3 minute read

MESIN CETAK

Johannes Guttenberg senangnya bukan kepalang. Hasil kreasi dan penelitian serta utakatik mesin yang ia geluti, akhirnya berbuah manis. Mesin cetak! Lahir saat memasuki abad 15 tepatnya di tahun 1440. Sejak muda ia sudah tertarik untuk terlibat dalam hal cetak mencetak. Ia berpikir keras untuk dapat membuat mesin cetak yang tidak lagi mengandalkan kayu yang ongkosnya mahal.

Maka di tahun 1436 ia mulai mencoba membuatnya. Dan ia berhasil membuatnya empat tahun kemudian. Teknologi cetak yang digunakannya, yaitu mencetak dengan blok kayu atau logam yang dipotong untuk mencetak huruf dan gambar pada kertas. Sebelumnya untuk mencetak digunakan blok kayu atau logam yang prosesnya sangat lambat dan mahal.

Advertisement

Penemuan mesin cetak Guttenberg lah yang membuat buku bisa dicetak lebih cepat dan lebih murah dengan jumlah besar sehingga penyebaran informasi yang lebih luas, mengubah cara orang berkomunikasi dan mengakses informasi, termasuk mencetak Alkitab atau Bibel kala itu.

Mesin cetak Guttenberg digunakan untuk mencetak bibel pada masa reformasi protestan, tetapi bukan untuk mencetak Alkitab. Namun mesin cetak Guttenberg memainkan peran penting dalam pencetakan dan penyebaran kitab suci tersebut. Alkitab sendiri sudah ada jauh sebelum ditemukannya mesin cetak Guttenberg, dan telah dicetak dalam berbagai bentuk.

Namun, mesin cetak Guttenberg memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah pencetakan bukubuku, termasuk dalam pembuatan bibel dan Alkitab yang kemudian dicetak dengan teknologi cetak yang lebih modern. Mesin cetak Guttenberg menggunakan jenis huruf cetak yang dapat dipindahkan secara individu, yang memungkinkan pencetakan lebih cepat dan lebih efisien daripada teknik pencetakan yang lebih tua seperti tinta dan pena.

Tentu saja Alkitab buku yang dicetak saat ini ada jasa dari Guttenberg. Memang tidak ada yang benarbenar tahu berapa banyak salinan dari Alkitab telah dicetak, dijual, atau didistribusikan sejak pertama kali terbit. Usaha Lembaga Alkitab untuk menghitung jumlah Alkitab yang dicetak antara tahun 1816 dan tahun 1975 menghasilkan angka 2.458.000.000. Sebuah survei yang lebih baru, yang melakukan penelitian antara tahun 1972 sampai dengan tahun 1992, merujuk ke angka 6.000.000.000 ditulis lebih dari 2.000 bahasa dan dialek.

Sejarah Alkitab Terjemahan Baru

Alkitab Terjemahan Baru yang diterbitkan tahun 1974 sudah berusia setengah abad. Proses penerjemahannya sendiri telah dimulai sejak awal tahun 1950an di bawah pengawasan Lembaga Alkitab Belanda (Nederlandsch Bijbel Genootschap). Awalnya dimaksudkan sebagai pembaruan terjemahan berbahasa Melayu oleh Pdt. W.A. Bode (Perjanjian Baru terbit 1938), namun rencana ini meluas menjadi upaya untuk menghasilkan terjemahan baru dalam bahasa Indonesia. Salah satu alasan terpentingnya adalah perkembangan bahasa Indonesia yang sangat pesat pasca Kemerdekaan Republik Indonesia. Sementara Alkitab terjemahan baru masih dikerjakan di bawah naungan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang berdiri tanggal 9 Februari 1954, Perjanjian Lama bahasa Melayu terjemahan Dr. H.C. Klinkert (abad ke-19) dan Perjanjian Baru terjemahan Pdt. Bode pernah digabung dan diterbitkan tahun 1958. Terbitan “darurat” ini dikenal sebagai Alkitab Terjemahan Lama..

Sementara itu, atas mandat Majelis Agung Waligereja Indonesia, sejak tahun 1955 tim penerjemah Kitab Suci Katolik juga mempersiapkan terjemahan Perjanjian Lama lengkap yang mencakup Deuterokanonika. Menjelang perampungan Alkitab

Terjemahan Baru (TB), tim Lembaga Biblika Indonesia (LBI) yang dipimpin oleh Pater Dr. C. Groenen, OFM, mengusulkan kepada Presidium Konferensi Uskup se-Indonesia untuk menerima terjemahan LAI. Usul ini diterima oleh para uskup, lalu disampaikan dalam konsultasi Alkitab Terjemahan Baru tanggal 10-22

Juni 1968 di Cipayung, Bogor. Kedua tim, LAI dan LBI, kemudian berkolaborasi untuk merampungkan Alkitab TB. Kebersamaan yang melahirkan Alkitab

Terjemahan Baru tercatat sebagai kerjasama oikumenis pertama di dunia dalam penerjemahan dan penerbitan Alkitab.

Alkitab TB terbit tahun 1974, disusul edisi Katolik yang memuat Deuterokanonika tahun berikutnya. Tanpa terasa, Alkitab TB telah hadir dan mengakar di antara gereja-gereja dan berbagai kalangan umat

Kristiani penutur bahasa Indonesia. Namun, Alkitab

Terjemahan “Baru” lambat laun berubah menjadi terjemahan “lama” yang perlu diperbarui berdasarkan teks-teks sumbernya (Ibrani, Aram, dan Yunani).

Melanjutkan kebersamaan lintas-gereja dalam penerjemahan Alkitab di tanah air, pembaruan Alkitab TB dilakukan dengan mencermati perkembangan bahasa Indonesia masa kini, penelitian naskahnaskah kuno Alkitab, kajian-kajian mengenai makna teks, dan berbagai bidang ilmu yang mendukung penerjemahan Alkitab (seperti linguistik, arkeologi, dan kajian lintas-budaya).

Kata-kata usang seperti “ganja” (1Raj. 7:2, 17), “mengkhamirkan” (Gal. 5:9), dan “ipuh” (Am. 5:7) perlu dibarui dengan kata-kata yang lebih dikenal sekarang. Contoh lain adalah terjemahan kata Yunani ekklesia. Di era Perjanjian Baru ekklesia terutama digunakan untuk menyebut jemaat lokal yang beribadah di rumah-rumah. Namun, istilah “gereja” sewajarnya digunakan dalam konteks yang berbicara tentang ekklesia sebagai tubuh Kristus yang tak terbatas pada satu jemaat (misalnya, Ef. 1:22-23).

Setelah melalui berbagai tahap diskusi dan konsultasi, termasuk konsultasi regional yang diselenggarakan LAI bersama LBI di wilayah Indonesia Timur, Tengah, dan Barat (2016-2017) dan konsultasi nasional pembaruan Alkitab TB (2018), masukan dari berbagai forum ini telah diolah kembali hingga akhirnya dapat diterbitkan sebagai Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua (TB2).

Alkitab digital

Saat teknologi digital mulai berkembang memasuki abad 20, maka semua yang digital mulai muncul termasuk Alkitab digital. Di tahun 1971 Alkitab digital pertama kali diperkenalkan. Kala itu Ted Nelson, insinyur komputer membuat program bernama “Xanadu.” Program ini memungkinkan pengguna komputer dapat membaca teks Alkitab dan teks lainnya di layar komputer. Sejak itu, diikuti pengembang-pengembang aplikasi untuk menciptakan Alkitab digital.

Salah satunya dikeluarkan oleh Online Bible pada 1989. Menyusul tahun 1995, oleh situs Bible Gateway yang mengeluarkan Alkitab digital dan menjadi salah satu pembuat aplikasi Alkitab digital terbesar di dunia.

Tak heran di masa kini, kita mudah sekali mengunduh lewat komputer, ponsel pintar, dan tablet. Seiring dengan perkembangan teknologi, Alkitab digital semakin mudah diakses dan populer di seluruh dunia. Dan, bahkan digunakan umat Kristen saat ibadah di gereja.

Sumber: https://www.thoughtco.com/johannes-gutenberg-andthe-printing-press-1991865

Magfiroh, Vivi. (2013). Johann Gutenberg: Penemu Mesin Cetak. Bekasi: Terang Mulia Abadi.

Penulis: Phil Artha Editor: Juniati

This article is from: