7 minute read

LAPORAN KHUSUS

Next Article
POLLING

POLLING

Kontribusi Milenial dan Generasi Z dalam Dinamika Dunia Investasi

Oleh: Susan L, Aji D, dan Syarifah

Advertisement

Dok. Pribadi

Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2020 dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah populasi di Indonesia saat ini didominasi oleh penduduk usia muda, tepatnya generasi milenial sebanyak 25,87% dan gener asi Z (Gen Z) sebanyak 27,94% dari total penduduk Indonesia. Dengan tingginya jumlah tersebut, ke depannya kemajuan bangsa Indonesia akan sangat tergantung pada kontribusi generasi muda ini. Terlebih lagi, adanya teknologi yang semakin berkembang membuat akselerasi percepatan bidang apapun menjadi lebih cepat, termasuk untuk bidang ekonomi. Investasi menjadi salah satu sektor ekonomi yang sangat membutuhkan peran milenial dan gen Z. Saat ini, dapat dikatakan bahwa minat generasi muda terhadap investasi meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, di masa pandemi ini, peningkatan investor muda di pasar modal menunjukkan peningkatan yang cukup signifi kan.

Meningkatnya Minat Investasi di Masa Pandemi

Sejak adanya pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh belahan dunia, terlebih Indonesia, banyak orang mulai terjun ke dunia investasi, khususnya di pasar modal. Hal ini didukung oleh data yang dirilis PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang menunjukkan peningkatan pesat jumlah investor di Indonesia. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2019, sebelum adanya pandemi Covid-19, jumlah investor pasar modal yang memiliki Single Investor Identifi cation (SID) ada 2.484.354 orang. SID sendiri merupakan identitas tunggal investor yang dikeluarkan KSEI dan digunakan untuk melakukan aktivitas di pasar modal Indonesia. Pada tahun 2020, jumlah tersebut meningkat sampai kurang lebih 51,26% menjadi 3.880.753 investor. Kemudian data terbaru hingga akhir Agustus 2021 menunjukan pertumbuhan SID investor pasar modal mencapai 6.100.252 investor. Angka ini mengindikasikan adanya iklim positif dalam pasar modal di Indonesia. Generasi milenial dan gen Z ikut andil menjadi bagian penting dari dinamika dunia investasi saat ini. Rayhan Fadhila Ahsan, ketua divisi social movement komunitas Investor Saham Pemula (ISP) Semarang, menilai adanya peningkatan pesat akan minat investasi di kalangan milenial. “Saya melihat ada semacam pertumbuhan pesat akan minat investasi di kalangan milenial. Berdasarkan rilis yang diberikan oleh KSEI, jumlah investor milenial kita itu mendominasi dari total investor yang memiliki SID,” ujarnya. Rilis data yang diberikan oleh PT KSEI memang menunjukkan bahwa jumlah investor milenial dan gen Z mendominasi dari total investor yang memiliki SID. Populasi tersebut mencapai 58,82% untuk usia kurang dari 30 tahun dan 21,64% untuk rentang usia 31-40 tahun. Hal ini mengindikasikan meningkatnya minat dan kesadaran generasi muda untuk mulai berinvestasi. Reksa dana menjadi salah satu instrumen investasi yang paling diminati oleh generasi milenial. Ada banyak pilihan yang bisa dipilih dari reksa dana. Ada pasar uang, obligasi, dan gabungan saham dalam reksa dana. Banyaknya platform daring

yang memudahkan investor untuk berinvestasi di reksa dana. Data dari PT KSEI per Agustus 2021 menunjukkan pertumbuhan SID untuk investor reksa dana mencapai 5.447.944 investor. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 71,7% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3.175.429 investor.

Menilik Tingkat Literasi Keuangan di Indonesia

Meskipun data menunjukkan adanya peningkatan minat investasi di Indonesia, Hastarini Dwi Atmani, salah satu akademisi Universitas Diponegoro (Undip), menyampaikan bahwa literasi keuangan di Indonesia dapat dikatakan masih rendah. “Sebagian besar masyarakat Indonesia belum melek investasi, sehingga tidak mengherankan apabila indeks inklusi ke uangan masyarakat di sektor pasar modal juga masih rendah, yaitu baru mencapai 1,55% saja,” ujarnya. Rendahnya literasi keuangan ini menyebabkan keengganan dan ketakutan sebagian masyarakat untuk menanamkan uangnya di instrumen-instrumen keuangan pasar modal. Hasta menambahkan ada beberapa paradigma dalam investasi di pasar modal yang menunjukkan rendahnya melek investasi di Indonesia. Beberapa paradigma tersebut antara lain investasi pasar model dinilai menakutkan. Masyarakat cenderung takut mengalami kerugian atau tertipu karena ketidaktahuan mereka. Paradigma selanjutnya yaitu bahwa investasi pasar modal hanya untuk golongan tertentu, yaitu golongan yang mapan, memiliki kekayaan, dan eksklusif bagi mereka yang memahami dunia investasi. Kemudian anggapan bawa proses investasi pasar modal lebih rumit. Beberapa paradigma ini diakibatkan masih rendahnya literasi keuangan masyarakat sehingga menjadi kendala dalam peningkatan investasi di Indonesia.

Sejalan dengan hal tersebut, Rayhan juga menyampaikan bahwa kurangnya edukasi atau lack of education menjadi permasalahan yang cukup krusial. Masyarakat cenderung menganggap investasi sebagai sesuatu yang mahal yang hanya bisa dilakukan oleh orang kaya, sehingga merasa bahwa investasi bukanlah ‘dunia’ mereka. Akibatnya, Rayhan menyebutkan masyarakat cenderung lebih fokus ke konsumsi. Lack of education ini juga menyebabkn banyaknya masyarakat yang tertipu investasi bodong. “Makanya, literasi tentang keuangan itu harus diajarkan sejak dini. Karena yang kayak gini-gini, tuh, justru sebagai bekal dasar untuk kehidupan,” tuturnya. Namun demikian, saat ini berbagai upaya mulai digencarkan untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini juga menjalankan program peningkatan literasi keuangan untuk masyarakat. Program-program lain dari berbagai pihak juga terus digencarkan untuk meningkatkan tingkat literasi keuangan. Program tersebut mulai dari seminar, kampanye, konten-konten sosial media, dan lain sebagainya. Dengan demikian, diharapkan masyarakat lebih melek investasi sehingga turut meningkatkan investasi di Indonesia.

Peran Teknologi dalam Peningkatan Minat Investor Muda

Sejak memasuki revolusi industri 4.0, teknologi digital menjadi salah satu modal utama yang dibutuhkan oleh para pelaku industri untuk mengembangkan lini usaha mereka. Kehadiran industri 4.0 pun menjadi bukti bahwa saat ini perkembangan industri tidak dapat terlepas dari perkembangan teknologi. Dengan adanya teknologi digital, suatu negara dapat mendorong perekonomiannya ke arah ekonomi digital. Indonesia sendiri disebut sebagai rumah bagi banyak perusahaan teknologi dan bahkan terbesar di Asia Tenggara dengan sekitar 27 startup centaurs dan enam startup unicorn. Hasta menyampaikan bahwa estimasi Google, Temasek, dan Bain memperkirakan ekonomi digital Indonesia akan capai USD124 miliar atau naik hampir 3 kali lipat dalam lima tahun terakhir. Generasi milenial dan gen Z sendiri merupakan generasi melek digital yang mana berbagai aspek kehidupannya terpengaruh maupun mempengaruhi perkembangan teknologi. Efesiensi dan efektifi tas menjadi nilai utama dari perkembangan teknologi. Masyarakat, khususnya generasi muda cenderung menyukai hal yang mudah dan efi sien. Perkembangan teknologi digital yang pada akhirnya juga diterapkan dalam dunia investasi menjadi daya tarik masyarakat untuk melakukan investasi. Hasta menyampaikan terdapat beberapa alasan mengapa terjadi peningkatan minat investasi di tengah pandemi. Alasan tersebut antara lain dikarenakan adanya waktu luang sehingga

banyak mencari informasi seputar investasi, serta adanya perkembangan teknologi yang membuat informasi mudah untuk diakses. Ekonomi digital, terutama fi nancial technology (fi ntech) yang merupakan bagian dari perkembangan teknologi ini memberikan banyak keuntungan bagi masyarat, terutama dari sisi efi siensi, baik waktu maupun material. Generasi muda yang menyukai hal praktis tentu lebih tertarik dunia investasi seiring ditawarkannya berbagai kemudahan sebagai dampak perkembangan teknologi. Sebagai contoh, pekembangan teknologi membuat perusahaan sekuritas atau broker menyediakan fasilitas online trading untuk mempermudah calon investor sehingga menjadi daya tarik baru. Ke depannya, digitalisasi ini akan terus berkembang seiring perkembangan teknologi itu sendiri.

Platform Investasi Digital, Cara Baru Berinvestasi

Pekembangan teknologi, khususnya fi ntech yang tak ada habisnya memunculkan banyak inovasi baru, termasuk inovasi dalam dunia investasi. Setelah adanya kemudahan berinvestasi dengan fasilitas online trading yang diberikan perusahaan sekurirtas atau broker, kini perkembangan baru memunculkan adanya platform digital untuk berinvestasi. Adanya platform digital ini tentu saja menjadi daya tarik baru bagi masyarakat, khususnya generasi muda untuk berinvestasi, terutama disaat pandemi seperti saat ini. Tren investasi melalui platform digital ini meningkat di kalangan anak muda, baik untuk bursa efek maupun bursa berjangka. Hal ini dikarenakan generasi milenial dan gen Z sangat akrab dengan teknologi dan internet, sehingga penyedia platform ini dapat memanfaatkan peluang untuk menjaring investor muda. Sebut saja beberapa platform digital seperti Bibit, Bareksa, Tanamuang, Pluang, dan lain sebagainya yang menunjukkan peningkatan jumlah pengguna, terutama dimasa pandemi seperti saat ini. Kemudahan dan cepatnya melakukan transaksi, serta fl eksibilitas yang mana memudahkan investor untuk melakukan transaksi di manapun menjadi daya tarik tersendiri. Platform digital ini menawarkan berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk membeli produk investasi. Investor bisa mendapatkan informasi secara transparan, serta tawaran fi tur yang beragam, termasuk portofolio yang beragam. Hasta menyampaikan bahwa platform investasi digital ini sebagai bagian dari ekonomi digital dan dapat menjadi motor penggerak investasi di Indonesia di tengah perlambatan ekonomi global. Sektor tersebut diharapkan bisa menjadi penyelamat dalam upaya mencapai target investasi. Namun demikian, risiko masih tetap membayangi calon investor yang menggunakan platform digital. Mereka perlu jeli dalam memilih platform dan produk investasi yang terpercaya. Masyarakat harus memastikan bahwa platform tersebut terdaftar di OJK dan memahami instrumen investasi yang akan dipilihnya dengan baik.

Menurut Hasta, popularitas platform investasi digital ini masih akan tetap diminati masyarakat di masa depan. Sementara itu, Rayhan juga memberikan penyataan serupa, “Harusnya ke depan, sih, meningkat. Dengan adanya pandemi ini, digitalisasi ini akan semakin pesat. Nggak hanya dalam dunia investasi, dalam segala hal nanti akan menjadikan digitalisasi sebagai platform utamanya.” Rayhan juga menyampaikan bahwa digitalisasi ini memiliki peluang besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. “Ke depannya, yang akan megang (pertumbuhan ekonomi) Indonesia ini milenial dan Gen Z yang mana umumnya mereka sudah melek akan digital teknologi. Digitalisasi ini akan semakin mempermudah kita dalam berinvestasi,” ujar Rayhan. Ia juga berharap bahwa tren kenaikan investasi saat ini bukanlah euforia sesaat sehingga perekonomian dapat tumbuh lebih baik. (lth)

Dok. Pribadi

This article is from: