5 minute read

PENANGGALAN PASKAH BERBEDA TIAP TAHUNNYA

Sumber penanggalan perayaan gerejawi, seperti Natal dan Paskah diambil dari penanggalan yang berbeda. Tanggal Natal 25 Desember misalnya, diambil berdasar sistem kalender Gregorian, yang mengacu pada revolusi bumi mengitari matahari. Penanggalan semacam ini disebut juga kalender surya.

Sementara Paskah dalam gereja modern diformulasikan saat Konsili I Nicea, yang digelar oleh Kaisar Agustinus Agung di Kota Nikea, Kekaisaran Romawi pada 325 Masehi. Konsili ini merupakan upaya pertama gereja untuk menemukan kesepakatan, dalam upaya menyelesaikan berbagai sengketa. Penyeragaman tanggal perayaan Paskah salah satunya yang dibahas.

Advertisement

Tahun 2023 ini, Paskah diperingati pada tanggal 9 April. 3 hari sebelumnya Jumat Agung jatuh pada 7 April 2023. Tahun 2022, Paskah jatuh pada tanggal 17 April, sementara di tahun 2021 Paskah dirayakan tanggal 4 April.

Mengapa tanggal perayaan Paskah selalu berbeda tiap tahunnya? Meski harinya selalu sama yaitu hari Minggu. Berbagai sumber menyebutkan bahwa tanggal perayaan Paskah memang selalu berubah, sehingga tidak terjadi pada tanggal yang sama dari tahun ke tahun. Namun, bisa dipastikan Paskah akan dirayakan pada hari Minggu antara 22 Maret dan 25 April.

Sementara Agama Yahudi merayakan Paskah pada hari ke14 dalam bulan yang disebut Nisan, yaitu bulan pertama dalam kalender Yahudi. Kalender Yahudi mempunyai 12 bulan dalam setahun, namun dengan jumlah hari hanya 354.

Dua sumber itu sempat memunculkan perbedaan pada abad ke-3, kala itu beberapa kelompok Kristen menganggap bahwa penanggalan Yahudi tidak tepat. Kelompok ini menyebut bahwa umat Yahudi keliru menentukan hari-hari bulan Nisan, karena hari ke-14 jatuh sebelum ekuinoks musim semi. Ekuinoks adalah saat matahari tepat berada di atas khatulistiwa, sehingga siang dan malam waktunya sama.

Ekuinoks inilah jadi patokan datangnya musim semi di bulan Maret. Secara ringkas dapat disebut bahwa umat Kristen memandang bahwa Paskah jatuh setelah hari ke-15 bulan baru bertepatan dengan ekuinoks musim semi, bukan sebelumnya atau hari ke-14.

Pendapat itu terus berjalan dan penanggalan Yahudi soal Paskah juga berjalan. Polemik soal tanggal Paskah yang berbeda pasca Konsili I Nicea mulai mereda. Baik penanggalan Yahudi dan aliranaliran Kristen, masing-masing merayakan Paskah menurut tradisinya.

Kristen Yahudi dan Koptik Ortodoks Mesir misalnya, tetap merayakan Paskah seperti penanggalan Yahudi. Sementara aliran-aliran Kristen modern, contohnya aliran Armstrong Movements Churches dan American Presbyterian Church, melakukan perayaan Paskah dari tradisi pagan yang telah diubah.

Organisasi antar gereja Kristen sedunia atau World Council of Churches (Dewan Gereja-Gereja Dunia) yang berdiri sejak tahun 1948, sempat membahas penetapan tanggal Paskah sehingga tidak berubah. Namun kesepakatan itu gagal dan Paskah tetap dirayakan dengan tanggal yang berubah-ubah seperti yang ada sekarang.

Lepas dari tanggal yang berubah-ubah tiap tahun, makna Paskah tetap sama, yaitu merayakan kebangkitan Kristus dari kematian-Nya bagi umat manusia.

Mengacu tema Paskah yang diusung Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) tahun 2023, yaitu Ia mendahului kamu ke Galilea, jangan takut! Matius 28:7,10. Apa maknanya bagi kita? Pasca bangkit dari kematian-Nya, Yesus menanti para murid di Galilea. Pesan kebangkitan-Nya adalah keberpihakan Yesus kepada kaum marginal. Yesus menekankan bahwa berita kemenangan-Nya adalah berita kemenangan bagi orang-orang lemah, miskin dan disepelekan, seperti orang Galilea.

Kebangkitan Yesus adalah kemenangan yang ditandai dengan rontoknya pembatas antar manusia, hadirnya sikap berbela rasa kepada mereka yang tertindas, menjadi saudara kepada mereka yang tidak berdaya. Yesus mengajak para murid hadir di Galilea maka Yesus pun mengajak kita semua untuk hadir di “Galilea”. Hadir bagi mereka yang lemah. Hadir bagi mereka yang tertindas. Hadir bagi mereka yang terlupakan. Hadir untuk membawa berita kemenangan dalam kuasa kebangkitan Yesus. Sebab Dia bangkit maka ada hari esok, semangat baru untuk merangkul masa depan dengan penuh harapan.

Peringatan Hari Kebangkitan Yesus 2023 sampai dengan 2026

Tahun Tanggal Hari

2023 9 April Minggu

2024 31 Maret Minggu

2025 20 April Minggu

2026 5 April Minggu

Peringatan Hari Kebangkitan Yesus 2017 sampai dengan 2022

Tahun Tanggal Hari

2022 17 April Minggu

2021 4 Maret Minggu

2020 12 April Minggu

2019 21 April Minggu

2018 1 April Minggu

2017 16 April Minggu

Penulis: Phil Artha

*)Tirza Nahamani

Chiang Mai, jadi salah satu kota favorit di Thailand bagi pelancong selain Bangkok dan Pattaya. Berada di daerah dataran tinggi, membuat suhu udara di Chiang Mai relatif lebih sejuk dibanding Bangkok. Bagi pelancong, yang ditawarkan Chiang Mai memikat hati. Makanan, budaya, kuil-kuil hingga cenderamata bertebaran dan harganya cukup terjangkau. Beberapa rekomendasi tempat untuk Anda kunjungi di Chiang Mai, antara lain:

Wat Phra That Doi Suthep

Wat Phra That Doi Suthep atau lebih sering dikenal dengan istilah “Doi Suthep” adalah salah satu kuil Buddha terbesar dan termewah di Chiang Mai yang ditemukan pada tahun 1383. Secara harfiah, istilah “Doi Suthep” berarti “Pegunungan Suthep” karena berlokasi di pegunungan dengan ketinggian 1.073 meter di bawah permukaan laut (dpl) dan 15 kilo dari

Kota Chiang Mai dan dibangun pada . Menuju kuil itu akan menikmati rute berkelok-kelok dan pada titik tertentu disuguhkan pemandangan indah kota Chiang Mai.

Tiket masuk ke area kuil Doi Suthep seharga 30 Bath atau sekitar Rp 12.000. Untuk puncak kuil, harus melewati 309 anak tangga. Jika tidak ingin melewati anak tangga maka dapat menggunakan cable car atau lift dengan membayar 20 Baht atau sekitar

Rp 8.000. Jadi, dengan Rp 20.000 Anda dapat menikmati keindahan kuil Buddha terpopuler di Chiang Mai.

Kuil ini memang menjadi tempat yang indah. Saat berada di puncak kuil, wajib melepas alas kaki dan mengenakan busana yang sopan. Karena area ini merupakan lokasi yang dianggap paling suci dari keseluruhan kompleks. Di dalamnya, ada stupa emas yang memantulkan cahaya saat terkena sinar matahari.

Kompleks stupa ini menjadi pusat dari kegiatan keagamaan umat Buddha. Di berbagai sisi, terdapat berbagai patung baik yang terbuat dari emas maupun batu giok. Terdapat pula area-area di mana dupa dinyalakan. Di sekitar stupa emas, orang-orang berkeliling membawa bunga sambil membacakan doa. Meskipun ramai, suasana kuil emas ini tetap tenang dan syahdu.

Selain area di dalam kuil, pengunjung dapat mengabadikan lewat foto di area itu. Di bagian luar kompleks kuil emas, juga dapat difoto karena pemandangan yang tak kalah menarik, antara lain gong besar, pohon dan bunga bougenville berwarna merah muda pekat, teras dengan pemandangan langit biru dan pegunungan, air mancur dengan kursi klasik untuk bersantai, patung gajah putih, dan juga pilar raksasa dengan ukiran 12 hewan zodiak China.

One Nimman

One Nimman adalah area publik perpaduan modern dan budaya lokal. Letaknya di Jalan

Nimmanhaemin, berjarak 5 menit dengan jalan kaki dari Maya Mall Chiang Mai. Tidak sulit menemukan

One Nimman, karena bangunannya mencolok dengan tembok batu bata. Ketika masuk, Anda akan disambut dengan dekorasi dan gaya bangunan klasik layaknya di Eropa.

Paling cocok untuk menghabiskan waktu di One Nimman adalah sore hari, ketika cahaya matahari tidak terlalu terik, Anda dapat bersantai di kursi cafe area outdoor, ditemani alunan suara live music sambil menikmati Thai tea dingin. Di hari-hari tertentu, pengelola mengadakan kegiatan, seperti live music, kelas yoga, bahkan tarian salsa sehingga pelancong dapat ikut di dalamnya.

Saturday Night Market

Tempat lain yang juga menawarkan suasana lokal dari Chiang Mai adalah Saturday Night Market.

Seperti namanya “Saturday Night Market” atau Pasar Sabtu Malam, pasar ini hanya digelar di malam Minggu yang berlokasi di Jalan Wua Lai yang buka mulai pukul 17.00 - 22.30. Saturday Night Market sudah menjadi daya tarik tersendiri dari Chiang Mai bagi pelancong. Pengunjung di lokasi ini datang dari berbagai belahan dunia.

Selain itu, Anda dapat mencoba berbagai jenis jajanan lokal yang mungkin jarang ditemukan di Indonesia. Salah satu menu yang wajib dipilih adalah kalajengking. Ya kalajengking! Hanya dengan 50 Baht atau sekitar Rp 20.000, Anda dapat merasakan makanan dan pengalaman baru. Sensasinya seperti makan daging kepiting. Jika Anda ingin mencobanya, Anda harus berhati-hati karena bisa saja kalajengking ini memicu reaksi alergi pada tubuh.

Selain kalajengking, Anda bisa mencicipi kuliner lain yang bisa didapatkan dengan harga berkisar antara 30-100 Baht (Rp 12.000 - Rp 40.000). Bagi Anda yang belum pernah mencicipinya, jangan lewatkan untuk mencoba pad thai dan som tam, kemudian coba bandingkan dengan kwetiaw dan rujak dari Indonesia dan rasakan perbedaannya!

Pergi ke pasar tidak lengkap jika pulang tanpa membawa buah tangan. Di Saturday Night Market, Anda dapat menemukan berbagai cinderamata khas suku lokal, seperti pembatas buku, pouch, lukisan, aksesoris, sampai baju-baju estetik dengan model tradisional. Anda bisa mendapatkan souvenirsouvenir ini mulai dari 10 Baht atau setara dengan Rp 4.000.

Selain Doi Suthep, One Nimman, dan Saturday Night Market, masih ada beberapa tempat di kota Chiang Mai dan food market lainnya, seperti Kad Na Mor Market di seberang Chiang Mai University, dan juga Lanna Gastro Mart. Jadi, ke mana Anda akan pergi saat liburan mendatang? Chiang Mai bisa masuk ke daftar destinasi liburan impian Anda!

Editor: Juniati

This article is from: