DARI REDAKSI Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama lebih dari satu tahun sangatlah memberikan dampak di seluruh aspek kehidupan. Baik perekonomian, sosial, kesehatan, hingga urusan negara. Kesehatan menjadi sektor yang saat ini menjadi tonggak kehidupan, sebab adanya pandemi berhubungan langsung dengan kesehatan. Sektor yang tak kalah terdampak ialah ekonomi. Covid-19 menyebabkan masyarakat harus membatasi pergerakan di luar ruangan yang secara tidak langsung akan menurunkan intensitas perekonomian. Banyak dari usaha-usaha yang menutup toko ataupun mengurangi jumlah karyawan. Dengan mendasari hal tersebut, maka LPM Edents berinisiatif untuk mengangkat isu Ekonomi dan Kesehatan sebagai tema dari salah satu produk kami. Bersama majalah Edents Volume 1 Edisi 34 bertemakan Ekonomi dan Kesehatan, kami mengulik tema dalam beberapa rubrik. Mjalah Edents ini membagi bahasan tema ke dalam empat laporan utama. Laporan utama yang pertama membahas tentang ekonomi kesehatan sebagai salah satu cabang ilmu sekaligus ekonomi dan kesehatan sebagai dua sisi yang berbeda namun saling membutuhkan satu sama lain. Selain itu, dibahas pula kondisi serta permasalahan akan kesehatan yang terjadi di Indo-
nesia. Pada laporan utama tiga berisi tentang peran pemerintah maupun masyarakat dalam meningkatkan kualitas kesehatan. Pemulihan sinergitas ekonomi dan kesehatan melalui berbagai kebijakan yang ada juga kami bahas dalam laporan utama empat. Sementara itu pada laporan khusus, kami menyajikan vaksinasi Covid-19 sebagai salah satu upaya mengurangi penyebaran virus, penggunaan alat pelingdung diri dan problematikanya, dan industri kesehatan di masa pandemi. Tak hanya itu, kami juga menyajikan rubrik lain seperti sosok, tiga rubrik tentang mereka, sosial movement, sosial budaya, opini, kabar kampus, resensi, dan lainnya. Redaksi mengucapkan terima kasih kepada Wadya Bala Edents dan seluruh pihak yang berpartisipasi dalam pembuatan Majalah Volume 1 Edisi 34. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada, LPM Edents akan terus berusaha semaksimal mungkin menghadirkan tulisan-tulisan terbaik untuk pembaca sekalian. Kritik dan saran untuk kami akan menjadi bahan evaluasi sehingga mampu menyajikan karya yang lebih baik. Akhir kata selamat membaca, semoga pembaca dapat mengambil cerita dan ilmu dari tulisan yang tersaji.
MAJALAH EDENTS diterbitkan oleh: Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Edents ISSN 0215-0255 Pelindung: Prof. Dr. Suharnomo, S.E., M.Si., ; Penasehat: Firmansyah, S.E., M.Si., Ph.D ; Pembina: Darwanto, S.E., M.Si., M.Sy., Surya Raharja, S.E., M.Si., Akt. ; Pemimpin Umum: Muhammad Annisulfuad; Pemimpin Redaksi: Luthfia Rizqi Maulida; Pemimpin Perusahaan: Dewima Rima Aini; Pemimpin HRD: Nur Alfi Komariyah; Pemimpin Marketing and Communication: Dhia Putri Librani; Pemimpin Artistik: Marsha Sabrina Lillah; Redaktur Pelaksana Majalah: Yunita Nurul Aeni; Redaktur Pelaksana: Indah Sulistyawati, Rio Dwi, Fitri Widyaningrum; Layout: Nisa Alisva; Foto dan Ilustrasi: Diah Ayu, Khaira Aqliya, Salma Vaza; Staf Redaksi: Alam Suprobo, Sulistiawati; Staf HRD: Aisyah Yulianti, Aji Darmawan, Banindhia, Dwi Novi, M. Rijal, Wening; Staf Marcomm: Rachel Ayu, Difa Aliya, Susan Liya, Yusak Yanto, Sheila Anya, Shela Nur; Staf Perusahaan: Yusuf Sufyan, Putri Nurmalia, Faya Nabila, Annisa Pratiwi, Erva Hamidah; Magang Edents: Daffa Faqih, Fortuna, Hafizha Salma, Selina Aulia, Hatfina, Fatimah Daffa, Allisa Fiolina, Gusti Iqra, Luvita, M. Musa, Danny Farhan, Anisa Setyaningdiyah, Vaneza, Tsania, Syarifah Nur, Helen Sophia, Fidiya, Amanda Yasmine, Lula Salwa, Rahayu, Fadila Nadifa, Kanaya, Shafina Munifa, M. Arif, Dwiki Yanwar, Tarisa Rahmawati, Finecia Shinta, Nindhita Mega, Michelle, Fellencia Setfania, Deva Zhalzha, Siti Choiriyah, Bella Br, Faizah Nikmatur .
EDENTS
Volume 1 Edisi XXXII Tahun2017 2020 XXVI Tahun
2
DAFTAR 24 ISI
04 08 12 16 19 22
LAPORAN UTAMA
Ekonomi Kesehatan: Dua Sisi Berbeda yang Saling Membutuhkan
LAPORAN UTAMA
Menilik Problematika Kesehatan di Indonesia
LAPORAN UTAMA
Peran Serta Pemerintah dan Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Kualitas Kesehatan selama Pandemi
LAPORAN UTAMA
Mengupayakan Sinergitas Pemulihan Ekonomi dan Kesehatan melalui Berbagai Kebijakan
POLLING
Ekonomi dan Kesehatan
26 28 30 32 34
TENTANG MEREKA
Menjadi Prestatif Itu Pilihan, Bukan Sebuah Paksaan
GELIAT USAHA
Seafood Nusantara, Rasa Istimewa Harga Mahasiswa
SOSOK
Shafa Azahra dan Kepeduliannya Akan Kesehatan Mental
DIANTARA KITA
Menilik Segelintir Desa Terpencil Di Pelosok Negeri
SOSIAL BUDAYA
Pertunjukan Wayang Kulit di Masa Pandemi
SUDUT PROFESI
Tukang Urut, Pengobatan Tradisional yang Tetap Diminati
Mantan edents
Dari Pers Mahasiswa Menjadi Peneliti Muda
Edisi XXXIV Tahun 2021 EDENTS XXXII Tahun2017 2020 Volume 11Edisi XXVI Tahun EDENTS Volume
32
36 39 42 45 48 50 52 EDENTS EDENTS
SOCIAL MOVEMENT
Komunitas Satoe Atap, Potret Pendidikan Anak-Anak Miskin Kota Semarang
LAPORAN KHUSUS
Vaksinasi, Satu Langkah Menghadapi Pandemi
LAPORAN KHUSUS
Penggunaan APD sebagai Dampak Pandemi dan Problematikanya
LAPORAN KHUSUS
Momentum Industri Kesehatan di Era Pandemi
POTRET
ALUMNI FEB
Merancang Dunia Kerja ala “Darma”
KABAR KAMPUS
Dies Natalis FEB Undip ke-61: Sederhana Penuh Makna
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXIV Volume 1 Edisi 2017 Tahun
2021
DAFTAR ISI
54 56 58 60 63 65
KOMUNITAS
Bookish Indonesia: Tempat Berkumpulnya Para Penikmat Buku
KOLOM PU
Dinamika Kampus di Tengah Pandemi
KOLOM REDAKSI
Relawan Tanggap Covid-19 pun Pahlawan Kemanusiaan
RESENSI FILM
Contagion: Kolaborasi untuk Bertahan di Masa Pandemi
OPINI MAHASISWA
Menjadi “Orang Desa” Ditengah Pandemi
PEMENANG E-DAY
Sehat di Masa Depan
4
3
LAPORAN UTAMA
Ekonomi Kesehatan: Dua Sisi Berbeda yang Saling Membutuhkan Oleh: Anya, Difa, dan Rio
Dok. rawpixel
Indonesia kini masih diselimuti dengan pandemi. Satu tahun sudah virus Covid-19 menjadi teman di antara kehidupan masyarakat. Meskipun demikian, tingkat kasus harian terus bertambah secara signifikan dan membuat kegiatan masih banyak diberlakukan secara daring meskipun sekarang sudah memasuki masa new normal. Hal ini tentu menjadi pertanyaan bagaimana sejatinya hubungan antara kesehatan masyarakat dengan nasib perekonomian. Mengenal Ekonomi Kesehatan Sebagai Ilmu Ekonomi kesehatan sendiri merupakan salah satu cabang ilmu di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan sudah menjadi mata kuliah nasional yang dianggap penting dan diperlukan. Ilmu ini diperlukan sebagai upaya promotif dan preventif, di mana para ahli kesehatan masyarakat harus terjun langsung ke dalam kehidupan masyarakat untuk melakukan promosi dan melakukan upaya-upaya preventif di bidang kesehatan. Cabang ilmu ini antara lain mempelajari bagaimana alokasi sumber daya pada berbagai peningkatan kesehatan, efisiensi pengalokasian sumber daya, pengorganisasian dan pendanaan institusi kesehatan, serta
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXIV Tahun 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
bagaiman dampak pelayann preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sebagai contoh, melalui cabang ilmu ini akan dipelajari mengenai bagaimana pendistribusian alat kesehatan dan vaksin dilaksanakan, menilai kebutuhan masyarakat, dan permintaan terhadap pelayanan kesehatan masyarakat sebagai efek dari adanya promosi dan upaya preventif tersebut. Dari permintaan atau demand inilah muncul kaitannya dengan ilmu ekonomi. Penerapan ilmu ekonomi dalam bidang kesehatan menjadi sangat penting. Hal ini dilatarbelakangi kenyataan bahwa sumber daya untuk sektor kesehatan mulai jauh dari kata cukup. Oleh karena itu, diterapkanlah ilmu ekonomi dalam bidang kesehatan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas dalam pengalokasian sumber daya di bidang. Selain itu, Kusuma Estu Werdani, salah satu dosen FKM Universitas Muhammadiyah Surakarta, mengatakan bahwa untuk mengedukasi masyarakat tentang kesehatan, ahli kesehatan masyarakat juga harus menguasai unsur-unsur ekonomi. Hal ini karena pelayanan kesehatan masyarakat akan terkait pula dengan ekonomi, seperti contohnya terkait jaminan kesehatan dan biaya pelayanan kesehatan. “Ketika seorang ahli kesehatan masyarakat ini ingin memberikan edukasi ke orang lain, unsur-unsur ekonomi pun mereka juga perlu kuasai untuk menjelaskan kepada
54
LAPORAN UTAMA masyarakat,” jelas Estu. Oleh karena itu, ekonomi kesehatan menjadi mata kuliah untuk kurikulum nasional karena diperlukan oleh seorang ahli kesehatan masyarakat. Hubungan Ekonomi dan Kesehatan
Estu menilai bahwa ekonomi dan kesehatan memiliki hubungan yang erat. Dalam konteks yang lebih besar atau makro, hubungan jangka panjang kesehatan dan ekonomi sendiri dapat dilihat dalam keseharian. Kesehatan merupakan hal pokok dasar yang harus dimiliki manusia untuk menjalani hidup dengan baik sehingga pembangunan sumber daya manusia (SDM) dapat tercapai dengan baik. Seperti halnya kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai program universal coverage. Dengan adanya pengelolaan ilmu ekonomi yang maksimal dan komprehensif dalam bidang kesehatan akan memberikan adanya jaminan kesehatan pada masyarakat dan dalam pembangunan sumber daya manusia yang ada. Dengan kesehatan yang terjamin maka akan berimbas pada peningkatan produktivitas kerja. Hal ini akan memberikan kontribusi yang baik untuk negara contohnya dengan berasal dari pajak penghasilan pekerja kemudian meningkatnya Penghasila Domestik Bruto (PDB), dan sebagainya. Oleh karena itu, efek dari kesehatan akan berpengaruh kepada perekonomian yang akan memberikan hubungan jangka panjang seperti rantai yang tidak bisa diputuskan karena terikat satu sama lain. Melihat Kesehatan sebagai Investasi dan Konsumsi Di masa pandemi yang masih belum membaik seperti sedia kala membuat kesehatan menjadi sorotan yang paling utama. Pemerintah selalu menghimbau masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan, menjaga jarak, dan meningkatkan imun tubuh. Namun, sepertinya masyarakat hanya melihat kesehatan sebagai konsumsi sehari-hari karena adanya pandemi dan tidak
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXIV Volume 1 Edisi 2017 Tahun
2021
Dok. pribadi
Ekonomi dan kesehatan merupakan dua bidang berbeda yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Dalam bidang kesehatan, kesehatan sendiri dapat diibaratkan sebagai spons yang akan menyerap air. Hal ini dapat diartikan bahwa kesehatan akan menyerap faktor lain dalam proses kegiatannya, seperti kebutuhan sumber daya, dan nantinya akan mempengaruhi bidang lainnya. Adanya ekonomi dalam kesehatan akan memberikan ketercapaian efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan kegiatan kesehatan sendiri karena ekonomi akan membantu proses penyediaan, pelayanan, dan sampai dapat dikonsumsi oleh masyarakat.
Estu
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UMS mengubah pola pikir untuk menjadikan kesehatan ini sebagai investasi jangka panjang bagi pribadi masingmasing. Kesehatan dapat dikatakan sebagai produk untuk dikonsumsi karena adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang keberadaannya hanya untuk dinikmati dan dikonsumsi. Sedangkan pada kenyataannya kesehatan bukanlah sebatas barang konsumsi, di mana masyarakat hanya menganggap hasil konsumsi tersebut sebatas untuk mendapatkan manfaat dan dampak yang baik bagi kesehatan tubuh. Dalam hal ini masyarakat hanya memperhatikan pengobatan saja. Mereka baru akan merasa membutuhkan pelayanan kesehatan saat mereka sakit atau dalam hal ini dapat dikatakan sebagai tindakan kuratif. Kesehatan juga mempunyai aspek promotif, preventif, kuratif, bahkan sampai rehabilitatif. Kesehatan sebagai kebutuhan investasi dapat dilihat dari pelaksanaan kegiatan kesehatan tersebut. Investasi di sini dapat dicerminkan secara tidak langsung ketika masyarakat akan menggunakan upaya preventif dengan menggunakan layanan kesehatan untuk medical check up, konsultasi, dan sebagainya. Hal ini merupakan salah satu bentuk keinginan memiliki kondisi kesehatan yang baik dan sehat untuk investasi jangka panjang bagi diri sendiri sehingga dapat lebih produktif dan berharap berusia lebih panjang. Salah satu upaya pencapaian Sustainable Development Goals dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas kesehatan. Dengan masyarakat yang memiliki kualitas kesehatan yang
6
5
LAPORAN UTAMA baik, akan berimbas pada produktivitas sumber daya manusia, sehingga memberikan efek positif terhadap perekonomian. Jadi, investasi kesehatan bukan semata-mata investasi pribadi, tetapi juga merupakan investasi dari sudut pandang makro. Selain dari sisi investasi dan konsumsi semata, kesehatan juga menjadi suatu barang ekonomi yang menjadi sumber keuangan pihak tertentu. Barang ekonomi adalah barang yang terbatas jumlahnya. Secara tidak langsung, kesehatan merupakan salah satu barang ekonomi karena memang terbatas dalam hal ketersediaan pelayanan kesehatan. Dalam bidang kesehatan masih banyak hal yang terbatas seperti fasilitas kesehatan, dokter, tenaga kesehatan, dan sebagainya. Terlebih lagi, rumah sakit negeri dan swasta seakan saling bersaing bukan saling menunjang kesehatan masyarakat. Keterbatasan ini akan menyebabkan adanya kompetisi dalam mendapatkannya. Maka, untuk mendapatkan fasilitas kesehatan ini, masyarakat membutuhkan biaya yang besar untuk menjangkau fasilitas kesehatan, sehingga inilah mengapa kesehatan bisa dikatakan sebagai barang ekonomi. “Kalau masyarakat sebagian besar menyadari pentingnya kesehatan sebagai investasi jangka panjang, ini akan mengurangi efek pembengkakan biaya perawatan kesehatan, artinya biaya perawatan kesehatan akan menurun. Kemudian, di sinilah sebenarnya menjadi titik kekuatan bagi sebuah negara untuk bisa lebih mengembangkan pelayanan bidang kesehatan khususnya upaya promotif dan preventif,” ujar Estu. Dengan menyadari pentingnya kesehatan sebagai long-term investment akan mendorong masyarakat untuk lebih memperhatikan kesehatannya. Hal itu juga secara tidak langsung akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional. Konsumsi dan Investasi Kesehatan di Indonesia Apabila kita berbicara konsumsi, pasti erat kaitannya dengan permintaan dan penawaran. Dalam konteks konsumsi kesehatan ini merujuk ke arah fasilitas kesehatan, pelayanan kesehatan, alat kesehatan, maupun tenaga kesehatan. Kondisi pandemi membuat permintaan terhadap ‘kesehatan’ ini meningkat tajam, sedangkan supply ‘kesehatan’ pada awal pandemi masih terbatas, sehingga terjadi kelangkaan. Dilihat dari sisi konsumsi juga menunjukkan adanya peningkatan. Tingginya kasus positif Covid-19 di Indonesia, dengan jumlah kasus positif yang lebih dari 1,5 juta jiwa, mengindikasikan bahwa adanya konsumsi kesehatan yang tinggi. Hal ini dikarenakan para pasien memerlukan pelayanan kesehatan untuk sembuh. Selain jumlah tingginya konsumsi kesehatan karena tingginya kasus positif Covid-19, adanya konsumsi kesehatan dari ka-
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXIV Tahun 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
sus penyakit lain selain Covid-19. Kemudian, dari sisi investasi, kesadaran masyarakat untuk berinvestasi terhadap kesehatan dirinya mulai meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari mulai sadarnya masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan primer seperti klinik-klinik pratama dan puskesmas. Pemanfaatan pelayanan kesehatan primer ini lebih tinggi dibandingkan 10-20 tahun yang lalu, di mana masyarakat memiliki kecenderungan untuk langsung ke pelayanan kesehatan sekunder atau rumah sakit. Masyarakat mulai menyadari pentingnya investasi kesehatan, mulai menyadari pentingnya upaya-upaya preventif atau pencegahan penyakit, bukannya pada pengobatannya saja. Selain itu, masyarakat juga mulai sadar untuk mengikuti program JKN dari pemerintah dengan mendaftar sebagai anggota Badan Penyelnggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Ini merupakan salah satu program yang menunjukkan upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakatnya. Program ini dapat dibilang sebagai pendukung investasi kesehatan dengan harapan masyarakat dapat mendapatkan pelayanan kesehatan dan dapat meningkatkan kualitas kesehatannya, meningkatkan angka harapan hidup, dan juga produktivitasnya. Terdapat juga program Nusantara Sehat yang dibentuk oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai upaya untuk mengatasi masalah disparitas pelayanan kesehatan, yang pada kenyataannya di daerah pinggir atau terpencil yang sulit untuk menjangkau pelayanan kesehatan maupun tenaga kesehatan. Secara spesifik, program ini meningkatkan jumlah, sebaran, komposisi, serta mutu tenaga kesehatan berbasis pada tim dengan latar belakang berbeda seperti dokter, perawat, ataupun tenaga kesehatan lainnya (TeamBased Approach). Dapat dikatakan bahwa program ini adalah salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas kesehatan SDM Indonesia secara merata hingga daerah-daerah terpencil Indonesia. Efek Investasi Kesehatan terhadap Perekonomian Pada skala mikro, investasi kesehatan yang dibangun di tingkat individu maupun keluarga mempunyai keterkaitan dengan produktivitas kerja dan kapasitas belajar di sekolah. Secara garis lurus, apabila masyarakat secara sadar menginvestasikan kesehatan pada diri sendiri akan menghasilkan fisik dan mental yang lebih kuat, dan mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. Begitu pula pada usia sekolah, anak dengan fisik yang lebih sehat memiliki daya serap belajar yang lebih tinggi dan menghasilkan performa belajar yang lebih baik. Pada skala makro, adanya investasi kesehatan yang
76
LAPORAN UTAMA
baik oleh para penduduk memberikan kontribusi besar terhadap pemasukan negara. Investasi kesehatan tersebut mempunyai keterkaitan terhadap penurunan angka kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, serta pembangunan ekonomi jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan dari produktivitas kerja masyarakat, dimana hal ini sejalan dengan hasil di tingkat mikro. Studi-studi makroekonomi membuktikan bahwa negara dengan kondisi kesehatan yang rendah mempunyai tantangan yang lebih berat untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan kesehatannya. Hal ini membuktikan adanya korelasi yang tinggi antara tingkat kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi. Keterkaitan kesehatan dan ekonomi dapat dilihat dari data statistik di mana diperkirakan bahwa setiap peningkatan 10% angka harapan hidup (AHH) akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi minimal 0,3-0,4% per tahun, dengan indikasi faktor-faktor pertumbuhan lainnya tetap. Terdapat pula investasi ekonomi jangka panjang yang dihasilkan dari investasi kesehatan. Ketika masyarakat mempunyai AHH yang tinggi, terdapat kecenderungan untuk menginvestasikan pendapatannya pada bidang pendidikan dan tabungan. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan tabungan nasional dan investasi akan meningkat dengan hasil akhir meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Kesadaran Masyarakat Mengenai Kesehatan Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dapat dikatakan meningkat dari tahun ke tahun. Estu mengatakan, “Nah, kita bisa lihat dari peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan tingkat pertama, misalkan seperti puskesmas atau klinik. Jadi, bisa dibilang dengan adanya program Jaminan Kesehatan Nasional salah satunya, mendorong masyarakat untuk mulai sadar memanfaatkan haknya dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan khususnya adalah bagaimana mereka menggunakan hak mereka untuk pelayanan kesehatan primer.” Dalam perjalanan di masa lalu, masyarakat lebih cenderung berobat atau mendatangi rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan sekunder. Namun, seiring berjalannya waktu, saat ini masyarakat mulai menjadikan pusat pelayanan primer seperti klinik untuk berobat. Hal ini menandakan bahwa upaya pemerintah dengan memberikan program JKN mulai terwujud dan membuat masyarakat menjadi lebih sadar akan pentingnya kesehatan. Indikator keberhasilan ini dapat dilihat dari mulai ramainya klinik-klinik pratama, puskesmas, dan pemanfaatan pelayanan primer yang ada. Karena pada dasarnya pelayanan primer ini digunakan untuk upaya
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXIV Volume 1 Edisi 2017 Tahun
2021
promotif dan preventif agar masyarakat mulai aware dengan kondisi kesehatannya sendiri. Salah satu potret peningkatan kesadaran masyarakat Indonesia dapat dilihat dari peningkatan kualitas kesehatan masyarakatnya. Salah satu indikator kualitas kesehatan masyarakat di suatu wilayah adalah angka harapan hidup di wilayah tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terlihat bahwa AHH Indonesia memiliki tren positif atau terus meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2020, AHH masyarakat berjenis kelamin perempuan di Indonesia adalah sebesar 73,46 yang mana jumlah ini meningkat apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2019) yang sebesar 73,33. Sedangkan untuk AHH masyarakat berjenis kelamin laki-laki, pada tahun 2019 sebesar 69,44 dan mengalami peningkatan di tahun 2020 menjadi 69,59. Meningkatnya Angka Harapan Hidup sebagai indikasi meningkatnya kualitas kesehatan sumber daya manusia di Indonesia merupakan suatu bentuk eksternalitas positif kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas hidup penduduk Indonesia. (lth)
“Kalau masyarakat sebagian besar menyadari pentingnya kesehatan, ini akan mengurangi efek pembengkakan biaya perawatan kesehatan, artinya biaya perawatan kesehatan akan menurun. Kemudian, di sinilah sebenarnya menjadi titik kekuatan bagi sebuah negara untuk bisa lebih mengembangkan pelayanan bidang kesehatan khususnya upaya promotif dan preventif.” – Estu, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UMS
8
7
LAPORAN UTAMA
Menilik Problematika Kesehatan di Indonesia Oleh : Indah, Khaira, dan Yusuf
Dok.GayaTempo.co
Permasalahan kesehatan di Indonesia masih menjadi hal prioritas yang perlu diperhatikan hingga sekarang. Pada awal tahun 2020 lalu, masuknya Covid-19 di Indonesia menambah permasalahan baru dalam dunia kesehatan di Indonesia. Selain itu, terdapat juga lima fokus masalah kesehatan yang dibahas dalam rapat kerja tahunan atau Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2020. Dalam rapat tersebut dibahas masalah kesehatan tersebut antara lain Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (AKI/AKB), pengendalian Stunting, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Germas, dan Tata Kelola Sistem Kesehatan. Kelima masalah kesehatan tersebut diarahkan pada konteks pendekatan promotif dan preventif.
terlaksana dengan maksimal, baik dari segi fasilitas maupun pelayanan yang disediakan pemerintah. Memasuki tahun 2020, Covid-19 memperparah masalah kesehatan di Indonesia. Nurhasmadiar Nandini, salah satu dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Dionegoro (Undip) menuturkan bahwa selain dampak langsung terhadap kesehatan, Covid-19 juga memberikan dampak tidak langsung, yaitu terganggunya pelayanan kesehatan esensial. “Contoh yang paling sederhana terkait Posyandu yang seharusnya untuk memantau tumbuh kembang balita, selama pandemi tidak bisa berjalan maksimal. Dan masih banyak dampak atau masalah kesehatan lainnya,” jelas Nurhasmadiar.
Meski demikian, Covid-19 masih menjadi masalah utama bagi seluruh masyarakat Indonesia. Hingga saat ini, vaksin masih diusahakan agar cepat tersebar secara merata. Pemerintah berupaya untuk segera menyelesaikan masalah ini, agar pasien positif segera berkurang bahkan akan hilang dari Indonesia. Tidak dipungkiri, masuknya Covid-19 mendorong berbagai permasalahan lain bermunculan bahkan melupakan permasalah sebelumnya.
Pada awal tahun 2021, pemerintah telah membuat aturan yang mulai melonggarkan masyarakat. Padahal nyatanya keadaan masyarakat selama pandemi masih belum terkendali secara optimal. “Pandemi Covid-19 yang belum juga terkendali, tetapi pemerintah sudah mulai melonggarkan aturan dan masyarakat semakin tidak patuh. Selain itu juga isu terkait vaksinasi Covid-19, banyaknya info hoax yang menyebar di masyarakat, terbatasnya stok vaksin, serta proses pendataan vaksin yang cukup berbelit,” ujar Nurhasmadiar.
Kondisi Kesehatan Indonesia di Tengah Pandemi Kesehatan merupakan faktor penting untuk keberlangsungan suatu bangsa dan negara, tidak terkecuali Indonesia. Sebelum pandemi masuk ke Indonesia, keadaan kesehatan juga sudah bisa dikatakan belum
EDENTS
Volume 1 Edisi XXXVI Tahun 2021
Mengupas kembali mengenai permasalahan klasik tentang kesehatan di Indonesia, sebenarnya pemerintah belum mampu mengatasinya secara cepat dan tepat. Hingga kini, masih banyak masalah kesehatan yang terjadi terus menerus setiap tahunnya. Menurut Nurhas-
8
LAPORAN UTAMA madiar, beberapa masalah kesehatan di Indonesia diantaranya terkait kematian ibu dan bayi, gizi buruk, dan stunting pada balita. Kematian ibu dan bayi sudah lama menjadi masalah kesehatan, sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah, tetapi masih tetap terjadi setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena penyebabnya yang sangat bervariasi, tidak hanya karena masalah medis seperti perdarahan atau penyakit infeksi, tetapi juga penyebab lainnya yang dikenal dengan 4 Terlalu (Terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat jarak kehamilan, terlalu banyak jumlah anak) dan 3 Terlambat (Terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di fasilitas kesehatan, Terlambat mendapat penanganan). Penyebab ini sebagian besar dipengaruhi dari faktor budaya, lingkungan, dukungan keluarga, dan hal tersebut sangat sulit untuk diintervensi. Sumber Daya Kesehatan dan Permasalahannya Di Indonesia, jumlah sumber daya kesehatan bisa dikatakan cukup banyak. Nurhasmadiar menerangkan bahwa sebenarnya sumber daya manusia (SDM) di bidang kesehatan yang dimiliki Indonesia sudah banyak dan berkualitas, serta berkompeten dan mampu bersaing dengan negara lain. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan adalah pemerataan SDM ke seluruh daerah yang masih tidak merata. Masih ada beberapa tenaga kesehatan yang terpusat hanya di satu wilayah saja. “Masih banyak daerah tertinggal yang tidak memiliki tenaga kesehatan yang cukup jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya, khususnya daerah selain Pulau Jawa. Perlu ada intervensi pemerintah untuk meningkatkan pemerataan tenaga kesehatan,” terangnya. Sebenarnya, meski jumlah tenaga kesehatan masih kurang memadai secara keseluruhan, tetapi dengan kualitas yang mereka miliki sebenarnya sudah mampu untuk mengurangi bahkan menyelesaikan seluruh masalah kesehatan yang ada. Akan tetapi, di Indonesia masih terhalang oleh jumlah fasilitas yang diberikan dan disediakan oleh pemerintah. Oleh karena itu, dalam pengambilan kebijakan atau aturan, seharusnya pemerintah lebih memperhatikan apa yang diperlukan dan dipersiapkan untuk menghadapi segala macam permasalahan yang ada. Kemudian, apabila merujuk pada sumber daya berupa sarana prasarana kesehatan, kondisi di Indonesia sangat bervariasi. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam melakukan pemerataan pelayanan kesehatan menunjukkan hasil positif. Nurhasmadiar menuturkan jika terkait pelayanan kesehatan dasar seperti Puskesmas, ketersediaan dan kualitas sarana prasarananya sudah cukup baik. Hal ini dikarenakan Puskesmas harus lolos akreditasi untuk dapat bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). “Akreditasi Puskesmas merupakan salah satu sarana untuk memastikan bahwa Puskesmas memiliki sarana prasaran pendukung pelayanan kesehatan yang cukup dan sesuai standar,” ujar Nurhasmadiar. Dengan
EDENTS
Volume 1 Edisi XXXVI Tahun 2021
akreditasi tersebut, berbagai daerah dapat mengupayakan standar pelayanan yang sama kualitasnya. Namun demikian, keterbatasan SDM sekali lagi masih menjadi keluhan masyarakat di beberapa daerah. Masalah Pelayanan hingga Keterjaminan Kesehatan Ditemukannya masyarakat yang masih belum mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak disebabkan oleh Universal Health Coverage belum tercapai. Jaminan kesehatan yang belum dimiliki masyarakat ini juga seringkali karena ketidaktahuan mereka sendiri bahwa mereka yang tidak mampu membayar bisa mendaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang mana iuran BPJS dibayarkan pemerintah. Selain masalah jaminan kesehatan, terdapat pula kendala akses dan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan. Masih banyak daerah yang susah untuk mengakses kesehatan, seperti jalan yang susah atau jauh dari Puskesmas, maupun kesehatan yang terbatas. Karena hal inilah, masih terdapat masyarakat yang belum mendapat pelayanan kesehatan yang layak. Wilayah geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan, masih sulitnya akses di beberapa daerah, serta tidak banyaknya SDM yang bersedia ditempatkan di daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) merupakan kendala utama yang menghambat upaya pemerataan layanan kesehatan. Untuk mengatasi kendala tersebut, Nurhasmadiar mengungkapkan beberapa upaya yang bisa dilakukan, yaitu dengan memberikan kesempatan bagi putra daerah untuk sekolah tinggi lalu diminta kembali mengabdi di daerah asal mereka yang didukung adanya infrastruktur yang memadai. Indonesia sendiri hingga saat ini masih memiliki berbagai permasalahan kesehatan, mulai dari tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (AKI/ AKB), stunting (gagal pertumbuhan), penyakit menular maupun tidak menular, hingga permasalahan kesehatan lainnya. Masalah kesehatan yang ada sangat kompleks karena terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi suatu masalah kesehatan. Tidak bisa ada jalur cepat yang dapat mengatasi masalah kesehatan secara keseluruhan. “Misalnya saja terkait kematian ibu, walaupun sudah terdapat tenaga kesehatan yang kompeten, banyak fasilitas pelayanan kesehatan berkualitas, tetapi masih ada faktor budaya dan lingkungan yang sulit diintervensi. Karena itu perlu pendekatan yang menyeluruh untuk menyelesaikan suatu masalah kesehatan, dan membutuhkan waktu,” tukas Nurhasmadiar Problematika Jaminan Kesehatan Masyarakat Indonesia Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan solusi untuk menjamin kesehatan bagi seluruh warga Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat
9
LAPORAN UTAMA banyak kendala. Hal ini normal karena JKN di Indonesia baru berjalan sejak 2014. Bahkan hingga 2021, belum semua masyarakat ter-cover JKN atau menjadi peserta BPJS Kesehatan, sehingga masih banyak terdapat kendala misalnya terkait cakupan belum maksimal, defisit BPJS, dan lainnya. Namun, JKN juga sudah banyak memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan. Selama pandemi, jaminan kesehatan tetap berjalan dan dapat digunakan oleh masyarakat untuk menangani pelayanan kesehatan selain Covid-19 karena pelayanan Covid-19 ditanggung oleh pendanaan lain dari pemerintah.
Dok. Unair News
Menurut Nurhasmadiar, tingkat keterjaminan kesehatan sangat penting bagi seluruh masyarakat Indone-
sia tanpa terkecuali. “Sesuai konsep Universal Health Coverage, seluruh masyarakat seharusnya memiliki jaminan akses ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Akses tidak hanya akses pembiayaan, tetapi juga akses untuk mendapatkan pelayanan yang aman dan berkualitas di fasilitas pelayanan kesehatan yang terstandar,” terang Nurhasmadiar. Melihat kebelakang, isu iuran BPJS yang mengalami kenaikan sangat meresahkan masyarakat, terutama bagi mereka yang memang bergantung pada BPJS dalam biaya kesehatan. Baik golongan satu, dua, dan tiga sama sama mengalami kenaikan hampir dua kali lipat. Meski demikian, kebijakan tersebut nyatanya sudah dipertimbangkan secara matang oleh yang berwenang, untuk segala dampaknya baik positif atau negatif. Nurhasmadiar menuturkan bahwa sisi positif yang bisa diharapkan adalah meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS seiring dengan kenaikan tersebut. “Karena diharapkan kenaikan iuran akan menjadi solusi dari masalah klaim yang terlambat dibayarkan ke fasilitas pelayanan kesehatan sebagai provider akan semakin berkurang, sehingga fasilitas pelayanan kesehatan juga dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan lebih optimal,” ujar Nurhasmadiar. Akan tetapi, kenaikan ini juga dapat membawa sisi negatif yaitu beratnya masyarakat untuk membayar yang berujung pada tidak tertibnya masayarakat dalam membayar iuran. Namun, sebenarnya masyarakat bisa mengambil solusi terkait masalah tersebut dengan
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXVI Tahun 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
mengajukan penurunan kelas layanan jika dirasa iuran tersebut memberatkan. Masyarakat yang memang tidak mampu juga bisa mendaftar sebagai peserta PBI. Menilik Kesehatan Indonesia dalam Perbandingan dengan Negara Lain Ketertinggalan Indonesia dalam pelayanan kesehatan bila dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura dan Malaysia dikarenakan masalah kesehatan di Indonesia yang sangat kompleks, memiliki pengaruh erat dengan kebudayaan dan lingkungan yang sulit diintervensi. Sebagai contoh adalah terkait kematian ibu yang mana salah satu penyebabnya adalah terlalu banyak anak. Nurhasmadiar menuturkan bahwa semakin banyak anak, semakin tinggi risiko kematian ibu. Namun, di Indonesia masih ada kepercayaan ‘banyak anak banyak rejeki’, yang mana hal ini kontradiktif dengan upaya penekanan jumlah kematian ibu dan anak. Meskipun begitu, Indonesia sudah cukup baik dalam melakukan pelayanan kesehatan. Walaupun bukan yang terbaik, Indonesia sudah berani menyelenggarakan JKN yang dapat dikatakan cukup menantang untuk dilakukan karena jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Selain itu, banyaknya rumah sakit di Indonesia yang sudah terakreditasi internasional juga menandakan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan Indonesia sudah mulai dapat bersaing. “Jadi sebenarnya warga Indonesia yang membutuhkan pelayanan kesehatan tidak perlu lagi jauh-jauh ke Singapura, Malaysia, atau negara lainnya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan berkualitas.” Ujar Nurhasmadiar. Selain melakukan upaya pelayanan kesehatan dalam negeri, Indonesia juga memiliki kemungkinan bekerja sama dengan negara lain untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kerja sama yang dijalin terkait dengan vaksinasi Covid-19. Selain itu, kerja sama juga dapat terjalin karena Indonesia yang merupakan negara tropis dan masih terdapatnya berbagai macam penyakit tropis yang tidak ditemukan di negara-negara lain, dapat menjadi tujuan bagi ilmuwan luar negeri untuk melakukan riset upaya pengobatan dan penurunan kasus penyakitpenyakit tropis. Kemudian mengenai teknologi karya anak negeri, Nurhasmadiar berpendapat bahwa ada potensi penggunaan teknologi karya anak negeri dalam rangka memperbaiki kualitas kesehatan. Pernyataan tersebut didasari oleh terdapatnya berbagai ilmuwan yang dapat menciptakan inovasi-inovasi di bidang kesehatan di Indonesia. “Penggunaan teknologi karya anak negeri perlu adanya dukungan dari pemerintah dan juga
10 11
LAPORAN UTAMA masyarakat agar dapat semakin berkembang, namun juga perlu memperhatikan rambu-rambu atau etik keilmuan yang berlaku,” jelas Nurhasmadiar. Kerekatan antara Ekonomi dan Kesehatan Secara umum, terdapat keterkaitan yang begitu erat antara ekonomi dan kesehatan, bahkan terdapat bidang ilmu Ekonomi Kesehatan. Tidak dapat dipungkiri bahwa isu kesehatan ini akan dipengaruhi oleh isu ekonomi. Misalnya terkait jaminan kesehatan, lalu penganggaran kesehatan, dan lainnya. Penganggaran untuk sektor kesehatan utamanya dipengaruhi dari keputusan pimpinan daerah. Jika kepala daerah lebih memprioritaskan pada pembangunan fisik dan infrastruktur, anggaran kesehatan utamanya hanya terbatas pada upaya perbaikan fisik atau pengadaan alat kesehatan. Walaupun sebenarnya anggaran kesehatan dapat digunakan untuk upaya-upaya preventif atau nonfisik, misalnya meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di daerah dengan memberikan pelatihan, atau menyusun program-program untuk merubah perilaku kesehatan masyarakat, dan lain sebagainya. Di tengah peningkatan kasus Covid-19, kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan justru menurun, hal itu karena masyarakat juga harus memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Menurut Nurhasmadinar hal tersebut masih dipengaruhi dari kebijakan pemerintah yang kurang tegas dan terlambat. Jika sejak awal dilakukan kebijakan karantina wilayah sesuai UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, maka penularan dapat segera diatasi dan ekonomi tidak terlalu memburuk seperti saat ini. Kebijakan karantina kesehatan jelas tertulis bahwa segala kebutuhan hidup dasar bagi orang yang berada dalam karantina menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, karena itu jika sejak awal dilakukan karantina wilayah, maka kebutuhan hidup dasar masyarakat seharusnya ditanggung pemerintah, dan penularan penyakit dapat segera selesai dan karantina wilayah dapat dihentikan. Pada saat ini yang dilakukan pemerintah hanya pembatasan sosial, dan sebatas himbauan, tidak ada sanksi tegas bagi pelanggar, dan tidak ada jaminan juga bagi masyarakat yang mematuhi kebijakan pembatasan sosial. Upaya dan Hambatan Peningkatan Kualitas Kesehatan di Masa Pandemi Pandemi yang tidak kujung berakhir sebenarnya bukan hanya karena kualitas kesehatan Indonesia yang ma-
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXVI Volume 1 Edisi 2017
Tahun 2021
sih rendah tetapi ada banyak faktor seperti kebijakan pemerintah yang kurang tegas, rendahnya Tracing dan Tracking sehingga banyak kasus tidak terlapor, tidak tertangani dan menyebabkan meluasnya penularan. Kebijakan pemerintah yang kurang tegas juga berdampak pada menurunnya kepatuhan masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan, sehingga semakin memperluas penularan. Selain itu di Indonesia juga cukup terlambat upaya penanganan dan pencegahannya. Pandemi Covid-19 secara tidak langsung dapat merepresentasikan kualitas dan pelayanan kesehatan di Indonesia. “Dibuktikan dengan terbatasnya tempat tidur di rumah sakit, terbatasnya ruang isolasi, tidak tersedianya alat-alat yang memadai”, ujar Nurhasmadinar. Beberapa bulan lalu banyak berita mengenai pasien Covid meninggal di perjalanan atau di IGD karena tidak mendapatkan ruangan di ICU atau tidak mendapatkan ventilator. Hal ini memperlihatkan masih adanya ketimpangan dan keterbatasan pelayanan kesehatan di Indonesia. Terkait berbagai permasalahan kesehatan, diperlukan upaya peningkatan kualitas kesehatan agar lebih baik lagi. Upaya peningkatan kualiatas kesehatan dapat dibedakan menjadi preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Dijelaskan secara singkat bahwa upaya preventif adalah upaya pencegahan, upaya promotif adalah upaya promosi, upaya kuratif adalah upaya penyembuhan, sedangkan upaya rehabilitatif adalah upaya pemulihan. Upaya preventif jauh lebih murah dibandingkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Untuk itu, masyarakat sebaiknya lebih memahami upaya-upaya preventif yang dapat dilakukan, dan menjadikan upaya tersebut menjadi kebiasaan sehari-hari. Di masa pandemi seperti saat ini, upaya preventif seperti menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan harus benar-benar diterapkan dengan baik. Namun ada kenyataan di lapangan, terdapat beberapat faktor yang menghambat upaya peningkatan kualitas kesehatan. Menurut Nurhasmadinar, kebijakan yang tidak tegas, terbatasnya SDM, terbatasnya fasilitas kesehatan, dan hoax kesehatan yang menyebar di masyarakat merupakan faktor penghambat upaya peningkatan kualitas kesehatan utama dimasa pandemi. Pemerintah harus lebih perhatian dan tegas terhadap isu-isu kesehatan dalam rangka peningkatan kualitas kesehatan. Pemerintah harus dapat lebih memperhatikan masukan dan saran dari para ilmuwan sehingga kebijakan-kebijakan dan keputusan-keputusan yang diambil lebih berdasarkan evidence based sehingga dapat lebih efektif dan efisien dalam menyelesaikan masalah kesehatan. (lth)
12
11
LAPORAN UTAMA
Peran Serta Pemerintah dan Masyarakat dalam Upaya Peningkatan Kualitas Kesehatan selama Pandemi
Dok. Google
Oleh : Nisa, Dewima, Wening
Krisis ekonomi yang sedang dialami oleh Indonesia saat ini berbeda dari krisis-krisis ekonomi sebelumnya yang disebabkan oleh sektor keuangan. Kali ini, krisis ekonomi berawal dari permasalahan sektor kesehatan yang ditandai dengan munculnya pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 yang mewabah mengakibatkan kerugian di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor perekonomian. Hal tersebut tidak mengherankan karena selama pandemi warga diimbau untuk stay at home. Akibatnya, mobilitas masyarakat pun menurun yang kemudian berimbas pada kemerosotan ekonomi. Selain ekonomi, imbas pandemi terhadap sektor kesehatan tentuk tak luput dari perhatian. Dampak langsung pada kesehatan maupun tidak langsung seperti pada pelayanan kesehatan juga menjadi perhatian utama yang perlu dipulihkan.
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXII XXXVI Tahun2020 2021 Volume 1 Edisi 2017Tahun
Covid-19 dan Dampaknya terhadap Perekonomian Aktivitas stay at home memberikan guncangan pada sektor perekonomian global, tak terkecuali Indonesia. Selain membutuhkan anggaran untuk menutup kerugian perekonomian, Indonesia juga membutuhkan anggaran dalam sektor kesehatan yaitu dalam rangka perawatan pasien Covid-19. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian nasional dan global sangat terasa pada triwulan II tahun 2020. Triwulan I tahun 2020, ekonomi nasional masih tumbuh 2,97%, walau turun dibandingkan dengan triwulan I tahun 2019 yang sebesar 5,07. Hal ini terjadi karena pengaruh eksternal di mana Covid-19 sudah merebak di beberapa negara seperti Cina. Pada triwulan II, Indonesia diperkirakan mengalami kontraksi (pertum-
10
10 12
LAPORAN UTAMA buhan ekonomi negatif) hingga 5,32%. Hal ini terjadi karena kebijakan social distancing atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) baru dimulai pada pertengahan Maret. Social distancing dan PSBB tersebut sangat mempengaruhi aktivitas ekonomi.
mengkaji permasalahan pandemi. Fokus terbesar pemerintah saat ini yaitu pada peningkatan pelayanan di sektor kesehatan. Pemerintah pun sudah mengeluarkan berbagai program terkait penanggulangan Covid-19, salah satunya dengan pemberian layanan vaksinasi.
Oleh karena itu, diperlukan adanya kebijakan-kebijakan dari pemerintah yang dapat memulihkan perekonomian secara signifikan. Pemulihan perekonomian dilakukan melalui kebijakan fiskal dan moneter. Pemerintah memiliki beberapa strategi untuk menjaga momentum pertumbuhan dan pemulihan ekonomi, di antaranya dengan meningkatkan efektivitas belanja pemerintah melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), dan meningkatkan arus permodalan (capital inflow) yang berpotensi meningkatkan investasi. “Kami juga mendorong ekspor utama Indonesia dengan memanfaatkan perbaikan harga komoditas, seperti kelapa sawit dan batu bara, di pasar internasional. Untuk kelapa sawit sendiri yang mendorong sektor pertanian meningkat,” ujar Menko Airlangga, dilansir dari artikel yang dikeluarkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Akibat pandemi Covid-19 perusahaan mau tidak mau harus bisa beradaptasi dengan kondisi baru. Bahkan beberapa di antara mereka harus mengeluarkan anggaran yang lebih besar karena anggaran tidak hanya digunakan untuk menghadapi pandemi dan menutupi kekurangan modal. Di sinilah peran pemerintah dibutuhkan untuk menjaga eksistensi perusahaan. Pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa program insentif untuk membantu pemulihan perusahaan dan roda perekonomian nasional.
Program vaksinasi merupakan angin segar bagi pemulihan sektor kesehatan dan ekonomi. Melalui Forum Indonesia Bangkit (06/04/2021), Wakil Presiden Indonesia, Ma’ruf Amin, menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia bersama negara-negara lain dan World Health Organization (WHO) mendukung seruan global untuk membuat perjanjian internasional mengenai akses vaksin, obatobatan, serta perlengkapan diagnostik untuk mengatasi pandemi secara adil. “Kita perlu bersyukur atas kinerja cepat pemerintah yang berhasil mengamankan pasokan vaksin, sehingga sejak Januari 2021 Indonesia telah berhasil melaksanakan vaksinasi. Harapannya pada akhir tahun vaksin tersebut sudah dapat diberikan kepada 181 juta jiwa atau sekitar 70% penduduk Indonesia,” ujar Ma’ruf.
Program Vaksinasi sebagai Salah Satu Upaya Pelayanan Kesehatan yang Gencar Dilakukan Saat ini masyarakat global terus berpacu melawan pandemi. Tak ketinggalan pemerintah Indonesia pun terus
Perlu kita ketahui bahwa Indonesia masuk ke dalam peringkat empat besar sebagai negara yang bukan sebagai produsen vaksin di dunia tetapi berhasil melakukan vaksinasi untuk warganya secara masif. Pada awal April 2021, tercatat bahwa lebih dari tiga belas juta dosis vaksin telah disuntikkan kepada masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa pelayanan kesehatan Indonesia dalam hal vaksinasi cukup cepat. Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, menjelaskan bahwa wilayah yang terkena bencana, seperti di Nusa Tenggara Timur menjadi prioritas pemerintah untuk memberikan layanan vaksinasi. Indonesia telah memiliki unit layanan kesehatan puskesmas sebanyak lebih 10.000 yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Puskesmas yang menjangkau pelosok negeri ini bisa menjadi sentra vaksinasi yang akan difasilitasi logistik vaksin.
Dok. ibumninc.com
Pentingnya Penerapan 3T
Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan Indonesia
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXII XXXVI Tahun Tahun2020 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
Upaya vaksinasi ini tidak seutuhnya menjawab permasalahan kesehatan di Indonesia. Perlu adanya Testing, Tracing, Treatment (3T) yang harus dilakukan oleh masyarakat. 3T ini dilakukan dalam rangka pencegahan penyebaran penyakit dalam jangka panjang. Menurut CEO PT. Siloam International Hospital, Caroline Riady, pemerintah sudah selayaknya memberikan fasilitas pelayanan 3T yang lebih mudah, murah, dan cepat. Salah satu metode testing dengan keakuratan tinggi adalah Polymerase Chain Reaction (PCR). Akan tetapi, ternyata biaya testing di Indonesia masih tergolong mahal yakni sekitar Rp 900.000. Biaya ini masih jauh lebih mahal dibandingkan dengan biaya testing di negara berkembang lainnya, seperti di India yang hanya sebesar Rp 100.000 dan Filipina Rp 460.000.
11 13 11
LAPORAN UTAMA Jika dalam penyediaan layanan kesehatan aspek keakuratan, kecepatan, dan harga mampu dialokasikan dengan baik oleh pemerintah, maka akan semakin banyak masyarakat yang akan melakukan pemeriksaan kesehatan secara sukarela. Akibatnya, kesehatan masyarakat pun menjadi lebih terjamin dan penyebaran virus pun dapat ditekan. “Pemerintah Indonesia harus mencari cara mengenai bagaimana caranya supaya dapat memberikan layanan 3T yang lebih murah. Biaya 3T yang terjangkau akan menimbulkan kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Dengan demikian kasus akan lebih cepat terdeteksi, tercipta rasa aman, dan terjadi peningkatan keyakinan masyarakat untuk dapat kembali beraktivitas dalam membangun perekonomian,” ungkap Caroline Riady. Memanfaatkan Sarana Digital Seperti perkembangan yang banyak diberitakan, saat ini kasus Covid-19 di Indonesia masih terhitung banyak. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan berbagai regulasi guna mengurangi angka presentasenya. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah dalam upaya menanggulangi pandemi Covid-19 adalah dengan melakukan tracing melalu sebuah aplikasi smartphone, aplikasi tersebut bernama Electronic Health Alert Card (E-HAC). E-HAC sendiri merupakan aplikasi kartu kewaspadaan kesehatan yang dikeluarkan untuk para pelaku perjalanan yang awalnya hanya ditujukan untuk masyarakat yang akan bepergian ke luar negeri. Namun di era transisi menuju normal baru, aplikasi tersebut juga dapat digunakan oleh masyarakat yang akan berpergian antardaerah jalur udara dan laut untuk menghindari kerumunan akibat antrean pembuatan kartu kuning. Secara singkatnya, E-HAC adalah Kartu Ke-
waspadaan kesehatan versi modern dari kartu sebelumnya yang sifatnya manual. Kartu tersebut dapat diunduh melalui aplikasi elektronik Health Alert Card (E-HAC) di Google atau Apple Store dan dapat diakses di inahac. go.id. E-HAC dikembangkan oleh Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Indonesia. Latar belakang pembuatan aplikasi ini adalah karena pada saat itu kegiatan pulang pergi di Indonesia baik itu di jalur laut dan udara sangat ramai dan tidak bisa dihindari. Untuk itu pemerintah membutuhkan alat yang dapat digunakan untuk mengawasi para penumpang sehingga dibuatlah EHAC yang dinilai dapat memudahkan pelacakan, selain itu diharapkan aplikasi ini dapat memudahkan masyarakat untuk mendapat akses kesehatan. Masyarakat Indonesia dapat memperoleh kartu E-HAC melalui aplikasi ponsel dengan langkah pertama yaitu mengunduh aplikasi “EHAC INDONESIA” di Google Store atau Apple Store lalu melakukan pengaturan awal sesuai petunjuk yang ada. Kemudian setelah melakukan setting akan tampil halaman utama E-HAC. Untuk membuat Kartu Kewaspadaan Kesehatan Elektronik pilih tombol visitor kemudian ikuti langkah-langkah pengisian data diri sesuai petunjuk yang ada di aplikasi. Dilansir dari Antara News, pengamat transportasi Djoko Setidjowarno menilai aplikasi E-HAC bisa mempermudah pelacakan penumpang pesawat di masa pandemi ini. Menurutnya, penggunaan aplikasi ini sebaiknya diseragamkan di bandara-bandara guna menghindari kerumunan akibat pengisiannya yang memakan waktu lama sehingga bisa menghidari munculnya cluster baru penyebaran Covid-19. “Aplikasi itu memudahkan dalam melakukan tracing terhadap penumpang, seperti asal dan tujuan penerbangan,” kata Djoko Setidjowarno kepada Antara di Jakarta.
Dok. investor.id
Insentif Tenaga Kesehatan
Caroline Riady, CEO PT. Siloam International Hospital
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXII XXXVI Tahun2020 2021 Volume 1 Edisi 2017Tahun
Tenaga kesehatan menjadi salah satu tokoh penting yang tidak dapat terlepas dari upaya penanggulangan pandemi Covid-19. Sejak awal kemunculan virus di Indonesia, para tenaga kesehatan sudah memilik peran yang besar dalam penyembuhan pasien Covid-19 karena mereka selalu menjadi garda terdepan yang kontak secara langsung dengan pasien Covid-19. Bahkan tidak sedikit tenaga kesehatan yang ikut terpapar virus dan nyawanya terenggut. Oleh karena itu sudah sewajarnya jika pemerintah Indonesia memberikan insentif kepada para tenaga kesehatan Covid-19. Di tahun 2021, terdapat aturan baru yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan mengenai insentif tenaga kesehatan Covid-19. Aturan tersebut tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) nomor HK.01/ MENKES/4239/2021 tentang Pemberian Insentif
12
10 14
LAPORAN UTAMA dan Santunan Kematian bagi Tenaga Kesehatan yang Menangani Covid-19. Sejak awal terdapat aturan-aturan yang berbeda mengenai insentif ini, baik itu jumlah maupun cara pengiriman ke pihak tenaga kesehatan. Di tahun 2020 sendiri masih terdapat tunggakan yang menurut peraturan terbaru di tahun 2021 tunggakan tersebut harus segera terselesaikan. Dilansir dari laman resmi Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan terdapat beberapa perubahan dan pembaruan dalam peraturan mengenai insentif tenaga kesehatan. Perubahan pertama ada pada cara pengiriman insentif yaitu langsung ditransfer ke rekening penerima. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menghindari adanya pemungutan dan pemotongan yang nantinya dapat berdampak jumlah insentif. Perubahan kedua adalah karena penerima insentif adalah para tenaga kesehatan maka terdapat usulan kalau penerima insentif berasal dari fasilitas kesehatan. Perubahan lainnya terletak pada tenaga kesehatannya, yaitu dengan adanya zona pada tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang memiliki risiko paling tinggi terpapar virus tentunya juga mendapat insentif yang maksimal. “Perbaikan dari regulasi ini jika dibandingkan pada tahun 2020 di antaranya mengenai kriteria fasilitas pelayanan kesehatan dan kriteria tenaga kesehatan. Maka prioritas ini difokuskan kepada yang menangani Covid-19,” ujar dr. Kirana Pritasari, MQIH, Plt Kepala Badan PPSDM Kesehatan. Awal tahun lalu ramai dibicarakan mengenai pemangkasan insentif tenaga kesehatan. Tentunya hal tersebut menjadi perhatian masyarakat luas. Pemangkasan itu dilakukan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan nominal mencapai Rp 7,5 juta. Dilansir dari Kompas.com, Kamis (4/2/2021), besaran nilai insentif tenaga kesehatan setelah dipangkas tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor: S-65/MK.02/2021. Namun dikutip dari Kontan.co.id, insentif tenaga kesehatan batal dipangkas. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Askolani, mengatakan, besaran insentif nakes
dan santunan kematian tenaga kesehatan harus ditinjau kembali. “Sampai saat ini, belum ada perubahan kebijakan mengenai insentif nakes, dengan demikian insentif yang berlaku tetap sama dengan yang diberlakukan pada 2020,” tutur Askolani dikutip dari Kontan.co.id, Kamis (4/2/2021). Pentingnya Peran Masyarakat Dalam upaya penanggulangan Covid-19 tentunya tidak terlepas dari peran masyarakatnya sendiri. Diperlukan kesadaran dari masing-masing individu untuk berpartisipasi aktif dan patuh terhadap protokol kesehatan yang ada. Protokol kesehatan tersebut adalah senantiasa melaksanakan 3M (menjaga jarak, memakai masker, dan menjauhi kerumunan). Karena tanpa peran aktif dari masyarakat upaya-upaya yang ada menjadi siasia.”Keberhasilan upaya penanganan Covid-19 sangat tergantung peran masyarakat. Butuh kerja sama semua perangkat RT, RW, Desa, sampai dengan pelaksanaan isolasi mandiri baik perorangan sampai kelompok dan kepatuhan dalam penerapan PSBB,” kata Achmad Yurianto, Jubir Pemerintah untuk Covid-19 di tahun 2020, dikutip dari sehatnegeriku.kemkes.go.id. Saat ini pemerintah telah mengeluarkan regulasi-regulasi kesehatan mulai dari tracing pada masyarakat sampai pemberian vaksinasi yang dilakukan secara bertahap. Oleh karena itu masyarakat juga harus memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan dan peduli akan lingkungannya dengan memahami gejala-gejala Covid-19. “Kita pahami bersama bahwa pandemi Covid-19 belum selesai. Oleh karena itu kita harus mulai menata kembali kehidupan kita. Tidak lagi kita berasumsi untuk menyerah pada kondisi. Namun kita harus bangkit bersama-sama bergotong-royong untuk kemudian bisa produktif kembali di tengah situasi pandem Covid-19 ini. Karena ini lah yang paling bijak yang harus kita lakukan di tengah-tengah pandem Covid-19,” ujar Achmad Yurianto dikutip dari siaran pers di Youtube BNBP. (lth)
“Pemerintah Indonesia harus mencari cara mengenai bagaimana
caranya supaya dapat memberikan layanan 3T yang lebih murah. Biaya 3T yang terjangkau akan menimbulkan kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Dengan demikian kasus akan lebih cepat terdeteksi, tercipta rasa aman, dan terjadi peningkatan keyakinan masyarakat untuk dapat kembali beraktivitas dalam membangun perekonomian,” - Caroline Riady
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXII XXXVI Tahun Tahun2020 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
11 15 13
LAPORAN UTAMA
Mengupayakan Sinergitas Pemulihan Ekonomi dan Kesehatan melalui Berbagai Kebijakan Oleh: Firi, Diah dan Yunita
Dok. google.com
Pandemi Covid-19 menyerang dunia pada akhir tahun 2019, sebagaimana pandemi ini menimbulkan dampak bagi semua negara tanpa terkecuali, terutama pada sektor kesehatan dan ekonomi. Semua negara berusaha semaksimal mungkin untuk menangani pandemi dengan berbagai cara, salah satunya ialah melalui kebijakan-kebijakan baru, mulai dari anjuran untuk tetap di rumah saja hingga pembatasan keluarmasuk suatu wilayah. Adanya kebijakan-kebijakan tersebut menyebabkan aktivitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya terbatas, sehingga menimbulkan perekonomian turun. Kebijakan mulai dilonggarkan untuk meningkatkan perekonomian, namun siapa sangka, hal ini justru menyebabkan kasus positif Covid-19 meningkat sehingga menimbulkan dilema bagi pemerintah dan masyarakat. Di sisi lain, angka kasus positif Covid-19 yang semakin meningkat mendorong ahli kedokteran untuk menciptakan vaksin. Dengan waktu yang relatif singkat, vaksin telah tercipta dan siap untuk didistribusikan ke seluruh negara yang terdampak, termasuk Indonesia. Kebijakan vaksinasi telah dilaksanakan sejak akhir Januari, lantas apakah perekonomian Indonesia akan pulih dalam waktu dekat? Proyeksi Perekonomian Indonesia di Tahun 2021 Adanya kebijakan vaksinasi yang sedang berjalan ini, diharapkan dapat memulihkan kepercayaan publik
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXII XXXIV Tahun2020 2021 Volume 1 Edisi 2017Tahun
terhadap pemerintah akan penanganan pandemi Covid-19, dan pasar juga memberikan dampak positif. Hal tersebut seakan memberikan harapan terkait pemulihan ekonomi dalam waktu dekat. Akan tetapi, menyimpulkan bahwa perekonomian akan pulih dalam waktu dekat terlalu cepat untuk disimpulkan. Menurut Hastarini Dwi Atmanti, selaku dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (Undip), “Pada tahun 2021, perekonomian Indonesia belum sepenuhnya pulih. Dampak pandemi yang melemahkan semua aktivitas kegiatan perekonomian tidak serta merta selesai dalam satu tahun. Pekerjaan rumah yang harus diselesaikan masih banyak, seperti mengatasi pengangguran akibat adanya gelombang PHK, memulihkan sektor pariwisata di Indonesia, dan lain-lain.” Abdul Manap Pulungan, selaku ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) juga menuturkan hal yang sama. Menurutnya, jika kesehatan tidak pulih, maka ekonomi juga akan sulit untuk bergerak. Hal ini karena kesehatan akan terkait dengan masyarakat sebagai pelaku ekonomi yang menjadi penentu ekonomi berjalan dengan baik. “Sebagaimana diketahui kalau Indonesia struktur ekonominya ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Nah, kalau konsumsi rumah tangga itu menurun karena tidak ada aktivitas ekonomi dan penurunan aktivitas bisnis, tentu pemulihan ekonomi kita akan melambat dan akan agak
14
13 16
LAPORAN UTAMA sulit untuk kembali pulih ke kondisi sebelumnya krisis,” ujar Abdul Sementara itu, dilansir dari nasional.kontan.co.id, Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh seberar 4,9% di tahun 2021 ini, dan naik menjadi 5,4% pada tahun 2022. Menteri keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2021 masih berada dalam zona negatif dengan kinerja perekonomian yang mengalami kontraksi pada kisaran minus 1% hingga minus 0,1%. Keterkaitan Ekonomi dan Kesehatan Seperti yang disampaikan sebelumnya, bahwa pandemi Covid-19 menimbulkan dampak bagi sektor kesehatan dan sektor ekonomi. Hal tersebut merupakan hal yang saling berkaitan. Hastarini menuturkan bahwa peningkatan kesehatan berbanding lurus dengan meningkatnya sektor ekonomi. “Jika kesehatan baik, maka produktivitas tenaga kerja akan meningkat sehingga mampu meningkatkan nilai tambah pada output nasional. Demikian juga sebaliknya, jika pembangunan ekonomi meningkat, daya beli masyarakat membaik, termasuk daya beli untuk kesehatan dan pemenuhan gizi yang seimbang akan meningkat, maka status kesehatan akan membaik dan pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas nasional,” jelasnya. Kesehatan dan ekonomi merupakan hal yang berkaitan, sehingga tidak dapat diambil kesimpulan manakah krisis yang paling parah. Kesehatan yang belum teratasi sepenuhnya berdampak pada ekonomi, yang mana kesehatan akan bersangkutan dengan kinerja pelaku ekonomi. Krisis kesehatan berdampak pada ekonomi, namun tidak sebaliknya dengan krisis ekonomi. Krisis ekonomi hanya berdampak pada ekonomi. Melihat keterkaitan antara ekonomi dan kesehatan, untuk saat ini prioritas dalam penanganan pandemi ini yaitu sektor kesehatan. Menurut Hastarini, “Pemulihan kesehatan didahulukan untuk menopang pemulihan ekonomi. Oleh karena itu vaksinasi yang dilakukan bertahap kepada seluruh penduduk Indonesia, diharapkan mampu meningkatkan kesehatan penduduk sehingga produktivitas meningkat. Jika pemulihan kesehatan lambat, maka pemulihan ekonomi pun lambat.” Lambatnya Penanganan Pandemi di Indonesia Pandemi Covid-19 bermula di negara China, awal muncul pandemi tersebut membuat masyarakat dan pemerintah berpikir bahwa pandemi tersebut tidak akan berdampak pada negara Indonesia. Tetapi kenyataan berkata lain, pandemi ini menyerang seluruh dunia. Semua negara berusaha semaksimal mungkin untuk menangani pandemi tersebut, tidak lain dengan Indonesia. Namun, kesadaran akan pandemi di Indonesia yang lambat membuat penanganannya pun lambat. Hal tersebut juga dituturkan oleh Hastarini, “Penanganan pandemi di Indonesia masih tergolong lambat. Tingkat tes pengujian kepada masyarakat masih rendah, informasi tentang kasus positif, mening-
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXIV Tahun 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
gal dan sembuh yang kurang transparan. Kondisi ini menyebabkan keragu-raguan negara mitra Indonesia dalam berinvestasi, perdagangan dan kegiatan ekonomi yang lain.” Abdul Manap juga menjelaskan bahwa penanganan pandemi di Indonesia tergolong lambat, mulai dari anggapan pemerintah yang menyatakan bahwa pandemi ini bukan merupakan masalah yang besar bagi Indonesia, tidak adanya antisipasi untuk menutup akses rang dari luar negeri, hingga penyaluran bantuan meleset. Jika dibandingkan negara lain dalam penanganan Covid-19 seperti Vietnam, Indonesia jelas kalah jauh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kesigapan pemerintah akan pandemi Covid-19 hingga kecanggihan teknologi yang dimiliki negara Vietnam. Selain itu, faktor geografis yang menyangkut luas wilayah negara Vietnam juga berpengaruh terhadap penanganan Covid-19. “Daerah Indonesia topografinya berbeda dengan Vietnam, yang kita berapa kali Vietnam luas daerahnya. Dan terus terang, di daerah (pedesaan dan pinggiran), mereka nggak percaya ada pandemi. ‘Ya, karena mereka (virus corona) toh nggak ada di daerah saya’, mereka mikirnya gitu,” terang Abdul Manap. Vaksinasi sebagai Game Changer Kebijakan vaksinasi yang sudah mulai dilaksanakan akhir Januari ini menjadi suatu gerakan besar dalam penanganan pandemi Covid-19 ini. Hal ini sering disebut-sebut bahwa vaksinasi merupakan game changer bagi pemulihan ekonomi nasional. Dengan ini vaksinasi menjadi sebuah harapan besar kepada semua kalangan baik pemerintah dan juga masyarakat. Selain usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah dengan menyediakan vaksin ini harus dibarengi dengan usaha masyarakatnya sendiri yaitu dari kedisiplinannya. Abdul Manap menilai kedisiplinan akan protokol kesehatan menjadi paling penting disamping penerapan vaksinasi sebagai game changer. “Sebetulnya bagian terpenting dari vaksinasi itu tetap kedisiplinan masyarakat jangan sampai ada persepsi ‘saya sudah vaksin, bodo amat dengan protokol kesehatan’,” ujar Abdul Manap. Sejalan dengan hal tersebut, Hastarini juga menuturkan, “Semakin lancar program vaksinasi ini berjalan, semakin normal kegiatan perekonomian. Namun demikian, program vaksin ini tetap dibarengi dengan protokol kesehatan yang ketat yaitu 3M (mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak dan menggunakan masker) serta Gerakan 3T yaitu testing (pemeriksaan dini), tracking (pelacakan orang yang pernah kontak dengan penderita), treatment (perawatan).” Vaksinasi Dimulai, Ekonomi Tidak Bisa Langsung Pulih Meskipun vaksinasi dianggap mampu memberikan dampak positif terhadap laju perekonomian Indonesia saat ini, namun masih terlalu cepat apabila menyimpulkan akan terjadi pemulihan ekonomi dalam waktu dekat. Berkaca dari fundamental ekonomi Indonesia di tahun 2020 yang sangat rapuh, bahkan pertumbuhan ekonominya hanya sekitar 2,07%. Prioritas yang
17 15
LAPORAN UTAMA tergabung dalam kredibel tersebut antara lain pertanian, pertambangan, dan industri-industri lain. Apabila ketiga sektor tersebut tidak pulih, tentunya akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja yang tetap, sehingga menyebabkan konsumsi masyarakat rendah, dan pertumbuhan ekonomi tidak akan melaju. “Jadi kalau kita lihat 2020 itu tidak ada fondasi yang kuat bagaimana kita bisa melaju, karena memang realisasi pertumbuhan ekonomi 2020 itu terlahir jauh dibandingkan target pemerintah. Pemerintah menargetkan sekitar -1,1 sampai 2,2% sementara realisasinya 2,07%. Kalau 2021 saya gak yakin bisa pulih,” ungkap Abdul Manap. Selain itu, untuk mengejar kekebalan komunal, paling tidak program vaksinasi sudah menjangkau hingga 70% penduduk, dan untuk saat ini program ini masih dilakukan secara bertahap di Indonesia. Baik Hastarini maupun Abdul Manap yakin bahwa vaksinasi dapat membangkitkan ekonomi Indonesia secara perlahan-lahan. Namun, pemulihan ekonomi pada kondisi semula tidak bisa dilakukan secara cepat. Sebagai contoh, adanya gelombang PHK yang tinggi. Persiapan pemenuhan lapangan kerja baru tidaklah mudah dan cepat, tidak menutup kemungkinan membutuhkan waktu lima tahun atau bahkan lebih. Kebijakan PKMM Memang Perlu Diberlakukan Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKMM) Jawa dan Bali, dibuat untuk mempercepat penanganan pandemi Covid-19. Di mana Pulau Jawa dan Bali merupakan zona merah dan kontributor terbesar di tingkat nasional dan menambahkan kasus positif tertinggi. Diketahui untuk indikator penetapan wilayah PKMM Jawa dan Bali, di antaranya tingkat kematian diatas rata-rata tingkat kematian nasional, tingkat kesembuhan di bawah rata-rata tingkat kesembuhan nasional, tingkat kasus aktif diatas ratarata kasus aktif nasional dan tingkat keterisian rumah sakit atau bed occupancy ratio untuk Intensive Care Unit (ICU) dan ruang isolasi diatas 70%. Hastarini berpendapat jika PKMM memang harus dilakukan, melihat kasus positif Covid-19 di Jawa dan Bali terggolong tinggi. “Meskipun pada akhirnya pertumbuhan ekonomi menurun, tetapi pelaku ekonominya selamat. Kesehatan dan keselamatan penduduk lebih diprioritaskan. Pemulihan ekonomi akan bangkit meskipun pelan seiring dengan kesehatan pelaku ekonomi yang semakin baik,” jelasnya. Realisasi Program PEN 2020 Di tahun 2020, realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) mencapai 83,4 % dari pagu Rp 695,2 triliun atau mencapai Rp 579,78 triliun. Program PEN tahun 2020 ini paling besar digunakan untuk perlindungan sosial dan urutan kedua adalah dukungan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Perlindungan sosial yang dilakukan untuk menjaga konsumsi masyarakat. Salah satu perlindungan sosial adalah berupa pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat yang terdampak dan telah disalurkan
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXIV Volume 1 Edisi 2017 Tahun
2021
dengan baik. Sedangkan dukungan kepada UMKM ini dimaksudkan untuk menjaga kegitan produksi yang dilakukan oleh UMKM, UMKM mulai tumbuh dengan stimulus yang diberikan oleh pemerintah. Kemudian, terkait pertanyaan apakah program PEN terlaksana baik atau tidak. Menurut Abdul Manap, PEN memang terlaksana, namun program tersebut tidak efektif. Indikator pertama yakni permasalahan PEN sangat kompleks, program ini pertama kali dilakukan di Indonesia. Sehingga, pemerintah memerlukan nomenklatur baru dan ditambah lagi belum adanya DIPA (Daftar Isian Pelaksana Anggaran) di kementerian, pada akhirnya dana tersebut terealisasi dengan lambat. Kedua, dana yang dialokasikan belum tentu tepat sasaran, hal ini dapat kita lihat dari data sosial yang digunakan adalah basis tahun 2015, sedangkan waktu itu adalah tahun 2020. Tidak jauh berbeda, pada sektor UMKM pun tidak adanya data basis yang kuat. Di samping itu, Hastarini juga menyampaikan perihal program yang perlu diperkuat untuk tahun 2021 adalah perlindungan sosial kepada masyarakat dan progam prioritas pada sektoral kementerian/lembaga. Sinergi Semua Pihak Menjadi Kunci Optimisme Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi 2021 Pandemi Covid-19 sudah terjadi dan berlangsung selama satu tahun lebih, semua orang seakan terus bertanya kapan pandemi ini akan berakhir. Lantas apakah yang menjadi kunci utama dalam menangani pandemi ini? “Kunci utama untuk memberantas Covid-19 dan memulihkan perekonomian adalah gerakan 3M, 3T dan vaksinasi yang menyasar keseluruh penduduk. Masyarakat harus tetap menerapkan 3M sebagai kebiasaan baru di semua aktivitas ekonomi. Tingkat kepatuhan masyarakat di Indonesia pada gerakan 3M ini masih harus terus ditingkatkan,” ujar Hastarini. Berbeda dengan yang disampaikan oleh Hastarini, Abdul Manap memiliki pandangan tersendiri terkait penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi. Ia mengatakan bahwa, “Yang pertama vaksin, vaksin yang diasosiasi disiplin masyarakat itu dari sektor kesehatan. Yang kedua, dari sisi bagaimana menggerakan aktivitas memang harus ada stimulus dari pemerintah.” Hal tersebut diutamakan pada sektor UMKM, dikarenakan UMKM memiliki kontribusi besar terhadap masalah tenaga kerja, PDP, maupun ekspor. Apabila masalah UMKM dapat ditangani, maka secara tidak langsung masalah ekonomi juga akan *** teratasi. Pada intinya, Abdul Manap menekankan pada prioritas pertama adalah vaksinasi dan selanjutnya adalah adanya stimulus dari pemerintah. Ia juga menambahkan agar pemerintah menuntaskan progam yang terlah dirancang terlebih dahulu serta mengevaluasinya, baru membentuk program yang lain. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan program. Di samping itu, dengan sumber daya yang terbatas, banyaknya program yang terus bermunculan juga akan membingungkan penentuan mana yang akan menjadi prioritas. (lth)
16
18
Oleh: Ulfa
Volume Edisi XXXIV Tahun 2021 EDENTS 1 Edisi XXXII Tahun 2020 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017 EDENTSVolume
19 17
Volume 1XXXII EdisiTahun XXXIV EDENTS Volume Volume Edisi XXVI 2017 11 Edisi Tahun 2020 Tahun 2021 EDENTS EDENTS
18
20
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXIV Tahun 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
21 19
MANTAN EDENTS
Dari Pers Mahasiswa Menjadi Peneliti Muda Oleh: Nur Alfi Komariyah Lembaga Pers Mahasiswa Edents (LPM Edents) adalah organisasi mahasiswa yang bergerak pada bidang jurnalistik di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip). Organisasi ini sudah berdiri sejak lama, yaitu sejak tahun 1976 yang menjadikannya sebagai salah satu organisasi jurnalistik tertua yang ada di Jawa Tengah. Dengan julukan ini, maka tak mengherankan jika pada saat sekarang ini, sudah banyak alumni atau yang sering disebut ‘Mantan Edents’ telah sukses di bidangnya masing-masing. Salah satu mantan Edents yang cukup sukses di bidangnya yaitu Alan Ray Farandi mantan Edents tahun 2012. Di usianya yang baru menginjak 27 tahun, pria tersebut kini telah menjadi seorang peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Berawal dari Keinginan Mengembangkan Diri Pada saat masih menjadi mahasiswa baru, Alan melihat cukup banyak organisasi mahasiswa (ormawa) bagus dan menarik. Namun, ia menyayangkan beberapa organisasi yang sebenarnya bagus, akan tetapi untuk arah gerak maupun kegiatannya dirasa tidak sesuai dengan bidang maupun kompetensi organisasi itu sendiri. Hal ini menjadikannya selektif dalam memilih organisasi dan kegiatan yang akan diikutinya. Dalam tahap pencarian ini, ia mencoba mencari ormawa yang sesuai dengan keinginannya. Pada saat itu, ia memiliki ketertarikan untuk belajar mengenai kepenulisan. Ia menilai bahwa Edents sebagai lembaga pers dapat menjadi wadah baginya untuk bisa mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya akan dunia kepenulisan. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mendaftarkan diri di LPM Edents. Dok. pribadi
Proses seleksi yang dilalui untuk menjadi anggota Edents atau Edentser itu sendiri cukup panjang dan berbelit, mulai dari pengumpulan berkas, interview, hingga proses pembuatan majalah semu pun harus dilaluinya. Namun, baginya tahap itu bukanlah Volume EdisiTahun XXXVI EDENTS Volume 1 Edisi1XXVI 2017 Tahun 2021 EDENTS
hal melelahkan melainkan menyenangkan karena ia bisa belajar secara langsung bagaimana membuat sebuah berita. Setelah diterima menjadi bagian Edents, ia juga ia juga semakin aktif mengasah kemampuannya dalam menulis. Dari Menulis hingga Menjadi Mawapres Semasa kuliah, Alan tergolong sebagai mahasiswa yang sangat aktif mengikuti berbagai kegiatan, baik di Edents maupun luar Edents. Di Edents, ia merupakan salah satu reporter yang aktif menulis berita, tak jarang ia mengajukan diri untuk meliput berita. Alan mengungkapkan salah satu alasan dirinya sering mengajukan diri untuk meliput berita adalah karena dalam pihak yang dijadikan narasumbernya adalah tokoh-tokoh hebat yang menjadi idolanya. “Dulu itu, kalau ada berita yang narasumbernya menarik, aku suka ngajuin diri ke atasan biar aku aja yang ngeliput,” jelasnya. Selama tergabung di Edents, ia pernah menjabat sebagai redaktur pelaksana buletin dan redaktur pelaksana majalah. Selain itu, ia juga sangat aktif di organisasi lainnya. Bahkan, hingga di tahun ketiga masa kuliahnya, Alan masih sangat aktif mengikuti kegiatan kampus. Selain berorganisasi, Alan juga aktif dalam mengikuti kegiatan seperti program volunteering, magang, hingga berbagai jenis lomba. Pengalamannya di bidang jurnalistik yang erat dengan kepenulisan membawanya menjuarai beberapa perlombaan kepenulisan, seperti esai dan paper. Ia juga berhasil lolos pendanaan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan juga mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) 2 FEB Undip. Suka Duka di Edents Jika ditanya terkait suka duka dalam berorganisasi, Alan cenderung merasa lebih banyak suka dibandingkan dukanya. Ia menuturkan bahwa selama di Edents, ia tak menjumpai duka yang begitu berarti. Ketika ia menjabat sebagai redaktur pelaksana majalah, ia tidak merasa banyak kendala. Jika pun ada, itu masih dalam batas wajar. “Dukanya, paling ditolak narasumber ataupun pusing nyari topik. Tapi dari semua itu masih wajar, kok,” ujarnya.
20
22
MANTAN EDENTS Dibandingkan duka, justru ia merasa banyak hal yang menyenangkan yang ia alami, salah satunya adalah dengan memiliki kesempatan untuk bertemu bahkan mewawancarai tokoh-tokoh hebat yang bahkan belum tentu bisa ia temui serta secara langsung. Selain itu, ia juga berkesempatan untuk menjalin relasi dengan para narasumber itu sendiri. Seringkali, ketika mewawancarai narasumber, ia juga berusaha untuk bisa menjalin hubungan yang baik dengan narasumber. Tak jarang, ia juga menyisipi pertanyaan-pertanyaan pribadi yang diluar draf pertanyaan yang ia buat. Baginya, itu merupakan hal-hal yang sangat menyenangkan karena ia bisa belajar langsung dari sumbernya. Ilmu Kepenulisan yang Sangat Berguna Selama bergabung di Edents, ia merasa banyak sekali ilmu bermanfaat yang ia peroleh, yang bahkan masih bisa diterapkan hingga saat ini. Melalui Edents, ia banyak belajar dan mempraktikan teori-teori yang mungkin belum dipelajari dan dipraktikkan secara mendalam di perkuliahan, seperti penulis artikel dengan sudut pandang ketiga, kaidah kebahasaan dan lainnya. Menjadi seorang jurnalis di Edents, maka ia harus terbiasa untuk bisa menulis artikel dengan baik sesuai dengan kaidah kebahasaan yang ada. Hal seperti ini membuatnya menjadi familiar dan terbiasa untuk membuat tulisan yang baik dan benar yang bahkan hingga saat ini masih ia gunakan hingga saat ini. Alan mengungkapkan bahkan disaat ia menyusun skripsi, ia sangat terbantu dengan ilmu-ilmu yang ia pelajari dari Edents. “Di Edents, kita kan dibiasakan menulis dari sudut pandang orang ketiga, terstruktur dan sesuai kaidah kebahasaan, ini yang ngebantu banget waktu nyusun skripsi” terangnya. Hingga saat ini, ilmu yang ia peroleh dari Edents pun masih ia gunakan sebagai pendukung dalam membuat laporan penelitian. Sebagai seorang alumni, Alan berharap agar Edents
dapat terus berkembang lebih baik kedepannya dan bisa terus menciptakan alumni-alumni hebat lainnya. Ia pun berpesan agar Edentser yang aktif dapat memanfaatkan waktu dan pembelajaran yang ada di LPM Edents karena itu akan sangat bermanfaat bagi Edentser di masa depan. Perjalanan Karir Berbicara terkait dengan perjalanan karir seorang Alan Ray Farandi, bisa dibilang karirnya cukup sukses. Semasa kuliah, Alan sempat menjadi menjadi Asisten Dosen Dekan FEB. Setelah lulus ia sempat bekerja di bawah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia untuk beberapa waktu sebelum akhirnya berpindah ke LIPI. Alan termasuk beruntung, karena pada saat itu ia merupakan peneliti yang bergelar S-1 yang terakhir bisa diseleksi. “Aku ngerasa beruntung banget, sih, bisa bergabung disini karena setelah aku diterima, pendaftaran untuk jenjang pendikan S1 udah nggak bisa,” ujar Alan. Di LIPI ia sempat di tempatkan sebagai peneliti yang bertugas melakukan berbagai analisis ekonomi sebelum akhirnya berpindah ke Biro Organisasi dan Sumber Daya Manusia dan melaksanakan tugas untuk menempuh pendidikan S-2 di Amerika. Bila dirangkum secara keseluruhan, maka jenjang karirnya tidak pernah jauh dari kegiatan menulis artikel, yang mana ilmu yang pernah ia pelajari di Edents masih ia terapkan hingga saat ini. Bersungguh-sungguh dan Lakukan yang Terbaik Jika ditanya terkait kunci keberhasilannya hingga saat ini, Alan menuturkan bahwa ini tentu karena kehendak Allah SWT, restu orang tua, serta usaha yang sungguhsungguh. Dalam melakukan sesuatu, ia selalu menerapkan agar dapat melakukan yang terbaik yang bisa ia lakukan, karena ia yakin tidak ada usaha yang sia-sia. Apa yang telah didapatkannya hingga saat ini merupakan hasil dari usaha yang ia terapkan. (lth)
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXVI Tahun 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
23 21
TENTANG MEREKA
Menjadi Prestatif itu Pilihan, Bukan Sebuah Paksaan Oleh: Tsania Kristya dan Kanaya
Berprestasi Sejak Dahulu Sebelum menempuh dunia perkuliahan, Lely menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Rembang. Ia menjelaskan bahwa selama menempuh pendidikan di MAN, ia mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan selalu menduduki peringkat paralel satu maupun dua selama bersekolah. Mengaku aktif saat di kelas, ia akhirnya mulai banyak dikenal guru-guru dan diikutkan berbagai lomba. Beberapa lomba yang ia ikuti antara lain Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang ekonomi dan Kompetisi Sains Madrasah (KSM). Untuk mempersiapkan OSN, Lely mendapatkan bimbingan selama dua bulan dan menikmati proses tersebut. “Ternyata lomba itu enak. Dikasih jajan, pesangon, udah gitu di sana cuma belajar dan dikasih makan doang,” ujarnya. Ia pun menuturkan akhirnya mendapatkan juara umum Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat Kabupaten. Salah satu guru Lely berpesan untuk tidak hanya pasif di perkuliahan, harus aktif dan mencoba hal baru karena dunia itu luas. Relasi Organisasi dan Prestasi Lely memilih tiga organisasi yang ia ikuti selama perkuliahan, yaitu Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI), Mizan, dan organisasi daerah (Orda). Alasannya memilih beberapa organisasi adalah untuk mencari lingkungan yang membuatnya nyaman dan mampu memberikan sesuatu yang membuatnya lebih positif. Alasan ia memilih KSEI karena ia ingin berprestasi dan organisasi tersebut memiliki ilmu-ilmu serta orang-orang yang menuntunnya untuk lebih prestatif. Melalui organisasi tersebut, ia merasa mendapatkan banyak ilmu, mulai dari cara yang baik untuk berorganisasi, cara ikut lomba, cara menulis paper dengan benar, dan bagaimana menjadi orang yang bermanfaat. Dari KSEI pula, Lely mulai banyak mengikuti perlombaan di bangku kuliah. Volume 11XXVI Edisi XXXIV EDENTS 1 Edisi 2017 Tahun Volume EdisiTahun XXXIV Tahun2021 2021 EDENTS EDENTS Volume
Dok. pribadi
Nur Lely Sofia atau yang kerap disapa Lely, merupakan salah satu mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip) angkatan 2018. Mahasiswi asal Rembang ini memang sangat aktif dalam mengikuti perlombaan, mulai dari lomba essay, olimpiade, paper, dan juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang membawanya menjadi salah satu finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke33. Tidak hanya aktif di perlombaan, Lely pun ternyata juga sangat aktif dalam organisasi. Dari organisasi-organisasi yang diikuti, ia mulai terinsipirasi dan termotivasi untuk aktif mengikuti lomba-lomba. Lely mengaku mendapatkan beasiswa untuk kuliah.
Menurutnya, berprestasi merupakan suatu pilihan bagi seseorang. “Prestasi itu sebuah pilihan karena semua orang itu bisa berprestasi kalau dia mau. Jadi, kalau memang bukan kemauan kita maka akan sulit dijalani,” ujar Lely. Organisasi itu penting karena melalui organisasi, seseorang bisa belajar mengenal budaya baru, mengenal teman baru, melatih cara berpikir kita, mendapatkan wawasan baru, melatih public speaking, melatih bekerja sama dengan orang lain, dan semuanya itu ada sehingga bisa melatih softskill juga. “Dengan kita berorganisasi, teman kita banyak maka informasi yang kita dapat pun lebih banyak,” tukasnya. Perjalanan Mengikuti Banyak Perlombaan Hingga semester enam ini, Lely telah mengikuti banyak perlombaan. Perlombaan pertamanya adalah Temu Ilmiah Regional (Temilreg) pada November 2019, yang mana diikuti banyak peserta dari KSEI se-Jawa Tengah. Meskipun belum beruntung pada perlombaan pertamanya, ia tak patah semangat. Leli mengikuti perlombaan lainnya, yaitu Temu Ilmiah Komisariat (Temilkom). Usaha membawa hasil, di mana akhirnya Lely dan timnya berhasil mendapat juara pada bidang olimpiade. Dari situ, Lely mulai ada rasa untuk ingin terus mengikuti lomba dan selalu ingin mencoba untuk ikut perlombaan. Ia kemudian mendapat ajakan untuk menikuti lomba essay se-Jawa Tengah. Meskipun awalnya menolak karena merasa belum ada pengalaman lomba essay, akhirnya ia menerima tawaran tersebut dan berpikir bahwa ajakan itu mungkin sebuah motivasi dan dorongan untuk Lely sendiri. “Kakak tingkat percaya aku bisa, kenapa aku nggak percaya kalau aku bisa?” tutur Lely. Menurutnya, kesempatan tidak akan datang dua kali sehingga harus dimanfaatkan sebaik mungkin. “Jadi, kalau ada orang yang ngajakin kamu dan kamu nggak mau, kamu nggak bakal diajak lagi,” tambahnya.
22
24
TENTANG MEREKA Usaha lagi-lagi tak menghianati hasil. Ia dan timnya berhasil lolos lomba paper dan lolos pendanaan. Dari situlah ia mendapat banyak tawaran lomba. Ajakan lomba, baik paper, essay, olimpiade, dan lainnya Lely dapatkan dan ia pilah dengan baik. Beberapa perlombaan tingkat nasional juga ia menangkan. Ia bahkan menjadi salah satu finalis bersama timnya dalam ajang perlombaan bergengsi tingkat nasional, yaitu PIMNAS ke-33. Walaupun tak semua perlombaan ia menangkan, tapi ia tetap bersyukur karena mendapatkan banyak pengalaman yang berharga. Baginya, menang kalah hanyalah sebuah bonus. “Untuk menang kalahnya dari perlombaan itu adalah bonus, yang penting kita berusaha dulu,” ujarnya. Hingga pandemi seperti sekarang, Lely juga tetap mengikuti beberapa perlombaan yang dilaksanakan secara daring.
yang membahas pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap perbankan syariah, sehingga dipilihlah ide tersebut. Meskipun awalnya tidak begitu paham, bersama timnya, Lely belajar dan berusaha memberikan yang terbaik. Ia tidak ingin mengecewakan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Kebahagiaan Orang Tua adalah Dorongan Utama
Lely juga menuturkan bahwa ia masih mendapat tawaran untuk mengikuti berbagai perlombaan. Ia menjelaskan bahwa saat ini ia kembali mengikuti PKM atas ajakan temannya dan berhasil lolos seleksi internal dan menuju tahap selanjutnya. Meskipun awalnya menolak karena sudah pernah merasakan bagaimana susahnya mengatur waktu dan sebagainya saat mengikuti PKM, ajakan berkali-kali dari temannya akhirnya membuat Lely menyetujui untuk bergabung dalam tim PKM tersebut. Meskipun demikian, ia tetap menjadikan kuliah sebagai prioritas saat ini.
Orang tua berperan penting dalam membentuk jiwa prestatif Lely hingga seperti sekarang ini. Sejak menduduki bangku sekolah menengah pertama, tuntutan orang tua akan prestasi akademiknya di sekolah memotivasinya untuk berprestasi lebih baik lagi. Ia selalu mengusahakan yang terbaik. Membuat orang tua bangga dan bahagia adalah dorongan utama Lely untuk selalu berprestasi. Faktor lingkungan juga turut andil memotivasinya. Menurut Lely, ketika ia sudah mencapai yang terbaik dan dicap baik dalam pandangan orang lain, maka ia harus bisa mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi yang diraihnya. Selain itu, dorongan pribadi berupa keinginannya untuk mengetahui sejauh mana kemampuannya membuat ia berani mencoba hal-hal baru. Tentang Pencapaian dan Perjalanan Mengikuti PIMNAS Mengikuti banyak perlombaan, salah satu pencapaian terbesar menurut Lely adalah ketika ia berhasil dalam perlombaan olimpiade. Selain itu, ia juga berhasil menjadi finalis PIMNAS ke-33. Ia menuturkan bahwa sebenarnya ia tidak mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) sejak awal. Ia diberi tawaran untuk menggantikan kakak tingkatnya dalam tim PKM tersebut karena orang tersebut sudah menyelesaikan pendidikannya. Tawaran tersebut ahirnya ia terima. PKM dengan judul Peningkatan Kinerja Keuangan Bank Syariah Melalui Implementasi Good Corporate Governance berhasil membawa tim Lely melaju ke ajang PIMNAS ke-33. Lely menuturkan bahwa ide PKM tersebut berasal dari skripsi kakak ingkat yang ia gantikan. Dijelaskan bahwa masih sedikit penelitian
EDENTS
Volume 1 Edisi XXXIV Tahun 2021
Ingin Lebih Fokus ke Akademik Di semester enam ini, Lely sudah demisioner dari semua organisasi yang pernah ia ikuti. Ia hanya aktif sebagai pengawas di Orda dan KSEI. Lely merasa begitu sibuk saat mengikuti organisasi, sehingga saat ini ia memutuskan untuk mulai fokus ke kuliah saja. “Aku ngerasa kayak aku pengen di semester ini nggak ngapangapain,” tuturnya. Lely menjelaskan bahwa ia sedang sibuk untuk tugas-tugas dan mulai fokus untuk skripsi.
Jangan Buang Waktu dan Tetap Produktif Lely menuturkan bahwa modal berprestasi adalah kemauan dan kemampuan. Setiap orang memiliki keinginan dan kemampuan yang berbeda-beda. Dengan kemampuan yang dimilikinya, setiap orang dapat memutuskan apakah ia mau menggunakan kemampuan tersebut untuk berprestasi. Selain itu, diperlukan sebuah usaha untuk mencapai sesuatu. “Kalau kita mau dan berusaha tidak ada yang tidak mungkin,” ujarnya. Ia juga menyampaikan agar mahasiswa tidak banyak membuang waktu untuk berpikir tanpa bertindak. “Langsung dieksekusi aja, terkait bisa apa nggak-nya belakangan,” ujar Lely. Menurutnya, selagi ada kesempatan untuk berprestasi, maka ambilah kesempatan tersebut. Di masa pandemi seperti sekarang, Lely juga menuturkan bahwa sebenarnya dengan sistem daring seseorang berkesempatan untuk lebih produktif. Untuk berprestasi, lingkungan yang nyaman dan sikap pantang menyerah juga penting. Namun demikian, Lely juga mengingatkan untuk tetap fokus akan tujuan utama yang ingin dicapai. “Kita boleh berprestasi setinggi mungkin, tapi jangan lupa dengan tujuan awal kita kuliah di Undip. Harus imbang antara prestasi dan kuliahnya,” pungkas Lely. (lth)
25
GELIAT USAHA
Seafood Nusantara, Rasa Istimewa Harga Mahasiswa
Dok. pribadi
Dok. pribadi
Oleh : Yusak Yanto
Seafood merupakan makanan laut yang kaya protein, kolestrol, omega-3 yang baik untuk perkembangan kemampuan otak. Seafood digemari dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Seafood akan lebih nikmat jika dihidangkan dengan paduan berbagai macam saos dan akan lebih nikmat apabila disajikan kemudian di santap saat masih panas atau baru matang. Tingginya peminat makanan seafood, membuka peluang bagi para wirausahawan untuk terjun di bidang kuliner. Peluang ini di manfaatkan oleh Sutawi yang merupakan pemilik dari warung Seafood Nusantara yang terletak di Jalan Sirojudin Nomor 04 Tembalang, Semarang. Sejarah berdirinya Usaha Seafood Nusantara Dibangun pada tahun 2015, usaha seafood ini buka setiap hari kecuali hari libur, mulai pukul 15.00 WIB hingga 22.00 WIB. Produk yang ditawarkan antara lain, cumi-cumi, udang, aneka kerang, kepiting, aneka ikan dengan berbagai pilihan saos yaitu saos asam manis, padang, mentega, lada hitam, balada kecap, dan tiram. Sebelum menjadi usahawan, beliau pernah bekerja sebagai pedagang asongan keliling. Berhenti sebagai pedagang asongan, beliau kemudian berpindah usaha ke bidang kuliner dengan mambangun warung nasi yang memiliki menu utama nasi gandul. Sayangnya, usaha tersebut pada akhirnya mengalami penurunan hingga akhirnya tutup. Seiring berjalannya waktu, Sutawi melihat peluang usaha dan akhirnya tercetuslah ide untuk membuka bisnis kuliner seafood.
EDENTS
Volume 1 Edisi XXXIV Tahun 2021
Demi menafkahi anak dan istrinya, Sutawi bersemangat untuk membangun bisnis kuliner tersebut. Dipilihnya seafood sebagai usaha yang akan dijalaninya tidak lepas dari kejeliannya melihat peluang yang ada. Dengan sasaran utama para mahasiswa, ia menilai usaha kuliner seafood ini berpeluang besar. “Seafood itu banyak di gemari oleh semua kalangan baik anakanak remaja maupun orang dewasa. Nah, anak kuliah sekarang, kan, berganti (selera). Kebanyakan suka seafood,” ujar Sutawi. Kepuasan Pelanggan adalah Prioritas Setiap usaha tentu memiliki tantangan tersendiri. Pemiliknya harus memiliki berbagai cara agar bisa bertahan. Di area usaha Seafood Nusantara tersebut, daya saing kuliner dengan pesaing cukup tinggi. Hal ini memaksa Sutawi untuk memutar otak demi memanjakan lidah konsumen sehinga mereka tidak bosan untuk kembali. Kebanyakan mahasiswa, terutama mereka yang merantau, tentu identik dengan kebiasaan mereka mencari barang berkualitas dengan harga yang miring. Begitu pula dengan urusan makanan, mereka cenderung mencari makanan enak dan terjangkau. Sutawi menuturkan rasa yang enak dan harga yang terjangkau menjadi prioritas usaha ini. Di samping itu tempat yang cukup strategis mudah di akses menjadi pendukung ciri khas usaha ini. Menjaga kepuasan pelanggan juga menjadi prioritas Seafood Nusantara dengan memperhatikan produk yang di sajikan dan pemasaran. Cita rasa yang khas
26
GELIAT USAHA menurut Sutawi juga harus memperhatikan tingkat kematangan, kebersihan, keamisan, dan konsistensi rasa harus dijaga. Sutawi juga menuturkan bahwa ciri khas usahanya ini adalah terus berkembang mengikuti selera pasar. “(Ciri khas) terutama adalah mengikuti kemajuan. Misal orang dulu sukanya yang berkuah santan, nah, sekarang anak-anak, kan¸sukanya yang seger dan fresh kayak cumi, kerang,” ujar Sutawi. Strategi Pemasaran Strategi pemasaran menjadi hal penting dalam suatu usaha. Memasuki era ekonomi digital, Sutawi memanfaatkan hal ini untuk memasarkan produknya. Pemasaran dilakukan secara online melalui akun sosial seperti Instagram dan Whatsapp. Seafood Nusantara juga bekerja sama dengan platform bisnis seperti Gofood dan Grabfood. Dari segi lokasi, usaha ini bertempat di lokasi yang strategis yang mana dekat dengan area tempat tinggal mahasiswa. Kemudian harga yang ditawarkan cukup terjangakau, mulai dari Rp10.000 sampai Rp 45.000 sehingga pas untuk kantong mahasiswa. Produk yang ditawarkanpun beragam dengan cita rasa yang khas. Selain itu, menciptakan suasana yang nyaman dan mengutamakan kebersihan tempat, khususnya bagi para mahasiswa sebagai pelanggan utama perlu diperhatikan. Hal ini sangat berpengaruh untuk menjaga loyalitas dari para konsumen dan menjaga kepuasan konsumen. Di samping itu, disaat pandemi seperti sekarang ini strategi yang digunakan juga harus benar benar diperhatikan agar tetap mampu bertahan. Sutawi menuturkan bahwa saat ini cukup sulit untuk memperoleeh keuntungan. Menurutnya yang terpenting saat ini adalah mempertahankan cita rasa agar pelanggan yang masih ada tetap membelinya.
Akbat Pandemi, Penjualan Menurun Adanya pandemi yang memunculkan kebijakan study frrom home membuat banyak mahasiswa memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Hal ini berdampak besar pada berbagai sektor usaha yang pangsa pasar utamanya adalah mahasiswa. Akibatnya, pelanggan berkurang drastis begitu pula dengan pendapatan yang diperoleh. Sutawi menuturkan akibat pandemi ini, penjualan mengalami penurunan drastis. “Penjualan selama pandemi ini mengalami penurunan yang sangat drastis bahkan mencapai 50% dari penjualan normalnya,” terang Sutawi. Hal ini dikarenakan mayoritas pelanggan Seafood Nusantara adalah mahasiswa. Metode pembelajaran daring yang dilakukan dari rumah masing-masing mengakibatkan jumlah pelanggan berkurang. Meski demikian, Sutawi tetap bersyukur usahanya masih berjalan walau mengalami penurunan. Menurutnya, bersyukur dan sabar adalah kunci untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Selain itu, tantangan berat yang dihadapi adalah ketika bahan baku mengalami kenaikan harga dan kelangkaan. Hal ini cukup susah mengingat harga yang ditawarkan juga otomatis naik ketika bahan baku langka maupun mahal. Perlunya Keuletan dan Ketelatenan Sutawi berharap usahanya akan terus maju dan memberikan yang terbaik untuk pelanggan setianya. Ia juga berpesan bagi para wirausahawan maupun calon wirausahawan agar tetap semangat dalam menjalani usaha. Menurutnya, masa pandemi seperti sekarang ini membuat persaingan di dunia usaha begitu susah. Dalam hal ini kesabaran dan ketelatenan juga harus ada karena itu penting pada masa seperti ini. (lth)
“(Ciri khas) terutama adalah mengikuti kemajuan. Misal orang dulu sukanya yang berkuah santan, nah, sekarang anak-anak, kan¸ sukanya yang seger dan fresh kayak cumi, kerang,” ~Sutawi, pemilik warung Seafood Nusantara
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXIV Tahun 2021 Volume 1 1 Edisi XXVI Tahun 2017
27 25
SOSOK
Shafa Azahra dan Kepeduliannya Akan Kesehatan Mental Oleh: Shela Nur Fajriya dan Vaneza Tadzkia Sejak duduk di bangku SMP, Shafa Azahra telah aktif menyuarakan pentingnya kesehatan mental. Mahasiswi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip) jurusan Manajemen ini memulai kepeduliannya dengan membagikan tulisan yang ia buat pada media sosial Line yang saat itu sedang ramai-ramainya digunakan oleh anak muda. Bermula dari sebuah tulisan yang mendapatkan respons sangat baik dari pengguna Line dan forum diskusi yang memiliki lima puluh ribu partisipan dan puluhan ribu komentar saat itu, ia pun melanjutkan kegiatannya dengan menjadi seorang mental health advocate untuk mengadvokasikan pentingnya kesehatan mental dan juga terus belajar mengenai hal tersebut sampai saat ini.
Dari Mendapat Teman Baru hingga Label SJW yang Melekat Kegiatannya sebagai seorang mental health advocate bermula dari seringnya berdiskusi dengan seorang teman yang berpendidikan di jurusan Psikologi. Hasil dari diskusi mereka terkait mental health tersebut akhirnya disajikan kepada khalayak melalui media sosial masingmasing. Sampai saat ini, pengikut di Instagram Shafa sendiri dengan username @shafaazahras mencapai 11,2 ribu pengikut, sebuah jumlah yang dapat dibilang cukup besar.
Menurut Shafa, menjadi seorang mental health advocate membuatnya banyak belajar mengenai ilmu baru Mentalh Health Advocate dan tentang kesehatan mental. Ia Pentingnya Kesehatan Mental juga dapat merasakan suasana Mental health advocate pada intikekeluargaan dan pertemanan nya merupakan seseorang yang akbaru. Shafa menyatakan bahwa tif dalam menyuarakan kepeduliandirinya merupakan orang yang nya akan kesehatan mental. Mereka senang untuk berkenalan denmerupakan “agen” yang mencoba gan teman baru. Lebih mespeak up dan memberi edukasi tennariknya lagi, dengan online, tang pentingnya kesehatan mental, teman baru yang ditemui pun menjadi teman bagi mereka yang memiliki latar belakang dan berjuang dengan masalah kesehatan kondisi yang berbeda-beda mental, dan lain sebagainya. sehingga tidak perlu merasa takut untuk saling terbuka dan Shafa, begitu panggilan karibnya, tidak perlu juga berpura-pura menjelaskan bahwa kesehatan menmenjadi kuat karena ada bantal sebenarnya adalah apapun yang yak kepala dan tel- inga yang siap mendengar dan Shafa Azahra berhubungan dengan kita sehari-hari. Bukan hanya merangkul untuk membantu. kesehatan fisik yang penting, kesehat- an Mahasiswi mental jugaManajemen FEB Undip tak kalah pentingnya. Dicontohkan apabila ada se- Namun, di balik suka pastilah ada duka. Shafa berseorang yang merasa sakit, tidak percerita bahwa ia kerap dilabeli lu berpikir lama orang tersebut akan segera pergi sebagai SJW atau so- cial justice warrior. Sebuah istike rumah sakit untuk mendatangi dokter. Tetapi, tidak lah yang maknanya disalahgunakan menjadi sebutan undengan seseorang yang memiliki keresahan tentang ke- tuk mengejek orang-orang yang bersuara soal keadilan sehatan mentalnya. Hal inilah yang menjadi salah satu dan kesetaraan namun bermasalah di portal media sosmotivasi Shafa untuk menjadi seorang mental health ad- ial. Hal ini dikarenakan belum semua orang bisa menervocate. ima pembicaraan terbuka mengenai kesehatan mental dan hal ini jugalah yang menjadi salah satu perhatian Kurangnya kesadaran tiap individu mengenai kesehat- Shafa untuk menghapus stigma yang kurang benar menan mental masing-masing dan juga stigma negatif yang genai kesehatan mental di masyarakat. Masih banyaknya masih bertebaran di masyarakat akan seseorang yang orang yang belum terlalu peduli dan underestimate memiliki masalah kesehatan mental menjadi fokus Shafa akan persoalan mental health menjadi suatu tantangan untuk terus menyuarakan pentingnya kesehatan men- tersendiri bagi Shafa sekaligus motivasi untuk mengajak tal. Ia menuturkan bahwa mereka yang berjuang meng- masayarakat agar lebih peduli akan kesehatan mental. hadapi masalah mental tidaklah sendirian. “Aku pengen temen-temen online aku di luar sana itu tahu juga kalau Pandemi, Fenomena Cari Perhatian, dan Cyberini bisa diobatin, and I’m there for you to company, gitu,” bullying ujarnya. Shafa juga menekankan bahwa sakit mental itu merupakan suatu hal yang normal dan bukan hal yang Adanya situasi pandemi ini membuat masyarakat mulai sadar atas kesehatan mentalnya. Banyak orang bisa lebmemalukan.
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXIV Volume 1 Edisi 2017 Tahun
2021
26
28
2
SOSOK ih dekat dengan dirinya sendiri meupun dengan orang yang ada di rumah. Dengan itu, orang-orang bisa selfreflection dan self-evaluation. Shafa juga pernah berkesempatan untuk berdiskusi langsung dengan psikolog dari aplikasi Alodokter di mana ada fitur chat didalamnya. Menurutnya, aplikasi Alodokter merupakan suatu first step yang akan membantu masyarakat yang raguragu untuk datang langsung ke psikolog. Namun, saat pandemi ini pula, fenomena berpura-pura sakit jiwa untuk mendapatkan perhatian atau ‘followers and likes’ merupakan suatu isu yang kian marak terjadi di media sosial. Shafa sudah sering melihat di aplikasi Twitter dan melihat dampaknya terhadap orang sekitar. Dampak yang timbul dari isu ini adalah orang-orang yang ingin speak up atau mencari pertolongan diremehkan oleh orang lain. Selain maraknya fenomena cari perhatian, kasus bullying maupun cyberbullying juga menjadi salah satu hal yang marak di kampus-kampus Indonesia dan negara lainnya. Universitas seharusnya memandang penting bahwa bullying ini merupakan suatu hal yang penting untuk dipecahkan. Tetapi, realita yang kita dapat dari kasus-kasus selama ini adalah universitas belum bergerak cepat jikalau ada mahasiswanya yang terlibat dalam kasus bullying. Shafa sadar kalau universitas baru akan tanggap dan mengeluarkan regulasi atau hukuman apabila kasusnya sudah blow-up atau viral. Tak hanya dari pihak universitas, hal ini seharusnya juga menjadi perhatian pemerintah untuk kasus masyarakat secara umum. Berdasarkan laporan “Digital Civility Index” yang dirilis Microsoft, riset menunjukan bahwa tingkat kesopanan online netizen Indonesia paling rendah se-Asia Tenggara. Menurut Shafa, hal tersebut menjadi bukti bahwa regulasi atau prosedur dari pemerintah kurang memiliki efek yang solid. Menangani Stres di Masa Pandemi Pandemi yang mengakibatkan adanya kebijakan work from home membuat banyak masyarakat merasa stres, termasuk mahasiswa dan pelajar. Hal ini disebabkan banyaknya tugas yang diberikan serta kejenuhan selama berada di rumah. “Menurut aku, cara mengurangi stres terbaik itu yang pertama, ini dari aku pribadi, aku meditasi. Meditasi setiap hari itu menurut aku sangat penting, seengaknya minimal 10 menit.” jawab Shafa saat ditanya tentang cara mengurangi stres. Selain meditasi, Shafa juga berolahraga dan tidur yang cukup. Shafa sempat mengalami insomnia dan efek darinya adalah kesehatan mentalnya, maka dari itu dia menyarankan bahwa tidur merupakan sesuatu yang seharusnya tidak diremehkan dan mempunyai dampak yang sangat besar.
Kemudian hal selanjutnya adalah get to know yourself more, yang mana ia melakukan evaluasi pada malam hari atas kesehariannya. Shafa menuturkan bahwa ia memuliki sebuah jurnal untuk menuliskan apa saja yang sudah ia lakukan dalam satu hari. Ketika bingung ingin bercerita pada siapa, menurut Shafa mengeluarkan unek-unek melalui tulisan dalam buku jurnal dapat mengurangi stres. “Self-appreciation dan jangan lupa untuk self-evaluation dan self-reflection,” tambahnya. Semua Orang Bisa Menjadi Mental Health Advocate “Menurut aku, semua orang itu bisa menjadi mental health advocate,” tukas Shafa saat ditanya mengenai makna dan kegiatan seorang mental health advocate. Ia berpendapat bahwa semua orang harus sadar akan mental health dan memiliki kewajiban untuk meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap kondisi kesehatan mental, setidaknya kepada diri sendiri. Dimulai dengan mempelajari tentang apa itu mental illnes, mental health, dan mengapa itu penting, seseorang dapat mencoba menunjukkan kepeduliannya akan kesehatan mental. Terkait dengan hal ini, Shafa pun sedang merencanakan untuk mempersiapkan sebuah wadah di Instagram berupa first-aid atau pertolongan pertama untuk orangorang yang ingin bercerita mengenai kesehatan mental mereka. Memang tidak direncanakan akan tersedia ahli berupa psikolog ataupun psikiater dalam project-nya, namun wadah ini ditujukan menjadi tempat berkeluh kesah dan apabila dibutuhkan penanganan lebih lanjut oleh profesional, akan dibantu untuk dirujuk ke pihak yang memiliki kapasitas tersebut. Jangan Takut Memvalidasi Perasaan Diri Sendiri Saat ditanya apa pesan untuk orang-orang yang sekarang merasa tertekan, Shafa menjawab agar tidak takut untuk mevalidasi perasaan diri sendiri. Menurutnya, tidak masalah ketika saat ini merasa tertekan, karena pasti ada waktunya perasaan tersebut hilang pelan-pelan dan akhirnya mengerti bagaimana mengatasi perasaan tersebut dengan cara kita sendiri. “Kita harus inget, kita nggak sendirian. You have me, you have your friends, your family around you, yang akan bisa selalu nemenin kalian,” ujar Shafa. Ia juga menambahkan bahwa masyarakat harus lebih berani untuk berbicara soal apa yang mereka rasakan dan mencari pertolongan ketika hal tersebut dibutuhkan. Pertolongan tersebut bisa dengan pergi ke psikolog maupun dimulai dengan bercerita kepada orang terdekat. (lth)
“Step-by-step dan mungkin kalian akan tau kalau it’s okay not to feel okay,” - Shafa Azahra, Mental Health Advocate Undip EDENTS EDENTSVolume 1 Edisi XXXIV Tahun 2021
29
DIANTARA KITA
Menilik Segelintir Desa Terpencil di Pelosok Negeri
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Oleh: Rahayu dan Tarisa
Indonesia merupakan negeri kepulauan dengan wilayah perairan maupun daratan yang luas. Pembangunan nasional terus digalakkan untuk menjangkau akses ke seluruh negeri. Sayangnya, masih banyak terdapat daerah yang dapat dibilang tertinggal dan perlu mendapat perhatian dari pemerintah. Desa-desa terpencil dengan kondisi memprihatinkan seringkali masih belum tersentuh bantuan. Kondisi warga yang memprihatinkan, bahkan harus bersusah payah untuk mendapatkan makanan. Ditambah lagi adanya pandemi Covid-19 yang semakin mempersulit akses keluar masuk. Keadaan yang begitu miris mengingat masih ada desa-desa yang tidak terurus di wilayah Indonesia ini. Padahal jika kita menengok daerah-daerah tempat tinggal kita, sudah sangat maju, sarana-prasarana yang memadai, serta kemudahan dalam setiap akses. Di tengah ironi tersebut, masih ada segelintir manusia yang menunjukkan kepeduliannya. Sebut saja Leliyana Andryani bersama timnya, Lely Foodies, yang berinisiatif untuk memberikan bantuan sembako bagi warga Desa Loa Ipuh, salah satu desa yang berjarak 30 km dari Samarinda. Meski dalam masa pandemi, Leliyana dan tim semangat membantu warga Loa Ipuh tanpa melupakan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker dan memakai handsanitizer. Ia juga melakukan kegiatan serupa di desa-desa lain. Leliyana dan ‘Power’ Ajakan Berbagi Leliyana Andriani, seorang wanita yang bekerja di Di-
EDENTS
Volume 1 Edisi XXXIV Tahun 2021
nas Komunikasi dan Informatika Provinsi Kalimantan Timur yang juga seorang master ceremony ini merupakan salah satu tokoh inspiratif masa pandemi ini. Di tengah kesibukannya, dia masih bisa mengerahkan energinya untuk berbuat baik dan berbagi untuk orang-orang yang membutuhkan. Uniknya, dia begitu menekankan untuk mengeluarkan power-nya melalui media sosialnya untuk mengajak berbagi bahkan terbuka bagi siapa saja yang ingin mem-follow up orangorang yang membutuhkan bantuan. Dia bahkan mengaku telah bernazar akan menggunakan media sosial miliknya untuk melakukan hal itu. Hal itu dapat dilihat tatkala dirinya dan timnya menyambangi desa Loa Ipuh di Kalimantan Timur beberapa bulan lalu setelah mendapatkan direct message dari seseorang yang dikuatkan dengan foto dan video, berlanjut komunikasi via WhatsApp dan observasi langsung. Setelah memberi bantuan secara pribadi, dia pun membuka donasi bagi desa Loa Ipuh hingga enam kali melalui media sosialnya. Mengintip Desa Loa Ipuh Leliyana mengungkapkan bahwasanya keadaan masyarakat Loa Ipuh yang notabene masyarakat kurang mampu semakin terpuruk, hampir seluruh sektor di sana hancur di masa pandemi ini. Bahkan, ia mengungkapkan pada masa pandemi ini pendapatan masyarakatnya bisa mencapai Rp 0. Masyarakat Loa Ipuh rata-rata bekerja sebagai petani, buruh bangunan,
30
DIANTARA KITA
Dekat Namun Tak terlihat Ada fakta unik yang mencuat bahwasanya ternyata desa Loa Ipuh ini memiliki akses keterjangkauan yang memadai. Untuk mencapai ke sana hanya membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit dari Kutai Kartanegara dan bisa dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Akan tetapi, pada kenyataannya desa ini belum terjamah bantuan dari pemerintah. Menanggapi hal itu, Leliyana mengungkapkan bahwasanya itu merupakan tanggungjawab pemerintah masing-masing daerah tingkat II terkait semacam program bagi orang miskin. Selain itu, juga untuk mendapatkan bantuan itu, butuh sinergi dengan dinas sosial provinsi dan keselarasan dengan pemerintah tingkat bawah. Ini menjadi salah satu spot yang harus diperhatikan pemerintah karena pada kenyataannya banyak daerah-daerah yang dekat namun terabaikan, apalagi yang terisolir. Tantangan dan Celah Untuk Bangkit
Ia menuturkan bahwa setiap orang bisa melakukan hal yang terbaik untuk dilakukan dalam menanggapi tantangan ini. Contoh dasarnya adalah untuk menjaga kesehatan di masa pandemi, maka setiap orang perlu untuk menjalankan protokol kesehatan. Kemudian untuk meningkatkan sektor perekonomian, Leliyana mengatakan bahwa sebenarnya masih banyak peluang untuk bangkit walaupun tidak bisa sama seperti pada masa normal tanpa pandemi. Asal mau berusaha dan merasakan bahwa tantangan yang ada menjadi motivasi akan adanya tantangan baru untuk diperjuangkan, maka peluang tersebut pasti bisa diraih. “Saya juga merasakan hal yang sama. Apapun yang saya bisa, apapun yang saya mampu, akan saya coba lakukan. Dan itu, sih, yang saya harapkan ke semua orang,” terang Leliyana.
Ia juga menambahkan bahwa perubahan drastis akibat pandemi ini memang tidak pernah diduga-duga sehingga perlu adanya penyesuaian keadaan dengan cepat. “Kalau kita nggak cepat menyesuaikan, kita akan benar-benar tertinggal bahkan nggak bisa menyesuaikan sama sekali. Ya udah, kita kalah dalam games ini,” jelasnya. Oleh karena itu, penyesuaian diri akan keadaan selama pandemi ini sangat diperlukan untuk bertahan. Dengan belajar sedikit demi sedikit untuk menyesuaikan diri, celah untuk bangkit dapat ditentukan. Semua akan kembali kepada diri sendiri terkait jalan yang mana yang dipilih untuk bangkit dan bertahan ini. “Karena semua balik ke diri kita, nggak ada yang bisa bantu apa-apa selain diri kita,” tutup Leliyana. (lth)
Dok. Pribadi
Leliyana mengungkapkan bahwasanya tidak hanya desa-desa terpencil atau masyarakat menengah ke bawah saja yang terdampak akibat masa pandemi ini. Seluruh lapisan masyarakat bahkan di seluruh dunia juga terdampak bahkan risiko terbesar ialah kematian. Pandemi ini menurutnya memanglah tantangan, tapi bukan halangan untuk berkarya dan bangkit. “Pandemi
ini memang sebuah tantangan, ya, tapi jangan sampai ini jadi halangan buat kita untuk berkarya. Jangan sampai ini menjadi halangan kita untuk bangkit,” ujar Lely.
Dok. Pribadi
dan tukang bersih-bersih jalan. Masyarakatnya sendiri makan sehari-hari dari hasil pertaniannya. Melihat kondisi tersebut, Leliyana dan tim memilih memberikan donasi berupa sembako, masker, dan hand sanitizer.
EDENTS
Volume 1 Edisi XXXIV Tahun 2021
31
SOSIAL BUDAYA
Pertunjukan Wayang Kulit di Masa Pandemi Oleh : Aditya Febriansyah
Dok. Wikimedia Commons/ PL 05 SIGIT
Indonesia adalah negara yang memiliki banyak keragaman budaya. Berbagai warisan budaya turun-menurun banyak ditemui di berbagai daerah. Salah satu kebudayaan yang dimiliki Indonesia adalah wayang. Jenis wayang sendiri ada beberapa macam. Salah satu yang paling umum adalah wayang kulit, yaitu wayang yang terbuat dari lembaran kulit kerbau yang telah dikeringkan. Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003 sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Mengenal Wayang Lebih Dekat Wayang merupakan salah satu kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang yang diperkirakan telah ada sejak tahun 1500 SM. Pada awalnya wayang erat kaitannya dengan pemujaan roh leluhur yang disebut hyang. Ritual tersebut berfungsi untuk menghormati dan memujanya agar selalu mendapatkan perlindungan dari roh leluhur yang dilakukan dengan pertunjukan bayang-bayang. Ketika Islam mulai memasuki pulau Jawa, kehidupan masyarakat yang penuh dengan tradisi perlahan-lahan mulai mengalami perubahan. Para pembawa dan penyebar Islam menyebarkan ajaran Islam dengan menggunakan pendekatan budaya dengan cara mencari celah-celah di antara kekuatan animisme dan dinamisme, sehingga penyebar Islam menggunakan kesenian wayang dalam menyebarkan ajaran Islam agar dakwah yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat pada waktu itu. Kata “wayang” sendiri dapat diartikan sebagai gambar atau tiruan manusia yang terbuat dari bahan kulit, kayu, dan sebagainya untuk mempertunjukan sesuatu lakon atau cerita.
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXIV Volume 1 Edisi 2017 Tahun
2021
Lakon tersebut dibawakan dan diceritakan oleh seorang yang biasa disebut dalang. Arti lain dari kata wayang adalah ayangayang (bayangan), karena yang dilihat adalah bayangan dalam kelir. Di samping itu ada yang mengartikan bayangan ialah angan-angan. Bentuk wayang yang beragam didasarkan atas perilaku tokoh yang dibayangkan dalam angan-angan, misalnya orang baik digambarkan dengan badan kurus, mata tajam, dan seterusnya dan orang jahat digambarkan memiliki bentuk mulut lebar, muka lebar, dan seterusnya, sedangkan kulit menunjuk pada bahan yang digunakan. Wayang sebagai salah satu pagelaran masyarakat sering diartikan sebagai bayangan yang tidak jelas atau samar dan bergerak kesana kemari. Bayangan tersebutlah yang memiliki filosofi tentang watak yang ada pada manusia. Kesenian ini telah tersebar ke seluruh Indonesia khususnya pulau Jawa yang mana memiliki ratusan jenis wayang yang dapat digolongkan berdasarkan isi cerita dan cara pementasan wayang. Sayangnya banyak dari jenis wayang tersebut sudah tidak lagi dipertunjukkan lagi, bahkan beberapa diantaranya sudah punah. Dari sekian banyak pertunjukkan wayang, terdapat satu jenis wayang yang cukup terkenal di masyarakat hingga saat ini, yaitu wayang kulit yang sering dipertunjukkan di daerah Jawa Tengah. Kepopuleran kesenian wayang kulit terjadi karena cerita dari wayang kulit memiliki nilai filosofis, pedagogis, historis, dan simbolis yang kuat. Dalang, Sang Sutradara Pewayangan Dalam setiap pertunjukkan wayang, terdapat seseorang yang memiliki peran vital dalam berjalannya pertunjukkan tersebut yakni dalang. Dalang adalah pemain utama dan pemimpin dari keseluruhan kegiatan dalam pertunjukan wayang atau lazimnya
30
32
SOSIAL BUDAYA disebut dengan istilah wayangan/pakeliran. Dalang memiliki posisi vital karena bertugas untuk menyampaikan cerita dan pesan-pesan yang terkandung dalam pertunjukkan wayang. Untuk menjadi seorang dalang diperlukan kriteria tersendiri disesuaikan dengan kemampuan/kecakapan/keahlian/ spesialisasi dan orientasinya. Tidak semua orang bisa menjadi dalang, banyak dari mereka lahir dari keturunan seorang dalang, tetapi ada juga orang biasa (bukan keturunan dalang) yang belajar atau berguru kepada dalang-dalang senior. Hal ini menunjukkan bahwa semua orang bisa menjadi dalang asalkan mau berusaha. Terdapat beberapa tipe dalang dalam pewayangan, diantaranya yaitu dalang sejati mampu mempertunjukkan wayang dalam perspektif ajaran kesempurnaan hidup, dalang purba mampu menyajikan wayang untuk semua kalangan, dalang wasésa mampu memengaruhi perasaan penonton untuk larut dalam suasana yang kehendaki, dalang guna dapat menuruti selera penonton, dan dalang wikalpa hanya menirukan seniornya. Zaman dahulu, dalang disebut-sebut sebagai manusia terpilih yang mampu berinteraksi dengan roh leluhur. Kemampuan ini menentukan harmoni semesta, biasanya dikenal dengan jagad gedhe (jagad besar) dan jagad alit (jagad kecil). Selain hanya bertugas menghibur masyarakat dengan memainkan wayang, dalang juga bertugas menjaga ketentraman sebuah desa (tolak balak) hingga menyembuhkan orang sakit. Selain itu, ajarannya merupakan pitutur dan piwulang yang dijadikan pedoman hidup oleh masyarakat Jawa. Peran penting dalang juga ada dalam ritus keagamaan. Imbas Pandemi tehadap Pertunjukan Wayang Kulit Wabah Covid-19 yang melanda Indonesia menyebabkan seluruh lini aktivitas masyarakat menjadi terhambat, aktivitas yang mengundang massa pun seiring berjalannya waktu perlahan-lahan mulai ditiadakan dan dilakukan pengawasan ketat terhadap pemberlakuan aturan tersebut. Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) merupakan salah satu sektor yang paling terpukul dengan adanya pandemi Covid-19. Sebanyak 44.295 pekerja seni terkena imbas pandemi. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika efek tersebut turut berdampak ke pagelaran kesenian daerah khususnya wayang kulit. Situasi pandemi sekarang ini yang paling berdampak adalah pelaku seni, terutama pertunjukan wayang. Sebab, kebijakan yang dibuat pemerintah selama ini hampir tidak mengakomodasi kepentingan mereka untuk dapat lagi bisa berkiprah. Akibatnya, tidak sedikit para dalang dan seluruh kru yang selama ini mengandalkan hidup dari pertunjukan seni tradisi tersebut harus banting setir ke profesi lain. Selama masa pandemi yang telah berjalan setahun belakangan ini menyebabkan dalang harus memutar otak dalam memenuhi kebutuhan hidup mulai dari mencari profesi sampingan di luar dalang hingga terpaksa harus menjual perlengkapan wayang dan pendukung lainnya dan mencoba beralih profesi lain yang dapat menunjang kebutuhan pada masa pandemi ini. Selain itu, dampak lain yang dirasakan adalah tempat pelatihan dalang dan peralatan pendukung kesenian wayang kulit yang secara perlahan mulai mengalami penurunan yang mana jumlah tempat pelatihan secara perlahan mulai berkurang dan aktivitas penjualan peralatan pendukung wayang kulit juga berkurang akibat pembatasan aktivitas masyarakat dan juga berkurangnya
EDENTS
Volume 1 Edisi XXXIV Tahun 2021
uang yang beredar dimasyarakat. Untuk menunjang dan memudahkan para dalang dalam bertahan pada masa pandemi seperti ini, dalang dapat menggunakan kemajuan teknologi untuk melakukan inovasi dalam melakukan pementasan wayang secara online. Penggunaan teknologi seperti itu dapat membantu dalang dalam melanjutkan mata pencahariannya sehingga tidak perlu beralih profesi ataupun melakukan pekerjaan tambahan guna memenuhi kebutuhan hidup dalang. Selanjutnya pemerintah pun akan berusaha dalam memberikan bantuan ekonomi dalam bentuk pemberian insentif dengan jumlah yang bisa dikatakan cukup. Jumlah insentif yang digelontorkan pemerintah adalah sebesar Rp. 26,5 miliar untuk 26.500 pelaku budaya yang ekonominya terdampak akibat adanya pandemi Covid-19 ini. Adaptasi Baru Pagelaran Wayang Kulit Pemberlakuan aturan mengenai tindakan pencegahan Covid-19 seperti pembatasan massa, izin acara diperketat, dan jaga jarak menyebabkan pementasan wayang kulit cukup terpukul. Akibatnya pemberlakuan aturan tersebut, pentas wayang kulit yang biasanya hadir di tengah masyarakat sempat mengalami penurunan secara signifikan bahkan sempat mengalami “tidur panjang”. Dapat diketahui bahwa dalang selalu dihadapkan oleh situasi-situasi baru dalam setiap episode zamannya. Demi mempertahankan eksistensinya, dia kemudian menjadi subjek yang bertahan. Pertahanan subjek inilah yang kemudian melahirkan berbagai bentuk skema pertahanan diri dalang. Berdasarkan hal ini penggiat kesenian wayang kulit khususnya dalang berusaha melakukan inovasi pementasan guna merespon perkembangan zaman yang memaksa pembatasan massa dan penerapan jaga jarak. Seiring berjalannya waktu, terciptalah invovasi baru dalam pementasan wayang kulit yang biasanya diadakan langsung dengan mengundang kerumunan, kini hanya dihidupkan di layar virtual. Namun, dari layar virtual itulah fleksibilitas wayang kulit tradisional terbukti di tengah pandemi Covid-19. Memang tidak ada lagi penonton langsung, melainkan berubah menjadi penonton virtual yang tentunya tidak kalah dengan pementasan langsung. Mereka ramai riuh di handpone masing-masing. Selain itu aktivitas pementasan yang biasanya dilaksanakan pada malam hari dan menghabiskan waktu berjam-jam, kini berubah menjadi lebih fleksibel dimana pementasan wayang dapat dilakukan tidak hanya pada malam hari melainkan dapat dilaksanakan siang hari dan durasi pementasan wayang dipersingkat menjadi empat jam saja. Pemberlakuan inovasi pementasan wayang secara virtual memberikan dampak positif bagi peningkatan jumlah partisipan wayang. Penggunaan konsep borderless ke dalam seni wayang kulit menyebabkan pentas wayang kulit tradisional yang dahulu mengandalkan penonton di sekitar lokasi pentas, sekarang semakin berkembang. Pada era virtual ini, satu judul wayang bisa disaksikan hingga mancanegara, selain itu pementasan wayang yang telah dilaksanakan dapat diputar ulang bagi mereka yang ketinggalan siaran sehingga hal ini dapat meningkatkan antusias penonton. Oleh karena itu, selama pandemi ini merebak banyak dalang yang menggelar pentas wayang secara virtual dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yakni memakai masker, jaga jarak, dan rajin cuci tangan. Hal ini dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19. (lth)
33
SUDUT PROFESI
Tukang Urut, Pengobatan Tradisional yang Tetap Diminati
Dok. Google
Oleh: Luvita dan Fatimah
Bila berbicara tentang pengobatan dalam bidang kesehatan di Indonesia, tiap-tiap masyarakat pasti memiliki preferensinya masing-masing. Ada yang memilih pengobatan secara medis, ada pula yang lebih memilih pengobatan secara tradisional/alternatif. Perbedaan paling kentara dari dua tipe pengobatan yang telah disinggung adalah orang yang mengobatinya. Dalam pengobatan medis, orang yang mengobati merupakan dokter. Sedangkan, dalam pengobatan tradisional/alternatif, orang yang mengobati merupakan mereka yang memiliki ilmu terhadap cara pengobatan suatu hal namun ilmu tersebut tidak didapat lewat jalur formal, contohnya dipelajari secara turuntemurun. Walaupun pengobatan tradisional/alternatif belum sepenuhnya didukung oleh sains, masih banyak masyarakat yang memilih jalur ini sebagai alternatif penyembuhan mereka. Karena demand yang tinggi itulah, profesi-profesi yang ada dalam dunia pengobatan tradisional/alternatif dapat dikatakan sangat beragam dan unik. Dikatakan beragam karena antara jenis profesi satu dan lainnya memiliki ciri khas tersendiri. Lalu, dikatakan unik karena profesi-profesi tersebut dapat tergolong sulit ditemukan di tempat lain, dalam konteks ini berarti sulit ditemukan di negara selain Indonesia. Salah satu profesi unik di dunia pengobatan tradisional/alternatif adalah profesi tukang urut. Profesi tukang urut berfokus pada pengobatan saraf, otot, hingga tulang. Nantinya, pasien yang datang akan diurut sedemikian rupa sehingga keluhan-keluhan yang
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXIV Volume 1 Edisi 2017 Tahun
2021
disampaikan dapat disembuhkan. Untuk memahami profesi tukang urut lebih dalam, penulis telah berbincang-bincang dengan salah seorang tukang urut yang sering dipanggil Ma Oneng. Ma Oneng, bernama lengkap Oneng Siti Aisyah, lahir di Bandung, Jawa Barat dan sekarang telah menetap di Kabupaten Bandung. Beliau, yang saat ini berusia kurang lebih 70 tahun, mendapatkan ilmu mengurut dari sang eyang. Sejak muda, Ma Oneng memang sudah dilatih dalam hal pengurutan. Namun, fokusnya terhadap dunia urut semakin bertambah kala beliau menginjak usia 40 tahun. Awal Mula Mendalami Profesi Urut Saat muda, Ma Oneng lebih memilih untuk berprofesi sebagai pekerja pabrik. Kemudian, karena domisili beliau pindah, asalnya dari Bandung lalu ke Kabupaten Bandung, beliau pun berganti profesi menjadi penjaja kudapan. Beliau bercerita, hal tersebut dilakukannya demi membantu suami. Lambat laun, masyarakat setempat semakin mengetahui kepandaian beliau dalam mengurut. Awalnya satu-dua orang datang ke rumah beliau dan memberitahu keluhan mereka. Beliau pun dengan senang hati membantu. Akhirnya, semakin banyak masyarakat yang meminta jasa beliau. Ada masyarakat yang langsung menemui beliau di rumahnya dan ada pula yang meminta beliau untuk datang ke rumah mereka. Semakin lama, akhirnya beliau memutuskan untuk menjadi seorang tukang urut dengan diselingi beberapa pekerjaan lainnya agar bisa memiliki pendapatan lebih.
32
34
SUDUT PROFESI Sepanjang karir Ma Oneng, beliau pernah menangani pasien-pasien yang memiliki berbagai macam keluhan. Mulai dari keseleo hingga turun peranakan. Kegiatan urut yang dilaksanakan oleh beliau menitikberatkan pada saraf-saraf sehingga pasien-pasien yang ditangani akan dicari titik saraf yang bermasalahnya. Saat melakukan pengobatan, beliau hanya membutuhkan tenaga dan minyak urut yang tersedia. Bila kegiatan dilaksanakan di kediaman beliau maka minyak urut akan disediakan oleh beliau pribadi. Namun, bila kegiatan dilakukan di kediaman pasien, minyak urut akan disediakan pasien. Tapi, jika pasien tidak memiliki minyak urut di kediamannya, dapat digantikan dengan minyak gosok/oles lain maupun body lotion.
akan selalu bersedia. “(Walaupun pendapatan) sedikit, (Emak) tetap cukup-cukupkan. Ya, mungkin, masih demikian pandangan orang-orang sekitar. Karena meminta tolong jadi, ya, gitu. Tapi ngga apa-apa, Emak maklum. Karena walaupun demikian juga masih aja ada yang suka ngasih dan itu cukup, gitu, buat Emak sama Abah (suami Ma Oneng) makan,” ungkap Ma Oneng. Dari keinginan yang kuat tersebut, nama Ma Oneng semakin dikenal oleh masyarakat sekitar. Sehingga, sebelum pandemi melanda, pasien Ma Oneng terus mengalami kenaikan yang tergolong signifikan. Pandemi yang Mengubah Banyak Hal
Semenjak pandemi, seluruh sektor yang ada di masyarakat tentunya terkena dampak, baik dari sisi perekonomian maupun kesehatan, ringan ataupun berat. Tidak terkecuali dunia pengurutan sebagai salah satu sektor dalam pengobatan tradisional/alternatif. Karena kegiatan urut adalah salah satu pengobatan yang mengharuskan pasien dan tukang urut melakukan kontak fisik secara langsung, sebagian masyarakat akhirnya lebih memilih untuk tidak melakukan urut terlebih dahulu. Pernyataan tersebut juga dibetulkan oleh kesaksian Ma Oneng, sebagai salah seorang tukang urut. Beliau mengutarakan bahwa sebelum terjadi pandemi, dalam seminggu biasanya ada banyak pasien yang bisa ditangani. Namun, setelah adanya pandemi, pasien yang meminta jasa Ma Oneng pun menjadi berkurang. “Sebelum pandemi, seminggu itu biasanya banyak (pasien yang meminta bantuan). Sampai-sampai dari hasil ngurut bisa bantu modalin usahanya Abah. Tapi, selama pandemi sekarang ini, (pasien yang meminta bantuan) hanya 2 - 3 orang per minggunya,” tukas Ma Oneng Siti Aisyah, Oneng. Tukang Urut
Pernah pada suatu saat, beliau mendapati pasien yang telah mengalami sebuah kecelakaan hebat. Dalam hal tersebut, beliau akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu sang pasien dengan cara melakukan pengurutan secara periodik hingga keluhan dari pasien dirasa membaik. Namun, ada kalanya juga Ma Oneng menghadapi keluhan pasien yang di luar kemampuan beliau. Jika kasusnya demikian, beliau akan tetap menyarankan agar pasien menemui dokter yang sesuai dengan keluhan mereka. “Kalau Emak dapet keluhan yang penanganannya di luar kemampuan, biasanya langsung sama Emak minta pergi ke dokter, si pasiennya itu,” tegas Ma Oneng. Suka-Duka Menjalani Profesi Urut
Memiliki profesi tidak tetap menjadikan jumlah pendapatan yang diterima Ma Oneng setiap satu kali urut tidak selalu sama. Kebanyakan p a s i e n yang ditangani Ma Oneng a k a n memberikan seikhlasnya dari uang yang mereka miliki. Ma Oneng menuturkan bahwa beliau belum dapat menetapkan tarif pengobatan karena merasa kurang berkenan, apalagi pasien yang ditangani kebanyakan adalah masyarakat sekitar tempat tinggal beliau. “Ya, kira-kira begitu kalau di kampung. (Kalau dahulu), ada yang memberi Rp 15.000,00 (hingga) Rp 20.000,00. Sekarang-sekarang, ada yang memberi Rp 25.000,00, ada juga yang Rp 30.000,00 setiap satu kali urut. Tapi ada juga yang belum dapat memberikan apa-apa,” papar Ma Oneng. Tapi, keadaan seperti demikian tidak menyurutkan niat Ma Oneng untuk tetap membantu sekitar. Pendapatan yang ada beliau cukup-cukupkan demi kebutuhan keluarga. Namun, dalam hal bantu-membantu, beliau
Selain itu, pandemi juga berdampak pada bagaimana Ma Oneng menerima pasien. Sebelum terjadi pandemi, pasien biasanya datang ke rumah Ma Oneng. Bila tidak demikian, maka Ma Oneng akan diberitahu dan langsung dijemput oleh sang pasien agar dapat melakukan kegiatan urut di rumah pasien. Namun, semenjak pandemi, Ma Oneng akan menerima keluhan pasien lewat telepon atau kenalan terdekat antara Ma Oneng dan pasien. Setelah itu, Ma Oneng akan berkunjung ke rumah pasien dengan tentunya menerapkan penggunaan masker dan selalu mencuci tangan. Oleh karena itu, biasanya pasien yang diterima Ma Oneng, selama pandemi ini, merupakan masyarakat di sekitar lingkungan Ma Oneng. Sedangkan sebelum pandemi, pasien bisa saja datang dari luar lingkungan tempat tinggal Ma Oneng. (lth)
“Kalau Emak dapet keluhan yang penanganannya di luar kemampuan, biasanya langsung sama Emak minta pergi ke dokter, si pasiennya itu,” tegas Ma Oneng. EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXIV Tahun 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
35 33
SOCIAL MOVEMENT
Komunitas Satoe Atap, Potret Pendidikan Anak-anak Miskin Kota Semarang
Dok. Pribadi
Oleh: M. Musa dan Hatfina Dini S.
Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang tidak bisa merasakan menikmati dunia pendidikan. Faktor utamanya tentu saja masalah perekonomian. Pemerintah jelas memiliki tanggung jawab akan hal ini. Meskipun pemerintah telah menggratiskan biaya pendidikan dasar, tetap saja masih banyak anak-anak yang tidak bisa menikmati karena harus banting tulang untuk mencari penghasilan demi menyambung hidup.
yang membutuhkan sentuhan sosial oleh masyarakat lain, sedangkan daerah Tanggul Indah sendiri merupakan kawasan prostitusi.
Bermula dari Tugas Kuliah
Selama berjalannya waktu, para mahasiswa ini hanya menjalani dengan biasa, hingga lama kelamaan menjadi kegiatan rutin hingga terbentuk menjadi sebuah komunitas pada tanggal 12 April 2007 dengan nama “Satoe Atap”. Nama ini sendiri memiliki nilai filosofis tersendiri, yang mana nama tersebut merupakan singkatan dari “Sayang Itoe Asli Tanpa Pamrih”. Maksudnya adalah bahwa orang-orang di dalam komunitas ini, mulai dari pengurus, relawan, dan masyarakat hingga anak-anak sendiri bersama-sama untuk saling menyayangi antara satu sama lain. Uniknya komunitas ini tidak memiliki visi ataupun misi yang tertulis dengan jelas. “Komunitas ini tidak memiliki visi dan misi secara tertulis, yang penting adik-adik mendapatkan pengajaran, ada materi, disampaikan ilmu, dan memiliki nilai kreativitas dan bermanfaat,” ujar Satrio Asrori, selaku Koordinator Kurikulum Komunitas Satoe Atap.
Terbentuknya komunitas ini bermula dari beberapa mahasiswa Ilmu Hukum Universitas Diponegoro yang melakukan kegiatan mengajar kepada anak-anak jalanan di daerah Semarang dalam rangka pengerjaan tugas di bidang sosial. Kegiatan tersebut ditujukan kepada anak-anak jalanan di daerah kawasan Simpang Lima dan daerah kawasan Tanggul Indah. Ketika itu, daerah tersebut banyak sekali ditemukan anak-anak
Berpindah Tepat dan Berganti Target Selang beberapa waktu berjalan, komunitas ini memutuskan untuk berpindah tempat pengajaran. Simpang Lima yang menjadi pusat adanya anak-anak jalanan harus berpindah ke tempat lain dikarenakan untuk bisa mengakses anak-anak ini harus melalui penghubung. Penghubung tersebut dari pihak anak jalanan di sekitar Simpang Lima dan dari pengurus Satoe
Kondisi tersebut seringkali memunculkan simpati dan empati dari masyarakat untuk ikut andil dalam memberikan bantuan, salah satunya dengan memberikan suatu pendidikan nonformal melalui suatu komunitas sosial. Di Kota Semarang sendiri, banyak sekali ditemukan komunitas-komunitas yang bergerak dalam bidang pendidikan. Salah satu komunitas yang berfokus melakukan pengajaran pada anak-anak jalanan dan anak-anak miskin kota yaitu Komunitas Satoe Atap.
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXIV Volume 1 Edisi 2017 Tahun
2021
34
36
SOCIAL MOVEMENT Atap. Namun setelah penghubung dari Satoe Atap yang tadinya mahasiswa sudah tidak tinggal di Semarang karena pekerjaan, maka tidak ada lagi penghubung dari Satoe Atap ke anak jalanan. Selain itu, Tanggul Indah yang dulunya menjadi pusat prostitusi juga harus dipindah tempatkan. Hal ini disebabkan adanya pembubaran daerah prostitusi dan menjadikan rumah mereka harus tergusur. Dari perpindahan dua daerah tersebut, didapatlah tempat baru di Jalan Seroja Barat Nomor 1, Semarang Tengah (dekat Kantor Kelurahan Karang Kidul) dan Wisma Moerdiningsah, Gas Kelinci 1 Nomor 215, Gayamsari, Semarang. Bersama dengan dipindahkan tempat pengajaran berubah pula target objek pengajaran, yang mana diawal menargetkan anak-anak jalanan kini lebih menargetkan kepada anak-anak miskin kota. Komunitas ini dikelola oleh volunteer dan selalu ada yang ikut datang dengan sukarela baik berupa kelompok mahasiswa maupun perorangan. Cara bergabung menjadi volunteer di komunitas ini pun sangat mudah. Cukup datang dan ikut mengajar di tempat pengajaran sesuai hari yang ditentukan. Hari Selasa di Jalan Seroja Barat Nomor 1, Semarang Tengah dan hari Rabu di Wisma Moerdiningsah, Gas Kelinci 1 Nomor 215, Gayamsari.
adik juga diajarkan mengenai skala prioritas, di mana mereka harus bisa membuat prioritas barang mana yang mereka butuhkan dan barang mana yang mereka kurang butuhkan. Kegiatan ini berlangsung setahun sekali. Adapula kegiatan tahunan lainnya, yaitu perayaan ulang tahun Satoe Atap yang diadakan bertepatan bulan berdirinya komunitas ini, yaitu bulan April. Acara ulang tahun ini selain dihadiri adik-adik dari kedua titik pengajaran juga mengundang beberapa anggota perwakilan masing-masing komunitas sosial dan edukasi di Kota Semarang. Selain itu, biasanya akan ada kegiatan sukarela yang diisi oleh relawan dari luar pengurus seperti kelompok mahasiswa kampus tertentu. Hal ini bisa terjadi, bahkan pengurus komunitas tidak pernah mendatangkan kelompok mahasiswa tertentu atau yang lain, dalam artian semua datang dengan sukarela. Begitu pula relawan yang ingin bergabung sebagai anggota komunitas.
“Tanggapan dari orang tua adik-adik yang mengikuti pengajaran ini mereka merasa cukup terbantu, karena para orang tua tersebut terlalu fokus mencari uang karena memang mereka merupakan keluarga dari kalangan ekonomi bawah. Komunitas Komunitas yang juga aktif ini membantu peran orang tua dan memiliki akun media mereka dalam memberikan sosial Instagram dengan nama pendidikan kepada mereka,” pengguna @satoeatap ini selalu ujar Satrio. Namun, pengajaran mem-posting setiap ada kegiatan yang dilakukan dua kali dalam berlangsung. Dengan demikian, seminggu dirasa kurang karena kegiatan yang bermula hanya terkadang ada beberapa adikDok. Pribadi sebagai tugas perkuliahan kini adik yang memiliki masalah menjadi sebuah komunitas yang mampu bertahan sejak dalam mengerjakan pekerjaan rumah, sedangkan para 2007 hingga sekarang dan tentunya sudah bermanfaat volunteer tidak bisa membantu karena memang sedang bagi masyarakat terutama anak-anak miskin kota di tidak ada jadwal pengajaran. Semarang. Kendala Kegiatan, dari Cuaca hingga Kurangnya Kegiatan Satoe Atap Relawan Saat ini, Komunitas Satoe Atap telah memiliki Dalam menjalankan kegiatan pengajaran, beberapa kurikulum kegiatan mengajar dan sudah berjalan kendala seringkali ditemui. Kendala tersebut berupa selama kurang lebih satu tahun. Selain diajarkan materi kendala eksternal seperti kendala cuaca, maupun sekolah, juga ada beberapa materi tambahan, yaitu kendala internal seperti kurangnya volunteer yang Profesiku yang membahas tentang profesi-profesi mengajar. Pada masa pandemi seperti sekarang ini, yang ada, Keliling Nusantara yang merupakan materi kendala kegiatan bertambah lagi berkaitan dengan tentang pengetahuan budaya di Nusantara, Keliling lokasi pengajaran dikarenakan keharusan menjaga jarak Dunia berupa pengetahuan budaya negara-negara lain, dan mengikuti protokol kesehatan. Di spot Kelinci, dan Kesenian. pengajaran dilakukan di dalam ruangan sehingga tidak memungkinkan melakukan social distancing karena Selain pengajaran, ada juga kegiatan bazar, yaitu Bazar banyaknya orang. Hal ini mengakibatkan dalam For Kids. Barang-barang yang digunakan dalam kegiatan kurun waktu setahun belakang ini kegiatan mengajar ini merupakan barang hasil donasi dari luar. Dalam di lokasi tersebut tidak dapat dilakukan. Sementara kegiatan ini, adik-adik diberikan sejumlah uang mainan itu, kegiatan mengajar di spot Seroja masih dilakukan yang nantinya akan mereka gunakan untuk membeli karena memang di sana kegiatan tersebut dilakukan di barang-barang yang dijual dan mereka inginkan. Adik- rangan terbuka, sehingga memungkinkan untuk
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXIV Tahun 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
37 35
SOCIAL MOVEMENT melakukan jaga jarak satu sama lain. Selain itu, kendala selama pandemi juga pada keberadaan volunteer yang kurang. Hal ini dikarenakan kebanyakan volunteer merupakan mahasiswa dari luar Semarang, dan selama pandemi ini, banyak dari mereka memilih pulang ke rumah masing-masing. Selama berdirinya komunitas ini juga banyak relawan yang sudah meliliki kesibukan di luar. Hal tersebut juga dapat menyebabkan masalah karena bisa menjadi momok untuk adik-adik yang mana mereka harus beradaptasi dengan orang-orang yang baru. Manfaat dan Harapan
masalah. Dan saya minta juga teman-teman diajak kalau ada yang tertarik datang saja ke spot Kelinci atau Seroja, Selasa atau Rabu. Kami selalu terbuka,” ujar Satrio menyampaikan pesan untuk siapapun yang ingin tergabung dalam Komunitas Satoe Atap. Dengan mengikuti komunitas ini banyak sekali manfaat yang dapat diambil. Selain semakin bersyukur dalam menerima kehidupan juga dapat lebih mengerti arti hidup. Satrio menyampaikan harapannya akan komunitas ini agar komunitas ini lebih bisa mengayomi adik-adik, bisa lebih solid, dan bisa lebih berkembang untuk lokasi-lokasi pengajaran dengan memperluas jangkauan di Kota Semarang. (lth)
“Kita selalu terbuka untuk yang mau datang ke pangajaran, atau hanya sekadar melihat juga tidak
“Komunitas Satoe Atap memiliki arti Sayang Itoe Asli Tanpa Pamrih. Komunitas ini menjadi wadah bagi warga Kota Semarang untuk menyalurkan kasih sayang kepada adik-adik yang kurang kasih sayang. Penyaluran kasih sayang dalam bentuk pendidikan kepada mereka, dapat membantu mereka mencapai impian-impian kecilnya.” Satrio Asrori, Koordinator Kurikulum Komunitas Satoe Atap
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXIV Volume 1 Edisi 2017 Tahun
2021
36
38
LAPORAN KHUSUS
Vaksinasi, Satu Langkah Menghadapi Pandemi Oeh : Alam, Rachel, Banindhia
Dok.Unsplash.com
Coronavirus atau yang biasa dikenal dengan Covid-19 sudah terjadi diberbagai belahan di dunia lebih dari satu tahun. Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan tentang FAQ Coronavirus, virus ini merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan, China, pada bulan Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (Covid-19). Pada dasarnya seperti penyakit pernapasan lainnya, Covid-19 dapat menyebabkan gejala ringan termasuk pilek, sakit tenggorokan, batuk, dan demam. Sekitar 80% kasus dapat pulih tanpa perlu perawatan khusus.
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXIV Tahun 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
Namun, sekitar satu dari setiap enam orang mungkin akan menderita sakit yang parah, seperti disertai pneumonia atau kesulitan bernafas, yang biasanya muncul secara bertahap. Virus ini juga beresiko bagi orang yang berusia lanjut, dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung, mereka biasanya lebih rentan untuk menjadi sakit parah. Setitik Harapan pada Vaksin Covid-19 Sudah banyak tindakan yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan virus ini. Namun hingga saat ini, belum ditemukan obat untuk Covid-19, dikarenakan virus tidak sama dengan bakteri yang dapat dibunuh dengan antibiotik. Sudah banyak obat antivirus yang telah diuji coba, serta usulan obat-obatan dilakukan akan tetapi virus tidak bisa dibunuh sampai dengan hari ini. Melalui berbagai penelitian, pemberian vaksin yang dinilai
39 37
LAPORAN KHUSUS paling efektif untuk mengatasi pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung. Vaksin adalah virus yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia tetapi sudah dimatikan. Sementara vaksinasi adalah pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) sistem imun di dalam tubuh. Sistem kekebalan tubuh manusia terhadap suatu penyakit bisa terbentuk secara alami saat seseorang terinfeksi virus atau bakteri penyebabnya. Dengan prosedur vaksinasi yang benar diharapkan akan diperoleh kekebalan yang optimal, menurunkan risiko terkena penyakit dan kematian dan mendorong terbentuknya kekebalan kelompok (herd immunity). Selain itu, vaksinasi Covid-19 bertujuan untuk melindungi dan memperkuat sistem kesehatan secara menyeluruh, juga menjaga produktivitas dan mengurangi dampak sosial masyarakat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) Nomor 9860 Tahun 2020, terdapat enam jenis vaksin yang digunakan Indonesia. Keenam vaksin itu merupakan produksi dari PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer Inc. - BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd. Salah satu vaksin yang telah beredar di Indonesia yaitu vaksin Sinovac. Kelebihan dari vaksin Sinovac yaitu dapat disimpan dengan suhu antara 2-80C atau dapat disimpan di dalam kulkas. Sementara Moderna harus disimpan pada suhu -200C dan vaksin Pfizerer pada -700C. Selain itu, kelebihan Sinovac yaitu dengan virus yang sudah dimatikan maka tidak akan membuat rasa sakit dan virus ini juga tidak dapat berkembang biak. Sinovac menggunakan teknologi lama yang sudah berpuluh-puluh tahun, dimana dengan teknologi ini, sudah dapat dijamin bahwa vaksin ini aman, dan valid penelitiannya. Vaksin Tidak Dapat Menjadi Penangkal Virus Covid-19 Seutuhnya Muncul sebuah pertanyaan, apakah vaksin saja cukup untuk menangani Covid-19? Menurut Sudiro, salah satu akademisi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Diponegoro, menerima vaksinasi saja belum cukup efektif untuk menangkal virus Covid-19 ini. Hal itu dikarenakan vaksin Sinovac yang ada di Indonesia berdasarkan uji klinis pada suntikan pertama yang disuntikkan kepada 1.000 orang yang terlindungi dari virus Covid-19 kira-kira hanya sekitar 33-34% saja. Sehingga dari pengujian ini, dari 1.000 orang tersebut, terdapat sekitar kurang lebih 700 orang masih belum dapat terlindung dari virus. Kemudian pada suntikan kedua dengan jumlah orang yang sama, terjadi peningkatan sekitar 63% yang dapat terlindungi. Namun, masih ada sisa sekitar 37% yang tidak terlindungi dari virus Covid-19. Artinya, meskipun telah disuntik vaksin sebanyak dua kali, masih ada sisa orang yang bisa terkena Covid-19. Oleh sebab itu, masyarakat dianjurkan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan seperti menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, serta berbagai tindakan preventif
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXIV Volume 1 Edisi 2017 Tahun
2021
lainnya. Penyaluran Program Vaksinasi dan Tantangannya Semenjak adanya produksi vaksin dan dapat didistribusikan ke berbagai negara, Indonesia sudah memutuskan mengambil vaksin Sinovac pada bulan Januari sekitar 300 juta dosis kepada China. Indonesia juga diperbolehkan untuk memproduksi vaksin yang bibitnya dari China. Selain itu, Indonesia juga mengambil vaksin lain seperti yang tertera pada KMK No. 9860 Tahun 2020. Terbaru, Indonesia menerima kedatangan vaksin AstraZeneca sebesar 3.852.000 dosis vaksin siap pakai pada pada 26 April 2021. Penyaluran vaksinasi ini dilakukan secara bertahap. Dilansir dari sehatnegeriku.kemkes.go.id, Siti Nadia Tarmidzi selaku juru bicara vaksin Covid-19 Kementerian Kesehatan menyampaikan bahwa untuk menuntaskan program vaksinasi Covid-19 di Indonesia dengan mencapai total populasi sebesar 181,5 juta orang, dibutuhkan waktu 15 bulan, mulai Januari 2021 hingga Maret 2022. Pelaksanaan ini akan berlangsung selama dua periode. Periode pertama berlangsung dari Januari hingga April 2021 dengan memprioritaskan 1,3 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas publik yang ada di 34 provinsi. Sedangkan periode kedua mulai dari April 2021 hingga Maret 2022 untuk menjangkau jumlah masyarakat hingga 181,5 juta orang. Masalah yang timbul dari pengadaan vaksinasi ini yaitu perbedaan kecepatan distribusi vaksinasi karena Indonesia terdiri dari 17.000 pulau. Selain itu, tidak semua daerah terpencil di Indonesia memiliki puskesmas, fasilitas kesehatan, dan tenaga kesehatan yang memadai. Hal tersebut menjadi tantangan yang tidak mudah dilampaui karena faktanya pelayanan kesehatan di setiap daerah berbeda-beda. “Menurut saya kenyataan dan fakta seperti ini itu harus dijalankan menggunakan tenaga tenaga medis perawat atau siswa-siswa semester akhir dikirim untuk melakukan penyuntikan di daerah-daerah yang tenaga kesehatan tidak ada,” ujar Sudiro. Dilansir dari nasional.kompas.com, terdapat beberapa kendala yang dihadapi pemerintah dalam proses vaksinasi nasional. Kendala tersebut antara lain terbatasnya fasilitas kesehatan, sistem informasi atas data yang dibutuhkan untuk vaksinasi masih belum sempurna, serta kendala pada alur komunikasi yang dibutuhkan untuk masyarakat. Menurut Sudiro, agar vaksin dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 memerlukan adanya kebijakan pemerintah sektoral dengan pemerintah perhubungan, di mana Kementerian Perhubungan memerintahkan transportasi, baik jalur darat, laut, maupun
38
40
LAPORAN KHUSUS mampu menangkal virus Covid-19 dan dapat melakukan aktivitas secara normal. Setiap vaksin pasti memiliki side effect atau efek sampingnya masing-masing. Contohnya ada salah satu vaksin untuk radang di otak, dimana apabila disuntikkan dengan dosis berlebih, maka akan beresiko menyebabkan radang di otak serta kejang-kejang. Namun, kejadiannya hanya sekitar 0,01%, bahkan bisa tidak ada kejadian. Kemudian, untuk vaksin Covid-19, efek sampingnya hanya panas, batuk, dan badan terasa lemas. Tapi pada umumnya, orang hanya akan mengalami demam dan badan terasa lemas.
Dok. Pribadi
Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh Covid-19 adalah panas, batuk kering, dan lemas. Terkadang, ada yang sampai mengalami sesak napas. Namun, jika ada orang yang mengalami gejala berat tersebut, bisa diindikasikan bahwa orang itu memiliki penyakit bawaan lain, seperti asma dan penyakit penyerta lainnya. Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum menerima vaksinasi. Orang yang menderita kurang gizi, atau memiliki penyakit berat yang tidak dapat memenuhi syarat untuk menerima vaksinasi. “Selama orang yang mau divaksin sehat, baik sudah tua atau masih muda dapat diberikan vaksin. Menurut saya, lebih untung jika menerima vaksin,” tutur Sudiro. Berdasarkan alasanalasan tersebut, akan lebih baik jika masyarakat mau menerima vaksinasi. dr. Sudiro, MPH. DrPH Akademisi Fakultas Kesehatan dan Masyarakat Undip Dok.iconscout udara untuk membantu pendistribusian vaksin ke daerah-daerah. Kemudian, Kementerian Pendidikan dapat membantu dengan memerintahkan kepada sekolahsekolah perawat yang akan lulus bisa dilatih menyuntik. Perlu adanya tindakan juga dari pemerintah daerah yakni dengan memfasilitasi perumahan atau kos-kosan gratis untuk ditempati oleh tenaga kesehatan. Di berbagai media masa, telah beredar kabar bahwa Indonesia akan segera memproduksi vaksinnya sendiri. Berdasarkan kabar tersebut, Sudiro beranggapan bahwa Biofarma mampu memproduksi vaksinnya sendiri. Bahkan sebelumnya, Biofarma sendiri juga telah berhasil membuat berbagai jenis vaksin lainnya. Seperti vaksin polio, defteri, dan lain sebagainya. Pada kesempatan kali ini, Biofarma akan membuat vaksin merah putih yang memiliki license dari Sinovac.
Protokol Kesehatan Harus Tetap Dijalankan Anggapan bahwa setelah divaksin maka akan aman dari Covid-19 adalah kurang tepat. Vaksin memang salah satu upaya dalam mengatasi pandemi ini. Akan tetapi, vaksinasi ini tidak sepenuhnya menjamin seseorang akan aman dari virus Covid-19. Oleh karena itu, penerapan protokol kesehatan tetap menjadi hal mutlak untuk dilaksanakan meskipun telah divaksin. Sudiro menuturkan bahwa harapannya tentu saja adalah bahwa pandemi Covid-19 ini bisa hilang. Akan tetapi, harapan itu tidak dapat sepenuhnya terwujud. Hal itu disebabkan karena masyarakat Indonesia masih kurang patuh dalam mengikuti protokol kesehatan. “Padahal, salah satu syarat agar vaksin sukses adalah mengikuti protokol kesehatan. Kalau sudah divaksin, tapi malah bebas dan tidak mematuhi protokol kesehatan lagi, ya percuma,” tutupnya. (lth)
Lebih Untung Jika Menerima Vaksin Hadirnya program vaksinasi memang sempat menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat. Adanya berita yang simpang siur juga menimbulkan banyak keraguan masyarakat untuk menerima vaksin. Padahal, penerimaan vaksin sangatlah penting sebagai salah satu jalan mencapai herd imunity. Melalui vaksin ini, diharapkan daya imun akan menjadi lebih baik sehingga
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXIV Tahun 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
41 39
LAPORAN KHUSUS
Penggunaan APD sebagai Dampak Pandemi dan Problematikanya
Dok. theconversation.com
Oleh: Oleh : Sulis, Dhia, dan Salma
Wabah pandemi Covid-19 telah mengakibatkan dampak berantai pada kehidupan masyarakat. Mulai dari dampak kesehatan, ekonomi, hingga merembet pada dampak lingkungan. Salah satu masalah yang muncul adalah terkait penggunaan alat pelindung diri atau APD. Protokol kesehatan yang ketat mengharuskan semua unsur masyarakat, terutama para tenaga kesehatan, menggunakan APD sebagai proteksi terhadap penyebaran Covid-19. Hal ini menimbulkan masalah baru, yaitu penumpukan limbah APD. Limbah APD dapat dikatakan cukup berbahaya jika penanganannya tidak tepat. Oleh karena itu, limbah APD perlu dikelola dengan baik. Upaya Perlindungan Diri Menggunakan APD Sektor pelayanan kesehatan menjadi sangat vital dalam masa pandemi ini. Sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit menjadi salah satu sumber infeksi dan penularan penyakit. Peningkatan derajat kesehatan ditujukan pada masyarakat dan juga tenaga kesehatan yang ikut andil di dalamnya. Tenaga kesehatan berperan sebagai pemberi pelayanan kesahatan, oleh karena itu rumah sakit berkewajiban untuk menyehatkan tenaga kerja disana. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melindungi tenaga kerja pada rumah sakit yaitu dengan
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXVI Volume 1 Edisi 2017
Tahun 2021
menggunakan Alat Pelindung Diri atau APD. Alat pelindung diri adalah perlengkapan yang wajib digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya yang bisa menyebabkan cedera atau penyakit serius terkait dengan pekerjan yang dilakukannya. Alat pelindung diri telah didesain sesuai dengan jenis pekerjaan masing-masing. Semua perlengkapan APD harus memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku, seperti bersih, pas, dan nyaman saat dikenakan oleh pekerja, serta harus diganti secara berkala jika dinilai sudah tidak berfungsi dengan baik dan habis masa pakainya. Penggunaan APD dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit karena mereka memerlukan kewaspadaan untuk melindungi diri guna mencegah penularan di tempat pelayanan kesehatan. Selain itu, APD juga digunakan oleh masyarakat umum yang bekerja dengan menerapkan protokol kesehatan. Pemilihan APD untuk mencegah infeksi virus Covid-19 tidak bisa dilakukan sembarangan. APD yang ideal untuk mencegah dan melindungi tubuh dari paparan virus Covid-19 memiliki kriteria tertentu, seperti mampu melindungi tubuh dari percikan dahak yang mengandung virus Covid-19, tidak mudah rusak, ringan dan tidak membatasi gerak atau menimbulkan rasa tidak nyaman, serta mudah untuk
40
42
LAPORAN KHUSUS dibersihkan. APD dan Risiko Penumpukan Limbah Peningkatan penggunaan APD di kehidupan seharihari diiringi pula dengan peningkatan limbah yang dihasilkan. Menumpuknya limbah APD dapat menyebabkan penyebaran virus Covid-19 atau mikroorganisme pathogen lainnya menjadimeningkat dan akan menyebabkan beberapa komplikasi penyakit penyerta yang mengancam Sustainable Development Goals (SDGs). Limbah dari penggunaan APD tergolong ke dalam jenis limbah padat infeksius. Limbah infeksius adalah limbah yang berpotensi menginfeksi atau menularkan penyakit pada manusia akibat adanya kontaminasi dari organisme patogen atau zat yang bersifat infeksius dalam jumlah dan virulensi yang cukup. Limbah ini sangat berbahaya karena dapat menjadi sumber penyebaran penyakit bagi tenaga kesehatan maupun masyarakat, petugas yang menangani limbah, serta limbah ini berpotensi menurunkan kualitas lingkungan (Arif, M.I., 2013). Berdasarkan penelitian Chungtai, A.A., et al (2013), ditemukan adanya virus respirasi pada bagian luar masker yang digunakan oleh pekerja medis di beberapa Rumah Sakit di Beijing, China. Pada bagian luar masker ditemukan adanya Adenovirus, Bocavirus, Human metapneumovirus, Influenza B, Parainfluenza virus tipe 4, Parainfluenza virus tipe 2, Influenza H1N1, dan Respiratory syncytical virus. Oleh karena itu, diperlukan perlakuan dan fasilitas khusus dalam pengolahan limbah infeksius seperti dengan menggunakan insinerator, autoklaf, atau gelombang mikro (Kemenkes RI, 2020). Di Indonesia, limbah infeksius yang dihasilkan diperkirakan per harinya dapat mencapai 294,66 ton yang mana belum termasuk timbulan limbah pada tingkat rumah tangga (misalnya masker dan sarung tangan) yang jumlahnya terus meningkat. Kenaikan angka jumlah limbah infeksius yang dihasilkan sayangnya tidak didukung dengan kenaikan jumlah fasilitas pengelolaan limbah yang memadai. Dari 2.889 rumah sakit yang beroperasi di Indonesia, hanya 110 rumah sakit saja yang memiliki fasilitas insinerator berizin (Prasetiawan, T., 2020). Limbah Medis B3 Sebelum dan Sesudah Pandemi Covid-19 Jumlah limbah medis sebelum dan sesudah adanya Covid-19 memang dapat dikatakan mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Komposisi limbah rumah sakit sebesar 85% limbah merupakan limbah non-B3, 10% limbah B3 infeksius, dan 5% limbah
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXVI Tahun 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
B3 non-infeksius. Sedangkan timbulan rata-rata limbah yang dihasilkan dari rumah sakit di seluruh dunia sebesar 0,5 kg/tempat tidur dalam sehari (UNEP, 2020). Rumah Sakit Palang Merah Internasional dengan 100 tempat tidur dalam kondisi normal menghasilkan limbah sebanyak 1,5-3 kg per pasien per hari (ICRC, 2011). Peningkatan kasus Covid-19 di Wuhan meningkatkan timbulan total limbah medis yang semulanya 40-50% ton per hari sebelum terjadi pandemi meningkat menjadi 247 ton per hari. Peningkatan Timbulan limbah di Kota Manila, Kuala Lumpur, Hanoi, dan Bangkok mencapai 154-280 ton per hari (You et al., 2020). Diperkirakan timbulan limbah B3 Covid-19 di Thailand sebesar 2,5 kg/tempat tidur/hari; 2,23 kg/tempat tidur/hari; dan 2,0-2,2 kg/tempat tidur/hari di Meksiko. Peningkatan timbulan limbah di Jawa Barat, Indonesia, selama Covid-19 berkisar antara 10.903; 11.646; dan 14.606 ton pada bulan Januari, Maret, dan April 2020 dengan pertambahan sebesar 30% antara Januari-April (IEGS, 2020). Pengelolaan dan Penanganan Timbulan Limbah Medis B3 Penanganan limbah medis B3 yang meningkat jumlah dan volumenya pada saat terjadi pandemiCovid-19 harus ditangani dengan baik dan benar agar tidak berpotensi menjadi sumber infeksi baru terhadap manusia. Standard penanganan limbah medis B3 Covid-19 menggunakan pedoman yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) (Capoor, 2020). Sedangkan di Indonesia, pengelolaan limbah B3 medis telah diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. 56 Tahun 2015 yang meliputi: pengurangan dan pemilahan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan pemusnahan (penimbunan atau penguburan). Untuk limbah medis dari penanganan pasien Covid-19, pengelolaannya diatur dalam Pedoman Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Rujukan, Rumah Sakit Darurat dan Puskemas yang Menangani Pasien Covid-19. Secara spesifik, pedoman ini mengatur APD bagi petugas (pewadahan, pengangkutan, insinerator, transporter dan pengolah limbah Covid-19), label dan simbol limbah, teknik dan bahan disinfektan serta sarana limbah Covid-19 dengan perlakuan khusus (TPS, trolly, dan bin) (Kemenkes RI, 2020). Selain itu, pedoman lain yang digunakan yaitu Surat Edaran No. SE.2/MENLHK/PSLB3/3/2020 tentang Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3) dan Sampah Rumah Tangga dari Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) tertanggal 24 Maret 2020
43 41
LAPORAN KHUSUS (KLHK, 2020). Untuk melakukan pengelolaan limbah medis B3 Covid-19 secara baik dan benar, perlu diketahui besar timbulan limbah per tempat tidur per hari yang berbeda dari suatu negara ke negara yang lain.Beberapa panduan telah dikeluarkan oleh berbagai organisasi internasional untuk menangani timbulan limbah medis dan permukiman selama pandemiCovid-19. Demikian juga beberapa penelitian sebelumnya memfokuskan pada topik pengelolaan dan penanganan limbah medis B3 Covid-19. Penanganan limbah medis B3 Covid-19 terdiri dari beberapa tahapan yang masing-masing memiliki prosedur baku untuk penanganan Covid-19 (Prihartanto, 2020). Untuk itu dibutuhkan strategi penanganan limbah medis B3, dimana strategi penanganannya berbeda antara negara berkembang dan negara maju (Kulkarni & Anantharama, 2020). Penanganan limbah rumah tangga non Covid-19 perlu dipisahkan dari limbah yang tidak terpapar. Untuk limbah yang terpapar Covid-19 perlu dilakukan prosedur penyimpanan selama 72 jam sebelum dibuang (Amalia et al., 2020; Kulkarni & Anantharama, 2020).Limbah APD yang infeksius ini perlu diolah dengan cara yang berbeda seperti limbah lainnya. Perlu adanya inovasi dalam mengolah limbah APD infeksius, seperti dengan menggunakan teknologi yang menggunakan metode pirolisis untuk mengolah limbah yang akan menghasilkan bahan bakar alternatif. Teknologi pirolisis memanfaatkan metode pirolisis dalam mengolah limbah yang menerapkan konsep ‘waste to energy’ sehingga hasil akhir dari proses pengolahan limbah dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar. Pirolisis merupakan teknologi dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pe-
manasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya. Pirolisis dilakukan di dalam sebuah reaktor pengurangan atmosfer (hampa udara) pada temperatur hingga 800°C (Ramadhan, A., dan Ali, M., 2013). Menurut penelitian Bridges, T. (2020), teknologi pirolisis dapat dengan aman membunuh bakteri yang stabil secara termal dan membatasi gas beracun dengan baik dalam standar emisi. Sampai saat ini belum banyak industri atau masyarakat yang menerapkan teknologi pirolisis dalam proses pengolahan limbah, terutama limbah infeksius. Berdasarkan latar belakang di atas, maka upaya untuk memanfaatkan teknologi pirolisis dalam pengolahan limbah APD perlu dipertimbangkan sebagai salah satu langkah efektif untuk mengurangi penumpukan limbah APD akibat pandemi dan dapat menjadi inovasi baru untuk masyarakat apabila teknologi ini diterapkan dalam skala yang lebih kecil dan mudah dijangkau. Langkah Rumah Sakit dan Pemerintah untuk ke Depannya Pihak rumah sakit dapat meningkatkan perannya dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap terhadap pengelolaan limbah B3 medis dan kepatuhan penggunaan APD petugas limbah. Sedangkan dari pihak pemerintah, khususnya pemerintah daerah dapat memfasilitasi pelaksanaan diskresi melalui pengadaan transportasi limbah B3 medis ke tempat pengolahan limbah. Membangun transfer depo (transit) limbah B3 medis berbasis klaster wilayah selama masa pandemi. Mengupayakan Rumah Sakit Umum besar melakukan pengolahan limbah B3 medis yang bersumber dari Rumah Sakit kecil, Puskesmas, Klinik dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya berdasarkan kota/kabupaten.(lth)
Dok. Google
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXVI Volume 1 Edisi 2017
Tahun 2021
42
44
LAPORAN KHUSUS
Momentum Industri Kesehatan di Era Pandemi
Dok. antaranews.com
Oleh : Aji, Marsha, dan Putri
Pandemi Covid-19 berdampak luas di setiap negara, tak terkecuali Indonesia. Berbagai ke- bijakan telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi dampak pandemi. Pandemi ini memberikan berbagai dam- pak di hampir setiap sektor, salah satunya yakni sektor industri. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang sangat berdampak saat pandemi. Beberapa sektor industri mengalami kenaikan ataupun penurunan, salah satunya yakni sektor industri kesehatan. Industri kesehatan merupakan sektor yang diunggulkan di era pandemi saat ini. Banatul Hayati, salah satu akademisi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Diponegoro (Undip) mengatakan bahwa industri kesehatan yakni unit usaha yang melakukan kegiatan barang atau produk serta jasa pelayanan di bidang kesehatan. Lebih jauh, Wahyu Widodo yang juga akademisi FEB Undip menambahkan bahwa dalam arti luas yakni sektor usaha yang menyediakan pelayanan kesehatan, rumah sakit, laboratorium dan lain sebagainya. Kesehatan sebagai Komoditas Ekonomi yang Prospektif Sejarah mengenai perkembangan industri kesehatan tak lepas dari organisasi terkait kesehatan yakni World Health Organization (WHO) yang didirikan pada 7 April 1948. Di Indonesia sendiri perkembangan terkait industri kesehatan berkembang dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 2004
EDENTS
Volume 1 Edisi XXXVI Tahun 2021
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Menurut Banatul, dengan mun- culnya jaminan kesehatan nasional, maka m a s y a r a k a t yang dulunya enggan berobat karena masalah finansial kini dengan teratur melakukan pengobatan sehingga mendorong adanya industri kesehatan. Saat ini, sektor kesehatan sudah menjadi komoditas ekonomi. Kesehatan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan ekonomi. Menurut Wahyu, kesehatan merupakan syarat utama dari segala kegiatan ekonomi. Peluang sektor kesehatan untuk menjadi komoditas ekonomi yang menjanjikan menjadi sangat prospektif. Hal ini terbukti bahwa secara global, kesehatan memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) hampir 10%. Wahyu juga menambahkan bahwa jika merujuk pada struktur PDB, terdapat kontribusi sekitar 1,48% dari sektor jasa kesehatan dan sosial terhadap PDB tahun 2020. Kemudian industri kimia, farmasi, dan obat tradisional yang berkontribusi sebesar 2% terhadap PDB. Hal tersebut menunjukkan kontribusi tersebut sangatlah bagus. Selain itu, Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah populasi yang besar (Big Population Country). Menurut Banatul, dengan jumlah penduduk yang besar maka masih memungkinkan terjadi permasalahan pada kesehatan sebagai akibat dari pola hidup masyarakat. Akibatnya, potensi kesehatan dapat menjadi masalah yang krusial bagi pereko-
45
LAPORAN KHUSUS nomian Indonesia sekaligus memberi peluang bagi industri kesehatan. Faktor-faktor tersebut menurutnya menjadikan industri kesehatan menjadi komoditas yang dapat diandalkan. Peluang Tumbuhnya Sektor Industri Kesehatan Perkembangan sektor industri kesehatan tumbuh positif dari tahun ke tahun. Kesehatan yang semula sebagai sektor yang berperan kecil terhadap pembentukan PDB menjadi berkembang pesat berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS). Menurut Banatul industri kesehatan di Indonesia selama tahun 2012 sampai 2018 menunjukkan kenaikan pertumbuhan yang cukup pesat. Menurutnya berdasarkan perkembangan tersebut industri kesehatan semakin meningkat, terlebih dengan adanya pandemi Covid-19. Wahyu menuturkan terdapat faktor yang mendorong industri kesehatan, yakni permintaan pada industri tersebut sangat tinggi untuk mitigasi dampak pandemi. Namun, di luar konteks pandemi ia berpendapat bahwa kesehatan tetap menjadi faktor utama dalam hal pembangunan manusia di mana merupakan aspek Indeks Pembangunan Manusia (IPM). “Oleh karena pentingnya kesehatan dalam hal membangun sumber daya manusia, maka semakin mendorong penyediaan alat kesehtan yang layak dan baik. Pada akhirnya, industri kesehatan secara keseluruhan akan bergerak,” tutur Wahyu. Berbagai Tantangan Industri Kesehatan
Dok. iesp.feb.ndip.ac.id
Banyak tantangan yang harus dihadapi pada industri kesehatan saat ini. Tantangan pertama berasal dari masyarakatnya sendiri. Masih sangat banyak masyarakat potensial yang memilih berobat di luar negeri, sehingga dapat di- katakan bahwa kita mengekspor devisa ke luar negeri. Pa- dahal, menurut Banatul potensi tersebut seharusnya bisa diambil oleh industri kesehatan dalam negeri. Oleh karena itu, meyakinkan masyarakat untuk berobat di dalam negeri merupakan satu tantangan di industri kesehatan. Banatul menambahkan bahwa impor produk kesehatan, terutama terkait bahan baku juga masih tinggi. Hal tersebut cukup rentan dengan pergerakan
kurs. Selain itu, Wahyu menuturkan beberapa tantangan yang harus dihadapi. Pertama, industri kesehatan merupakan industri high technology sehingga membutuhkan dana research and development yang tinggi. Oleh karena itu, tantangannya ke depan harus ada anggaran yang khusus. Kedua, keterbatasan sumber daya manusia (SDM) baik di industri kesehatan maupun jasa kesehatan. Ketiga, regulasi yang belum sepenuhnya mendukung dan cenderung menghambat. Kemudian tantangan dari sisi persaingan, yang mana industri kesehatan sifatnya global dan beberapa negara sangat maju dalam sektor kesehatan. Selanjutnya, adalah dari faktor kelembagaan. Hal lainnya adalah sarana prasarana kesehatan Indonesia masih belum mampu memenuhi permintaan yang tinggi. Dampak Vaksin Covid-19 bagi Industri Kesehatan Awal tahun 2021 para ilmuan dunia telah melakukan inovasi untuk penanggulangan pandemi, salah satunya yakni dengan adanya vaksin corona. Terdapat banyak kandidat vaksin yang masih menjalani berbagai tahapan uji coba sebelum dipastikan aman untuk diberikan kepada warga dunia. Pembuatan vaksin biasanya membutuhkan penelitian dan pengujian bertahun-tahun sebelum mencapai klinis. Hal tersebut tentunya berdampak pada industri kesehatan sendiri. Vaksin akan menggeser semua isu kesehatan yang lain. Menurut Wahyu, setelah vaksinasi ini berhasil maka permintaan untuk produk-produk dan layanan yang sifatnya upaya mengatasi pandemi akan sedikit demi sedikit menurun. “Maka industri kesehatan akan sedikit menurun demand-nya. Akan tetapi, ada positif- nya yaitu pengalaman pandemi ini memberikan kesadaran yang tinggi bagi masyarakat dan pemerintah akan penting- nya kesehatan. Pada akhirnya, kesadaran pentingnya ke- sehatan itu merupakan demand bagi sektor kesehatan di masa mendatang,” tutur Wahyu. Sementara itu, Banatul menuturkan ditemukannya vaksin Covid-19 akan membutuhkan peranan industri kesehatan, seperti ketersediaan alat suntik, ketersediaaan alat-alat pendeteksi hipertensi, diabetes, dan beberapa alat tes lainnya yang dibutuhkan sebelum menjalankan vaksin. Begitu pula dengan tenaga medis yang dibutuhkan untuk membantu proses vaksinasi tersebut. Wahyu menambahkan ketika pandemi berakhir dan semua kembali normal nantinya, kurva akan menurun dan demand akan kembali normal. Namun, penurunan tersebut bukan berarti kemerosotan bagi industri kesehatan, melainkan siklus bisnis yang normal. Sementara itu, Banatul menuturkan bahwa justru penggunaan alat kesehatan seperti masker dan handsanitizer akan menjadi kebiasaan masyarakat. Peluang industri kesehatan juga tetap terbuka mengingat populasi Indonesia yang besar seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kesadaran akan pentingnya kesehatan selepas pandemi juga dapat berimbas pada meningkatnya investasi industri kesehatan. Peran Industri Kesehatan dalam Pemulihan Ekonomi
Wahyu Widodo, Akademisi FEB Undip
EDENTS
Volume 1 Edisi XXXVI Tahun 2021
Dalam beberapa hal, dengan berkembangnya industri kesehatan ini bisa membantu pemulihan ekonomi. Wahyu menuturkan bahwa kesehatan merupakan aktor utama dari pemulihan ekonomi di mana permasalahan kesehatan harus diselesaikan ter
46
LAPORAN KHUSUS
Dok. Pribadi
pasien-pasien dan upaya-upaya untuk melakukan pembatasan social distancing. Hal tersebut menjadi tantangan terutama bagi industri kesehatan, bagaimana industri dapat meminimalisir utang luar negeri. Ia menuturkan bahwa industri kesehatan dalam negeri ini harus bangkit dan tumbuh. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan dan menciptakan sendiri alat-alat dan obat-obatan yang didatangkan dari luar negeri dengan dana besar, sehingga mampu menekan alokasi pembiayaan. “Jadi ini sudah saatnya bagaimana kita memanfaatkan peluang di tengah musibah pandemi Covid-19 ini, bagaimana industri kesehatan ini bisa bangkit baik dari alat kesehatan, farmasi, obat-obatan yang bisa mensubstitusi impor,” ujar Banatul. Banatul Hayati, Akademisi FEB Undip
Pentingnya Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, dan Masyarakat
lebih dahulu kemudian ekonomi akan pulih. Menurutnya negara-negara Eropa melakukan lockdown untuk menyembuhkan kesehatan. Kemudian, Banatul juga menjelaskan bahwa peran industri kesehatan yang meningkat saat pandemi menjadi pendorong pemulihan sektor lainnya. “Bisa dikatakan dengan adanya perkembangan di industri kesehatan itu membuka kesempatan bagi mereka baik itu para pengusaha ataupun tenaga kerja, untuk beralih orientasi,” kata Banatul. Kebijakan Utang Luar Negeri dalam Pemenuhan Pelayanan Kesehatan dan Pemulihan Ekonomi Pemerintah Indonesia selama pandemi terus berupaya menanggulangi Covid-19 beserta dampaknya, terutama pada perekonomian. Dengan dana yang terserap cukup besar untuk anggaran penanggulangan pandemi selama ini pemerintah melakukan kebijakan utang luar negeri untuk pelayanan kesehatan yang dinilai masih kurang serta untuk pemulihan ekonomi. Terdapat banyak pro dan kon- tra mengenai kebijakan tersebut. Menurut Wahyu, khusus untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), memang tidak ada cara lain selain pembiayaan dengan utang luar negeri karena Indonesia negara yang emerging economies. Kesiapan pembiayaan dari APBN dan penerimaan pajak juga tidak memungkinkan untuk menutup dana tersebut. Banatul juga menjelaskan bahwa hal tersebut wajar karena memang dibutuhkan dana yang cukup besar untuk menangani
Kita semua tentunya berharap pandemi ini segera berakhir dan sektor-sektor yang menurun akibat dampaknya dapat kembali meningkat. Hal tersebut tentunya menjadi tugas seluruh elemen masyarakat Indonesia untuk mampu bersatu padu serta bergotong-royong untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 serta melakukan vaksinasi. Menurut Wahyu peningkatan daya saing penting dalam industri kesehatan. Dengan daya saing semakin meningkat tentunya harus didukung oleh faktor-faktor seperti regulasi terkait birokrasi dan institusi yang memberikan ruang gerak yang lebih baik. Sehingga persaingan akan lebih kompetitif, research and development juga harus difasilitasi sehingga kelak kita akan bisa bersaing dengan negara-negara yang lebih baik industri kesehatannya. Sementara itu, Banatul menuturkan bahwa industri kesehatan di Indonesia memiliki peluang yang besar. Peluang ini harus dimanfaat- kan dengan baik dengan adanya kerjasama dari pemerintah, pelaku usaha di sektor industri kesehatan, serta dari ma- syarakat. Selain itu, ia juga menambahkan industri kesehatan harus mandiri dan berkualitas. “Selain itu tentunya harapan dari industri kesehatan sendiri adalah bagaimana industri kesehatan kita mampu memberikan pelayanan yang terbaik, berkualitas, mempunyai daya saing, dan lebih mandiri dalam menciptakan atau memproduksi obat-obatan dan alat kesehatan, sehingga masyarakat menjadi semakin yakin dan percaya untuk menggunakan produk atau jasa pelayanan maupun perawatan kesehatan yang dihasilkan industri kesehatan dalam negeri,” pungkas Banatul. (lth)
“Maka industri kesehatan akan sedikit menurun demandnya. Akan tetapi, ada positifnya yaitu pengalaman pandemi ini memberikan kesadaran yang tinggi bagi masyarakat dan pemerintah akan pentingnya kesehatan. Pada akhirnya, kesadaran pentingnya kesehatan itu merupakan demand bagi sektor kesehatan di masa mendatang,” - Wahyu Widodo EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXVI Tahun 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
47 45
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
46
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
47
ALUMNI FEB
Merancang Dunia Kerja ala “Darma” Oleh: Dwi Novi H. dan Anisa Setyaningdiah
wa masih banyak mahasiswa yang hanya terfokus pada salah satu hal saja, misalnya fokus hanya pada perkuliahan atau fokus hanya pada organisasi. Menurutnya, hal tersebut kuranglah tepat karena kedua hal tersebut menduduki tingkat kepentingan yang sama, sehingga keduanya harus dijalankan secara seimbang.
Dok. UMA
Darmawan Citrajaya atau yang akrab disapa Darma merupakan alumni Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip) tahun angkatan 2016 yang berhasil tergabung di salah satu Kantor Akuntan Publik (KAP) terbesar di dunia, yaitu PricewaterhouseCoopers (PwC). Keberhasilannya untuk dapat tergabung di salah satu KAP terbesar di dunia ini tidak terlepas dari banyaknya usaha yang telah dilakukan pada saat menjalankan perkuliahan. Banyak sekali hal-hal yang harus dibangun, mulai dari skill, relasi, pengetahuan, pengalaman, dan lain-lain. Menjadi mahasiswa yang produktif merupakan impian bagi banyak mahasiswa. Dapat dikatakan bahwa mahasiswa produktif merupakan mahasiswa yang tidak hanya aktif di dalam bangku perkuliahan saja, namun juga aktif dalam beberapa kegiatan kampus, seperti kegiatan organisasi, kepanitiaan, menjadi relawan, dan masih banyak lagi. Darma merupakan salah satu contoh mahasiswa yang dulunya begitu aktif dengan mengikuti organisasi Keluarga Mahasiswa Akuntansi (KMA) serta turut aktif dalam menjadi pengurus angkatan. Bahkan, dirinya pernah menduduki jabatan sebagai Ketua KMA pada tahun 2018-2019. Pentingnya Mengikuti Organisasi Menjadi mahasiswa yang aktif dalam berorganisasi, tidak membuat Darma lupa akan kewajibannya dalam berkuliah. Meskipun ia sibuk dengan beberapa aktivitas organisasi, ia berusaha sebisa mungkin untuk menyeimbangkan waktu dalam menjalankan keduanya. Ia cenderung menjalankan keduanya dengan menggunakan skala prioritas, sehingga dapat fokus dalam menjalankan kedua hal tersebut. Ia mengatakan bah-
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXIV Volume 1 Edisi 2017 Tahun
2021
Banyak sekali pelajaran-pelajaran yang dapat diambil ketika mengikuti organisasi, seperti nilai tanggung jawab, kedisiplinan, kejujuran, terbentuknya sikap bekerja sama dalam tim, dan lain-lain. Nilai-nilai tersebut nantinya juga akan dibawa hingga ke jenjang pekerjaan. Bahkan, Darma mengatakan bahwa setelah ia tergabung dalam PwC, banyak sekali rekan-rekan kerjanya yang dulunya merupakan mahasiswa yang aktif dalam kegiatan organisasi. Selain itu, ia juga menuturkan bahwa dalam menjalankan pekerjaannya, dirinya dituntut untuk dapat bekerja dalam tim. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa mengikuti organisasi merupakan salah satu hal yang penting bagi seorang mahasiswa untuk mengasah soft skill. Tentang IPK, Almamater dan Pekerjaan Saat Ini Bukti kefokusan Darma dalam menjalankan kedua hal tersebut terlihat dari keberhasilannya juga dalam memperoleh predikat cumlaude. Meskipun banyak orang yang menganggap bahwa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bukanlah suatu hal yang penting, tetapi berbeda dengan Darma. Menurutnya, antara IPK, almamater dan pekerjaan saling berkaitan. IPK menjadi salah satu bahan pertimbangan ketika seseorang melalui proses seleksi administrasi dalam melamar pekerjaan. Meskipun hanya digunakan sebagai persyaratan administrasi saja, Darma memandang bahwa IPK merupakan sebuah bentuk tanggung jawab dari seorang mahasiswa kepada orang-orang terdekatnya yang selalu mendukung proses pembelajaran di bangku kuliah. Selain itu, ia menganggap bahwa IPK merupakan bentuk keseriusannya dalam menuntut ilmu di bangku perkuliahan, sehingga ketika ia lulus nanti ia dapat melihat IPK yang memuaskan dari jerih payah yang dilaluinya semasa di bangku perkuliahan. Bagi mahasiswa yang baru lulus atau kerap disebut
48
50
Kunjungi! www.lpmedentsundip.com
Menurut Darma, mengikuti organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang mahasiswa karena sebagus apapun hard skill yang dimiliki oleh seseorang, jika hal tersebut tidak diimbangi dengan soft skill yang baik, maka tidak akan berjalan dengan baik. Ia juga berpendapat bahwa di dunia perkuliahan, organisasi merupakan tempat belajar soft skill yang paling bagus.
ALUMNI FEB dengan istilah fresh graduate, almamater juga menjadi salah satu bahan pertimbangan saat melamar pekerjaan. Menurut Darma, bagaimana baik buruknya kinerja seseorang, nantinya akan memunculkan pertanyaan mengenai almamaternya. Seakan telah menjadi identitas seseorang, Darma menekankan mengenai pentingnya menjaga nama baik almamater, baik di kuliah maupun di dunia kerja. “Nah, jadi, almamater ini salah satu yang jadi identitas kita, ya. Oleh sebab itu, selama kuliah dan di pekerjaan nanti, selalu jagalah nama baik almamater,” ucapnya.
yang ia dapatkan sewaktu ia bekerja.
Bekerja di tempat yang terbilang bergengsi tidak juga terlepas dari suka dan duka dalam menjalankannya. Dengan bekerja di PwC ini, hal yang Darma dapatkan adalah bertambahnya ilmu ketika menjalankan pekerjaan. Darma mengatakan bahwa ia belajar untuk dapat mengimplementasikan teori-teori yang pernah ia pelajari semasa di bangku perkuliahan. Dalam mengimplementasikan teori-teori tersebut, banyak hal yang dapat dijadikan sebuah pelajaran mengenai kesesuaian antara praktik dan teori. Terkadang juga, ia menemukan beberapa praktek yang tidak sesuai dengan teori Bekal Menuju Dunia Kerja yang diajarkan yang mengharuskannya berpikir kritis. Selain bertambahnya ilmu yang didapat, Darma Dunia perkuliahan dan dunia kerja juga memperoleh banyak teman dan kolega merupakan dua hal yang berbeda. Salah satu baru. Tidak diragukan lagi bahwa temperbedaan yang dapat dilihat ialah mengepatnya bekerja memiliki standar dan nai waktu dan pressure. Menurut Darkualitas yang tinggi. Oleh karena itu, ma, saat menjalani perkuliahan, waktu banyak sekali alumni dari banyak peryang dimiliki seseorang cenderung lebguruan tinggi hebat, baik dari dalam ih fleksibel. Selain itu, pressure di dunegeri maupun luar negeri menjadi nia perkuliahan tidak sebesar ketika di bagian dari kantor tempatnya bekerdunia kerja. “Di kuliah itu pressure-nya ja. Namun demikian, Darma cukup nggak sebesar di dunia kerja karena di ter-pressure juga karena memiliki dunia kerja itu kita dituntut untuk mau titanggung jawab yang besar terhadap dak mau kita bertanggung jawab atas seskantor tempat ia bekerja. “Membawa uatu. Nah, jadi porsi kita untuk memikirkan nama besar itu berarti kita punya tanggung jawab itu sudah pasti lebih Dok. Pribadi tanggung jawab yang besar juga” tubesar dong daripada di perkuliahan,” turnya. Darmawan Citrajaya, Alumni Prodi terangnya. Akuntansi Fakultas Ekonomika dan
Kunjungi! www.lpmedentsundip.com
Harapan untuk Kedepannya Bisnis Universitas Diponegoro, Kompetensi dan kemampuan berAngkatan 2016 adaptasi menjadi bekal utama yang Darma memiliki beberapa haraharus dipersiapkan untuk memasuki pan yang besar yang hendak dicapai dunia kerja. “Dunia kerja dan kuliah itu berbeda jadi dalam beberapa tahun ke depan. Salah satu harapan kita harus belajar banyak untuk beradaptasi dengan tersebut adalah dapat memberikan pengaruh-pengadunia yang mungkin bedanya lumayan signifikan,” ujar ruh yang baik kepada orang-orang di sekitarnya, baik Darma. Selain itu, kompetensi diri juga penting untuk untuk keluarga, teman, tempat ia bekerja, maupun dipersiapkan, baik technical maupun soft skill. Menu- almamaternya. Ia ingin terus berjuang memperbaiki rutnya, kedua kompetensi ini sangat penting untuk di- dirinya menjadi lebih baik lagi, sehingga proses perpersiapkan mengingat tidak sedikit tempat kerja yang jalanan hidup yang dilaluinya itu dapat dijadikan sebuah mensyaratkan kualifikasi soft skill maupun skill teknis motivasi bagi orang-orang terdekatnya dalam mengyang tinggi. gapai suatu tujuan. Suka Duka Dunia Kerja Darma juga berpesan kepada para mahasiswa agar Sebelumnya, Darma tidak pernah membayangkan nantinya menjadi lulusan yang tidak hanya memiliki kebahwa dirinya dapat bekerja di salah satu kantor KAP ahlian dalam satu atau dua bidang saja, tetapi dalam terbesar di dunia, utamanya ia tidak pernah menarget- banyak bidang. Ia juga menuturkan bahwa jangan hankan untuk bekerja di bidang audit. Auditor merupakan ya menjadi mahasiswa yang lulus dengan standar-stansalah satu pekerjaan yang menjunjung tinggi nilai in- dar yang biasa saja, tetapi jadilah mahasiswa yang lulus dependensi dan betanggung jawab dalam menjalank- dengan cemerlang, dengan membawa banyak pengalan pekerjaannya. Meskipun, banyak sekali tawaran- aman. “Jadilah orang yang dibutuhkan oleh dunia kerja tawaran kerja yang datang kepadanya setelah lulus gitu di mana kalian punya skill yang kalian tawarkan dari bangku perkuliahan, ia memiliki pedoman bahwa dan kalian punya impact yang baik untuk lingkungan pekerjaan yang dijalaninya nanti harus memberikan kalian ke depannya” pungkasnya. banyak pengalaman dan ilmu, sehingga ia dapat men- “Prinsipnya jalanilah apapun yang ada di depanmu sejadi seorang pribadi yang lebih baik lagi di masa men- maksimal mungkin. Jadi jangan pernah merasa puas datang. Selama menjadi bagian dari PwC, sudah ban- ataupun merasa bahwa itu cukup. Tapi selalulah cari yak hal yang ia dapatkan, seperti ilmu, relasi, soft skill, target yang bisa membuat diri kita sendiri itu berkemdan kompetensi yang merupakan empat hal utama bang” – Darma, Alumni FEB Angkatan 2016. (lth) Volume 1 Edisi XXXIV Tahun 2021 EDENTS EDENTS EDENTS Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
51 49
KABAR KAMPUS
Dies Natalis FEB Undip ke-61: Sederhana Penuh Makna Oleh: Danny Farhan dan Fadila Nadifa
Apa yang pertama kali terbesit di pikiran kalian jika mendengar frasa Dies Natalis? Hari jadi? Perayaan besar? Ya, kalian tidak salah. Seperti sudah menjadi budaya ketika suatu lembaga pendidikan tinggi merayakan hari jadinya dengan cara semeriah mungkin. Panggung hiburan dengan live musicnya, balon, dan kertas confetti meramaikan suasana kampus yang sedang berbahagia tersebut. Namun, bisakah dies natalis dirayakan secara sederhana namun penuh makna? Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro (FEB Undip) menjawab pertanyaan itu.
berjarak. “Jadi konsepnya adalah kita harus buat inovasi walaupun semua berjarak. Jangan sampai kita malas bergerak!” begitulah keterangan dari Warsito, Wakil Dekan II FEB Undip, selaku ketua pelaksana Dies Natalis FEB Undip ke-61. Perayaan tahun ini diselenggarakan oleh pihak fakultas secara langsung. Ini berbeda dari perayaan tahun-tahun sebelumnya di mana salah satu himpunan ditunjuk sebagai pihak penyelenggara. Tak Kalah Meriah dari Luring
Jangan Malas Gerak Walau Berjarak
Dies Natalis ke-61 FEB Undip kali ini dimeriahkan oleh berbagai rangkaian kegiatan yang tidak kalah menarik dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Beberapa rangkaian acara di bidang akademik antara lain yakni visiting professor yang sudah menjadi kalender tahunan bagi FEB Undip. Dengan 50% narasumber dari luar negeri, kegiatan ini dimanfaatkan sebagai ajang promosi FEB Undip. Sebagai puncak acara diadakan Rapat Senat dan Orasi Ilmiah dengan mendatangkan Timber Haaker, Professor of Business Models Saxion University of Applied Science. Kegiatan tersebut diadakan pada tanggal 15 Maret 2021 bertempat di Hall Gedung Kewirausahaan FEB Undip dan secara daring melalui platform Zoom.
Tetap Produktif di Era Pandemi diangkat sebagai tema Dies Natalis FEB Undip tahun ini. Konsep ini dibangun dari kesadaran bersama mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi selama era pandemi. Sebagai insan akademis, masa seperti ini jangan dijadikan sebuah hambatan. Justru, hal ini harus dimanfaatkan sebagai batu loncatan untuk tetap berinovasi walaupun semua
Selain kegiatan tersebut, di bidang non akademik sendiri terdapat rangkaian acara seperti “Khotmil Quran” yang menghadirkan pembicara Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Walisongo, Musahadi, dengan mengangkat tema “Semangat Al-Quran dalam Mengingkatkan Produktivitas di Era Pandemi”. Acara tersebut dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2021 secara
Perayaan Dies Natalis FEB Undip ke-61 tahun ini berlangsung secara unik dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk pertama kalinya, perayaan hari jadi salah satu fakultas tertua di Undip ini dilaksanakan secara daring. Bagaimana tidak, pandemi Covid-19 yang masih berlangsung ini tidak memungkinkan untuk digelar sebuah acara besar secara luring. Pada tahun ini, tidak ada lagi ada acara jalan sehat, makan-makan, panggung hiburan dan segala kemeriahan khas sebuah perayaan besar. Semua berlangsung secara sederhana tetapi tetap hikmat.
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXIV Volume 1 Edisi 2017 Tahun
2021
50
52
KABAR KAMPUS luring dan daring melalui platform Zoom dan disiarkan secara langsung di kanal Youtube Fakultas Ekonomika dan Bisnis serta TV Desa. Kemudian acara “Tabur bunga” yang dilaksanakan pada tanggal 5 Maret 2021 yang dihadiri pimpinan fakultas, ketua departemen, ketua program studi, dan beberapa tenaga kependidikan. Serta “Turnament Golf” yang diselenggarakan pada tanggal 28 Maret 2021, bertempat di Bogor Raya dan diikuti oleh 144 alumni FEB Undip. Puncak Acara dengan Pembicara Luar Biasa Pada puncak dies natalis tahun ini, FEB Undip menghadirkan pembicara dari Saxion University of Applied Sciences, Timber Haaker, dengan mengangkat topik “Business Models and Business Model Innovation in Relation to Digitization, sustainability and Covid-19”. Pembicara ini dipilih karena FEB Undip sebelumnya sudah memiliki MoU kerjasama dengan Saxion University of Applied Science. “Kita sudah kenal dulu, lah. Kalau dengan Saxion, kita sudah ada MoU kerjasama. Sehingga lebih luwes untuk mengundang seseorang. Kalau yang dari NUS itu memang sudah ada semacam (hubungan), kita udah kenal tapi belum ada MoU,” ujar Warsito. Selain itu, menurut Warsito rangking dari universitas juga menjadi pertimbangan berikutnya dalam memilih narasumber. “Kalau NUS kan udah di bawah 100, Saxion juga udah bagus. Jadi, nggak (dengan) sembarang universitas kita melakukan kerjasama,” lanjutnya ketika ditanya alasan memilih narasumber tersebut di puncak dies natalis tahun ini. Tantangan dan Kendala Sebagai perayaan berbasis daring pertama kalinya, Dies Natalis ke-61 FEB Undip ini penuh dengan tantangan dan kendala yang terjadi di setiap kegiatannya. Terlebih, berbagai checklist protokol kesehatan Covid-19 perlu dipenuhi agar perayaan tetap berlangsung secara aman dan nyaman. Warsito mengakui bahwa jika secara teknis, rangkaian kegiatan di tahun ini lebih melelahkan daripada kegiatan luring. “Secara teknis, dies tahun ini lebih capek. Kalau dulu, kita menyiapkan meja dan kursi untuk kegiatan, keesokan harinya udah beres. Sekarang, persiapan satu event bisa satu minggu. Kita harus menyiapkan alat, menghubungkan
berbagai alat, memvirtualkan video agar masuk ke Zoom, itu kan lebih capek. Tahapannya lebih banyak.” ujar Warsito. Selain tantangan teknis kegiatan, isu keamanan kesehatan juga menjadi perhatian utama dies natalis tahun ini. Oleh karena itu, Warsito memastikan agar setiap kegiatan sebisa mungkin terhindar dari kerumunan, memastikan seluruh pihak yang terlibat sehat, menyediakan handsanitizer, termogun, dan masih banyak lagi. Selain itu, seluruh rangkaian acara dibatasi hanya 40 orang saja yang berada di satu tempat yang sama. Hanya orang-orang yang berkepentingan saja dan menerima undangan yang bisa mengikuti acara secara luring. Berbagai stakeholder kampus lainnya dianjurkan untuk mengikuti rangkaian acara secara daring. Untuk memastikan setiap rangkaian acara berjalan dengan semestinya, Warsito dan tim memastikan segala peralatan siap sebelum acara tersebut berlangsung. “Kan timnya ada banyak, tuh. Ada audio, Zoom, kameramen, macem-macem lah. Kita kan udah bersimulasi, tuh. Kalo hasilnya udah sembilan puluh lima persen, kita baru berani tampil,” terang Warsito. Kemudian, jika terjadi suatu kendala di tengah kegiatan, Ia memilih untuk tidak panik agar memudahkan menganalisis dan memecahkan kendala tersebut. “Nah, kemudian di kondisi hari H-nya kan kadang-kadang ada noise, kabelnya kurang kenceng dan sebagainya. Yang penting jangan panik dulu, dianalisis aja,” tukasnya. Berinovasi adalah Kunci Inovasi merupakan hal penting yang harus dilakukan FEB Undip secara terus-menerus. Baik dosen maupun mahasiswa semuanya harus turut berinovasi agar FEB Undip semakin baik ke depannya. “Yang jelas harus selalu berinovasi. Dosen mendorong mahasiswanya untuk berinovasi menciptakan terobosan-terobosan,” ujar Warsito. Ia juga menambahkan inovasi di ekonomi tidaklah harus dalam bentuk fisik, tetapi juga dapat berupa tindakan untuk berpikir strategis. “Berpikir strategis itu, kan, terobosan juga. Membuka wawasan orang sehingga dapat sadar akan sebuah masalah juga berpikir strategis,” pungkasnya. (lth)
“Jadi konsepnya adalah kita harus buat inovasi walaupun semua berjarak. Jangan sampai kita malas bergerak!” - Warsito, Wakil Dekan II FEB Undip EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXIV Tahun 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
53 51
KOMUNITAS
Bookish Indonesia : Tempat Berkumpulnya Para Penikmat Buku Oleh : Annisa Pratiwi
Dok. Bookishindonesia.com
Semua berawal dari kecintaan membaca buku, Bookish Indonesia adalah komunitas literatur dan perbukuan yang terbentuk untuk mengumpulkan para pecinta buku. Kumaila Hakimah, yang akrab dipanggil Kumai, adalah pendiri sekaligus pemimpin komunitas Bookish Indonesia. Awalnya Bookish Indonesia dibentuk melalui akun instagram, tepatnya pada Mei 2016. Komunitas ini semula hanya ingin mempertemukan sesama pecinta buku, namun siapa sangka ternyata malah berkembang menjadi komunitas buku dan literasi. Mengenal Lebih Dekat dengan Bookish Indonesia Komunitas Bookish Indonesia, semula hanya berawal dari reading challenge dan ulasan buku yang dimulai melalui akun instagram @bookish_indonesia. Dari mengumpulkan para pecinta buku, hingga akhirnya pengikut komunitas ini cukup berkembang pesat, berbagai macam kegiatan pun akhirnya terbentuk. Pada tahun 2017, untuk pertama kalinya komunitas ini mengadakan diskusi buku di Jakarta. Setelahnya, diikuti dengan kegiatan lainnya seperti seminar, workshop, dan bedah buku yang menjadi kegiatan rutin bagi para anggota komunitas ini. Bookish Indonesia menggunakan berbagai macam media sosial sebagai wadah untuk menampung kegiatan perbukuan, baik menikmati atau menciptakan sebuah karya tulis. Bookish Indonesia menjangkau berbagai media online, seperti Instagram, Youtube, Line, dan Telegram. Oleh karena itu, berbagai kalangan masyarakat, mulai dari pelajar hingga pekerja kantoran, semua bisa bergabung kedalam komunitas ini sesuai dengan preferensi media sosial yang digunakan. Tidak hanya melalui media sosial, informasi mengenai komunitas ini dapat diakses melalui website resmi mereka, yaitu www.bookishindonesia.com. Terlihat berbagai unggahan karya tulis dari para anggota komunitas seperti ulasan, esai, opini, dan sebagainya mudah dijumpai disana. Hal ini membuktikan bahwa Bookish Indonesia berhasil untuk menjadi media dan wadah bagi orang-orang untuk membagikan kegiatan perbukuan mereka. Pandemi pun Tidak Menjadi Hambatan Sebagai komunitas dengan pengurus dan anggota yang berasal dari berbagai kalangan, tentu akan menjadi suatu tantangan tersendiri. Seringkali dihadapkan dengan kendala susahnya menentukan waktu bertemu yang selaras antar pengurus komunitas. Tetapi Komunitas Bookish Indonesia tetap berupaya untuk menghidupkan komunitas ini dengan saling berbagi tugas
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXII XXXIV Tahun2020 2021 Volume 1 Edisi 2017Tahun
bagi masing-masing pengurus, hingga pada akhirnya dapat berkumpul kembali pada waktu yang tepat. Kemudian sejak pandemi Covid-19 melanda, timbullah tantangan baru lainnya yang tercipta. Hingga awal tahun 2021, kondisi Indonesia masih dilanda pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Tentu hal ini tidak lepas dengan peraturan pemerintah yang melarang adanya perkumpulan. Namun kondisi ini tidak menghalangi Komunitas Bookish Indonesia untuk berkembang. Justru hal ini membuat komunitas ini terus kreatif dalam kegiatannya. Kemudahan teknologi internet sangatlah membantu, di mana semua orang tetap bisa berhubungan dengan orang lain hanya melalui jejaring sosial. Semenjak pandemi, kegiatan yang dilakukan oleh komunitas Bookish Indonesia dialihkan secara daring. Kegiatan yang dilakukan lebih bervariasi, terutama dengan adanya kelas online bernama Pojok Kelas, di mana kelas ini ditujukan untuk pengembangan diri, misalnya pengembangan keterampilan berpikir kritis atau filsafat. Selain itu juga ada kolaborasi berbincang dengan penerbit buku, penulis, ataupun penerjemah yang dilaksanakan secara live streaming melalui akun Instagram mereka. Sedangkan, untuk diskusi buku pun masih dilaksanakan melalui platform online seperti zoom meeting. Menurut Kumai, dengan adanya aktivitas daring seperti ini, justru mempermudah pelaksanaan kegiatankegiatan yang dilakukan. Misalnya saja untuk kegiatan diskusi buku, dengan hanya melalui zoom meeting, bisa diikuti dari 20 hingga 100 peserta yang datang dari berbagai wilayah. Minat Baca dan Tulis di Indonesia Perihal buku, tentu akan meliputi kegiatan membaca dan menulis. Kumai, selaku pendiri Komunitas Bookish
52
54
KOMUNITAS
Dok. Bookishindonesia.com
Indonesia, tentu akan banyak berinteraksi dengan para penggiat buku, mulai dari penerbit, penulis, pembaca, dan penerjemah buku. Sehingga, menurutnya minat baca dan tulis di Indonesia sendiri cukup tinggi. Minat baca tidak hanya sekadar membaca buku, bahkan bacaan seperti artikel, majalah, ataupun analisis film juga bisa dikategorikan sebagai kegiatan membaca. Terlepas dari itu, adapun faktor yang membuat minat baca seseorang menjadi rendah yaitu karena kemampuan fokus membaca yang rendah pula. “Membaca itu, kan, perlu daya fokus yang tinggi. Ketika daya fokusnya tidak terlatih, jadi kaya ‘ngapain baca buku? Buang-buang energi dan waktu’ begitu,” ujar Kumai. Oleh karena itu, daya fokus baca perlu dilatih lebih dalam lagi, tentunya dengan rutin membaca. Sama seperti sebelumnya, untuk minat tulis di Indonesia juga cukup tinggi. Ini karena munculnya berbagai platform penulisan online yang memudahkan orang untuk menulis sebuah karya. Bakat menulis itu ada karena terpengaruh oleh lingkungan dengan kebudayaan menulis yang tinggi. Mengutip dari perkataan Andrea Hirata, bahwa orang melayu itu mempunyai bakat menulis karena mereka terbiasa terekspos dengan syair-syair dan karya sastra. Namun, menulis tidak melulu hanya soal bakat. Kemampuan menulis pun dapat dilatih, salah satunya dengan mengikuti pelatihan penulisan, di mana diharapkan bisa mengembangkan ide dan gagasan menjadi sebuah karya tulis. Upaya Komunitas dalam Minat Baca Tulis Komunitas Bookish Indonesia selalu menyerukan kampanye di mana membaca buku tidak hanya sekadar membaca, namun terdapat makna mendalam yang dapat dipetik. Membaca buku dapat mengasah pemikiran dengan mengkritisi suatu karya. Dari sebuah bacaan, pembaca bisa menganalisis mengenai politik, ideologi, atau pengembangan karakter. Dengan kampanye yang seperti ini, Bookish Indonesia berharap dapat menggaet banyak orang agar lebih sering mem-
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXIV Tahun 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
baca ataupun menulis. Berbagai kegiatan Komunitas Bookish Indonesia patut diapresiasi. Upaya minat baca sangat terlihat dengan adanya kegiatan reading challenge, yang kemudian dituangkan dalam bentuk ulasan buku yang sekaligus dapat meningkatkan kemampuan menulis. Selain itu, adanya kegiatan diskusi buku yang bernama Book Club Meeting juga tidak kalah menarik. Book Club Meeting ini adalah kegiatan yang tepat bagi para penikmat buku untuk bertukar pikiran dan membuka pandangan hanya dengan sebuah buku. Tidak ada pembatasan kriteria untuk buku yang dibahas di dalam komunitas ini. Buku dengan berbagai topik pun dibahas, mulai dari tentang pelanggaran HAM, protagonis perempuan, bahkan buku yang pernah dilarang edar pun juga dibahas. Tidak hanya berdiskusi tentang buku, Bookish Indonesia juga menyediakan penjualan dan peminjaman buku. Beberapa kali, komunitas bekerja sama dengan para penerbit buku sebagai reseller book mereka, sehingga para anggota sendiri bisa membeli buku melalui komunitas. Sedangkan untuk peminjaman buku, saat ini hanya diperuntukkan internal dengan para pengurus komunitas saja. Target Besar Bookish Indonesia Kumai berharap dengan adanya Bookish Indonesia sebagai komunitas literatur dan perbukuan dapat meningkatkan membaca kritis dan literasi menjadi tradisi yang umum di masyarakat. Maksud dari literasi disini adalah bukan semata-mata hanya bisa membaca, namun juga memahami dan mengolah suatu bacaan. Hadirnya komunitas ini juga diharapkan dapat membentuk generasi yang tidak mudah menghakimi suatu ide atau gagasan dalam sebuah karya sastra tanpa argumentasi yang berdasar, serta dapat menelaah dan menganalisis kembali ide atau gagasan tersebut. (lth)
55 53
KOLOM PU
Dinamika Kampus di Tengah Pandemi Oleh: Muhammad Annisulfuad
Dunia Perkuliahan mengalami pergeseran di kala pandemi Covid-19. Melalui Surat Edaran (SE) Nomor 36952/MPK.A/HK/2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan metode baru yaitu Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19. Berdasarkan Undang-Undang Perguruan Tinggi Nomor 12 Tahun 2012, pasal 31 tentang Pendidikan Jarak Jauh menjelaskan bahwa PJJ merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi. Mahasiswa dan juga akademisi kampus diharuskan menyesuaikan dengan perubahan yang begitu cepat terjadi. Seluruh kegiatan belajar, administrasi, dan berbagai aktivitas kampus lain dilakukan secara daring. Mahasiswa mulai kembali ke daerah tempat tinggal, meninggalkan kos dan kontrakan masing-masing. Pergeseran tersebut telah terjadi lebih dari setahun. Membuat setiap mahasiswa akhirnya semakin terbiasa dengan konsep perkuliahan di era new normal. Covid-19 tidak hanya mempengaruhi pembelajaran di tingkat universitas. Lebih jauh, ada efek berantai dari berbagai sisi yang memengaruhi proses pembelajaran via daring. Terlebih lagi, banyak dinamika yang masih terjadi di Indonesia, terkait infrastruktur maupun perekonomian. Pada sisi ekonomi, pandemi membuat banyak orangtua mahasiswa kehilangan pendapatan. Data Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) mencatat angka pemutusan hubungan kerja (PHK) selama pandemi Covid-19 hingga awal Oktober 2020 sudah lebih dari 6,4 juta pekerja di PHK. Hal itu jelas berpengaruh ke kemampuan membayar biaya kuliah mahasiswa yang pendapatan orang tuanya terdampak pandemi. Banyak terjadi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa di berbagai daerah untuk meminta penurunan Uang Kuliah Tunggal (UKT) selama pandemi. Di sisi psikologis, mahasiswa dihadapkan situasi yang jelas berbeda. Dunia perkuliahan tidak hanya terkait kegiatan pembelajaran, administrasi, bimbingan, maupun hal akademik lainnya. Banyak hal lain seperti lingkungan, organisasi, kepanitiaan, seminar, dan kegiatan yang normalnya dilakukan langsung di lingkungan kampus, sekarang dilaksanakan via daring. Layar monitor menjadi teman keseharian setiap mahasiswa. Kegiatan rutin yang biasa dilakukan seperti berkumpul dengan teman, berbincang dan bertukar pikiran, maupun sekedar jalan-jalan untuk menghilangkan kejenuhan di bangku kuliah tak dapat dilakukan lagi. Berbeda dengan sebelum pandemi, yang mana semua kegiatan dilakukan secara tatap muka dengan bertemu secara langsung. Itu dapat mempengaruhi sisi psikologis. Mahasiswa cenderung lebih mudah jenuh dengan aktivitas yang hanya dilakukan didalam rumah. Ditambah lagi,
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXVI Volume 1 Edisi 2017
Tahun 2021
pembelajaran daring telah dilakukan selama setahun lebih. Faktor lain yang menjadi hambatan dalam pembelajaran jarak jauh adalah fasilitas yang ada. Meskipun pembelajaran jarak jauh lebih fleksibel, namun setiap mahasiswa memiliki kelengkapan alat penunjang perkuliahan yang berbeda. Ditambah lagi, kondisi setiap daerah atau tempat tinggal mahasiswa juga sangat beragam. Seringkali terdapat kendala jaringan dan koneksi internet, maupun gadget yang tidak memadai. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbud menggelar survei pada Maret 2020 dengan jumlah responden 230.000 mahasiswa di 32 provinsi. Hasil menunjukkan bahwa 90 persen mahasiswa lebih memilih kuliah secara offline atau tatap muka di kelas. Lebih lanjut, 60 persen mahasiswa tidak siap melakukan sistem pembelajaran jarak jauh karena dilatarbelakangi soal jaringan internet yang lambat. Hal itu searah dengan data yang dikutip dari katadata.com yang menyebutkan bahwa Internet Indonesia tergolong lambat. Di kawasan Asia Pasifik, kecepatan akses internet Indonesia berada di peringkat empat terbawah. Dengan kecepatan rata-rata mencapai 2,4 Mbps dan 19.4 Mbps pada saat beban puncak. Kecepatan tersebut jauh berada di bawah kecepatan rata-rata akses internet dunia yang mencapai 3.9 Mbps dan 21.2 Mbps pada saat beban puncak. membuat pembelajaran tidak dapat berjalan secara maksimal. Faktor ekonomi, psikologis, dan fasilitas tersebut merupakan contoh efek berantai yang terjadi dan menjadi dinamika dalam pembelajaran kampus selama masa pandemi. Pemerintah melalui Kemendikbud telah mengeluarkan beberapa kebijakan sebagai bentuk bantuan terhadap mahasiswa. Diantaranya adalah mengatur mekanisme penyesuaian UKT melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 25 Tahun 2020 tentang Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi pada Perguruan Tinggi Negeri di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Peraturan ini bertujuan memberikan keringanan UKT bagi mahasiswa perguruan tinggi negeri yang menghadapi kendala finansial selama pandemi Covid-19. Kebijakan lainnya adalah penambahan jumlah penerima bantuan akan diberikan sebanyak 410.000 mahasiswa (terutama Perguruan Tinggi Swasta) di luar 467.000 mahasiswa yang menerima Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Dana Bantuan Pandemi ini khusus untuk mahasiswa dengan kondisi keuangan yang terkena dampak pandemi. Terbaru, pemerintah juga memberikan subsidi kuota yang dari tahun lalu telah di distribusikan ke mahasiswa maupun tenaga pendidik. Bantuan juga biasanya diberikan oleh pihak perguru-
54
56
KOLOM PU an tinggi masing-masing. Mulai bantuan dalam bentu subsidi kuota, pembebasan pembayaran Uang Kuliah Tunggal, sampai bantuan sembako bagi mahasiswa yang masih tinggal di kos masing-masing.
Tidak bisa dipungkiri, pandemi kali ini memang membawa pengaruh yang besar dalam dunia pendidikan. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Meskipun terjadi banyak pergeseran dalam dunia kampus, namun hal ini seakan telah menjadi kebiasaan baru yang melekat baik di mahasiswa, dosen, maupun civitas akademik lain. Namun, pembelajaran memang lebih baik dilakukan langsung secara tatap muka dan di lingkungan kampus membuat semuanya menjadi lebih efektif. Sebenarnya pemerintah juga telah mengeluarkan izin bagi perguruan tinggi untuk kembali melaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka. Izin tersebut dikeluarkan pemerintah dalam Surat Edaran (SE) Nomor 4 dan Nomor 6 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Semester Genap Tahun Ajaran 2020/2021, melalui Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri. Dalam SE disebutkan bahwa konsep pembelajaran harus mengusung konsep hybrid, yaitu izin penyelenggaraan perkuliahan menggunakan dua metode pembelajaran, yakni tatap muka secara langsung dan secara daring. Contoh dalam menjalankan metode ini adalah pelajar hanya dianjurkan untuk datang dengan kuota 50 persen. Misalnya, jika terdapat 24 mahasiswa
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXVI Tahun 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
Dok. Edents
Dinamika seperti ini memang tidak hanya dirasakan pada tingkat universitas, namun juga pada tingkat pendidikan yang lain. Siswa SD, SMP, maupun SMA/ Sederajat juga mengalami hal serupa. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa pendidikan di dunia perkuliahan berjalan lebih kompleks. Hal itu wajar karena pada tingkat universitas, mahasiswa harus menggali potensi lebih dalam dan menyiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi dunia kerja nanti. Namun, banyak hal yang baru yang menuntut mahasiswa untuk dapat melakukan adaptasi. Contohnya penelitian yang biasa dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan, kini dibatasi dengan persetujuan ijin dari pihak kampus. Lalu kegiatan praktek yang biasa dilakukan di laboratorium juga banyak ditiadakan karena segala aktivitas akademik tidak boleh dilakukan langsung di lingkungan universitas. Kegiatan magang dan juga Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang normalnya dilakukan di berbagai daerah, kini hanya bisa dilakukan sesuai dengan daerah asal mahasiswa, untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. Beberapa kegiatan tersebut adalah contoh dari banyaknya hal yang dilakukan dalam pembelajaran kampus. Bahkan, suasana kelas yang normalnya dilakukan secara tatap muka, kini dilakukan hanya melalui platform, yang membuat interaksi antara dosen dengan mahasiswa berkurang. Seringkali hanya terjadi komunikasi satu arah di dalam kelas, dikarenakan dosen tidak dapat memantau langsung mahasiswa yang bergabung di dalam kelas.
di kelas, maka yang diperkenankan mengikuti pembelajaran hanya 12 mahasiswa saja. Sisanya wajib melakukan pembelajaran daring. Konsep seperti itu sudah mulai diterapkan dalam pendidikan di tingkat SD, SMP, maupun SMA/Sederajat. Namun, dalam ranah universitas, konsep hybrid learning memang tidak bisa diterapkan begitu saja. Perlu persiapan matang, mengingat banyaknya pihak yang terlibat, dari jajaran akademisi, karyawan, hingga mahasiswa yang jumlahnya bisa puluhan ribu. Hal itu belum termasuk tingkat mobilisasi yang sangat tinggi di lingkungan universitas. Yang terbaru, pemerintah memperbolehkan kampus mulai dibuka kembali pada Juli 2021. Hal itu menyusul rencana vaksinasi Covid-19 yang akan diberikan kepada mahasiswa. Namun, semua itu dikembalikan ke perguruan tinggi masing-masing untuk memutuskan apakah tetap akan menerapkan konsep pembelajaran jarak jauh atau kembali membuka kampus. Meskipun tidak ada kepastian 100 persen, setidaknya mulai ada harapan bagi terselenggaranya aktivitas perguruan tinggi secara normal kembali. (lth)
*) Penulis merupakan Pemimpin Umum LPM Edents 2021
57 55
KOLOM REDAKSI
KOLOM REDAKSI
Relawan Tanggap Covid-19 pun Pahlawan Kemanusiaan Oleh: Luthfia Rizqi Maulida *)
Jumlah tenaga medis yang tidak seimbang dengan pasien menjadi permasalahan tersendiri di dunia kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah melalui Gugus Tugas Covid-19 membuka tenaga relawan untuk memerangi penyebaran virus ini. Per Desember 2020 tercatat bahwa sudah lebih dari 41.000 relawan yang secara suka rela bergabung dalam Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan 15.000 diantaranya sudah mendapatkan pelatihan. Para relawan yang telah tergabung memiliki beberapa peran atau tugas sebagai berikut: • Membantu menyebarkan informasi akurat kepada masyarakat. • Membantu mengedukasi dan memberikan dukungan psikologi untuk mengurangi kepanikan masyarakat selama wabah Covid-19. • Membantu dalam mengorganisasi dan mengarahkan masyarakat yang memerlukan informasi terkait alur tes maupun alur tindakan di masyarakat maupun di rumah sakit. • Membantu dalam memantau dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh orang tanpa gejala (OTG) maupun orang dalam pengawasan (ODP) yang melaksanakan karantina rumah. • Membantu dalam menyalurkan kebutuhan pokok masyarakat, khususnya untuk OTG dan ODP dalam karantina rumah maupun kelompok rentan. • Untuk relawan medis, dapat memberikan dukungan kepada para dokter, perawat, pekerja rumah sakit, petugas ambulans, dll. Relawan medis yang terlatih jika dibutuhkan dapat melakukan edukasi pencegahan dan rapid test kepada kelompok OTG di fasilitas umum dengan menggunakan APD (masker dan sarung tangan non steril sekali pakai) dan hasil tes dilaporkan melalui mekanisme pelaporan. Hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian infeksi. Relawan ini terbagi menjadi dua jenis yakni relawan medis dan non medis. Relawan medis terdiri dari dokter,
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXII XXXVI Tahun2020 2021 Volume 1 Edisi 2017Tahun
perawat, tenaga laboratorium, farmasi, dan juga kesehatan masyarakat. Sedangkan secara umum bekerja di tengah masyarakat yang sekaligus menjadi lingkungan para relawan sendiri. Para relawan nonmedis memastikan, ketahanan kesehatan dan aktivitas sosial ekonomi tetap berjalan dengan produktif dan aman Covid-19 dengan kegiatan yang beragam, antara lain membuat system emergency response untuk melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, membantu warga tidak mampu yang terdampak Covid-19, dan memberikan edukasi langsung ke masyarakat seperti kepada para pedagang di pasar-pasar setempat. Dengan adanya para relawan ini, tentunya sangat membantu tenaga kesehatan dalam menangani penyebaran maupun perawatan pasien terinfeksi. Menurut Andre Rahadian selaku Ketua Tim Koordinasi Gugus Tugas Covid-19, keberadaan relawan amat strategis karena pemutusan penyebaran Covid-19 dan relawan sama-sama berada di masyarakat. Ketika ingin memutus penyebaran Covid-19 lewat masyarakat, para relawan yang berada di lingkungan sendiri, di RT dan RW, di organisasi ini akan menjadi garis depan dalam mengingatkan protokol, membantu tracing, dan lainnya. Kehadiran relawan untuk kemanusiaan atau kebencanaan sangat penting dan penentu dari keberhasilan misi. Tidak banyak yang tahu bagaimana para relawan mengorganisasikan diri, bekerja, dan bergerak melakukan edukasi ke masyarakat, seperti pada saat ikut memerangi pandemi Covid-19 ini. Relawan bukanlah profesi yang mudah, oleh sebab itu Badan Azmil Zakat Nasional (Baznas) memberikan perlindungan bagi mereka yang tengah berjuang untuk melawan pandemi. Bantuan perlindungan tersebut disalurkan dalam bentuk biaya premi asuransi program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) untuk relawan Gugus Tugas Covid-19 yang terdiri dari relawan medis dan relawan nonmedis. Kepala Divisi Pendistribusian Baznas menyatakan bahwa bantuan ini merupakan salah satu bentuk dukungan Baznas untuk para relawan. Dengan adanya bantuan biaya premi asuransi, diharapkan para relawan tidak akan terbebani dalam menjalankan tugasnya sebagai bagian dari ujung tombak penanganan Covid-19. Relawan yang terbentuk bukan hanya berada dalam lingkup nasional dan daerah, tetapi juga berada di wilayah terkecil yakni desa yang selanjutnya disebut dengan relawan desa tanggap Covid-19. Pemerintah melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran No. 8 tahun 2020 tentang Desa Tanggap Covid-19 dan Penegasan Padat Karya Tunai Desa. Dikeluarkannya surat edaran ini dilatarbelakangi oleh prioritas penggunaan dana desa untuk memperkuat sendi-sendi ekonomi melalui Padat Karya Tuna Desa (PKTD) dan penguatan kesehatan masyarakat melalui upaya pencegahan dan penanganan Covid-19. Relawan
56
48 58
Kunjungi! www.lpmedentsundip.com
Pandemi yang telah berlangsung lebih dari satu tahun ini tentunya memberikan berbagai efek di banyak sektor. Covid-19 merupakan virus yang mampu menyebar dengan cepat dan berbahaya, oleh sebab itu diperlukan perawatan yang tanggap. Namun, kapasitas kamar rumah sakit dan ketersediaan rumah sakit rujukan yang sangat terbatas menjadikan banyak penderita harus antri dalam mendapatkan perawatan kesehatan. Terfokusnya pada penderita corona menjadikan pasien penderita penyakit ringan maupun berat sedikit terabaikan. Sehingga, angka kematian tidak hanya terdapat pada pasien Covid-19 tetapi juga pasien penyakit lain yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan.
KOLOM REDAKSI desa ini bertugas untuk memberikan sosialisasi pencegahan dan penanganan Covid-19. Selain itu juga mereka harus mendata warga yang rentan sakit dari kelompok marginal, mulai dari kalangan lansia hingga balita. Kemudian, relawan juga bertugas melakukan penyemprotan disinfektan dan menyediakan tempat cuci tangan. Relawan pun juga betugas menyiapkan rumah untuk melakukan karantina bagi orang-orang yang berasal dari luar desa. Kendati demikian, tempat karantina itu harus direkomendasikan terlebih dahulu ke petugas kesehatan setempat. Para relawan juga bertugas untuk mendata orang yang keluar atau masuk ke desa, serta membuat pos jaga yang dilengkapi alat deteksi kesehatan dan dijaga 24 jam. Terkait program padat karya, pemerintah desa diharapkan dapat mendayagunakan sumber daya alam serta teknologi yang berada di kawasannya. Hal ini pun untuk menjaga agar lingkungan desa tetap terjaga. Menurut Kepala Badan Peneliti dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan dan Informasi Kemendes PDTT, kegiatan padat karya tunai desa dilakukan dengan maksud sebagai jaring pengaman sosial. Maksudnya ialah agar tetap menjaga perekonomian di masyarakat dengan cara mengubah APBDes sehingga penggunaan di bidang pelaksanaan pembangunan desa dialihkan untuk kegiatan padat karya desa. Pekerja dalam program ini diprioritaskan bagi anggota keluarga miskin, penganggur dan setengah penganggur, serta anggota masyarakat yang marjinal lainnya. Dalam program PKTD, dana desa dimanfaatkan melalui pengelolaan secara swakelola, pendayagunaan sumber daya alam, teknologi tepat guna, inovasi dan sumber daya desa. Meskipun demikian, pelaksanaan PKTD tetap dilaksanakan dengan ketentuan protokol kesehatan seperti menerapkan jarak aman antara satu pekerja dengan pekerja yang lain minimal dua meter dan bagi pekerja yang sedang batuk atau pilek wajib menggunakan masker.
Akhir tahun 2020 lalu, telah ditemukan vaksin untuk virus Covid-19 ini. Selanjutnya proses vaksinasi terus
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXII XXXVI Tahun Tahun2020 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
berjalan hingga saat ini. Vaksinasi merupakan prosedur pemberian suatu antigen penyakit, biasanya berupa virus atau bakteri yang dilemahkan atau sudah mati, bisa juga hanya bagian dari virus atau bakteri. Tujuan dari vaksinasi sendiri adalah untuk membuat sistem kekebalan tubuh mengenali dan mampu melawan saat terkena penyakit tersebut. Saat ini terdapat enam jenis vaksin yang ada di Indonesia yakni Bio Farma, Sinovac Biotech Ltd, Astra Zeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, dan Pfizer Inc and BioNTech. Proses vaksinasi pun tidak lepas dari adanya relawan. Relawan yang dimaksud ialah relawan yang besedia turut serta dalam penelitian uji vaksin Covid-19 yang nantinya vaksin tersebut akan disebar luaskan. Adapun syarat menjadi relawan antara lain calon peserta merupakan orang dewasa berusia 18–59 tahun yang dinyatakan sehat. Sehat tidaknya kondisi calon peserta dibuktikan dengan tidak mengalami penyakit ringan, sedang, atau berat. Kemudian tidak memiliki riwayat penyakit asma dan alergi terhadap vaksin, hingga tidak memiliki kelainan atau penyakit kronis seperti gangguan jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit lainnya. Calon peserta tidak memiliki kelainan darah atau riwayat pembekuan darah, tidak memiliki penyakit infeksi lain dan demam, serta tidak memiliki riwayat penyakit gangguan sistem imun. Relawan bukan wanita yang hamil, menyusui atau berencana hamil selama periode penelitian. Relawan juga tidak memiliki riwayat terinfeksi Covid-19. Kemudian relawan tidak memiliki riwayat penyakit asma, alergi terhadap vaksin, dan syarat lainnya. Relawan yang lolos syarat akan mendapatkan jadwal untuk melakukan vaksinasi, dengan demikian vaksin siap didistribusikan ke masyarakat luas. Jadi, relawan merupakan pahlawan kemanusiaan yang sudah sepatutnya diapresiasi. Tanpa adanya relawan dan kerja sama dari berbagai sektor tentunya pandemi akan semakin memperburuk kondisi negeri.
.Dok. Edents
Dengan adanya relawan di masa pandemi seperti ini, keberadaannya sangat membantu untuk mengurangi dan mengendalikan penyebaran virus. Para tenaga kesehatan yang berfokus untuk perawatan dan tenaga relawan yang berfokus untuk pengendalian di lingkungan masyarakat merupakan salah satu kerja sama yang baik. Tak lupa dukungan dari berbagai pihak juga sangat diperlukan. Apabila hanya tenaga kesehatan (nakes) yang berjuang tanpa kesadaran diri masyarakat akan protokol kesehatan, maka segala usaha yang telah dilakukan sia-sia belaka. Masyarakat yang abai terhadap proteksi diri seperti tidak memakai masker juga mengakibatkan penyebaran virus semakin meluas dan pandemi tidak akan berakhir dengan segera. Tidak hanya itu, para relawan juga turut berperan dalam melakukan tes Covid-19, baik tes Polymerase Chain Reaction (PCR), Rapid Test, maupun tes lainnya. Semakin banyak relawan yang bekerja dalam bidang tes Covid-19 maka semakin luas pula range masyarakat yang dapat di-tracing oleh pihak nakes. Intinya, tinggi dan meluasnya jumlah tes yang dilakukan akan mempermudah dalam penjaringan Covid-19, sebab masyarakat positif Covid-19 segera diketahui dan langsung mendapatkan tindakan medis sehingga tidak terjadi penularan yang lebih luas lagi.
KOLOM REDAKSI
*) Penulis merupakan Pemimpin Redaksi LPM Edents 2021
49 59 57
RESENSI
Contagion : Kolaborasi untuk Bertahan di Masa Pandemi Oleh: Deva Zhalzha A. Film yang menceritakan tentang suatu keadaan dunia yang terserang oleh virus baru yang mematikan mulai banyak dibicarakan oleh khalayak luas. Hal ini dikarenakan keadaan dunia saat ini yang hampir menyerupai adegan di film-film tersebut. Salah satunya adalah Film Contagion. Film Contagion menceritakan sebuah fenomena munculnya jenis virus baru yang cukup mematikan dan proses penyebarannya melalui droplet dan adanya kontak dengan virus tersebut. Film ini diberi judul contagion karena memiliki arti penularan, sebagaimana virus yang diceritakan dapat menular dengan mudah kepada sesama manusia. Film ini juga dikatakan sebagai film yang paling mirip dengan keadaan pandemi virus Covid-19, karena penyebab awal virus, proses penyebaran, dan gejala penderitanya hampir menyerupai virus Covid-19. Awal Mula dan Jalannya Cerita Diawali dengan adegan Beth Emhoff (Gwyneth Paltrow) yang sedang berada di Bandara Hongkong dan sedang menelfon dengan suaminya yang berada di Amerika. Pada saat itu, Beth Emhoff sudah mengalami gejala batuk-batuk ringan dan merasa badannya tidak dalam keadaan sehat. Sesampainya di rumah dia bertemu dengan suaminya dan anak laki-lakinya. Tak lama setelah kepulangannya dari Hongkong, Beth Emhoff terus mengalami penurunan kesehatan dan mengalami pingsan serta kejang-kejang. Suaminya, Mitch Emhoff (Matt Damon) segara membawa Beth Emhoff ke rumah sakit, namun nyawa istrinya tidak dapat diselamatkan. Begitu juga dengan anak lakilakinya yang mengalami sakit serupa dan tidak dapat diselamatkan. Berbeda dengan Mitch Emhoff, dia tetap
Rilis Judul Durasi Sutradara Produser Pemain
: 9 September 2011 (USA) : Contagion : 106 Menit : Steven Soderbergh : Michael Shamberg, Stacey Sher, Gregory Jacobs : Marion Cotillar, Matt Damon, Gwyneth Paltrow, Laurance Fishburne, Jude Law, dsb.
sehat meskipun sudah berkontak dengan istrinya, dikarenakan dia memiliki kekebalan tubuh yang kuat. Dokter yang menangani Beth Emhoff mencari penyebab dari meninggalnya Beth Emhoff dan meminta izin untuk bisa melakukan autopsi. Saat melakukan autopsi ternyata ditemukan sebuah virus yang telah menginfeksi jaringan otak dari Beth Emhoff. Virus tersebut membuat dokter terkejut dan segera menghubungi pihak CDC untuk meneliti jenis virus tersebut. Pihak CDC melakukan penelitian mendalam mengenai virus tersebut dan menemukan gen kelelawar yang bercampur dengan gen babi pada virus tersebut. Selain itu, ternyata kasus dengan virus yang terdapat dalam kasus Beth Emhoff juga ditemukan di berbagai negara. Setelah melakukan penelitian mengenai jenis virus tersebut, akhirnya pihak CDC menentukan sifat-sifat virus dan jenis virus tersebut dengan menamakan virus tersebut sebagai virus MEV-1. Pihak CDC mengirimkan para dokter penelitinya ke tempat kasus Beth Emhoff ditemukan dari negara Hongkong yang diduga menjadi awal penyebaran virus tersebut. Di samping itu, WHO selaku organisasi kesehatan dunia juga turut melakukan penelitian dan penanganan dari penyebaran virus tersebut. Para pakar di bidang kesehatan juga berkolaborasi untuk terus melakukan pengembangan dalam pembuatan vaksin dari virus tersebut dan pemerintahan ikut serta juga memberikan arahan kepada masyarakat untuk saling menjaga diri satu sama lain agar bisa bertahan pada masa pandemi tersebut. Gagasan dari Virus SARS dan Flu Burung
Dok. Liputan6
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXII XXXIV Tahun2020 2021 Volume 1 Edisi 2017Tahun
Film ini yang dilatarbelakangi atau terinspirasi dari epidemic virus SARS dan Flu Burung. Virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) sendiri merupakan virus yang menyebabkan penyakit infeksi serius yang menyerang sistem pernapasan. Virus ini pertama
58
48 60
RESENSI kali ditemukan di Cina pada tahun 2002 dan berhasil diidentifikasi pada tahun 2003 dan akhirnya menyebar hingga Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa dan Asia. Sedangkan, Flu Burung merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang ditularkan dari unggas ke manusia, namun hanya beberapa jenis virus saja yang menyebabkan infeksi pada manusia. Dalam film ini terdapat adegan pada bagian akhir yang menjelaskan bahwa asal mula virus MEV-1 berasal dari kelelawar yang menular pada babi. Adegan lainnya di mana virus ini menyerang bagian imun manusia dan menyebabkan gejala pernapasan. Hal ini memiliki persamaan dengan virus SARS dan Flu Burung yang ada pada dunia realitanya. Untuk pembuatan film ini, produser mengaku bahwa setiap adegan yang berkaitan dengan dunia kesehatan terlebih dahulu dikonsultasikan dengan Organisasi Kesehatan Dunia dan beberapa ahli medis untuk meminimalisir terjadinya kesalahan yang fatal dalam penggambaran virus tersebut. Kesamaan Covid-19
dengan
Situasi
Pandemi
Virus
Penggambaran visual yang ditampilkan dalam film ini mengenai keadaan dunia saat virus MEV-1 menyerang memiliki persamaan dengan keadaan pandemi Covid-19 saat ini. Adegan ketika semua orang memakai masker, lalu keadaan sekolah, mall, stasiun, bandara, dan tempat umum lainnya sepi. Kemudian adegan di mana para tenaga medis yang memakai Alat Pelindung Diri (APD), keadaan yang semakin memburuk karena kepanikan masyarakat ditambah dengan mulai tidak tersedianya lahan untuk mengubur para korban jiwa. Film ini juga menjelaskan mengenai keadaan manusia yang terkena virus tersebut dan juga keadaan dunia dari hari ke hari sejak virus itu dinyatakan keberadaanya. Mulai dari gejala awal, proses penyebaran melalui kontak dengan virus, proses pencegahan dengan melacak kontak penderita, dan melakukan melakukan
karantina atau lockdown wilayah. Di sisi lain, adegan dalam film juga memperlihatkan perjuangan para ahli medis dalam meneliti virus tersebut sampai akhirnya vaksin atas virus tersebut dapat ditemukan dan mulai diproduksi secara massal. Sebuah Pesan tentang Perjuangan dan Kesabaran di Tengah Wabah Proses bagaimana para pakar medis, pemerintahan, dan para pengamat di bidang kesehatan bekerjasama untuk terus berkoordinasi mengenai perkembangan virus tersebut dan penelitian mengenai uji coba vaksin dijelaskan pada film ini. Film ini menyoroti keadaan sebenernya dari orang-orang di bidang tersebut saat pandemi virus terjadi. Bagaimana mereka meneliti virus tersebut, meneliti perkembangannya, dan melacak asal muasal virus tersebut. Di sisi lain terdapat juga orang-orang terdepan dalam menangani pasien terinfeksi virus, mengembangkan vaksin, dan juga ada pemerintah yang terus berkoordinasi dengan negara lain mengenai perkembangan virus tersebut. Visualisasi yang diberikan dalam film tersebut menggiring penonton agar dapat mempercayai para ahli medis dan juga pemerintahan dalam menangani keadaan pandemi suatu virus, serta membangun simpati terhadap apa yang mereka lakukan, sehingga tumbuh sikap untuk menaati peraturan yang ditetapkan dalam rangka menangani pademi suatu virus. Kisah yang disajikan oleh Mitch Emhoff dan anaknya dalam berjuang di tengah pandemi virus dan tetap berada di rumah sampai menunggu gilirannya untuk mendapatkan vaksinisasi merupakan gambaran kerja sama dan sikap menghargai orang lain. Banyaknya sudut pandang yang di sorot pada film Contagion memberikan pesan bahwa selama pandemi semua orang berjuang pada masingmasing bidangnya, jangan pernah gegabah merasa yang paling berjuang ataupunpaling dirugikan. Perlu sikap saling menghargai satu sama lain dan kolaborasi untuk menemukan inovasi baru sesuai keadaan dan situasi agar bisa terus bertahan hingga pandemi selesai. (lth)
Dok. Vulture
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXII XXXIV Tahun Tahun2020 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
49 61 59
Dok. Pinterest
-NEXT-
Rubrik Khusus:
Pemenang Lomba dalam E-Day Competition 2021
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
60
OPINI MAHASISWA
Menjadi “Orang Desa” Ditengah Pandemi Oleh: Nova Ratri Anggraini*)
Siapa sangka makhluk kecil bernama Covid-19 itu secara masif menyerang manusia dari berbagai sisi? Mulai dari aspek kesehatan fisik, kesehatan mental hingga kesehatan finansial negara alias resesi ekonomi. Kenneth Rogoff (2020) menulis, krisis pagebluk ini merupakan yang terburuk sejak satu setengah abad lalu. Saya mengibaratkan di dalam permainan sepak bola, tidak ada yang bisa kita lakukan selain formasi bertahan di tengah resesi ekonomi. Namun, ada hal yang harus menjadi perhatian tatkala menggunakan formasi ini. Yakni masalah kekuatan mental pemain dalam bertahan. Fenomena melonjaknya pengangguran, kemiskinan, serta ketakutan terinfeksi virus telah menyatu dalam mindset yang berakibat pada permasalahan kesehatan mental. WHO, dalam sebuah pernyataan, menyebut ada sejumlah faktor yang bisa memicu kondisi kesehatan mental, mulai dari kepedihan, isolasi, hingga kehilangan pendapatan dan ketakutan yang muncul akibat pandemi. Hal ini juga disebut bisa memperburuk kondisi yang sebelumnya sudah ada. Indonesia, negara Bhineka Tunggal Ika dengan kearifan lokal yang kompleks tentu memiliki cara tersendiri dalam mengatasi permasalahan kesehatan mental ditengah resesi ekonomi ini. Budaya Jimpitan Belajar dari era 1960-1965 saat Indonesia mengalami inflasi di mana periode tersebut merupakan bencana bagi masyarakat. Harga barang kebutuhan pokok naik, rakyat prasejahtera kesulitan membeli barang kebutuhan pokok. Akan tetapi jimpitan menjadi penyelamat. Jimpitan beras membuat rakyat prasejahtera bisa mendapatkan beras cuma-cuma. Melalui tradisi ini, masyarakat prasejahtera jelas terbantu. Jimpitan sebenarnya diterapkan di masyarakat pedesaan dengan meletakkan “sejimpit beras” di pos ronda untuk disalurkan kepada masyarakat prasejahtera di wilayah tersebut. Secara sederhana, saya menganggap jimpitan ini merupakan kontekstualisasi gotong royong dalam masyarakat untuk meringankan beban satu sama lain. Dalam kondisi pandemi dan resesi ekonomi ini, kontekstualisasi budaya jimpitan ini diperlukan agar kita
EDENTS EDENTS
Volume Edisi XXXII XXXIV Tahun Tahun2020 2021 Volume 1 1Edisi XXVI Tahun 2017
tidak merasa sendirian menghadapi permasalahan. Budaya ini bisa menjadi alternatif jawaban dari permasalahan kesehatan mental akibat tekanan ekonomi maupun permasalahan ekonomi akibat resesi. Di era modern hari ini, sebenarnya budaya jimpitan ini telah dilakukan pemerintah melalui peluncuran program securities crowdfunding oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait urun dana usaha mikro kecilmenengah (UMKM) untuk “naik kelas” dalam menghadapi resesi ekonomi. Sehingga budaya jimpitan ini tentu bukan hanya terkait dengan kebutuhan pokok, akan tetapi lebih kepada muara gotong royong masyarakat Indonesia. Gagap Teknologi Juga Bermanfaat Menurut data Kominfo 2021, sebanyak 1387 hoax beredar selama pandemi Covid-19. Hal ini menunjukkan bahwa banyak informasi yang seharusnya tidak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga diperlukan manajemen informasi yang baik untuk mengurangi dampak negatif dari konsumsi informasi yang tidak benar. Dalam konteks manajemen informasi ini, mari kita belajar dari masyarakat pedesaan di mana teknologi & informasi masih sulit untuk diakses, namun perlu kita renungi bahwa keterbatasan informasi itulah yang membuat masyarakat desa justru merasa tenang dan nyaman dengan eksistensinya di tengah masyarakat terlepas dari kebermanfaatan informasi itu sendiri. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengimbau untuk membatasi waktu menonton, membaca atau mendengar berita mengenai pandemi, baik di televisi, media cetak, maupun media sosial, sehingga terhindar dari rasa cemas berlebihan. Terlebih lagi berita dan informasi berkaitan dengan masalah pemutusan hubungan kerja (PHK), pengangguran dan informasi negatif lainnya. Tentu hal ini akan berpengaruh terhadap kecemasan masyarakat di tengah pandemi dan resesi ekonomi. Menjadi Orang Desa Terkadang, kita perlu menjadi “orang desa” untuk menghadapi permasalahan kesehatan mental di tengah pandemi dan resesi ekonomi. Kearifan lokal berupa budaya leluhur bangsa ini perlu kita renungi dan refleksikan untuk meraih ketangguhan mental.
48 63 61
OPINI MAHASISWA
Terkadang, kita perlu menjadi “orang desa” untuk menghadapi permasalahan kesehatan mental ditengah pandemi dan resesi ekonomi
Dok. bbc.com
Dok. tirto.id
*) Penulis merupakan Pemenang Lomba Opini Tingkat Mahasiswa dalam E-Day Competition Dok. Pribadi
EDENTS EDENTS
Volume 1 XXVI EdisiTahun XXXII XXXIV Tahun2020 2021 Volume 1 Edisi 2017Tahun
62
49 64
Karya: NADIFA ALMIRA YANMA (Universitas Brawijaya)
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017 EDENTS -Pemenang Lomba Poster Tingkat Mahasiswa dalam E-day Competition-
63
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
64
EDENTS
Volume 1 Edisi XXVI Tahun 2017
65