2 minute read
3.1. Mengikuti Yesus Mesias
Dalam Perjanjian Baru krisis yang menyangkut iman dan identitas dialami oleh para rasul Yesus, ketika Yesus ditangkap, disalibkan, dan mati di kayu salib. Mulanya mereka begitu yakin tentang siapa Yesus dan menaruh harapan mereka kepada-Nya. Tetapi, kematian Yesus membuat keyakinan mereka terhadap Yesus hancur dan harapan mereka kepada-Nya musnah. Penampakan Yesus yang telah bangkit memberikan kepada mereka sebuah kejelasan tentang siapa sesungguhnya Yesus dan hal ini membuat mereka memahami identitas mereka.
3.1. Mengikuti Yesus Mesias
Advertisement
Allah pernah berjanji kepada Daud bahwa takhta
serta kerajaannya akan berdiri kokoh selamanya dan keturunannya akan memerintah sebagai raja. “Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selamalamanya di hadapan-Ku, takhtamu akan kokoh untuk selama-lamanya” (2Sam. 7:16). Tetapi, kerajaan Daud mengalami perpecahan (1Raj. 12) menjadi Kerajaan Israel dan Yehuda. Kedua kerajaan ini kemudian mengalami kehancuran: Kerajaan Israel dihancurkan oleh Asyur (2Raj. 17:1-6) dan Kerajaan Yehuda dikuasai oleh Babel (2Raj. 25). Kehancuran yang dialami oleh orang Israel tidak membuat mereka kehilangan kepercayaan kepada Allah. Kerajaan mereka memang telah hancur, tetapi pengharapan mereka tidak sirna. Mereka tetap percaya kepada janji Allah: suatu saat nanti Allah akan mendirikan kembali Kerajaan Israel dan mengangkat seorang keturunan Daud menjadi rajanya dengan menyandang gelar “Mesias,” (yaitu raja yang diurapi dan dipilih oleh Allah). Pada zaman Yesus orang Yahudi dijajah oleh Roma dan dalam situasi seperti ini penantian akan datangnya seorang keturunan Daud yang akan memimpin mereka mengalahkan penguasa Romawi dan mendirikan Kerajaan Israel sangat kuat. Allah akan mengambil tindakan untuk menyelamatkan umat pilihan-Nya. Ia akan mengirim seorang utusan yang akan memimpin orang Yahudi mengalahkan penguasa Romawi lalu mendirikan kembali Kerajaan Israel yang telah
runtuh.
Dengan kata lain mereka menantikan datangnya seorang Mesias sebagai seorang panglima yang setelah mengalahkan pasukan Romawi akan memerintah sebagai raja. Keyakinan ini pun hidup di antara para pengikut Yesus. Mereka mengharapkan Yesus bertindak sebagai pemimpin militer. Dalam kepercayaan mereka, Yesus akan memimpin orang Yahudi melakukan perlawanan terhadap penguasa Romawi. Setelah mengalahkan mereka, Yesus akan mendirikan kembali Kerajaan Israel dan akan memerintah sebagai raja. Semua orang Yahudi akan tinggal dalam kesejahteraan di bawah pemerintahan Yesus, Sang Mesias. Kepercayaan ini membuat Petrus keberatan ketika Yesus menyatakan bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan lalu dibunuh dan bangkit (Mrk. 8:31-32). Tidak ada dalam pemahaman Petrus Mesias mengalami penderitaan sampai mati. Karena itu, Petrus menegur Yesus, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau” (Mrk. 16:22). Namun Yesus berpaling dan menegur Petrus, “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” Petrus disebut Iblis karena apa yang dikatakannya itu merupakan cobaan bagi Yesus. Seolah-olah Petrus mencegah Yesus agar tidak menempuh jalan penderitaan dan dengan demikian membujuk Yesus untuk melawan kehendak Bapa. Walaupun, ia sendiri tidak bermaksud mencobai Yesus karena perkataannya didasarkan pada pemahamannya sendiri mengenai Mesias, yang berbeda dari pandangan Yesus. Pemahaman Yesus sebagai Mesias yang akan menjadi raja Israel ini juga tampak dalam permintaan Yakobus dan Yohanes kepada Yesus. Keduanya meminta kepada Yesus agar diperkenankan duduk dalam kemuliaan-Nya kelak, yang seorang di sebelah kanan-Nya dan yang seorang di sebelah kiri-Nya. Permintaan ini jelas berkaitan dengan pemahaman mereka tentang Yesus sebagai Mesias. Mereka ingin menjadi pendamping Yesus yang telah bertakhta sebagai raja dalam kemuliaan-Nya, sesudah Ia memimpin orang Yahudi mengalahkan penjajah Romawi dan mendirikan kembali Kerajaan Israel. Mendengar permintaan itu, Yesus bertanya kepada mereka, “Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum atau dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?” Sama seperti cawan (bdk. Mrk. 14:36), baptisan ini juga melambangkan penderitaan yang sudah mendekat. Yesus akan