5 minute read

Refleksi Kearifan Lokal di Pohon Mercusuar

Refleksi Kearifan Lokal

di Pohon Mercusuar

Advertisement

Masyarakat Kabupaten Rembang mengenal Pohon Panggang atau lebih dikenal dengan nama Pohon Mercusuar itu sebagai salah satu ikon mereka. Dinamakan Pohon Mercusuar, karena memang keberadaan pohon yang telah berusia ratusan tahun itu berfungsi menjadi mercusuar bagi para nelayan setempat. Menyimak besarnya nilai kearifan lokal yang terkandung di pohon tersebut, Perhutani KPH Mantingan bersama aparat dan warga desa membersihkan lokasi sekitar pohon dan membuat pagar untuk melindungi keberadaan pohon itu, sebagai bagian dari kearifan lokal.

Akhir pekan pertama bulan Februari 2022 menjadi saat yang penting bagi warga Desa Sendangmulyo, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Tepatnya pada Sabtu, 5 Februari 2022, Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mantingan bersama aparat dan warga Desa Sendangmulyo membuka wisata rintisan religi di area Pohon Panggang atau lebih dikenal dengan sebutan Pohon Mercusuar. Lokasinya termasuk wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ngiri, KPH Mantingan.

Keberadaan pohon panggang di desa itu memiliki arti penting bagi warga setempat. Khususnya bagi para nelayan. Pohon besar itu sudah bertahun-tahun berfungsi layaknya mercusuar buat mereka. Bagi para nelayan, saat berada di tengah laut, keberadaan pohon yang menjulang tinggi itu menjadi petunjuk untuk arah selatan.

Jadi, keberadaan pohon tersebut memiliki nilai penting, khususnya untuk nelayan yang sedang melaut. Maka, untuk

Foto: Kompersh KPH Mantingan

Foto : Kompersh KPH Mantingan memertahankan Pohon Panggang itu agar tetap berfungsi sebagai mercusuar bagi para nelayan, Perhutani bersama Babinsa Desa Sendangmulyo dan warga Desa Sendangmulyo membersihkan lokasi sekitar pohon. Mereka juga membuat pagar untuk melindungi keberadaan pohon yang telah berumur ratusan tahun tersebut.

Melalui Kepala BKPH Ngiri, Edy Pramono, Administratur Perhutani KPH Mantingan menjelaskan, keberadaan Pohon Panggang tersebut terletak di Petak 99c1, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Ngiri, BKPH Ngiri, KPH Mantingan. Edy yang turut hadir di kegiatan tersebut juga menyampaikan harapan agar kebersihan dan kelestarian lokasi sekitar Pohon Mercusuar selalu dijaga, agar dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata rintisan.

“Semoga destinasi wisata rintisan ini dapat menambah alternatif wisata di wilayah Kabupaten Rembang, sekaligus membantu peningkatan pendapatan warga desa sekitar,” katanya.

Berkemah dan Berwisata

Sementara itu, Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Ngiri Sejahtera, Sumangat, mengatakan, sudah banyak pengunjung yang berkemah dan berwisata di lokasi tersebut. Di sana, para pengunjung dapat menikmati keindahan pemandangan laut utara Jawa. Ya, karena keberadaan Pohon Mercusuar itu memang dekat dengan bibir pantai. Maka, tak salah jika ia disebut Pohon Mercusuar.

Sedangkan Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) dari Yayasan Karya Alam Lestari (Kalal), Isnina Sa’diyah, berharap agar para pemangku kepentingan tetap menjaga kearifan lokal dan lingkungan sekitar Pohon Panggang tidak digarap, namun dihijaukan. Agar kelestarian dan nilai kearifannya tetap terjaga. Lingkungan yang hijau dan lestari akan menambah nilai keberadaan pohon itu.

“Sehingga sekitar Pohon Panggang lebih sejuk dan sumber mata air sekitar Petak 99c1 ini tetap terjaga,” pungkasnya.

Edy Pramono menambahkan, pohon panggang yang merupakan pohon mercusuar bagi nelayan akan dibuat wisata rintisan religi. Karena pohon panggang itu sudah berumur ratusan tahun, keberadaanya sangat dilindungi dan oleh masyarakat setempat dijadikan (punden) penanda sebagai pohon tua. Menurut Edy, dengan banyaknya masyarakat yang ingin melihat dari dekat keberadaan pohon panggang, masyarakat bekerjasama dengan Perhutani membuat pagar dan area sebagai tempat bagi pengunjung untuk melakukan doa bersama.

Dikeramatkan Masyarakat

Menurut Sumangat, pohon panggang atau pohon mercusuar itu sudah ada sejak ia kecil. Sumangat menyebut, pohon itu dikeramatkan oleh masyarakat. Sehingga, di masa awal reformasi saat terjadi penjarahan hutan di tahun 1998 pun tiada orang dan masyarakat yang berani menebangnya.

“Kami ingin pohon panggang ini jadi wisata rintisan relegius. Sebab, sudah banyak pengunjung yang berkemah dan berwisata di sini. Mereka senang duduk-duduk sambil memandang ke arah utara Laut Jawa, untuk melihat keindahan pantai utara Pulau Jawa,” kata Sumangat yang juga merupakan Kepala Dusun di Sendangmulyo itu.

Saat ini pohon panggang atau pohon mercusuar itu berstatus dilindungi. Ini adalah satu-satunya pohon langka yang ada di sekitar tempat itu. Apalagi, pohon besar itu sebagai penanda arah selatan saat nelayan berada di tengah laut. Dua hal itu yang membuat Perhutani bersama Masyarakat Desa Hutan Ngiri tetap menjaga keberadaan Pohon Panggang atau Pohon Mercusuar untuk tetap hidup dan tidak akan ditebang.

Jika pohon mercusuar dibuka sebagai wisata rintisan religius, hal itu dapat mengubah dan menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar hutan. Sehingga, kata Nina, pembangunan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan hutan dapat terwujud sesuai dengan program pemerintah untuk penanggulangan kemiskinan.

Setiba di Petak 99 C 1 tempat pohon panggang itu tumbuh, perjalanan menuju puncak bisa ditempuh dengan mengendarai sepeda motor selama sekitar tiga puluh menit. Ketinggian dari permukaan laut kira-kira 500 – 600 m.

Pohon Panggang adalah sebutan untuk pohon itu dari insan-insan Perhutani. Nelayan menamakan pohon itu Pohon Mercusuar karena menjadi petunjuk arah bagi mereka di tengah laut kala siang hari. Sebab, pohon itu terlihat menjulang tinggi sendirian jika dilihat dari jalur pantura Semarang–Surabaya, dan jika di tengah laut kita lihat ke arah selatan. Sedangkan masyarakat menyebutnya Pohon Ijo (mbah Go).

Foto : Kompersh KPH Mantingan

Saat ini pohon panggang atau pohon mercusuar itu berstatus dilindungi. Ini adalah satu-satunya pohon langka yang ada di sekitar tempat itu. Apalagi, pohon besar itu sebagai penanda arah selatan saat nelayan berada di tengah laut. Dua hal itu yang membuat Perhutani bersama Masyarakat Desa Hutan Ngiri tetap menjaga keberadaan Pohon Panggang atau Pohon Mercusuar untuk tetap hidup dan tidak akan ditebang.

Cagar Budaya

Di sekitar pohon itu kini ditanami tanaman clericide atau gamal. Tanaman biomassa pengganti batubara itu ditanam sebagai tabungan di masa depan untuk pengganti bahan bakar yang ramah lingkungan.

Tentu layak agar pohon mercusuar dipertahankan. Selain karena langka, keberadaan pohon itu juga penting untuk nelayan setempat. Apalagi, pohon itu juga dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Saat penjarahan hutan di tahun 1998 pun masyarakat Desa Sendangmulyo tak ada yang berani menyentuh bahkan mengambil rencek di sekitarnya. Pohon itu juga sekaligus menjadi refleksi dari kearifan lokal masyarakat setempat.

Sumangat pun mengatakan, pihaknya bersama Perhutani tetap berkomitmen untuk menjaga dan menjadikan pohon itu sebagai cagar budaya. Dan akan menjaga kawasan ini agar tetap lestari. Sehingga, ketersediaan air dalam kawasan hutan akan tetap terjaga. • DR/Mnt/Sgt

This article is from: