengan gaya bahasa yang indah dan banyak petuah menarik, buku ini telah menyajikan sejarah peradaban Andalusia tanpa membuat pembaca bosan. Buku ini bukanlah tulisan ilmiah, sehingga hanya memberikan gambaran kasar atas peristiwa yang terjadi. Namun bisa sebagai pijakan awal untuk memahami sejarah perkembangan Islam di Eropa, khususnya di Andalusia. Sayangnya, pada halaman akhir buku tidak dicantumkan daftar pustaka dari kumpulan catatan kaki yang tersebar di setiap bab. Pada beberapa bagian penulis terlalu banyak memberikan perumpamaan dan metafora yang sebenarnya tidak terlalu penting, sehingga mengganggu fokus pembaca yang ingin berkonsentrasi pada alur tiap peristiwa. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dan Juara 3 Kompetisi Penulisan Pustaka majalah Komunikasi.
Puisi
Wanita di Sebrang oleh Tajjudin Auliya Ahaadiin
Dahulu kita memadu rasa Mengaduk perasaan tanpa bahasa Dalam sejuk rindang suasana desa Tak terhitung yang kupetik, yang kubawa Bunga-bunga itu berderet ingin hati diminta. Tapi yang kupilih hanya satu Kembang desa dari timur Jawa. Sekali bertemu harumnya menusuk grana Sekali menatap memperdaya netra Sekali berucap menggetarkan manah Tiada sanggup kang mas menahan rasa Esoknya kang mas bawa hantaran ingin sampaikan pada ayah adinda Sumpah suci pun berkumandang Gerombolan manusia meng iya kan “Saaaaaaaah” Setidaknya seperti itu yang kang mas dengar Kitapun hidup satu selimut satu alas Selimut udara dan alas bumi Kita pun satu alasan satu pandangan Alasan ibadah dan pandangan tetap hidup 1 tahun sudah kita berjalan Kang mas masih sibuk bermain dengan tanah. Sedang adinda masih memanaskan tungku Saat menatap kita masih saling melempar senyum
6 tahun sudah terlewat Kang mas hanya berdiam tak sempat Sedang adinda meminta restu untuk minggat Saat menatap kita saling melempar umpat 6 setengah tahun kita berkelana Kang mas kini sudah punya kerja Sedang adinda mengasuh anak separuh remaja Saat menatap kita saling melempar curiga
Dahulu kita memadu rasa Bercanda ria tanpa jeda Dalam dingin pematang sawah Namun kini adinda tinggal nama Anak dan kang mas kau tinggal ke lain dunia Hanya doa yang dapat menyambung perasaan kita. Penulis adalah mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan Juara Harapan 1 Kompetisi Penulisan Puisi majalah Komunikasi
7 tahun kita mulai getir Kang mas melihat hutang yang mulai terpikir Sedang adinda terus mangkir Saat menatap kita saling melempar khawatir 8 tahun waktu berselang Kang mas menjadi buruh orang-orang Sedang adinda mengadu nasib di tanah sebrang Saat meratap kang mas berharap adinda datang Tahun ke 10 waktu kesendirian Sejak adinda di sebrang kang mas Merawat anak tanpa bimbang Selama 2 tahun hanya ada amplop yg datang sedang yg kang mas mau raga adinda dapat kang mas pegang
3 tahun berlalu Kang mas masih sibuk memanen gabah Sedang adinda sibuk mengajar tari Saat menatap kita saling melempar kasih 5 tahun kita telusuri Kang mas terdiam gabah tak untung Sedang adinda melamun tak ada isi dalam piring Saat menatap kita saling melempar ingin
ilustrasi oleh : Krisnawa Adi Baskhara
Tahun 41 Januari - Februari 2020 |
37
Nama
: Nisrina Nur Yazida
Fak/Jur
: Teknik/Teknik Sipil
Seluruh civitas akademika UM dapat mengirimkan karya berupa komik dengan tema bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Graha Rektorat Lantai II atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Maret 2020 disertai identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Tahun 41 September-Oktober 2019 |
38 | Komunikasi Edisi 324
35
Satu doa ibumu telah terkabul saat kamu merasa beruntung. Nama : Ega Karima Fakultas : Sastra/Sastra Jerman Lokasi : -
Berkas cahayanya yang hangat membasuh wajahmu di pagi hari Nama : Nanda Ayu Luthfi Khofifah Fak/Jurusan : Ekonomi/Manajemen Lokasi : Bumi Perkemahan, Ledok Ombo, Bedengan, Poncokusumo
Tetap kokoh di paruh waktu 2 dekadenya. Nama Fak/Jurusan Lokasi
: Ahmad Depri Kurniawan : Ilmu Sosial/HKn : Universitas Negeri Malang
Bakal saksi dari perjalanan panjang UM yang baru. Nama Fak/Jurusan Lokasi
: Abdul Fattah : Ilmu Sosial/Sejarah : Gedung FIK
Seluruh civitas UM dapat mengirimkan karya fotografi dengan tema dan tempat bebas dalam bentuk soft file yang dikirim langsung ke Kantor Redaksi Majalah Komunikasi Graha Rektorat Lantai II UM atau via email: komunikasi@um.ac.id selambat-lambatnya tanggal 25 Maret 2020 disertai lokasi foto dan identitas diri (nama, fakultas, jurusan, dan nomor HP). Foto yang dimuat mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai.
Redaksi menerima tulisan reportase dengan panjang tulisan 1 halaman A4 font Times New Roman ukuran 12 spasi 1,5 dikirim maksimal dua hari setelah pelaksanaan kegiatan ke email komunikasi@um.ac.id. Naskah yang layak akan dimuat di Komunikasi online dan mendapat imbalan atau penghargaan yang sesuai