rimbadaya
Pemberdayaan Masyarakat Dusun Dawe di Persemaian
Perhutani KPH Mantingan Keberadaan Perhutani kian terasa manfaatnya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar wilayahnya. Salah satunya adalah dengan mendapatkan pekerjaan sebagai mata pencaharian warga sekitar hutan. Misalnya di Dusun Dawe yang berada di sekitar kawasan hutan pangkuan Perhutani KPH Mantingan. Mereka kini banyak yang beralih profesi menjadi pekerja persemaian di hutan Perhutani KPH Mantingan. Lalu seperti apa proses kerja mereka di sana?
A
da kepedulian terhadap warga di sekitar hutan yang tercermin dari lantgkah Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mantingan. Bersama Kepala Dusun Dawe Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora, Perhutani KPH Mantingan berupaya meningkatkan kesejahteraan Masyarakat Desa Hutan (MDH). Caranya dengan mengarahkan mereka agar beralih profesi menjadi pekerja persemaian di hutan. Hal itu terlihat pada 3 November 2020. Upaya mereka itu dilakukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan keahlian dalam kegiatan persemaian khususnya tanaman keras atau tanaman kehutanan. Upaya itu juga sekaligus dilakukan dalam rangka mengurangi potensi pencurian kayu di hutan wilayah Perhutani KPH Mantingan. Administratur Perhutani KPH Mantingan melalui Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebon, Hari Juli Prihatianto,
72 DUTA Rimba
menjelaskan, dahulu tidak ada warga desa di sekitar hutan yang mau menjadi tenaga persemaian. Mereka lebih memilih menjadi pencari rencek dan kayu–kayu curian di hutan. Kini, seiring dengan berlangsungnya masa pandemi Covid-19, banyak dari mereka yang mencoba alih pekerjaan. Dan pilihan logis adalah menjadi pekerja persemaian. Di lokasi persemaian sendiri, Perhutani KPH Mantingan menerima tambahan tenaga sebanyak 15 orang. Mereka melakukan pekerjaan di lahan-lahan persemaian Perhutani. Untuk pekerjaan itu, mereka menerima upah Rp 75.000 per hari yang diterima setiap 15 hari sekali. Perhutani KPH Mantingan memiliki 6 lahan persemaian yang tersebar di 6 kantor BKPH. Di wilayah BKPH Kebon, luas persemaian mencapai sekitar 1 hektare. Lahan seluas itu didominasi oleh tanaman keras dan tanaman kehutanan yang meliputi Jati Plus Perhutani (JPP) stek pucuk sebanyak 221.248 batang, Mahoni sejumlah 98.492 plances, Sengon 20.144 plances,
Sonokeling 3.477 plances, dan ditambah tanaman jenis lainnya. Total keseluruhan tanaman mencapai 1.540.853 plances.
Senang dan Berterima Kasih Menanggapi alih profesi warganya, Kepala Dusun Dawe, Suyono, menyatakan sangat berterima kasih kepada Perhutani. Sebab, warganya diperbolehkan untuk bekerja di lahan persemaian. “Dahulu banyak warga kami yang menjadi blandong (pengambil kayu di hutan). Sekarang mereka lebih senang menjadi tenaga persemaian. Hutan Mantingan dikelilingi desa, sehingga banyak warga yang kehidupannya tergantung pada hutan. Kami bersyukur sekali, banyak warga kami yang mulai bergeser menjadi tenaga kerja di Perhutani,” tuturnya. Istilah blandong mencuat di zaman penjajahan Belanda. Kerja Blandong adalah suatu bagian dari sistem Kerja Rodi di zaman pemerintahan VOC dan Hindia Belanda. Kerja blandong tak lepas
NO. 87 • TH. 14 • NOvember - desember • 2020