9 minute read

LAPORAN UTAMA

Next Article
OPINI MAHASISWA

OPINI MAHASISWA

Merajut Asa Investasi Berkualitas di Indonesia

Oleh: Arif, Fellencia, dan Rio

Advertisement

Pertumbuhan ekonomi seringkali dikaitkan dengan suburnya iklim bisnis. Namun nyatanya, kontribusi investasi merupakan salah satu sektor vital yang menunjang perekonomian nasional, terutama dalam membantu pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi saat ini. Dikutip dari laman Kementerian Investasi, terdapat tiga komponen penting untuk melihat kondisi ekonomi Indonesia, yaitu konsumsi rumah tangga, sektor bisnis untuk investasi, dan sektor luar negeri untuk ekspor-impor. Ketiganya saling berhubungan, sehingga apabila terjadi penurunan satu komponen maka akan berimbas pada komponen lainnya. Kontribusi investasi sendiri dinilai mampu menggerakkan berbagai sektor lain, seperti peningkatan produksi, terbukanya lapangan pekerjaan, dan sebagainya.

Mengenal Investasi dan Instrumennya

Investasi adalah istilah yang sudah sering didengar oleh masyarakat secara umum. Investasi sendiri merupakan upaya menanamkan modal atau dana yang tujuannya untuk mendapatkan keuntungan. Sementara itu, investasi menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yakni penanaman modal, biasanya dalam jangka panjang untuk pengadaan aktiva lengkap atau pembelian sahamsaham dan surat berharga lain untuk memperoleh keuntungan. “Investasi adalah kegiatan yang pada prinsipnya menambah modal sehingga akumulasi bertambah (menambahkan mesin untuk produksi), kalau modal bertambah maka produksi bertambah karena produksi dipengaruhi oleh tenaga kerja dan modal. Semakin banyak investasi maka semakin banyak produksinya,” ungkap Ahmad Heri Firdaus, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Investasi sendiri ada dua yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung adalah investasi yang langsung berupa penanaman modal (uang) untuk pembuatan perusahaan dan menjalankannya. Investasi langsung di bawah naungan dari Kementerian Investasi. Sementara investasi tidak langsung dinaungi oleh OJK. “Nah, instrumennya macam-macam, ada obligasi, saham, kalau perdagangan derivatif berjangka itu domainnya dari Kementerian Perdagangan. Kami, dari Kementerian Investasi, ya, seputar investasi langsung tadi,” jelas Nurman Hidayat, Kepala Seksi Direktorat Deregulasi Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Investasi langsung terbagi menjadi dua yaitu ada penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN). PMA adalah investasi yang modalnya ada keikutsertaan asing atau

negara lain. Sementara PMDN adalah investasi yang seluruh modalnya berasal dari warga negara atau perusahaan Indonesia. Dalam investasi juga terdapat instrumen investasi. Instrumen investasi adalah sebuah wadah bagi pelaku usaha atau penanam modal untuk melindungi asset yang telah dimiliki. Instrumen investasi sendiri dapat membantu untuk mencapai tujuan fi nansial tergantung dari jangka waktu dalam melakukan investasi tersebut. Dalam investasi terdapat banyak instrumen antara lain, yaitu: (1) Emas, jenis investasi yang masih digemari hingga saat ini karena keamanan dan menjadi asset yang mengalami peningkatan nilai, (2) Saham, jenis investasi yang berupa pembelian atau penyertaan modal dalam suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan, (3) Reksadana, hamper mirip saham tetapi dalam reksadana dibantu oleh manajer investasi untuk dapat mengumpulkan saham, (4) Obligasi, yaitu pembelian surat utang, (5) Cryptocurrency atau mata uang kripto (digital) belakangan kembali ramai digemari banyak orang. Mata uang kripto ini juga masih menjadi ajang perdebatan antara investor. Banyak yang menganggap mata uang kripto hanya sebagai ‘gelembung’ yang akan pecah dan menimbulkan masalah. Selain itu, masih banyak lagi instrumen investasi lainnya.

Kondisi Investasi Indonesia di Masa Pandemi

Pada kuartal I tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai angka 2,9 persen padahal pada kuartal I tahun 2019 telah mencapai 5,07 persen secara year on year (yoy). Meskipun demikian, sektor investasi mengalami peningkatan di tengah Covid-19 yang melanda tanah air. Laporan dari Kementerian Perindustrian mencatat sepanjang semester I tahun 2020, jumlah investasi pada sektor industri naik hingga 23,9 persen yaitu Rp129,6 triliun dibandingkan di tahun 2019 yang hanya Rp104,6 saja. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sektor industri memberikan kontribusi yang signifi kan dengan menyumbang 32,2 persen dari total nilai investasi yang tercatat menyentuh angka Rp402,6 triliun terhadap perolehan devisa pada periode Januari-Juni 2020. “Hampir semua negara mengalami tekanan ekonomi, mengalami resesi. Di kuartal II tahun 2021 ini sudah kita lihat tanda-tanda perbaikan di dalam negeri. Kita sudah melihat optimisme, dalam waktu dekat ekonomi sudah mulai pulih,” kata Nurman. Tren investasi langsung di tahun 2020–2021 selama pandemi, bidang jasa dan industri masih menjadi sektor paling memberikan kontribusi terbanyak bagi negara. Untuk PMA sendiri didominasi dari negara tetangga yaitu Singapura. Selain itu Tiongkok, Hongkong, Jepang, dan Uni Eropa juga termasuk ke dalam jajaran negara terbanyak melakukan investasi di Indonesia. Wilayah yang menjadi target investasi PMA sendiri selama beberapa tahun terakhir yaitu Jawa Barat dan DKI Jakarta. “Untuk Jawa Barat kenapa bisa menjadi target tujuan investasi karena merupakan daerah sub urban dari Jakarta. Sedangkan Jakarta sendiri sebagai ibukota negara tentu menjadi incaran investasi,” jelas Nurman.

Dok. Pribadi

Kebijakan Terkait Investasi di Masa Pandemi

Omnibus Law adalah undang-undang yang diciptakan untuk harapan menyelesaikan hambatan-hambatan investasi dasar seperti perizinan dan tenaga kerja. Undang-undang Omnibus Law sendiri dianggap bisa menjadi reformasi struktural dalam memanfaatkan bonus demografi serta peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam waktu jangka menengah. Omnibus Law mengatur persyaratan-persyaratan dalam penanaman modal, berupa: menetapkan prioritas bidang yang akan didorong untuk investasi; memprioritaskan bidang yang memenuhi kriteria (high-tech, investasi besar, bidangnya berbasis digital, dan padat karya); bidang usaha yang tertutup (perjudian, kasino, narkotika, dll) didasarkan atas kepentingan nasional, asas kepatutan, dan konversi internasional; menghapus ketentuan mengenai persyaratan investasi yang ada di dalam undangundang sektor; status penanaman modal asing hanya dikaitkan dengan kepemilikan modal asing; kegiatan usaha yang berbasis digital atau yang sering kita kenal, yaitu start-up tidak dikenakan batasan penanaman modal sebesar Rp10 miliar; semua jenis kegiatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dapat bekerjasama dalam bentuk penanaman modal asing. Omnibus Law membawa angin segar bagi dunia investasi di Indonesia karena peraturan-

peraturan mengenai penanaman modal yang sebelumnya tumpang tindih, sekarang menjadi jelas dan kondusif dengan adanya omnibus law. Dalam rangka peningkatan dan percepatan penanaman modal maka pemerintah perlu menerapkan pelayanan yang terintegrasi secara elektronik. Menindaklanjuti hal tersebut, pemerintah membuat Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik dengan mengintegrasikan perizinan melalui sistem terintegrasi secara elektronik (Online Single Submission/OSS). Kebijakan tersebut adalah salah satu bentuk perhatian pemerintah pada penanaman modal di Indonesia, dengan adanya OSS diharapkan perizinan penanaman modal semakin mudah.

“Kebijakan banyak yang kurang nyambung dengan kebutuhan investor. Harus lebih disinergikan karena negara lain memberikan kemudahan yang lebih menarik bagi investor. Kebijakan fi skal (pajak) sudah bervariatif tapi itu belum cukup. Kebijakan lain yang penting untuk didalami lain. Investor ingin keringanan lain tidak hanya pajak misal keringanan listrik, air, dan lainnya,” jelas Heri.

Pribadi Dok.

Ahmad Heri Firdaus

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)

Terkait Investasi yang Masih Perlu Dibenahi

“Saat ini banyak negara ingin mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Misalnya, investasi yang ramah lingkungan seperti investasi energi terbarukan, investasi panas bumi, dan sejenisnya. Indonesia harus mengurangi/mencegah kerusakan iklim sehingga investasi haruslah aman untuk lingkungan. Contohnya investasi batu bara seharusnya mulai dibatasi karena tidak ramah lingkungan,” ungkap Heri. Adanya omnibus law membuat keterbukaan untuk investor asing menanamkan modalnya di Indonesia. Banyaknya modal dari investor asing tentunya akan berpengaruh pada Indonesia, baik ekonomi maupun lingkungan. Pemerintah mengkhawatirkan jika modal yang masuk dapat membuat dampak negatif bagi lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah mulai melakukan mitigasi dan antisipasi sejak dini. Pemerintah saat ini sedang berfokus meningkatkan ekonomi Indonesia melalui penanaman modal dan berusaha mengupayakan adanya investasi yang ramah lingkungan. Perlu kita ketahui, bahwa pemerintah saat ini sedang fokus merealisasikan program green economy dan green product yang diharapkan dapat menjadi program jangka panjang pemerintah. Banyak negaranegara di dunia, khususnya Eropa, mereka telah merealisasikan program ekonomi yang ramah lingkungan dengan menggunakan green product. Indonesia saat ini berfokus pada pembuatan produk yang meminimalkan pengeluaran karbon, hemat daya, dan inklusif. Investasi ramah lingkungan ke depannya akan membawa keuntungan besar bagi Indonesia karena Indonesia menyandang predikat sebagai paru-paru dunia sehingga banyak negaranegara industri yang peduli terhadap lingkungan, nantinya akan berlomba-lomba menanamkan modalnya di Indonesia. Menurut BKPM, Indonesia memiliki peluang baik nasional maupun internasional untuk mengadakan investasi ramah lingkungan. Selain itu, BKPM juga menargetkan investasi hijau akan bertumbuh rata-rata 20 persen per tahunnya. Angka tersebut diyakini menggiurkan dan fantastis untuk menarik perhatian calon investor.

Masa Depan Investasi Indonesia

Reformasi struktural Indonesia sangatlah tepat dengan momen perubahan struktural dari sisi investasi global, dan hal ini sudah tercermin dari beberapa komitmen investasi. Sebagai contoh, Indonesia telah mendapatkan komitmen investasi yang mencapai USD10 miliar untuk SWF yang berasal dari Jepang, Kanada, Amerika Serikat, dan Belanda. Lebih lanjut, Indonesia telah menerima komitmen investasi sebesar USD15 miliar dari Contemporary Amperex Technology (CATL) dan LG Energy Solution untuk mengembangkan integrated electric vehicle’s battery industry, di mana hal ini berpeluang diikuti oleh perusahaan multinasional seperti Tesla. International Monetary Fund (IMF) memprediksi bahwa Indonesia akan dapat menjadi salah satu

dari 10 negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Semakin besar perekonomian suatu negara, tak lepas hubungannya dengan kegiatan investasi di negara tersebut. Dalam artian, jika suatu negara memiliki perekonomian yang cukup besar, maka kegiatan investasi di negara tersebut akan mendapat fl ow yang tinggi, karena akan banyak investor masuk, baik domestik maupun dari berbagai penjuru dunia. Begitu pula sebaliknya. Seperti yang kita ketahui juga bahwa investasi memiliki peran sebagai salah satu komponen dari pendapatan nasional, Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). Investasi ini akan saling terkait terhadap PDB maupun pendapatan nasional, apabila investasi mengalami kenaikan, maka PDB pun akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, peran investor sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tak lepas dari investor dan kegiatan investasinya. Banyak negara berlomba-lomba untuk menarik investor dengan melakukan berbagai cara, utamanya adalah dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan investor. “Jadi, kalau ingin investasi kita (Indonesia) ingin semakin bagus, kita harus dapat membaca pikiran dan memenuhi apa saja yang dibutuhkan investor,” ungkap Heri. Ungkapan Heri tersebut sudah mewakili berbagai cara untuk menarik investor agar mau berinvestasi di Indonesia. ”Jangan melulu tentang keringanan pajak. Sedikit-sedikit diberi keringanan dan insentif pajak. Misal nih ada perusahaan mau bangkrut, malah diberi keringanan pajak penghasilan, loh orang mau bangkrut malah dikasih keringanan pajak penghasilan, apanya yang mau dipajakin? Seperti itu kan kurang berpengaruh dan merupakan suatu hal yang sia-sia. Sebenarnya investor juga membutuhkan hal-hal di luar pajak. Contohnya lahan, kemudahan perizinan, dan lainlain, mungkin lebih diperlukan oleh investor,” tambah Heri.

Masa depan investasi di Indonesia tak lepas dari peran investor dan pemerintah. Jika investasi di Indonesia ingin maju, pemerintah harus mengerti kebutuhan investor agar kegiatan investasi di Indonesia berjalan lancar dan banyak investor masuk di Indonesia. Pemerintah harus membuat kebijakan yang efektif untuk menarik minat investor ke Indonesia.

Namun, pemerintah juga jangan lengah dalam memberikan banyak kemudahan untuk investor, utamanya investor asing. Ada batas-batas nilai toleransi yang harus diberikan kepada investor, tidak bisa semuanya diberikan begitu saja, utamanya adalah tentang kedaulatan. Jangan hanya karena demi menarik investor hingga lupa dengan kedaulatan negara sendiri. Pemerintah harus membuat perjanjian dengan investor yang dapat saling menguntungkan untuk perekonomian negara maupun untuk investor tersebut. Contohnya seperti Pemerintah memberikan berbagai kemudahan untuk investor menanam modal dan berinvestasi di Indonesia, dengan syarat para pekerja harus dari masyarakat sekitar, yaitu masyarakat Indonesia. Hal seperti ini sudah sama-sama menguntungkan. Investor mendapat lahan untuk berinvestasi, di sisi lain angka pengangguran di Indonesia juga berkurang. Angka pengangguran berkurang dapat memompa perekonomian di Indonesia menjadi lebih maju. (lth)

“Di masa depan seharusnya investasi lebih diprioritaskan ke sektor industri, manufaktur, atau pertanian sehingga hajat hidup orang banyak menjadi terpenuhi dan kesejahteraan rakyat mulai diperhatikan.”

– Ahmad Heri Firdaus, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)

This article is from: