3 minute read
Rehabilitasi Hutan
Tidak ada seorang pun yang menghendaki bencana alam terjadi. Tetapi jika bencana itu terjadi, tak ada orang yang kuasa menahan. Yang dapat dilakukan adalah senantiasa waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana. Serta meminimalkan kemungkinan bencana terjadi, setidaknya selalu berusaha agar dampak bencana dapat diminimalkan. Hal itulah yang selalu dilakukan insan-insan Perhutani. Apel siaga pencegahan dini bencana alam pun dilakukan di sejumlah KPH.
Advertisement
Aktivitas pencegahan bencana alam serta perwujudan tanggung jawab sosial dan ekologi dilakukan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Lawu Ds. Pada Rabu, 11 Desember 2019, Perhutani KPH Lawu Ds bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo dan Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Ngrayun, mengadakan apel siaga pencegahan dini becana alam dan penanaman bersama. Mereka melakukan penanaman di lahan seluas 5 Hektare di Petak 66/1, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Guyangan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ponorogo Barat. Tepatnya lahan tempat penanam itu berada di wilayah Desa Tugurejo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Aksi penanaman di kawasan tersebut dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan ekologi Perhutani. Jenis-jenis tanaman yang ditanam saat itu adalah alpukat, sengon buto, nangka, dan durian. Menanggapi aksi penanaman tersebut, Administratur Perhutani KPH Lawu Ds, Asep Dedi Mulyadi, menyatakan, kegiatan penanaman tersebut penting dilakukan. Sebab, diharapkan penanaman tersebut dapat mengurangi dampak pemanasan global, mencegah terjadinya bencana longsor, serta dapat menjadi resapan air.
“Musim sudah memasuki penghujan. Diperlukan kesiagaan semua pihak untuk antisipasi terjadinya bencana alam. Jajaran KPH Lawu Ds selalu berkoordinasi dengan Pemda, BPBD,TNI/Polri, juga sampai ke tingkat kecamatan dan desa,” ujar Asep.
Asep juga mengatakan, pihaknya telah memerintahkan segenap jajarannya, yaitu pimpinan di daerah, dalam hal tersebut adalah Asisten Perhutani (Asper), untuk terus melakukan koordinasi dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat, agar tetap waspada terhadap bencana alam pada musim penghujan. Sementara itu, Kepala Bidang BPBD Ponorogo, Arim Kamandoko, dalam sambutannya selaku pembina apel tersebut, mengajak semua anggota masyarakat untuk mencegah bencana alam sedini mungkin.
“Petakan daerah-daerah rawan bencana, ciptakan sinergitas yang baiik antara pemerintah desa dengan Perhutani serta instansi lainya,” ujarnya.
Arim Kamandoko juga berharap agar semua masyarakat mempunyai tanggung jawab dan peduli bencana. “Ini bukan tangung jawab salah satu instasi pemerinah saja, namun merupakan tanggung jawab kita semua,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Kepala Desa Tugurejo, Siswanto, menyatakan, pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Perum Perhutani itu. Menurut dia, kegiatan penanaman tersebut selain bermanfaat untuk mencegah
bahaya dari kerusakan alam, dapat juga meningkatkan sinergitas stakeholder, dan melestarikan lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab bersama.
Apel dan Rehabilitasi
Di Pangandaran, Perum Perhutani KPH Ciamis mengadakan Apel Siaga Bencana dan Rehabilitasi Hutan,
Kamis, 26 Desember 2019. Lokasinya bertempat di Petak 50 dan 7, wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Pangandaran dan BKPH Cijulang, KPH Ciamis. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata; Administratur Perhutani KPH Ciamis, Jerry Purwo Nugroho, beserta jajaran; jajaran Forkopimda Kabupaten Pangandaran; jajaran Forkopimcam Kecamatan Parigi; dan Langkaplancar beserta jajaran. Saat memberikan sambutannya, Administratur Perhutani KPH Ciamis, Jerry Purwo Nugroho, mengapresiasi wacana yang disampaikan Bupati Pangandaran yang akan membentuk petugas “JAGA LEUWEUNG” untuk membantu petugas Perhutani dalam menjaga pengamanan hutan. Petugas Jaga Leuweung itu keanggotaanya berasal dari masyarakat sekitar hutan.
Jerry Purwo Nugroho juga menegaskan pentingnya membangun dan menjaga sinergitas lintas sektoral. Sebab, pengamanan hutan tidak bisa dilakukan secara sendiri-sendiri (sepihak) melainkan perlu dukungan dari semua pihak, baik internal maupun eksternal. Dan harus terbentuk satu kesatuan untuk menjaga dan menyelamatkan kawasan hutan.
“Hutan dapat memberi manfaat bagi kehidupan manusia, karena hutan memiliki fungsi penahan erosi, pengatur tata air, dan penghasil oksigen yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Apalagi lokasi kawasan hutan Cisaladah keberadaannya merupakan hulu sungai dari Green Canyon, Santirah, dan Citumang,” jelas Jerry. Sementara itu, Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata menyampaikan pentingnya menjaga dan merawat hutan dari gangguan keamanan yang ditimbulkan oleh tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawab, dan hanya mementingkan diri sendiri. Jeje juga
menyadari jumlah petugas sangat terbatas, baik petugas Perum
Perhutani, POLRI dan TNI. Sehingga, dianggap perlu untuk menerbitkan
SK Jaga Leuweung (Jaga Hutan, red) yang keanggotaannya akan
direkrut dari masyarakat sekitar hutan, untuk membantu petugas
dalam menjaga kawasan hutan. “Kita harus lawan segala
bentuk tindakan perusakan hutan, pembalakan liar dan gangguan
lainnya,” pungkasnya.
Menjaga keharmonisan alam
memang tak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Ia membutuhkan
sinergi di antara pihak-pihak terkait. Dan langkah-langkah yang
diayunkan untuk mewujudkan hal itu perlu diapresiasi dan didukung • Tim