3 minute read
2.1. Hancurnya Yerusalem
Di zaman Perjanjian Lama Umat Allah pernah menghadapi krisis besar yang menyangkut iman mereka akan YHWH dan identitas mereka sebagai Umat Pilihan. Krisis ini terjadi ketika kerajaan mereka dikalahkan oleh kerajaan lain dan negeri mereka dihancurkan. Iman mereka goyah dan identitas mereka nyaris musnah. Tetapi, nyatanya mereka dapat mempertahankan iman mereka dan dapat menjaga identitas mereka. Kita dapat belajar dari mereka bagaimana menghadapi krisis seperti yang pernah mereka alami.
2.1. Hancurnya Yerusalem
Advertisement
Setelah Salomo meninggal, Kerajaan Israel terpecah menjadi dua. Sepuluh suku yang tinggal di wilayah utara memisahkan diri dari kerajaan keluarga Daud dan membentuk kerajaan sendiri, dengan nama Kerajaan Israel. Keturunan Daud hanya berkuasa di wilayah selatan dan kerajaannya diberi nama Kerajaan Yehuda karena mayoritas rakyatnya berasal dari suku Yehuda. Pada tahun 722 SM Kerajaan Israel dikalahkan oleh Kerajaan Asyur dan seluruh penduduknya diangkut ke pembuangan. Mereka tidak pernah kembali lagi ke negeri mereka sehingga yang tertinggal hanyalah Kerajaan Yehuda. Rakyat Yehudalah yang melanjutkan identitas sebagai Umat Israel, umat pilihan YHWH. Pada tahun 605 SM Nebukadnezar, raja Babel, mengalahkan Mesir sehingga menguasai wilayah Siria dan Palestina (2Raj. 24:1; Yer. 46:2- 28). Karena itu, Yehuda yang sebelumnya takluk kepada Mesir, menaklukkan diri kepada Babel dan selama tiga tahun membayar upeti pada Babel. Selama tiga tahun ini Babel dan Mesir masih berada dalam situasi perang. Yoyakim memberontak terhadap Babel dengan mengharapkan bantuan dari Mesir, tetapi bantuan yang diharapkan itu tak kunjung datang. Pada bulan Desember 598 SM pasukan Babel menyerang dan mengepung Kota Yerusalem. Dalam pengepungan itu Yoyakim meninggal dan digantikan oleh Yoyakhin, anaknya. Yoyakhin (2Raj. 24:8-17) menyadari bahwa pasukan Yehuda tidak akan sanggup menghadapi serbuan Babel. Jika tetap bertahan di dalam Kota
Yerusalem, Yoyakhin dan seluruh penduduk Yerusalem harus menghadapi bahaya yang sangat serius. Jika Babel mengepung Yerusalem dalam waktu yang lama, seluruh penduduk Yerusalem akan menghadapi bahaya kelaparan yang dapat mengakibatkan kematian. Tetapi, jika dapat menerobos tembok kota itu, pasukan Babel akan membunuh banyak orang yang tinggal di dalamnya dan menghancurkan seluruh kota itu. Yoyakhin mengambil keputusan yang dapat menyelamatkan negeri dan rakyatnya. Pada bulan Maret 597 SM Yoyakhin bersama ibunya, para pegawai, dan pembesarnya menyerahkan diri ke tangan Nebukadnezar. Raja bersama keluarganya diangkut sebagai orang buangan ke Babel. Dalam pembuangan ini tercatat 10.000 orang tawanan (panglima dan tentara) dan semua tukang dan pandai besi (bdk. Yer. 52:28). Hanya orang-orang lemah ditinggalkan di negeri itu (2Raj. 24:8-17). Semua harta benda yang ada di Bait Allah dan di istana raja diangkut ke Babel. Benar bahwa Yehuda harus kehilangan banyak harta benda dan para pemimpin mereka diangkut ke pembuangan, tetapi mereka semua tetap hidup dan kota-kota mereka selamat dari penghancuran. Sebagai pengganti Yoyakhin, raja Babel mengangkat Zedekia (paman Yoyakhin) menjadi raja Yehuda (2Raj. 24:18-25:26). Ia memberontak melawan Babel dan sebagai balasannya pada bulan Januari 588 SM pasukan Babel menduduki Yehuda dan mengepung Yerusalem selama kurang lebih dua tahun (Yer. 21:3-7). Pada bulan Juli 587 SM pertahanan kota itu dihancurkan oleh pasukan Babel. Walaupun orang-orang Babel mengepung kota itu, Zedekia dan orang-orangnya nekat melarikan diri meninggalkan kota. Mereka berlari menuju Araba-Yordan, tetapi ketika sampai di dataran Yerikho pasukan Babel berhasil menangkap Zedekia dan membawanya ke hadapan raja Babel. Anak-anak Zedekia disembelih di hadapannya dan ia sendiri diangkut ke Babel dengan tangan terbelenggu setelah matanya dibutakan (Yer. 39:6). Orang-orang yang tetap hidup dan selamat dari serbuan pasukan Babel ini diangkut ke pembuangan. Tetapi, dalam perjalanan ke tanah pembuangan di Babel, banyak pemimpin politik dan agama yang ditawan oleh pasukan Babel dibunuh. Demikianlah, sekali lagi penduduk Yehuda dibuang ke Babel sehingga jumlah orang Yehuda di pembuangan Babel berlipat jumlahnya. Hanya orang-orang miskin ditinggalkan di negeri itu untuk menjadi tukang kebun anggur dan