13 minute read

PeFI Siap Beraksi

PeFI

Siap Beraksi

Advertisement

Perum Perhutani resmi mengoperasionalkan lembaga baru bernama Perhutani Forestry institute (PeFi). acara launching berlangsung secara daring menjelang akhir tahun 2020. keberadaan PeFi bertujuan untuk mengintegrasikan fungsi perusahaan dalam hal peningkatan kapabilitas, kompetensi, dan kerja sama strategis, serta partisipasi dan akses global. sekaligus juga untuk menghadapi tantangan daya saing nasional melalui kemampuan lri (Learning, research, and innovation). demi menjawab tantangan dan mengejar tujuan tersebut, PeFi siap beraksi.

Sebuah sejarah baru tercipta pada Selasa, 29 Desember 2020. Di hari itu, Perum Perhutani mengadakan acara Launching Perhutani Forestry Institute (PeFI). Acara peluncuran resmi lembaga baru dalam organisasi Perum Perhutani itu dilakukan bersama dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III Holdings dan PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) yang juga melaunching Indonesia Plantation Institute. Acara tersebut disiarkan secara langsung di channel youtube Perhutani Corpu.

Sejumlah tokoh menghadiri acara peluncuran Pefi. Antara lain Deputi Bidang SDM, Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN (KBUMN), Alex Denni; Seluruh Jajaran Dewan Pengawas dan Direksi Perum Perhutani; Kepala Perhutani Forestry Institute (PeFI), Yahya Amin; Komisaris dan Direksi PTPN Holding; serta Dewan Penasihat Perhutani Forestry Institute (PeFI), yaitu Prof. San Afri Awang, Prof. Dudung Darusman dan Prof. Ganis Lukmandaru.

Di acara launching tersebut, Alex Denni tampil menyampaikan Keynote Speech. Sebagai Keynote Speaker, Alex mengungkapkan bahwa saat ini BUMN harus terus beradaptasi seiring dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat. Jika tidak, BUMN itu akan sulit untuk bersaing dengan perusahaan lain. Contohnya, banyak perusahaan besar yang terpuruk karena tidak mau berinovasi mengikuti perkembangan zaman.

Menurut Alex, Indonesia saat ini menghadapi tantangan daya saing nasional. Sehingga, KBUMN telah meng-address tantangan tersebut melalui penetapan Prioritas KBUMN, yaitu dengan kemampuan LRI (Learning, Research, dan Innovation).

“LRI BUMN perlu wadah yang dapat mendorong terjadinya autonomous dan collaborative LRI untuk menciptakan, mensinergikan dan melipatgandakan keunggulan dalam BUMN-BUMN. Wadah tersebut adalah BUMN Center of Excellent (BCE),” ucap Alex Denni.

Tiga Tugas Pokok

Perhutani Forestry Institute (PeFI) merupakan penggabungan dari Pusat Penelitian dan Pengembangan SDH (Puslitbang) Perhutani yang berkedudukan di

Foto: Reza/Kompersh Pusdikbang (PeFI)

Cepu dengan Pusat Pendidikan dan Pengembangan (Pusdikbang) Perhutani yang berada di Madiun atau Perhutani Corporate University (Corpu). Penggabungan dua lembaga itu menjadi satu lembaga bernama PeFI bertujuan untuk mengintegrasikan fungsi perusahaan dalam peningkatan kapabilitas, kompetensi dan kerja sama strategis, serta partisipasi dan akses global.

Hal itu antara lain ditegaskan Direktur Utama Perum Perhutani, Wahyu Kuncoro. Saat sambutan di acara launching PeFI, Wahyu Kuncoro menyampaikan, PeFI akan bergerak pada tiga tugas pokok. Tugas-tugas pokok tersebut adalah Technical Research and Development, Policy Research, dan Global Presence.

Wahyu juga menerangkan, dengan hasil-hasil research dan development-nya, PeFI juga akan menjadi Learning Center bagi seluruh Insan Perhutani Grup serta Insan-insan yang bergerak di bisnis kehutanan dan industri kehutanan di luar Perhutani grup. Di kesempatan itu, Wahyu juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung program ini.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsih terbaiknya, baik itu berupa tenaga, waktu, dan pikiran, demi terwujudnya Perhutani Forestry Institute,” ungkap Wahyu.

Di kesempatan yang sama, Kepala Perhutani Forestry Institute (PeFI), Yahya Amin, mengungkapkan, sejak tahun 1972 Perhutani sudah mendirikan institusi pendidikan dan penelitian, yaitu Pusdikbang Perhutani di Madiun serta Puslitbang Perhutani di Cepu yang terus meningkatkan kapabilitas SDM dan menciptakan penelitian yang digunakan sebagai bahan kebijakan manajemen perusahaan. Yahya juga menjelaskan, visi dari PeFI adalah “To Be Excellent Forestry Institute" dengan misi yang fokus pada 3 poin penting, yaitu Continues Research, Inovation Update, dan Continues Learning.

“Dalam program kerja PeFI selanjutnya, kami akan mengintegrasikan dinamika lingkungan bisnis, corporate strategy operational, dan terus menjalin kerja sama dengan pihakpihak terkait, sehingga menjadikan Perhutani sebagai perusahaan yang

terus berkembang ke arah yang lebih baik,” jelas Yahya Amin.

Upaya melewati era disrupsi

Di dalam sambutannya, Wahyu Kuncoro juga menegaskan, PeFI hadir sebagai respon terhadap KPI (Key Performance Indicator) Perhutani yang telah disetujui kementerian BUMN dan ditetapkan dalam RJPP Perum Perhutani, sebagaimana surat Kementerian BUMN Nomor s-975/ mbu/11/2020 tentang Persetujuan Key Performance Indicators (KPI) Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara Tahun 2020, dan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) Perhutani. Selain itu, kehadiran PeFI juga didorong karena kebutuhan perum perhutani untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat, perubahan teknologi informasi, serta preference konsumen. "Semua itu tentu demi terwujudnya visi dan misi Perum Perhutani dan mendukung lima prioritas BUMN yang telah ditetapkan Kementerian BUMN," katanya.

Wahyu menegaskan, saat ini Perhutani tengah berada di tengah pusaran era disrupsi dan sedang berupaya melewatinya di antara kerja keras untuk mewujudkan visi perusahaan. Menurut dia, di era disrupsi saat ini, mewujudkan visi perusahaan yaitu “menjadi perusahaan pengelola hutan berkelanjutan dan bermanfaat bagi masyarakat” bukan pekerjaan mudah. Sebab, perubahan lingkungan bisnis sangat cepat. Ditambah dengan luasnya spektrum bisnis Perhutani Grup, yang mencakup pengelolaan hutan, industri kayu, industri minyak kayu putih, wisata, agroforestry, rehabilitasi hutan dan lahan, industri gondorukem, terpentin dan derivat, serta pengelolaan aset, akan semakin besar kemungkinan Perhutani terkena badai disrupsi. "Pefi inilah yang akan menjadi jembatan penghubung serta menutup gap yang terjadi antara dinamika lingkungan bisnis yang muncul, baik disebabkan oleh perkembangan teknologi, perubahan pasar, maupun perubahan regulasi, dengan strategi korporat serta operasional excellent. Dengan demikian, kita dapat berharap bahwa kita akan mampu melewati era disrupsi ini dengan tetap mendapatkan corporate growth dan dalam waktu

Foto: Reza/Kompersh Pusdikbang (PeFI)

"Pefi inilah yang akan menjadi jembatan penghubung serta menutup gap yang terjadi antara dinamika lingkungan bisnis yang muncul, baik disebabkan oleh perkembangan teknologi, perubahan pasar, maupun perubahan regulasi, dengan strategi korporat serta operasional excellent.

yang bersamaan juga memberikan community wellfare," tuturnya.

Wahyu menyebut, PeFI akan menjalankan tiga tugas pokok. Pertama, technical research and development, sehingga akan memunculkan inovasi-inovasi, termasuk peningkatan kapabilitas SDM sebagai pelaku utama untuk menunjang terwujudnya excellent operational dan tercapainya strategi korporasi. Kedua, policy research agar seluruh langkah korporasi baik strategi maupun eksekusi tetap selaras dengan kebijakan dan regulasi, sekaligus dapat memberikan masukan kepada pembuat kebijakan dan regulasi

Foto: Reza/Kompersh Pusdikbang (PeFI)

dengan berdasarkan pada data, fakta, dan riset. Ketiga, global pressence agar meningkatkan awareness perusahaan terhadap perubahan/dinamika global yang terjadi, sehingga dapat diatasi dan disinkronkan dengan kebijakan dan strategi korporasi. "Karena hanya dengan hal itulah kita dapat menggapai sustainable development di bisnis kehutanan dan industri kehutanan, dan tentu saja dalam pembangunan nasional, regional, dan global," ujarnya.

Wahyu menegaskan, PeFI akan didukung tenagatenaga profesional peneliti dan pendidik baik dari Perhutani maupun luar Perhutani. Untuk melaksanakan tugas pokoknya, PeFI akan melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, semisal Kementerian/Lembaga, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan Pengembangan, perusahaan lain di bidang kehutanan, BUMN, swasta, serta lembaga-lembaga global semisal CIFOR, ICRAF, dan lembaga-lembaga nasional semisal APHI, Asmindo, dan LSM-LSM yang sama-sama hidup dalam ekosistem bisnis kehutanan dan industri kehutanan. "Mudah-mudahan dengan restu serta dorongan dari Ibu Menteri LHK dan Bapak Menteri BUMN, hal ini dapat menjadi kenyataan," ujarnya.

Tanya PeFi

Setelah launching, PeFI pun langsung beraksi. Mengawali tahun 2021, PeFI segera meluncurkan Program Whatsapp Group bertajuk “Tanya PeFI”. Peluncuran program"Tanya PeFI" itu diproyeksikan dilakukan medio Januari 2021, secara daring melalui live streaming dengan aplikasi Zoom Cloud Meeting dan Kanal Youtube Perhutani Forestry Institute.

Kepala PeFI, Yahya Amin, mengatakan, Whatsapp Group "Tanya PeFI" bertujuan untuk berbagi pengetahuan, keterampilan dan pengalaman pada setiap bidang pekerjaan secara cepat, tepat, efektif, dan efisien. “Selain itu program tersebut untuk memberikan solusi penyelesaian problematika teknis dan manajerial yang terjadi di lapangan,” tambah Yahya Amin.

Yahya Amin pun menegaskan, pendidikan dan pelatihan secara offline juga akan tetap dilaksanakan. Tetapi mungkin tidak sebanyak sebelumnya. Sebab, saat ini kita memang belum terlepas dari kondisi masih berjangkitnya wabah pandemi Covid-19.

“Insya Allah (pendidikan dan pelatihan) masih tetap dilaksanakan secara offline, karena ada kalanya diklat secara offline sangat diperlukan. Akan tetapi, tidak akan sebanyak sebelumnya, karena melihat situasi dan kondisi terlebih dahulu. Namun demikian, Insya Allah kegiatan ini (WhatsApp Grup "Tanya PeFI", red) sama sekali tidak menghilangkan offline, tentunya dengan frekuensi yang tidak sering dan juga jumlah peserta yang tidak sebanyak sebelumnya,” terangnya.

Demikianlah. Semoga kehadiran PeFI akan membawa kemanfaatan yang besar. Baik bagi korporasi maupun sebagai sumbangsih bagi perkembangan dunia kehutanan Indonesia. Amin. • DR/Dik/Rb

Jalin Kerja Sama, Bangun Masa Depan Hutan

Perum Perhutani terus bekerja mewujudkan visi perusahaan, "menjadi Perusahaan Pengelolaan hutan terkemuka di dunia dan bermanfaat bagi masyarakat". di dalam upaya mewujudkan visi tersebut, Perhutani juga menjalin hubungan baik dan kerja sama dengan banyak pihak, khususnya para pemangku kepentingan. Jalinan kerja sama pun terus dirajut dengan penandatanganan Memorandum of understanding (mou) atau nota kesepahaman. semua itu untuk membangun masa depan hutan yang lebih baik dan lestari.

Satu jalinan kerja sama kembali dirajut. Kali ini, Kantor Staf Presiden (KSP), Gedung Bina Graha, Jalan Veteran Nomor 16, Jakarta, menjadi tempat penandatanganan kesepakatan itu. Pada Kamis, 12 November 2020, di KSP Gedung Bina Graha itu, Perum Perhutani menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Koperasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Tani Makmur Sejahtera (TAMARA). MoU yang ditandatangani itu tentang kerja sama kemitraan offtaker komoditi jagung di wilayah Perhutani Divisi Regional (Divre) Jawa Timur.

Sejumlah tokoh hadir dalam kesempatan tersebut. Di antaranya adalah Direktur Perhutanan Sosial Perum Perhutani, Natalas Anis Harjanto; Kepala Divisi Regional Jawa Timur (Jatim), Oman Suherman; Ketua Umum DPP Koperasi HKTI, Jendral TNI (Purn) Moeldoko; Sekjen DPP HKTI, Mayjend TNI (Purn) B Budi Waluyo; Ketua Koperasi HKTI, Mayjen TNI (Purn) Winston P. Simanjuntak; serta segenap pengurus dan Ketua Pengawas Koperasi HKTI. Penandatangan MoU tersebut dilakukan oleh Oman Suherman dan Winston P. Simanjuntak, disaksikan oleh Natalas Anis Harjanto serta Moeldoko.

Kerja sama tersebut merupakan wujud upaya untuk memberikan kepastian kepada masyarakat untuk menampung hasil panen (komoditi jagung). Terutama untuk masyarakat yang sudah memiliki SK Perhutanan Sosial.

Di dalam kesempatan tersebut, Direktur Perhutanan Sosial Perum Perhutani, Natalas Anis Harjanto menyampaikan, sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang Kehutanan, Perum Perhutani mendukung penuh programprogram pemerintah. Salah satunya adalah program Perhutanan Sosial. Ia juga menyampaikan, khusus untuk mengurusi program Perhutanan Sosial, di Perum Perhutani telah dibentuk direktorat tersendiri, yaitu Direktorat Perhutanan Sosial. Dan saat ini dirinya sendiri merupakan Direkturnya.

“Direktorat Perhutanan Sosial ini baru dibentuk tanggal 26 Februari

Foto: Ardya Setya N/Kompersh Kanpus

Foto: Nanjar Munandar/Kompersh Kanpus

2020. Umurnya pas 9 bulan sampai dengan saat ini,” kata Anis.

Offtaker Komoditi Jagung

Salah satu kegiatan dalam program Perhutanan Sosial adalah offtaker. Menurut Anis, offtaker merupakan salah satu agenda dari perusahaan. Di dalam agenda itu, Perum Perhutani ditugaskan untuk menampung produk hasil tani dari masyarakat. Ia pun menyampaikan, dengan adanya MoU tersebut, Perhutani telah terbantu dalam melaksanakan salah satu tugasnya.

Anis juga menjelaskan, dalam program Perhutanan Sosial, masyarakat terbagi dalam dua kelompok. “Yaitu kelompok sebelum menerima SK dan sesudah menerima SK,” kata Anis.

Tentu saja ada perbedaan di antara kedua kelompok tersebut. “Untuk kelompok yang sudah menerima SK, dituntut untuk mandiri. Di dalam hal tersebut, Perhutani ikut membantu membentuk dan memperkuat kelompok masyarakat yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH),” ujar Anis.

Terkait kesepakatan yang ditandatangani di hari itu, Anis mengatakan, diharapkan selanjutnya akan membantu agar produktivitas hasil panen masyarakat lebih meningkat. “Kami berharap, HKTI juga memberikan bimbingan teknis kepada masyarakat, supaya produktivitas dari hasil panen masyarakat lebih meningkat. Harapannya, ke depan kerja sama ini tidak hanya pada jagung, melainkan juga pada komoditi yang lainnya,” ucap Anis.

Sementara itu, Ketua Umum DPP Koperasi HKTI, Moeldoko, menyampaikan terima kasih atas terjalinnya kerja sama antara Perhutani dan Koperasi HKTI dalam kemitraan offtaker komoditi jagung. Di kesempatan itu, Moeldoko mengatakan, Presiden telah mengadakan rapat bersama jajaran kabinet mengenai ‘Optimalisasi Perhutanan Sosial’.

“Konteks besarnya adalah reforma agraria. Salah satunya Perhutanan Sosial, dimana masyarakat diberi kepastian dalam ikut mengelola hutan selama 35 tahun,” katanya.

Ia menyebut, kesepahaman dan kerja sama itu akan menjawab salah satu masalah yang kerap kali dihadapi petani, yaitu soal pemasaran. “Persoalan petani di mana-mana sama. Di antaranya adalah kapital, teknologi, manajemen, dan persoalan pasca panen, yaitu ke mana mereka menjual hasil pertaniannya,” kata Moeldoko.

Di kesempatan itu, Moeldoko juga mengingatkan, offtaker ini merupakan tugas yang sangat besar, karena menyangkut dengan penghasilan masyarakat. Menurut dia, langkah-langkah yang dilakukan oleh HKTI dan Perhutani bisa saling memperkuat. Sehingga, masalahmasalah yang ada bisa dicarikan jalan keluarnya.

“Nanti kita jajaki tahap demi tahap, sehingga apa yang menjadi tujuan bisa tercapai,” ujar Moeldoko.

Moeldoko pun berharap, MoU tersebut memberikan hasil terbaik. Ujung dari kerja sama tersebut, menurut Moeldoko, adalah

Dalam kesempatan tersebut, Wahyu Kuncoro menyampaikan, sebagai BUMN Kehutanan, Perhutani mengelola sumber daya Hutan seluas 2,4 juta Hektare di Pulau Jawa dan Madura. Di dalam proses pengelolaan hutan itu, Perhutani sangat membuka diri untuk melakukan kerja sama dengan siapa pun.

Foto: Nanjar Munandar/Kompersh Kanpus

peningkatan kesejahteraan petani. “Kita saling membesarkan. Bahwa tujuan utama berkolaborasi (adalah) untuk menuntaskan persoalanpersoalan yang dihadapi selama ini. Intinya petani bisa mendapatkan sesuatu yang lebih. Petani harus kaya,” tutup Moeldoko.

MoU dengan IPB

Minggu berikutnya, jalinan kerja sama juga dilakukan Perhutani, ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman. Tepatnya pada Rabu, 18 November 2020, Perhutani melakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan IPB University. MoU mengenai Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat itu dilakukan di Kampus IPB University, Darmaga, Bogor, Jawa Barat.

Penandatangan MoU tersebut dilakukan oleh Direktur Utama Perhutani, Wahyu Kuncoro, dengan Rektor IPB University, Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si. Sejumlah tokoh menyaksikan momen tersebut. Di antaranya adalah Direktur Perhutanan Sosial Perhutani, Natalas Anis Harjanto; Direktur Pengembangan Bisnis dan Pemasaran Perhutani, Ahmad Ibrahim; Sekretaris Perusahaan Perhutani, Asep Rusnandar; Administratur Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor, Ahmad Rusliadi; serta jajaran pimpinan IPB University.

Saat menyampaikan sambutan dalam kesempatan tersebut, Wahyu Kuncoro menyampaikan, sebagai BUMN Kehutanan, Perhutani mengelola sumber daya Hutan seluas 2,4 juta Hektare di Pulau Jawa dan Madura. Di dalam proses pengelolaan hutan itu, Perhutani sangat membuka diri untuk melakukan kerja sama dengan siapa pun. Hal ini sesuai dengan Visi dan Misi Perusahaan dalam mengelola hutan berkelanjutan dan bermanfaat bagi Masyarakat dan Lingkungan.

“Artinya, kami harus peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan, apalagi untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan pengembangan kehutanan,” katanya.

Ia menjelaskan, kawasan hutan Perhutani dikelilingi oleh sekitar 6.172 desa, dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 30 juta jiwa dan tersebar di sebagian besar kabupaten di Pulau Jawa dan Madura. Mereka memerlukan akses langsung terhadap Sumber Daya Hutan (SDH) sebagai sumber ekonomi masyarakat.

“Oleh karena itu, pada hari ini kita akan menandatangani MoU tentang Kerja Sama Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat, serta Kerja Sama bidang lainnya yang terkait dengan pelaksanaan tugas para pihak,” tambah Wahyu.

Menurut dia, portopolio bisnis Perhutani saat ini masih perlu dikembangkan untuk mendapatkan nilai kontribusi yang signifikan bagi perusahaan dan lingkungan. “Terkait hal tersebut, tentunya membutuhkan pengembangan dan inovasi. Diharapkan, IPB University menjadi bagian partner kami dalam mewujudkan perusahaan yang lebih maju dan modern,” tutup Wahyu. •

DR/PR/2020-XI-25/PR/2020-XI-26

Perhutani Sikapi dan Tanggulangi Bencana Alam

musibah tidak bisa diprediksi. termasuk bencana alam. tidak ada manusia yang dapat memperkirakan kapan bencana alam akan terjadi. Yang bisa dilakukan adalah menyikapi dan mempersiapkan segala hal untuk dapat menanggulangi dan mengurangi dampak bencana alam yang terjadi. itulah yang dilakukan Perhutani. Caranya, selain menyiapkan seluruh sumber daya yang dimiliki, juga dengan menggandeng pada stakeholders untuk sosialisasi dan memitigasi bencana alam serta menyiapkan masyarakat agar tanggap bencana alam.

Wana Wisata Bukit Seribu Besek yang terdapat di wilayah kerja Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah menjadi tempat berlangsungnya acara Sosialisasi dan Simulasi Mitigasi Bencana Alam. Acara yang diadakan pada Kamis, 12 November 2020 itu digelar Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah bersama Kepolisian Daerah Jawa Tengah. Sejumlah 40 peserta mengikuti Sosialisasi dan Simulasi Mitigasi Bencana Alam yang diadakan di wana wisata Bukit Seribu Besek di Desa Jati, Kecamatan Bener, Purworejo, Jawa Tengah, itu.

Sejumlah 40 peserta aktif mengikuti kegiatan Sosialisasi dan Simulasi Mitigasi Bencana Alam itu berasal dari berbagai kalangan dan instansi. Di antaranya yaitu Jajaran Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah (Jateng), Perhutani Divisi Regional (Divre) Jateng, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) SOP Yogyakarta, Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Semarang, Polres Purworejo, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purworejo, serta Dandim 0708 Purworejo. Termasuk juga dari jajaran Koordinator Keamanan Perhutani KPH Banyumas Timur, KPH Pekalongan Barat, KPH Surakarta, KPH Kedu Utara, KPH Kedu Selatan, Pabin Jagawana, serta Danru Polhutmob.

Kegiatan dilaksanakan sebagai bentuk antisipasi terhadap potensi bencana alam banjir dan tanah longsor yang kemungkinan terjadi di wilayah Perum Perhutani Divre Jateng pada musim penghujan 2020/2021. Bertindak selaku narasumber dari BPDASHL SOP, BPBD Purworejo dan BMKG Semarang. Sementara moderator simulasi penanggulangan bencana alam yaitu Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Purworejo, Edi Purwanto.

Di acara itu, seluruh peserta mendapat pengetahuan tentang

Foto: Riskyana/Kompersh Divre Jateng

This article is from: