terbawa ke laut. Kekhawatiran utama terhadap sampah plastik dikarenakan sifat plastik yang tidak mudah terdegradasi, dapat bertahan sangat lama di laut dan juga mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3). Hasil dari beberapa kajian telah mengindikasikan bahwa plastik telah masuk ke rantai makanan karena plastik tersebut telah dikonsumsi oleh ikan. Sebagai B3/bahan beracun berbahaya, maka upaya yang harus dilakukan adalah untuk mencegah agar plastik tidak masuk ke perairan laut. Untuk mengatasi ancaman tersebut di atas, maka kini dikembangkan alternatif kemasan yang bersifat ramah lingkungan dan dapat dikonsumsi yang dikenal dengan kemasan edible film. Edible film merupakan suatu lapisan tipis yang dapat dikonsumsi dan diaplikasikan sebagai pengemas dan penghalang (barrier) terhadap cahaya, kelembapan, oksigen, lipida, zat terlarut.
Edible film biokomposit
Merupakan edible film yang dibentuk dari gabungan biopolimer hidrokoloid dengan lipida. Gabungan kedua biopolimer tersebut dalam matriks edible film akan saling melengkapi dan menutupi kelemahan masingmasing biopolimer yang berpengaruh terhadap peningkatan karakteristik edible film biokomposit yang dihasilkan. Permasalahan utama edible film biokomposit adalah homogenisasi biopolimer hidrokoloid dengan lipid, komponen penyusun lipida dan
62
FOODREVIEW INDONESIA | VOL. XVI / NO. 4 / April 2021
keseragaman distribusi dipersi dalam matriks edible. Edible film tersusun atas tiga komponen utama yaitu hidrokoloid, lipid dan komposit. Hidrokoloid yang dapat digunakan untuk edible film antara lain senyawa protein, turunan selulosa, alginat, pati, pektin dan polisakarida lainnya. Lipida yang biasa digunakan yaitu lilin lebah, asilgliserol dan asam lemak, sedangkan komposit merupakan kombinasi antara hidrokoloid dan lipida.