3 minute read
Perhutani Sikapi dan Tanggulangi Bencana Alam
Foto: Dien Arida/Kompersh KPH Nganjuk
kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alam. Juga tentang bagaimana bersiap siaga dan mencegah terjadinya bencana alam. Rangkaian acara kemudian diakhiri dengan simulasi antisipasi dan penanggulangan bencana oleh BPBD Kabupaten Purworejo.
Advertisement
Saat memberikan sambutan di acara tersebut, Kepala Departemen PSDH dan Perhutanan Sosial Perhutani Divre Jawa Tengah, Henry Purnomo, menyampaikan, sosialisasi pencegahan dan simulasi penanggulangan bencana alam itu diadakan untuk mengantisipasi kemungkinan datangnya bencana alam, khususnya banjir dan tanah longsor. Hal itu mereka lakukan sebagai salah satu penyegaran dalam rangka siaga, antisipasi, dan kesigapan jajaran Perhutani untuk penanggulangan bencana alam di wilayah Perum Perhutani.
“Sangat pentingnya merespon dan memberikan empati atas terjadinya bencana alam di sekitar kita,” tegas Henry.
Di kesempatan itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Semarang, Tuban Wiyoso, memaparkan tanda-tanda kejadian alam, bulan-bulan dimana dimungkinkan terjadi bencana alam berupa banjir, tanah longsor, tsunami, kebakaran hutan, kepada seluruh peserta sosialisasi. Diharapkan, para peserta selanjutnya akan memahami bagaimana menyikapi dan mengantisipasi Bencana alam yang mungkin terjadi.
“Dengan kita semua memiliki pengetahuan mengenai hal ini, dimungkinkan bencana alam bisa diminimalkan,” jelasnya.
Siaga Bencana Hidrometeorologi
Kegiatan siaga bencana alam juga dilakukan di Nganjuk, Jawa Timur. Hal itu ditunjukkan Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Nganjuk yang mendukung upaya Komando Resort Militer (Korem) 081/DSJ Madiun dalam menggelar apel dan perlengkapan. Apel yang diadakan dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi bencana Hidrometeorologi itu dilaksanakan di halaman Gedung Olah Raga (GOR) Kabupaten Nganjuk, Selasa, 8 Desember 2020.
Usai mengikuti apel tersebut, Administratur Perhutani KPH Nganjuk, Wahyu Dwi Hadmojo, menyampaikan, langkah antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam akan selalu mereka terapkan. Ia pun menegaskan, pihaknya segera menindaklanjuti instruksi Komandan Korem (Danrem) 081/DSJ Madiun, Kolonel Inf. Waris Ari Nugroho, yang mengatakan bahwa data Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) akhir tahun 2020 dan awal tahun 2021, menunjukkan bahwa di sebagian besar wilayah Indonesia akan terdampak cuaca ekstrim.
Wahyu Dwi Hadmojo juga mengatakan, mengutip pernyataan Danrem 081/DSJ Madiun, bahwa berdasarkan Kajian Risiko Bencana (KRB), di wilayah Kabupaten Nganjuk memiliki ancaman bencana banjir dan tanah longsor, dengan kategori risiko tinggi. Wahyu Dwi Hadmojo juga menyampaikan, ia segera memerintahkan jajarannya di lapangan untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Pihaknya juga memasang rambu-rambu di lokasi-lokasi yang diperkirakan berbahaya serta rawan tanah longsor dan pohon tumbang.
Menurut dia, pihaknya juga akan mengajak Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di wilayah kerjanya untuk ikut ambil bagian dalam upaya pencegahan bencana alam. Hal ini untuk meningkatkan partisipasi dan
Foto: Suprianto Kompersh/KPH Malang
kepedulian masyarakat terhadap upaya pencegahan dan antisipasi bencana alam.
“Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan senantiasa peduli dalam menjaga dan melestarikan lingkungan dan hutan di wilayah pangkuannya masing-masing,” tegasnya.
Dukung Pemkot Batu
Sebelumnya, kegiatan mendukung upaya penanggulangan dan antisipasi bencana alam juga dilakukan di Kota Batu, Jawa Timur. Pada Jumat, 20 November 2020, Perhutani KPH Malang bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Batu menggelar apel siaga darurat bencana. Perhutani KPH Malang mendukung upaya Pemkot Batu menggelar apel siaga darurat bencana itu dalam rangka menghadapi musim hujan tahun 2020.
Kegiatan apel siaga darurat bencana itu dilakukan di halaman belakang Balaikota Among Tani, Kota Batu, Jawa Timur. Sejumlah kalangan mengikuti kegiatan apel siaga darurat bencana tersebut. Mereka adalah segenap jajaran Pemkot Batu dan Forkopimda Batu, Perhutani KPH Malang, dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.
Di lokasi acara tersebut, Administratur Perhutani KPH Malang, melalui Wakilnya, Agus Ruswanda, menyampaikan, kegiatan penanggulangan bencana alam yang digelar Pemkot Batu itu sudah sejalan dengan program Perhutani. Oleh karena itu, menurut dia diperlukan koordinasi yang baik antar instansi di saat terjadi bencana alam, untuk mempermudah penanganan dalam menanggulangi dampak bencana. Apalagi, sebagian wilayah kerja Perhutani KPH Malang merupakan dataran yang cukup tinggi.
“Wilayah kerja Perum Perhutani KPH Malang sebagian berada di wilayah Administratif Kota Batu, dimana pada sebagian kawasan tersebut rentan terhadap banjir dan tanah longsor dalam musim penghujan,” katanya.
Sementara itu, saat menyampaikan arahannya di acara tersebut, Walikota Batu, Dewanti Rumpoko, mengatakan, siaga bencana di musim penghujan ini adalah suatu bentuk awal koordinasi antar instansi yang memiliki tanggung jawab yang sama. Mereka bahu-membahu di dalam upaya tanggap bencana. Sebab, musibah dan bencana alam mungkin saja dapat terjadi kapan dan di mana saja.
“Oleh karena itulah, siaga bencana di musim penghujan ini perlu untuk dilakukan,” katanya.
Demikianlah. Tidak ada yang menghendaki musibah terjadi. Tetapi, siapa pun tak dapat menahan kala musibah melanda. Yang dapat kita lakukan adalah siaga bencana alam dan melakukan langkah-langkah antisipasi serta mitigasi terhadap bencana alam. Sehingga, sikap Perhutani dalam melakukan langkahlangkah antisipasi dan kesiagaan bencana memang merupakan langkah yang perlu dilakukan. • DR/
DivreJateng/Ayk/Ngj/Mhd/MLg/Spy