4 minute read

Gebrakan KPH Sukabumi Lewat KUSUKABUMIKU

Di bawah kepemimpinan Administratur Perhutani KPH Sukabumi, Agus Yulianto, konsep “Kusukabumiku” lahir di paruh akhir tahun 2018. Perumusannya dilakukan oleh Agus bersama Wakil Administratur Wilayah Sukabumi Timur, Suwandi; Wakil Administratur Wilayah Sukabumi Barat, Angkat Wijanto; dan jajaran manajemen KPH lainnya. Sedangkan pelaksananya di lapangan adalah para Asper/Kepala BKPH di KPH Sukabumi.

Perhutani KPH Sukabumi memiliki wilayah pangkuan hutan seluas 58.495,53 Hektare. Terdiri dari Hutan Produksi seluas 20.623,25 Hektare; Hutan Produksi Terbatas seluas 37.204,85 Hektare; dan 667,43 Hektare Hutan Lindung. Secara portofolio bisnis, pendapatan terbesar (70,92%) berasal dari getah pinus. Sedangkan 26,20% pendapatan di KPH Sukabumi didapat dari sektor kayu, opset (1,06%), produksi minyak kayu putih (0,65%), agro (0,65%), wisata

Advertisement

Inovasi dan terobosan baru terus dilakukan oleh insan-insan Perhutani. Sikap profesional dan kesungguhan menjalani profesi menjadi dasar dan penyemangat mereka untuk terus berkarya dan melahirkan inovasi demi memudahkan jalannya pekerjaan. Kali ini, hal itu ditunjukkan insan-insan Perhutani KPH Sukabumi. Mereka melahirkan sebuah konsep untuk meningkatkan produksi getah pinus. Konsep itu bertajuk "KUSUKABUMIKU ". Apa artinya? Gebrakan KPH Sukabumi Lewat KUSUKAB UMIK U

(0,28%), dan kopal (0,25%). Di tahun 2019, raihan produksi getah pinus mereka mencapai 6.068 ton (108,8%) dari rencana 5.577 ton. Guna meningkatkan hasil produksi getah pinus yang menjadi sumber pendapatan terbesar, KPH Sukabumi pun terus memunculkan sistem dan inovasi baru. Kali ini, sistem untuk meningkatkan hasil produksi getah pinus itu dikemas dalam konsep bertajuk “Kusukabumiku”. Konsep ini menggabungkan transformasi strategi dan transformasi budaya.

Keduanya digabungkan dalam menjalankan proses dan prosedur kerja sehari-hari.

Percepatan Produksi

“Kusukabumiku” sebenarnya merupakan akronim dari beberapa terminologi tentang aktivitas mereka untuk meningkatkan hasil produksi getah pinus di wilayah hutan pangkuan mereka. Kata “Kusukabumiku” sendiri terbentuk dari enam suku kata yang masingmasing memiliki makna serta definisi. Lewat “Kusukabumiku”, KPH Sukabumi melakukan upaya-upaya percepatan produksi getah. Konsep “Kusukabumiku” sebenarnya merupakan panduan bagi personel KPH Sukabumi untuk meningkatkan produktivitas kerja mereka dan menaikkan pencapaian hasil sadapan getah.

Suku kata pertama adalah “Ku” yang merupakan singkatan dari “Kunjungi Penyadap”. Artinya, para personel KPH Sukabumi secara rutin dan intensif melakukan kunjungan ke setiap penyadap. Lewat aktivitas kunjungan tersebut, mereka antara lain dapat melakukan sosialisasi tentang aturan hukum, PK, dan lainlain.

Lewat aktivitas kunjungan tersebut, juga dilakukan kegiatankegiatan pemberdayaan. Juga pelaksanaan teknis penyadapan, dan komunikasi tentang jadwal pungutan getah. Jadi, dengan aktif mengunjungi setiap penyadap, sekaligus dapat dilakukan peningkatan pemberdayaan dan upaya pemecahan masalah yang dihadapi dapat lebih cepat dilakukan. Suku kata kedua adalah “Su” yang merupakan singkatan dari “Support Penyadap”. Lewat aktivitas ini, para personel KPH Sukabumi memberikan dukungan penuh kepada para penyadap. Antara lain bentuknya adalah memberikan stimulan, APD, membayar honor mereka tepat waktu, melengkapi sarana dan prasarana aksesibilitas, serta menampung usulan atau aspirasi dan keinginan para penyadap. Sehingga, dengan support yang baik, diharapkan semangat para penyadap juga akan meningkat.

Suku kata ketiga adalah “ka” yang merupakan singkatan dari “Kadeudeuh Penyadap”. Kadeudeuh adalah kata dalam Bahasa Sunda yang berarti kesayangan atau yang disayangi. Di dalam konsep “Kusukabumiku”, KPH Sukabumi mewujudkan bentuk rasa sayang terhadap penyadap itu dengan Paket Lebaran; pemberian sembako; pemberian insentif yang nilainya lebih besar dari NPS; pemberian santunan jika ada penyadap yang meninggal dunia, sakit, maupun terkena musibah; hingga menyediakan kopi dan rokok saat bertemu penyadap di hutan.

Suku kata keempat “Bu” adalah singkatan dari “Budayakan”. Lewat aktivitas ini, para personel KPH Sukabumi menerapkan sistem kerja yang diupayakan akan mendorong peningkatan produktivitas. Misalnya, budayakan atau membiasakan bekerja dan membuat laporan tepat waktu; Bekerja sesuai SOP; Mendengarkan dan merespon setiap keluhan dan masukan; melek IT dan pemutakhiran data; sampai menggelorakan semangat dengan

menerapkan yel-yel. Muara semua aktivitas itu adalah menumbuhkan rasa memiliki di kalangan penyadap sehingga pada akhirnya produktivitas pun akan meningkat.

Suku kata kelima, “Mi”, diambil dari suku kata kedua dari kata “Komitmen”. Maknanya adalah kesungguhan para personel menjalani kerja dan mencapai tujuan. Antara lain diwujudkan dengan upaya mencapai target NPS dan sasaran mutu; Melaksanakan ketentuan TUHH dan regulasi-regulasi; Menegakkan reward and punishment; Menegakkan 4T / GCG; serta membina bawahan dan mengarahkan mitra kerja terkait. Sedangkan suku kata terakhir, “Ku” diambil dari kata “Kontinyu”. Wujudnya antara lain dengan rutin melakukan briefing dan mendengar masukan-masukan sebelum bekerja; Melakukan evaluasi dan membandingkan dengan pencapaian kinerja pada periode sebelumnya/ tahun sebelumnya; Mengawal proses sertifikasi/ISO; serta mengawal proses re-engineering bisnis.

Profil KPH

Sebagai salah satu unit pengelolaan di Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten, wilayah kerja KPH Sukabumi meliputi seluruh wilayah hutan lindung dan hutan produksi di Kabupaten Sukabumi. Wewenang KPH Sukabumi

mengelola kawasan hutan di wilayah Kabupaten Sukabumi itu didasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 2010, sebagai pengganti PP Nomor 30 Tahun 2003, tentang Perum Perhutani. Luas kawasan hutan yang dipangku KPH Sukabumi adalah 58.495,53 Hektare. Pengelolaan kawasan hutan di KPH Sukabumi dikoordinasikan oleh 6 BKPH dan 22 RPH. Berdasarkan kesesuaian lahan, kawasan hutan di KPH Sukabumi dibagi dua kelas perusahaan. Yaitu Kelas Perusahaan Pinus seluas 45.946,55 Hektare dan Kelas Perusahaan Jati seluas 12.548,98 Hektare.

Sedangkan berdasarkan wilayah pengelolaan, KPH Sukabumi dibagi dua Sub KPH yaitu Sukabumi Barat dan Sukabumi Timur. SKPH Sukabumi Barat meliputi BKPH Palabuhanratu dan Cicurug, serta BKPH Cikawung dan Gede Barat. Sedangkan SKPH Sukabumi Timur meliputi BKPH Sagaranten, Bojong Lopang, Lengkong, Jampang Kulon. Secara umum, potensi sumber daya alam yang ada di KPH Sukabumi terdiri dari kayu (jati, Pinus, damar, mahoni, rasamala, sonokeling, akasia mangium, albazia, dan kayu rimba yang lain), non kayu (getah

pinus, getah damar/kopal, minyak kayu putih, rotan, dan lainnya),

komoditas pertanian dari PHBM (kapulaga, vanili, dan lain-lain), bahan

galian (batu hijau, batu templek, galena, emas, dan lainnya), air, serta

obyek wisata. Nah, mengingat besarnya potensi sumber daya

alam di KPH Sukabumi, munculnya berbagai inovasi untuk mengelolanya

menjadi sesuatu yang penting. Termasuk invovasi berupa sistem

dan pola yang dapat meningkatkan produktivitas. Bravo! • Tim Kompersh KPH

Sukabumi

DUTA RIMBA Mengucapkan

This article is from: