dok. Pribadi
Cerita Mereka
Prof. Dr. Gunadi Harry Sulistyo, M.A in memoriam
"Don't Use My Name, I am Not An Expert."
Prof. Gun semasa hidupnya kerap melalang buana ke beberapa tempat.
M
entari pagi itu agaknya masih malu-malu untuk menampakkan diri di langit Arema. Pun dengan aroma hujan semalam yang masih semerbak di salah satu sudut Fakultas Sastra. Pagi itu, kru Komunikasi mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Ketua Jurusan Sastra Inggris, Dr. Suharyadi, S.Pd., M.Pd. Dalam pertemuan itu dia menceritakan sosok alm. Prof. Gunadi H. Sulistyo. Ramah, sederhana, dan rendah hati, begitulah sosoknya di mata Haryadi. Menurutnya, almarhum adalah salah satu dosen yang tidak pernah ragu untuk membantu siapa saja, terlebih mahasiswanya. *** Belum lama ini Universitas Negeri Malang (UM) kembali berduka. Pasalnya, UM kehilangan salah satu guru besar terbaiknya dari Fakultas Sastra, Prof. Gunadi Harry Sulistyo. Dia meninggal dalam kecelakaan di Gombong, Jawa Tengah bersama istrinya, Kun Aniroh yang merupakan Dosen Pariwisata di Universitas Merdeka Malang. Perjalanannya menjadi seorang pendidik harus terhenti di usia 61 tahun.
26 | Komunikasi Edisi 325
Kisah cinta pasangan ini tak kalah romantis dengan kisah Ainun dan Habibie. Pasalnya, almarhum dan istrinya meninggal dalam keadaan berpelukan. Tuhan tampaknya begitu menyanyangi keduanya hingga tidak ingin keduanya terpisah karena maut. Sekiranya begitulah Tuhan melukis perjalanan cinta dua insan ini. Kini keduanya dimakamkan berdampingan di Pemakaman Keluarga, Muntilan. *** Anak-anak yang hebat lahir dari orang tua yang hebat, begitulah ungkapan yang sering kita dengar. Alm. Prof. Gun dan istrinya dikaruniai seorang putri dan dua orang putra, bahkan juga sudah memiliki cucu yang sangat menggemaskan. Putra-putri Prof. Gun adalah generasi yang sangat hebat. Putrinya saat ini tengah berada di Jerman untuk menyelesaikan studi S-3. Putra keduanya saat ini menjadi salah satu dosen ahli gizi di Universitas Brawijaya dan telah menyelesaikan studi S-2 di Jepang. Putra ketiga juga tak kalah hebat. Dia telah menyelesaikan studi S-2 di Belanda dan
saat ini sedang ditugaskan ke luar Jawa. Tentunya, capaian mereka adalah hasil dari didikan dan doa-doa Prof. Gun beserta istri. Tak hanya mendidik putra-putrinya dalam bidang akademik, pendidikan agama juga dia ajarkan. Menurut keluarga besar, Prof. Gun selalu mengajari anaknya untuk mengedepankan pendidikan agama sebelum belajar ilmu lain. Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu mahasiswanya yang mengatakan bahwa Prof. Gun juga memiliki Taman Pendidikan AlQur’an (TPQ) di daerah Landungsari. Selain mengutamakan pendidikan agama, Prof. Gun adalah seorang pengajar yang sangat ramah. Dirinya mulai diangkat menjadi pengajar pada tahun 1986. Selama hidupnya dia selalu membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan, baik dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan. Hal itu juga diungkapkan oleh Ketua Jurusan Sastra Inggris. “Jika menolong mahasiswa, almarhum itu tidak pandang bulu. Semua mahasiswa, baik yang bimbingan beliau atau bukan selalu dilayani dengan baik�. Hal tersebut membuktikan bahwa Prof. Gunadi memang seorang pendidik yang sangat layak untuk diteladani. Prof. Gun merupakan lulusan S-1 IKIP Yogyakarta. Kemudian, dia melanjutkan kuliah S-2 di University of Queensland, dan mengambil S-3 di Universitas Negeri Jakarta. Sebagai seorang guru besar setidaknya terdapat lima bidang yang dia kuasai dengan baik. Bidang tersebut ialah ketrampilan bahasa Inggris, pengembangan bahan ajar