4 minute read

Pemberdayaan Masyarakat Dusun Dawe di Persemaian Perhutani KPH Mantingan

Next Article
Candi Selogriyo

Candi Selogriyo

keberadaan Perhutani kian terasa manfaatnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar wilayahnya. salah satunya adalah dengan mendapatkan pekerjaan sebagai mata pencaharian warga sekitar hutan. misalnya di dusun dawe yang berada di sekitar kawasan hutan pangkuan Perhutani kPh mantingan. mereka kini banyak yang beralih profesi menjadi pekerja persemaian di hutan Perhutani kPh mantingan. lalu seperti apa proses kerja mereka di sana?

ada kepedulian terhadap warga di sekitar hutan yang tercermin dari lantgkah Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mantingan. Bersama Kepala Dusun Dawe Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora, Perhutani KPH Mantingan berupaya meningkatkan kesejahteraan Masyarakat Desa Hutan (MDH). Caranya dengan mengarahkan mereka agar beralih profesi menjadi pekerja persemaian di hutan.

Advertisement

Hal itu terlihat pada 3 November 2020. Upaya mereka itu dilakukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan keahlian dalam kegiatan persemaian khususnya tanaman keras atau tanaman kehutanan. Upaya itu juga sekaligus dilakukan dalam rangka mengurangi potensi pencurian kayu di hutan wilayah Perhutani KPH Mantingan.

Administratur Perhutani KPH Mantingan melalui Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebon, Hari Juli Prihatianto, menjelaskan, dahulu tidak ada warga desa di sekitar hutan yang mau menjadi tenaga persemaian. Mereka lebih memilih menjadi pencari rencek dan kayu–kayu curian di hutan. Kini, seiring dengan berlangsungnya masa pandemi Covid-19, banyak dari mereka yang mencoba alih pekerjaan. Dan pilihan logis adalah menjadi pekerja persemaian.

Di lokasi persemaian sendiri, Perhutani KPH Mantingan menerima tambahan tenaga sebanyak 15 orang. Mereka melakukan pekerjaan di lahan-lahan persemaian Perhutani. Untuk pekerjaan itu, mereka menerima upah Rp 75.000 per hari yang diterima setiap 15 hari sekali.

Perhutani KPH Mantingan memiliki 6 lahan persemaian yang tersebar di 6 kantor BKPH. Di wilayah BKPH Kebon, luas persemaian mencapai sekitar 1 hektare. Lahan seluas itu didominasi oleh tanaman keras dan tanaman kehutanan yang meliputi Jati Plus Perhutani (JPP) stek pucuk sebanyak 221.248 batang, Mahoni sejumlah 98.492 plances, Sengon 20.144 plances, Sonokeling 3.477 plances, dan ditambah tanaman jenis lainnya. Total keseluruhan tanaman mencapai 1.540.853 plances.

Senang dan berterima kasih

Menanggapi alih profesi warganya, Kepala Dusun Dawe, Suyono, menyatakan sangat berterima kasih kepada Perhutani. Sebab, warganya diperbolehkan untuk bekerja di lahan persemaian.

“Dahulu banyak warga kami yang menjadi blandong (pengambil kayu di hutan). Sekarang mereka lebih senang menjadi tenaga persemaian. Hutan Mantingan dikelilingi desa, sehingga banyak warga yang kehidupannya tergantung pada hutan. Kami bersyukur sekali, banyak warga kami yang mulai bergeser menjadi tenaga kerja di Perhutani,” tuturnya.

Istilah blandong mencuat di zaman penjajahan Belanda. Kerja Blandong adalah suatu bagian dari sistem Kerja Rodi di zaman pemerintahan VOC dan Hindia Belanda. Kerja blandong tak lepas

Foto: Vanno Pradana/Kompersh KPH Mantingan

Foto: Vanno Pradana/Kompersh KPH Mantingan

dari bentuk penindasan VOC dan pemerintah kolonial Belanda terhadap rakyat Indonesia, yang berupa pengerahan tenaga rakyat untuk bekerja di bidang perkayuan dan penebangan hutan di daerah pedalaman dan pantai utara Pulau Jawa.

Kerja blandong dikategorikan sebagai kerja rodi paling berat. Maka, di masa lalu para kuli blandong dibebaskan dari bentuk kerja rodi yang lainnya. Kerja yang dilakukan para kuli blandong itu dulu meliputi penebangan, pengangkutan, pembelahan, dan penanaman hutan kembali. Jenis kayu yang diutamakan adalah kayu Jati. Jadi, pekerjaan-pekerjaan blandong di masa lalu itu memang membutuhkan fisik yang sangat kuat.

Sementara itu, salah satu warga Desa Keser, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora, Suparmi, mengatakan, ia sangat senang bekerja di persemaian daripada harus menjadi blandong perempuan. Sebab, pekerjaan blandong perempuan membuat ia harus mengeluarkan tenaga yang besar setiap kali bekerja.

“Berat bawanya kayu, mas. Kalau di persemaian, kami hanya membuat bedengan (tempat semai benih), membuat media tanam dari kompos, memindahkan bibit ke bedeng sapih, dan mencabuti rumput yang tumbuh di sekitar persemaian agar tanaman yang sudah tumbuh bisa berkembang baik. Beberapa waktu yang lalu, kami juga diberikan bantuan dari Perhutani berupa beras 5 kg, minyak goreng, mie instant, susu, vitamin dan masker,” ungkap dia sambil melakukan pekerjaannya mencabuti rumput di bedengan persemaian.

Penanganan bibit Jati

Kegiatan persemaian memegang peranan penting dalam budi daya tanaman jati. Khususnya penanganan bibit jati dengan cara stek pucuk yang meliputi persemaian dan pemeliharaan hingga siap tanam. Penanganannya harus mengikuti standar penetapan. Wadah bibit yang digunakan dapat berupa kantong plastik atau polybag. Biasanya wadah plastik ini berwarna hitam atau putih transparan dengan ukuran panjang 20 cm dan lebarnya 15 cm dengan lubang di bagian samping dan bawahnya.

Media tanam yang digunakan sebisa mungkin tidak mengandung hama dan penyakit. Media tanam itu juga hendaknya bisa menyimpan air dengan baik dan mampu menahan stek pucuk jati agar bisa tetap berdiri. Berdasarkan syarat itu, untuk campuran bahan, bisa digunakan media arang sekam padi, tanah, pasir, dan kompos.

Prosedur kerjanya, yang harus dilakukan adalah menyiapkan stek pucuk lalu memberikan hormon. Setelah itu, dilakukan penanaman dengan cara memasukkan stek yang sudah diberi hormon ke dalam media yang dilubangi dan berukuran lebih besar daripada diameter batang stek sedalam 1 cm-2,5 cm. Media di sekeliling batang stek juga harus dipadatkan, agar stek bisa berdiri tegak dan tidak goyah saat dilakukan penyiraman. Proses selanjutnya yaitu melakukan pemeliharaan stek di dalam sungkup.

Saat di dalam sungkup, yang harus dilakukan adalah melakukan penyiraman setiap pagi dengan percikan air halus selama kira-kira 10 menit. Berikutnya, melakukan penyemprotan di luar sungkup. Hal ini dilakukan apabila cuaca panas. Sehingga, kelembaban udara di dalamnya bisa terjaga.

Pembukaan sungkup dilakukan secara bertahap setelah pada stek itu telah tumbuh dua pasang daun dan berkembang akar cabangnya. Di saat itu, pembukaan sungkup harus dilakukan. Dan untuk penyesuaian, dibiarkan terbuka selama dua minggu.

Proses selanjutnya adalah penyapihan. Lalu dilakukan pemeliharaan stek di bedeng pertumbuhan dan bedeng pengerasan. Proses akhir sebelum dilakukan penanaman di alam adalah bibit-bibit itu terlebih dahulu harus diseleksi.

Proses kerja persemaian itu membutuhkan ketelatenan. Tetapi hasilnya dapat melahirkan bibit jati yang bagus. Jadi, peran tenaga persemaian itu sangat penting. Dan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan dalam kegiatan persemaian itu juga sangat penting. • DR/Mtg/Sgt

This article is from: