10 minute read

• Peran Perhutani Bagi Lingkungan Hidup yang Lebih Baik

Foto: Kompersh Kanpus Ardya Setya

Peran Perhutani

Advertisement

Bagi Lingkungan Hidup yang Lebih Baik

Perum Perhutani dinilai punya peran penting dalam upaya dan langkah menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik. Antara lain dengan mendukung langkah awal kontribusi 9 BUMN untuk mewujudkan program zero Emission/dekarbonisasi pada 2060. Juga dalam ikut serta melakukan kick-off meeting “Pembahasan Net Zero Emission”. Serta dalam upaya memenuhi kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomassa dan mengadakan Kick Off Produksi Biomassa. Itulah bukti, Perhutani serius memberikan perhatian untuk membuat lingkungan hidup yang lebih baik.

Gedung Kementerian BUMN lantai 21, Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 13, Jakarta, menjadi lokasi penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding / MOU) Dekarbonisasi BUMN. Acara yang juga berlangsung secara daring melalui Zoom itu diadakan pada Rabu, 2 Februari 2022.

Pada acara tersebut dilaksanakan penandatangananan MoU di antara 9 BUMN, yaitu PT BKI, PT Energy Management Indonesia (EMI), Perum Perhutani, PT Pertamina, PT PLN, MIND ID, PTPN III Holdings, Pupuk Indonesia dan Semen Indonesia. BKI dan EMI akan melaksanakan pilot project carbon trading antar BUMN yang dalam pelaksanaannya akan bersinergi dengan Kementerian/ Lembaga terkait. Di kesempatan itu, Perum Perhutani dinilai berperan penting dalam mendukung langkah awal kontribusi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mewujudkan program zero Emission/ dekarbonisasi pada 2060 atau Nationallly Determined Contribution (NDC) yang melibatkan 9 BUMN.

Seusai acara penandatanganan MoU, Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury, menegaskan, Kementerian BUMN sangat serius dalam upaya menjadi pionir dan role model dalam penerapan dekarbonisasi. Misalnya, pada 2021 Kementerian BUMN telah melakukan beberapa inisiatif termasuk memiliki Project Management Office (PMO) khusus yang mengoordinasikan beberapa BUMN, yaitu PTPN III, PT Pupuk Indonesia, PT Pertamina, MIND ID, PT PLN, PT Semen Indonesia, PT BKI, dan Perum Perhutani. BUMN-BUMN tersebut dikoordinasikan karena dinilai dapat bersinergi.

“Peran Perhutani dan PTPN menjadi penting dalam program ini (dekarbonisasi, red), sebab di satu sisi merupakan BUMN produsen emisi dan di satu sisi memberikan Nature Based Climate Solutions, “ jelas Pahala.

Selain Wamen BUMN, acara itu dihadiri sejumlah pejabat negara dan pemimpin BUMN. Mereka antara lain Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Nani Hendiarti; Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Laksmi Dhewanti; Direktur Perencanaan dan Pengembangan Perum Perhutani, Endung Trihartaka; Direktur SDM, Umum, & IT Perum Perhutani, Muhamad Denny Ermansyah; Direktur Utama PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), Direktur Utama PTPN III Holding, Muhammad Abdul Ghani; Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Bakir Pasaman; Direktur

Foto: Kompersh Kanpus/Ardya Setya

Utama Semen Indonesia, Donny Arsal; dan Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati.

Target Net Zero Emission

Secara terpisah, Direktur Utama Perum Perhutani, Wahyu Kuncoro, menyatakan, Perum Perhutani sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang kehutanan akan mendukung program pemerintah, dan berperan untuk mengurangi dekarbonasi di kawasan hutan Indonesia. “Sesuai dengan mandat dari Kementerian BUMN, Perum Perhutani akan serius dan fokus dalam mengurangi emisi karbon, sehingga target pemerintah Indonesia dalam penurunan emisi GRK (Gas Rumah Kaca, red) sebesar 29% pada 2030 dapat tercapai,” tegas Wahyu.

Ia melanjutkan, Indonesia telah mematok target untuk mencapai net zero emission atau nol emisi karbon pada 2060 atau lebih cepat. “Kehutanan dan pertanian, selain sektor energi dan transportasi, merupakan sektor prioritas dalam program dekarbonisasi,” ujarnya.

Menurut Wahyu, ada tiga pilar dekarbonisasi. Yaitu efisiensi energi, dekarbonisasi di sektor kelistrikan (listrik dihasilkan dari sumber yang rendah emisi), serta elektrifikasi pada end-uses (dipaksakan untuk penggunaan listrik pada semua kegiatan, dengan syarat listrik tersebut juga dihasilkan dari sumber yang rendah emisi).

Sementara itu, Pahala Nugraha Mansury menyatakan, sebagai follow up dari PMO penerapan dekarbonisasi, pihaknya telah melakukan identifikasi atas beberapa hal. Pertama, adanya inisiatif untuk menurunkan emisi secara end to end atau dari hulu ke hilir, terutama adalah melalui efisiensi energi, serta migrasi jenis energi yang memiliki emisi lebih tinggi ke emisi yang lebih rendah. Kedua, pengembangan usaha yang bisa menjadi pendorong untuk menurunkan emisi.

“Kita telah mengembangkan Klaster Industri Hijau, mengembangkan geothermal, energi baru terbarukan,“ jelas Pahala.

Hal itu, kata Pahala, merupakan inisiatif-inisiatif yang sudah diidentifikasi. Dan pemerintah sudah mulai melakukan perhitungan jumlah emisi yang dihasilkan oleh masing-masing BUMN, dan bagaimana hal itu bisa berkontribusi pada komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi sebesar 29% di tahun 2030.

Dengan Pertamina Power Indonesia

Kontribusi Perum Perhutani untuk membuat lingkungan hidup menjadi lebih baik berlanjut ke minggu berikutnya. Pada Rabu, 9 Februari 2022, Perhutani melakukan kick-off meeting “Pembahasan Net Zero Emission” bersama Pertamina Power Indonesia. Pertemuan tersebut dilakukan secara daring.

Acara tersebut dihadiri oleh Direktur Utama Perhutani, Wahyu Kuncoro; Direktur Perencanaan dan Pengembangan Perhutani, Endung Trihartika; Direktur Pengembangan dan Perencanaan Strategis Pertamina Power Indonesia, Fadli Rahman; CEO Carbon Offset Asia, Glory Harimas dan Yuza; masingmasing beserta jajaran.

Di kesempatan itu, Direktur Utama Perhutani, Wahyu Kuncoro, mengucapkan terima kasih kepada Pertamina Power Indonesia yang

telah ikut serta dalam aksi mitigasi perubahan iklim untuk mencapat target Net Zero Emission BUMN 2060 di wilayah Perum Perhutani. Sebab, tanpa adanya kerja sama dan dukungan berbagai pihak, maka target Net Zero Emission BUMN 2060 tidak akan tercapai.

“Dengan keterlibatan Pertamina Power Indonesia dalam pencapaian target Net Zero Emission BUMN 2060 akan memerkuat sinergi antar BUMN untuk menciptakan ekosistem bisnis BUMN yang rendah karbon,” tuturnya.

Wahyu mengatakan, project itu akan berjalan lancar dengan menggabungkan data dari lahanlahan yang berpotensi menyerap gas karbon. Di antaranya lahan hutan ataupun lahan gambut. Di dalam project ini, Perhutani akan melibatkan Anak Perusahaan, yaitu PT Inhutani I, II, dan III, yang memiliki wilayah konsesi hutan alam di Kalimantan dan Sulawesi. Ia pun berharap, Pertamina Power Indonesia bisa terus memantau project ini selama 3-5 tahun ke depan dan melakukan perhitungan dinamika stok karbon selama project berlangsung.

“Kami akan melibatkan Inhutani I sampai III, karena mereka memiliki hutan alam yang cukup potensial menyerap gas karbon,” terang Wahyu.

Sedangkan Direktur Pengembangan dan Perencanaan Strategis Pertamina Power Indonesia, Fadli Rahman, menjelaskan, kerja sama ini merupakan critical option karena Pertamina Power Indonesia memiliki sarana dan prasarana, baik SDM ataupun teknologi yang mampu melakukan perhitungan stok karbon. “Saya sangat berterima kasih kepada Perum Perhutani yang telah mengambil langkah untuk bekerja sama dengan Pertamina Power Indonesia. Dalam hal ini, kami memang memiliki SDM atapun teknologi perhitungan stok karbon. Selanjutnya, akan dilaksanakan Feasibility Study jika perhitungan stok karbon sudah dilakukan di semua wilayah kerja Perum Perhutani dan Anak Perusahaannya,” kata Fadli.

Di kesempatan yang sama, perwakilan Carbon Offset Asia Yuza, mengatakan, selama ini perhitungan stok karbon hanya dilakukan di lahan gambut, karena kemampuannya yang sangat besar dalam menyerap emisi. Mengingat Perum Perhutani dan Anak Perusahannya memiliki wilayah kerja yang luas untuk perhitungan stok gas karbon, ia menyarankan agar hasil perhitungannya nanti menjadi data yang bersifat open source , sehingga masyarakat bisa ikut memantau project itu.

Foto: Kompersh Kanpus/Hendra Jaya

“Dengan keterlibatan Pertamina Power Indonesia dalam pencapaian target Net Zero Emission BUMN 2060 akan memerkuat sinergi antar BUMN untuk menciptakan ekosistem bisnis BUMN yang rendah karbon,” tutur Direktur Utama Perhutani, Wahyu Kuncoro.

“Data perhitungan stok karbon sebaiknya merupakan data yang open source sehingga memudahkan masyarakat luas melakukan pemantauan dalam project ini,” katanya.

Sebagai informasi, perhitungan stok gas karbon termasuk dalam kegiatan Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan atau dikenal dengan istilah REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and forest Degradation). Isi dari kegiatan ini adalah: pengurangan emisi dari deforestri (reducing emission from deforestation), pengurangan emisi degradasi hutan (reducing emission from forest degradation), peningkatan peran konservasi (role of conservation), pengelolaan hutan lestari (sustainable management of forest) dan peningkatan stok karbon hutan (enhancing forest carbon stock).

Kembangkan Tanaman Biomassa

Masih terkait dengan lingkungan, Perhutani terus berkomitmen mendukung penggunaan energi biomassa yang lebih ramah lingkungan. Hal itu diwujudkan dengan Perhutani terus fokus melakukan budi daya tanaman gamal dan kaliandra merah, untuk diolah menjadi palet kayu untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomassa.

Hal itu terlihat di Sumedang. Demi suksesnya program tanaman biomassa tersebut, Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Sumedang terus berupaya melakukan sosialisasi kepada pengelola pengganti bahan bakar ramah lingkungan Masyarakat Desa hutan (MDH). Salah satu upaya itu terlihat di Balai Desa Babakan Asem, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin, 21 Februari 2022.

Asisten Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Tomo Utara, Asep Ali Rahman, beserta Jajarannya hadir dalam kegiatan tersebut mewakili Administratur Perhutani KPH Sumedang. Turut hadir di acara itu, Kepala Desa Babakan Asem, Emid Koswara dan jajarannya; Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Rasji, Sholeh beserta anggota; dan perwakilan pemilik ternak.

Administratur Perhutani KPH Sumedang, Herry Darmawan, melalui Asep Ali Rahman menjelaskan, saat ini Perhutani sedang mengembangkan tanaman biomassa jenis tanaman kaliandra dan gamal yang dapat diproduksi sebagai pengganti bahan bakar ramah lingkungan. Pengembangan tanaman biomassa bisa dipanen pada tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-4.

“Luas tanaman Biomassa di BKPH Tomo Utara tersebar di tiga RPH, yaitu RPH Nyalindung, RPH Bugel, dan RPH Taman, seluas 1.214,10 hektare, mulai dari tanaman tahun 2020, 2021, dan 2022. Pengembangan tanaman biomassa bisa dipanen pada tahun ke-3 sampai dengan tahun ke-4 dan semua cabang kayunya dapat digunakan untuk penggarap maupun pemilik ternak yang digembalakan secara liar diharapkan dapat menjaga pertumbuhan sampai masa produksinya dimana pada masa produksinya dapat menyerap tenaga kerja masyarakat sekitar hutan,” katanya.

Sementara itu, Emid Koswara mengimbau kepada masyarakat desa dan LMDH serta khususnya pemilik ternak yang digembalakan

Foto: Andy Yasir/Kompersh KPH Sumedang

Di dalam sambutannya, Ahmad Ibrahim menyampaikan, Kick Off Produksi Biomassa merupakan salah satu agenda yang dilaksanakan Perhutani sebagai inisiatif strategis yang telah dicanangkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tahun 2021.

Foto: Kompersh Divre Jateng/Tantida Isa agar dapat menjaga tanaman biomassa yang baru disosialisasikan kepada masyarakat sekitar hutan. “Dengan adanya tanaman biomassa yang berjangka pendek, tolong jaga dan perhatikan sebaik mungkin untuk keberhasilannya. Tentunya kami sangat berterima kasih pada Perhutani yang telah memfasilitasi dan menyejahterakan masyarakat sekitar hutan,” tegasnya.

Kick Off Produksi Biomassa

Pada Selasa, 21 Februari 2022, Perum Perhutani mengadakan Kick Off Produksi Biomassa. Acaranya dilaksanakan di Industri Kayu Brumbung Perhutani, Semarang, serta secara virtual melalui Zoom.

Hadir di acara itu antara lain Direktur Komersial Perum Perhutani, Ahmad Ibrahim; Kepala Divisi Komersial Hasil Hutan Kayu dan Biomassa Perum Perhutani, Eka Wahyu Sukartiko; General Manager (GM) Kayu Perhutani Divisi Regional (Divre) Jawa Tengah; GM Kayu Perhutani Divre Jawa Timur; Segenap Kepala Departemen, Pelaksana Tugas (Plt), dan GM Industri Kayu Biomassa Perhutani; segenap Kepala Pabrik Biomassa Perhutani; Konsultan Perhutani untuk Pembangunan Industri Biomassa, Dede Hermawan; Direktur utama PT Ideas Semesta Energi selaku konsultan Biomassa Perum Perhutani, serta tamu undangan lainnya.

Di dalam sambutannya, Ahmad Ibrahim menyampaikan, Kick Off Produksi Biomassa merupakan salah satu agenda yang dilaksanakan Perhutani sebagai inisiatif strategis yang telah dicanangkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tahun 2021. Biomassa diharapkan dapat menjawab permasalahan isu lingkungan semisal global warming dan ketersediaan sumber energi.

Sebagai salah satu sumber energi terbarukan, biomassa memiliki potensi yang sangat besar dengan total penyediaan sebesar 60 juta ton setara dengan 50 GW listrik. Kesuksesan pengembangan biomassa di Indonesia bergantung pada pengembangan produk biomassa skala industri yang dikombinasikan dengan inovasi teknologi dan dilakukan dalam kerangka Standar Industri Nasional.

“Perhutani sangat mendukung program pemerintah dalam mencapai target bauran energi nasional sebesar 23% pada tahun 2025 dan target penurunan emisi sebesar 29% pada 2030 sesuai Paris Agreement. Untuk itu, saya sampaikan kepada rekan-rekan sekalian, Biomassa itu penting dan harus dijalankan dengan serius,” terang Ibrahim.

Ibrahim menambahkan, Perum Perhutani telah melaksanakan kegiatan penanaman tanaman biomassa, di antaranya jenis gamal (Glereside) dan kaliandra di beberapa KPH di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, sebagai sumber bahan baku industri biomassa. Untuk rencana hilirisasi, Perhutani akan membuat produk akhir berupa Wood Chips dan Wood Pellet, yang rencana investasi pabrik pembangunannya dimulai tahun 2022.

Sedangkan Eka Wahyu Sukartiko menyampaikan harapan, dengan dimulainya produksi biomassa di industri kayu Brumbung tersebut dapat meningkatkan pendapatan Perhutani di sektor usaha baru dengan memanfaatkan lahan kosong untuk tanaman biomassa. “Tentunya kami juga mengharapkan dukungan pemerintah dan stakeholder lainnya untuk dapat bekerja sama agar produk biomassa Perhutani dapat sustainable dan lestari,” jelasnya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan prosesi pemotongan tumpeng oleh Direktur Komersial Perum Perhutani sebagai wujud rasa syukur akan diresmikannya produksi biomassa di industri kayu Brumbung serta pemotongan pita sebagai tanda dimulainya proses produksi Wood Chips dan Wood Pellet. Sebelum acara usai, acara dilanjutkan dengan pendemonstrasian proses pembuatan Wood Chips secara

langsung. • DR/PR/2022-II-3/PR/2022-II-3/ Smd/TM/PR/2021-XII-34

This article is from: