4 minute read

• Bekal Keterampilan Budi Daya Jamur Janggel Buat LMDH di Bluluk

Mayoritas masyarakat yang tinggal di sekitar hutan di wilayah Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan, bertanam jagung. Jagung itu mereka tanam di dalam kawasan hutan dengan pola tumpangsari. Setelah panen, ada masalah dengan limbah jagung sisa panen mereka. Menyikapi hal itu, Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mojokerto memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan untuk memanfaatkan janggel atau limbah sisa pengolahan jagung sebagai medium budi daya jamur. Ini adalah satu bentuk kreativitas di antara aktivitas.

Anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) se-wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bluluk terlihat antusias dan gembira di hari itu. Ya, karena di hari Rabu, 2 Februari 2022 itu, mereka mendapatkan pemahaman baru. Yaitu tentang peluang usaha yang paling minim modal, namun bisa mendatangkan hasil luar biasa.

Advertisement

Pemahaman itu mereka dapatkan dalam Pelatihan Budi Daya Jamur Janggel yang digelar di Desa Banjargondang, Kecamatan Bluluk, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Kegiatan pelatihan dalam rangka memberi bekal keterampilan dan meningkatkan kualitas usaha LMDH se-wilayah BKPH Bluluk tersebut difasilitasi oleh Perhutani KPH Mojokerto bersama Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Bojonegoro, Jawa Timur.

Mereka gembira mengetahui bahwa ada cara kreatif untuk bisa memanfaatkan limbah jagung menjadi produk yang lebih bermanfaat. Cara kreatif dalam dunia agribisnis yang satu ini cukup menarik untuk dicoba itu salah satunya adalah bisnis jamur janggel. Dan di saat itu pula mereka paham tentang bisnis jamur janggel yang ternyata mudah dan sangat potensial untuk dikembangkan.

“Ini tentu menjadi peluang usaha yang paling menjanjikan, karena minim modal namun bisa menghasilkan panen yang luar biasa menguntungkan,” kata Asisten Perhutani (Asper) Bluluk, Bandi Sugiarto, yang hadir di Pelatihan itu mewakili Administratur Perhutani KPH Mojokerto.

Bandi menjelaskan, di Bluluk, janggel yang merupakan limbah dari proses pemanenan jagung ini bahan bakunya sangat melimpah.

Foto: Kompersh KPH Mojokerto Sebab, masyarakat di Kecamatan Bluluk ini sebagaian besar melakukan aktivitas menanam jagung di dalam kawasan hutan. Jagung itu ditanam di kawasan hutan secara tumpangsari.

“Hanya dengan memanfaatkan limbah tersebut, masyarakat tidak perlu lagi melakukan persiapan media tanam yang rumit seperti proses budi daya jamur tiram,” kata Bandi.

Menularkan Ilmu

Ada hal yang menarik di perhelatan pelatihan yang diikuti seluruh LMDH yang ada di wilayah Kecamatan Bluluk tersebut. Yaitu, pelatihan itu menghadirkan salah satu pembicara yang adalah pelaku usaha budi daya jamur janggel, Warno. Warno yang juga merupakan Ketua LMDH Tanah Mas itu mengatakan, awalnya memang ia merasa ragu terhadap inovasi tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu dan dengan adanya sentuhan serta pembinaan secara intensif dari Perum Perhutani, ia merasa percaya diri dan selanjutnya terus mengembangkan inovasi budi daya jamur janggel itu, sehingga bisa berhasil seperti saat ini.

“Kami ingin menularkan ilmu ini kepada LMDH yang lain, supaya bisa berinovasi dengan memanfaatkan limbah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis,” ujar Warno.

Warno menambahkan, janggel jagung mengandung protein tinggi yaitu sebesar 2,94%, juga mengandung lignin 5,2%, dan selulosa 30%. Warno menambahkan, budi daya jamur janggel sama dengan budi daya jamur pada umumnya. Namun, yang membedakan di sini adalah medianya.

“Medianya yaitu hanya memerlukan tebon dari jagung yang telah panen, kemudian diberikan ragi sebagai bahan penumbuh jamur. Setelah itu, tebon yang telah diberi ragi itu ditutup dan bisa dipanen kurang lebih selama 3 minggu ke depan,” jelasnya.

Mudah Dilakukan

Sebenarnya, di kalangan masyarakat tertentu jamur janggel sudah cukup dikenal. Di Madura, misalnya, jamur janggel dikenal dengan nama kolat deremian. Itu

bahasa Madura. Biasanya, jamur janggel buatan bisa kita temukan tumbuh di tumpukan bekas tumbuhan padi yang sudah kering di sawah-sawah.

Untuk budi daya, jamur janggel juga cukup mudah dikembangkan. Sebab, jamur janggel dibudidaya hanya dari janggel jagung dan ragi tape saja. Pembuatannya juga tidak susah. Petani atau pembudidaya hanya memerlukan kayu untuk media tumbuh jamur. Tak perlu besar, cukup ukuran panjang kali lebar 5 meter kali 1 meter. Kayunya tidak perlu rapat. Longgar pun tidak apa-apa. Pembuatannya seperti meja tetapi berwadah.

Setelah tersedia kayu, siapkan plastik panjang untuk wadah di dalam. Siapkan juga janggel jagung yang banyak, tentu saja. Selain itu, juga siapkan dedak dan ragi tape yang dihaluskan.

Caranya mudah, yaitu hanya meletakkan janggel jagung ke dalam wadah yang sudah dibuat dan dilapisi plastik di atas kayu. Kemudian siram janggel-janggel tersebut sampai kira-kira basah ke bawah. Lalu taburkan ragi yang sudah dihaluskan ke janggel-janggel tersebut.

Jika sudah, kita tunggu sampai kira-kira tiga minggu. Selama menunggu tiga minggu itu, jangan lupa siram janggel-janggel itu setiap sore. Setelah 3 minggu, biasanya jamurnya sudah tumbuh dan sudah mekar. Di saat seperti itu, kita bisa memanennya. Biasanya jamur tersebut dipanen setiap sore.

Jangan lupa untuk menyiram janggel-janggel itu kembali setelah selesai dipanen. Setelah dipanen, kemudian para pembudidaya bisa menjualnya. Biasanya jamur janggel dijual seharga Rp 25.000 per kilogram.

Biasanya, jamur janggel tidak bisa bertahan lama seperti jamur lain pada umumnya. Jika sudah dipanen, di sore harinya harus langsung dimasak. Sebab, jika tidak dimasak sampai malam, jamurnya bisa berwarna hitam dan jika dimasak saat sudah berwarna hitam akan menjadi kurang sedap dilihat serta saat digigit tidak lagi kres-kres (crispy).

Media jamur janggel ini bisa bertahan satu bulan. Jadi para pembudidaya tidak perlu repot-repot untuk mendaur janggelnya setiap hari. Hanya perlu menyiramnya saja. Dan janggeljanggel itu bisa kembali digunakan sebagai media tumbuh jamur itu. Jadi, budi daya jamur janggel ini cocok untuk bisnis di rumah masyarakat desa hutan. Bahkan, boleh jadi juga cocok untuk bisnis sampingan Anda di rumah. Tertarik

Biasanya, jamur janggel tidak bisa bertahan lama seperti jamur lain pada umumnya. Jika sudah dipanen, di sore harinya harus langsung dimasak. Sebab, jika tidak dimasak sampai malam, jamurnya bisa berwarna hitam dan jika dimasak saat sudah berwarna hitam akan menjadi kurang sedap dilihat serta saat digigit tidak lagi kres-kres (crispy).

mencoba?• DR/Mjk/Dwi

Foto: Kompersh KPH Mojokerto

This article is from: