5 minute read
RESENSI FILM
Dok. Goplacesdigital.com
Ford v Ferrari : Adu Kekuatan dalam Lintasan
Advertisement
Oleh: Sulistiowati Manopo
Setiap bisnis akan selalu menemui sebuah persaingan untuk tetap bertahan dan mendapat tempat di hati para pelanggannya. Berbagai strategi akan diterapkan untuk mengalahkan para pesaingnya. Salah satu fi lm yang menggambarkan sebuah persaingan adalah Ford v Ferrari. Ford v Ferrari dibintangi oleh Matt Damon (Carroll Shelby) dan Christian Bale (Ken Miles). Film yang disutradarai oleh James Mangold ini diadaptasi dari kisah nyata persaingan antara dua pemilik distributor mobil merek terkenal, yaitu Henry Ford II dan Enzo Ferrari.
Mengambil latar waktu tahun 1960-an, fi lm ini menggambarkan upaya Ford Motor Company yang dipimpin Henry Ford II (Tracy Letts) dalam melawan Ferrari dalam sebuah ajang balapan 24 Hours of Le Mans di Prancis. Ajang tersebut merupakan ajang bergengsi yang mana dapat dikatakan bahwa Ferrari merupakan penguasanya. Sebelumnya, Shelby merupakan pemenang 24 Hours of Le Mans tahun 1959. Namun, karirnya harus terhenti akibat penyakit jantungnya sehingga memutuskan bekerja di balik layar.
Awal Mula dan Jalan Cerita
Cerita dimulai dari Henry yang menanggapi isu kemunculan mobil-mobil baru pesaingnya. Munculnya mobil yang lebih diminati anak muda ini membuat Ford kehilangan pasarnya dan terancam bangkrut. Menanggapi hal tersebut, Ford meminta stafnya memberikan ide untuk keberalngsungan perusahaan. Lee Iacocca (Jon Bernthal) memberi ide untuk membeli saham Ferrari agar dapat berpartisipasi dalam balapan 24 Hours of Le Mans untuk meningkatkan penjualan mereka. Sayangnya, Enzo Ferrari (Remo Girone) membatalkan kesepakatan tersebut dan justru memilih bekerja sama dengan Fiat. Ia bahkan menghina Ford sehingga membuat Ford marah.
Kemarahan Ford akhirnya membawa keputusan untuk mendirikan divisi mobil balap sendiri untuk mengalahkan Ferrari di 24 Hours of Le Mans. Ia menghubungi Shelby yang telah beralih profesi sebagai desainer mobil, dan memintanya untuk merancang mobil yang diinginkan sekaligus mencari pembalap yang handal. Sementara itu, Shelby mengajak Ken Miles, seorang mekanik yang juga pembalap. Keduanya bekerja sama untuk menciptakan mobil balap yang mampu mengalahkan Ferrari pada ajang balapan nantinya. Setelah itu, dimulailah perjalanan dibalik persaingan Ford dan Ferrari yang dikemas secara menarik.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, cerita ini mengambarkan persaingan antara Ford dan
Ferrari dalam sebuah ajang balapan. Meskipun durasi fi lm cukup panjang, dinamika cerita didalamnya mampu menarik atensi penonton untuk mengikuti hingga akhir. Penonton mungkin akan membayangkan fi lm ini hanya seputar adu cepat Ford dan Ferrari. Namun, tidak demikian. Tak hanya terfokus pada ajang balapan, fi lm ini juga mengajak penonton melihat hubungan persahabatan antara Shelby dan Miles, bahkan hingga latar belakang mereka. Christian Bale memerankan Miles dengan totalitas yang sangat apik. Ken Miles yang merupakan montir sekaligus pembalap ini digambarkan sebagai veteran Inggris yang tinggal di Amerika. Aksen british yang kental juga ia perankan dengan baik. Miles memiliki kepribadian yang keras kepala dan susah diatur, namun juga sebagai ayah dan suami penyayang. Ia digambarkan sebagai orang yang idealis tanpa basa basi. Sementara itu, Matt Damon juga handal dalam memerankan Shelby sebagai protagonis yang bijak, yang senantiasa peduli terhadap Miles. Ia yang memahami bahwa Miles merupakan pembalap terbaik yang ia temui, dan berusaha membantunya mencapai keinginannya untuk duduk di balik kemudi. Namun, ia juga harus berhadapan dengan Leo Beebe, Ford Senior Vice President yang tidak menyukai karakter Miles. Dalam fi lm ini, chemistry keduanya terlihat sangat bagus dan patut diacungi jempol. Hubungan lovehate relationship yang terjadi antara Ken dan Carroll juga menjadi hiburan dalam fi lm. Peran sebagai sepasang sahabat yang saling percaya, serta dibumbui pertengkaran-petengkaran maupun perdebatan di antara keduanya. Sering menemui perselisihan, namun juga saling peduli. Kerja sama Shelby dan Miles dalam membuat mobil balap yang diinginkan juga tidaklah selalu mulus. Satu sisi, Ken membutuhkan uang untuk menghidupi keluarganya, tapi di sisi lain dia harus rela bekerja di balik layar padahal dia ingin ikut bertanding dalam balapan. Mereka berdua juga harus putar otak, memikirkan bagaimana cara mengalahkan Ferrari. Selama durasi fi lm yang cukup panjang, berbagai adegan dikemas dengan apik sehingga penonton tidak akan bosan saat menontonnya.
Kelebihan dan Kekurangan Ford v Ferrari
Meskipun fi lm ini terkesan bertemakan seputar balapan, namun sebenarnya bukan itu fokus utamanya. Film ini lebih menyoroti rivalitas kepentingan bisnis dan operasional tim daripada
Rilis : 15 November 2019 Judul : Ford v Ferrari Durasi : 2 Jam 32 Menit Sutradara : James Mangold Produser : Peter Chernin, Jenno Topping, James Mangold Pemain : Matt Damon, Christian Bale, Caitriona Balfe, Jon Bernthal, Tracy Letts, Josh Lucas, Noah Jupe, Remo Girone, Ray McKinnon
rivalitas antar pembalap. Namun, aksi balap yang disajikan dapat dikatakan lebih esensial. Aksi menegangkan nan epic dibawakan Miles dalam lintasannya di 24 Hours of Le Mans. Ford v Ferrari menggambarkan bahwa untuk diperlukan lebih dari sekadar kecepatan untuk meraih kemanangan. Ford v Ferrari mengupas habis berbagai macam konfl ik operasional tim balam dan kepentingan bisnis. Beberapa konfl ik seperti perkara memilih siapa pembalapnya, bagaimana tim harus menyelesaikan balapan, hingga karakter Bebee yang mencoba mengambil alih kendali tim dari Shelby dihadirkan dalam cerita ini. Namun, perseteruan kepentingan bisnis di sini dapat dikatakan terlalu abu-abu. Kubu Shelby sepenuhnya seperti hero, sementara sisi Beebe adalah penjahatnya. Pengembangan konfl ik keduanya cukup tertebak. Selain itu, meskipun berangkat dari kisah nyata, diketahui bahwa beberapa adegan tidak sepenuhnya benar seperti di lapangan. Misalnya pada adegan Ferrari menghina Ford dan perusahaannya, diketahui bahwa sebenarnya itu tidak terjadi. Beberapa adegan juga ada yang terkesan hiperbolis dan kurang realistis. Namun demikian, fi lm tetaplah fi lm sehingga hal ini merupakan ‘bumbu’ yang wajar ada dan justru menambah ketertarikan.
Cerita Apik yang Layak Ditonton
Secara keseluruhan, fi lm ini merupakan fi lm yang recommended bagi pecinta otomotif maupun secara umum. Terlepas dari beberapa kekurangan yang ada, fi lm ini memberikan suguhan yang apik. Alur cerita begitu mengalir tanpa adegan yang terkesan dipaksakan. Percakapan juga bersifat mengalir, langsung, dan tidak bertele-tele sehingga mudah dipahami penonton. Sinematografi yag disajikan juga sangat bagus sehingga efek visual yang dihasilkan terasa nyata. Selain itu, penampilan para aktor yang menyuguhkan totalitas mereka juga mampu membawa penonton untuk turut merasakan berbagai perasaan sepanjang fi lm. (lth)