6 minute read
SOCIAL MOVEMENT
Gerakan Mahasiswa Semarang untuk Desa Tenggang
Oleh: Lula Salwa dan Deva Zhalzha
Advertisement
Dok. Pribadi
Setiap individu merupakan mahluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain dan perlu membantu orang lain juga. Tidak semua orang lahir dalam keadaan yang sama, ada yang lebih beruntung dan ada yang kurang beruntung. Terutama dalam hal akses pendidikan dan ilmu pengetahuan di Indonesia yang masih terbatas. Di sinilah hati nurani yang dimiliki seorang manusia tergerak, terkhusus dikalangan mahasiswa sebagai agent of change. Banyak komunitas-komunitas yang didirikan oleh para mahasiswa dalam rangka membantu temanteman atau adik-adik yang kurang beruntung dalam mendapatkan dan mengakses pendidikan dan ilmu pengetahuan, salah satunya adalah Komunitas Sahabat Tenggang Semarang. Komunitas Sahabat Tenggang Semarang merupakan salah satu komunitas yang bergerak di bidang sosial-pendidikan. Berdiri sejak 8 tahun yang lalu, tepatnya di daerah Tenggang, Semarang, Jawa Tengah. Didirikan oleh para mahasiswa yang berkuliah di daerah Semarang dengan kegiatan utamanya adalah belajar-mengajar.
Kilas Balik Berdirinya Komunitas Sahabat Tenggang
Berawal dari adanya organisasi Forum Indonesia Muda (FMI) dan Komunitas Sahabat Pulau yang didirikan atas inisiatif para mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, daerah Semarang menjadi salah satu daerah tujuan Komunitas Sahabat Pulau untuk menjalankan visi dan misinya. Dilatarbelakangi belum terdapatnya komunitas sejenis ini di daerah Semarang, akhirnya Komunitas Sahabat Pulau memilih daerah tersebut, tepatnya di daerah Kampung Tenggang. Kampung Tenggang sendiri dipilih sebab keadaannya yang pada saat itu masih memprihatinkan dan masih banyaknya anakanak yang putus sekolah sehingga hal tersebut menjadi pertimbangan mahasiswa dari Komunitas Sahabat Pulau untuk memilih kampung tersebut.
Pada awal didirikan di tahun 2012, Komunitas Sahabat Tenggang memiliki nama Komunitas Sahabat Pulau Chapter Semarang dan saat itu tujuannya hanya untuk mendirikan rumah baca. Namun, seiring berjalnnya waktu para mahasiswa melihat bahwa permasalahan yang terjadi di kampung tersebut masih banyak yang dapat mereka bantu dan tingginya semangat serta ketertarikan anak-anak kampung membuat para mahasiswa memutuskan untuk mendirikan rumah belajar di kampung tersebut dan kemudian merubah nama menjadi Komunitas Sahabat Tenggang. Rumah belajar ini cukup menarik perhatian anak-anak di kampung tersebut, terlihat di awal
Dok. Pribadi
didirikannya sudah terdapat sekitar 50 anakanak yang tergabung. Rentang usia mereka pun bermacam-macam dari usia Taman Kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Menegah Pertama (SMP). Pengajarnya pun pada saat itu sudah cukup banyak dan berasal dari kalangan mahasiswa yang berkuliah di Kota Semarang serta tak lain juga merupakan anggota dari Sahabat Pulau.
Program-Program dari Komunitas Sahabat Tenggang
Sejak didirikannya komunitas ini, para mahasiswa yang tergabung sebagai anggota ataupun volunteer berusaha untuk menghadirkan sesuatu yang menarik dan berbeda dibandingkan dengan pengajaran yang ada di sekolah formal. Anggota dari Komunitas Sahabat Tenggang merancang program edukasi yang dikemas dengan hal-hal menarik, selain program belajar mengajar diantaranya terdapat program wisata edukasi, perpustakaan mini, dan kelas inspirasi. Pertama, program wisata edukasi di mana para anggota komunitas ini mengajak anak-anak di kampung tersebut untuk mengunjungi beberapa tempat atau lembaga di Kota Semarang yang memiliki nilai edukasi. Beberapa tempat yang pernah dikunjungi adalah Hutan Ungaran, Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang, Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP) Kota Semarang, dan lain-lainnya. Di sana mereka akan mengelilingi tempat tersebut, bermain games menarik yang melatih kerjasama dan kejujuran. Kedua, program perpustakaan mini yang didirikan untuk masyarakat umum di kampung tersebut, terkhusus untuk anak-anak. Mereka dapat membaca buku apa saja yang mereka ingin baca dan perpustakaan ini adalah melatih kejujuran para peminjamnya. Karena sistemnya mereka akan mencatat sendiri buku yang ia pinjam kemudian akan mengembalikannya sendiri juga sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Buku-buku ini berasal dari para donatur, seperti mahasiswa, perusahan-perusahaan, lembagalembaga pemerintah dan komunitas-komunitas sejenis Sahabat Tenggang. Ketiga, program kelas inspirasi yaitu kegiatan yang dilakukan para volunteer mahasiswa dengan memperkenalkan seputar jurusan mereka dan profesi yang akan mereka jalani ketika sudah lulus. Tentunya hal tersebut dijelaskan dengan bahasa dan peraga yang lebih mudah dipahami oleh anak-anak. Program ini bertujuan agar anakanak di kampung tersebut bisa memiliki cita-cita yang tinggi dan termotivasi untuk belajar dengan giat.
Rezeki dari Donatur dan Bentuk Kerjasama
Dalam menunjang program-programnya, Komunitas Sahabat Tenggang membuka donasi untuk para donatur yang ingin membantu komunitas dalam menjalankan programprogramnya. Mayoritas donatur yang ada berasal dari para alumni komunitas itu sendiri. Selain itu, komunitas ini juga melakukan pengajuan proposal ke berbagai lembaga, organisasi, ataupun perusahaan untuk bisa menjalin kerjasama yang
dapat memberikan feedback bantuan pendanaan. Adapun bentuk kerjasama lainnya seperti kerjasama dengan organisasi-organisasi kemahasiswaan dengan saling berkolaborasi di mana organisasi kemahasiswaan dapat menjalankan programnya. Di sisi lain komunitas ini memiliki kegiatan tambahan yang bernilai baik untuk anak-anak di daerah tersebut. Biasanya bentuk kerjasama ini berlangsung dalam kurun waktu yang sudah ditentukan dan disepakati antara kedua belah pihak di awal waktu. “Pemberian donasi itu terkadang tidak bisa diprediksi, karena pernah saat komunitas ini menjalin kerjasama dengan sebuah organisasi besar mahasiswa, di akhir masa kerjasama organisasi tersebut memberikan dana yang cukup besar kepada komunitas kami dan itu menjadi rezeki bagi anak-anak di kampung tersebut” ujar Dhiva Gustav, ketua Komunitas Sahabat Tenggang.
Seluk-Beluk Keanggotaan Komunitas Sahabat Tenggang
Keanggotaan dari komunitas ini terbagi antara volunteer dan juga anggota tetap, di mana komunitas ini melakukan open volunteer dan juga open reqruitment keanggotaan. Namun, banyak juga dari temen-temen volunteer yang akhirnya tertarik untuk bergabung dan ikut menjadi anggota dari komunitas ini. Dalam pemilihan keanggotaan pun tetap ada seleksi yang harus dilalui seperti seleksi-seleksi organisasi pada umumnya. Ketika ditanyakan mengenai suka duka selama keberjalanan di komunitas ini, Dhiva menuturkan bahwa lebih banyak suka daripada dukanya. Hanya saja, duka yang ia rasakan adalah saat para anggota Sahabat Tenggang yang mayoritas mahasiswa dari berbagai daerah yang berkuliah di Semarang harus meninggalkan daerah tersebut dan kembali ke daerahnya melanjutkan karirnya masing-masing. Karena terkadang susah untuk mencari sumber daya manusia yang memiliki panggilan hati dan keikhlasan untuk bisa meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk mengajar anak-anak ataupun mengikuti segala program komunitas ini. Selain itu, hal ini sedikit menghambat dalam membangun kinerja keanggotaan yang baik dari komunitas ini.
Seutas Harapan Komunitas Sahabat Tenggang di Tengah Pandemi
Di tengah pandemi ini pastinya kegiatan belajarmengajar diliburkan dan ditiadakan untuk sementara waktu mengikuti kegiatan sekolah formal yang di lakukan secara daring sesuai dengan arahan dari pemerintah. Tidak hanya belajar-mengajar, tetapi kegiatan lainnya pun selama pandemi berlangsung dengan berat hati harus ditiadakan dan hal itu membuat komunitas ini menjadi mati, serta memudarkan ikatan rasa dengan anak-anak di kampung tersebut. Pihak komunitas sendiri berharap bahwa pandemi bisa cepat selesai dan keadaan bisa membaik lagi serta dapat bertemu dan berkumpul bersamasama dengan anak-anak di kampung tersebut. Untuk kembali melakukan keseruan bersama, mendengarkan cerita-cerita mereka, dan melihat canda tawa mereka. Mereka juga berharap lebih banyak lagi yang tergerak untuk bergabung menjadi bagian dari Komunitas Sahabat Tenggang atau komunitas sejenis lainnya. (lth)